Anda di halaman 1dari 18

MODUL PERKULIAHAN

Pancasila
Sebagai Ideologi
1. Pengertian Ideologi;
2. Pancasila sebagai Ideologi Nasional;
3. Kedudukan dan Fungsi Pancasila;
4.Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi besar lainnya Dunia.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

06
FEB, BAHASA, Semua Program 190001006 Tim Dosen
TEKNIK, DAN DKV Studi

Abstract

Materi pada perkuliahan ke tiga ini diarahkan mampu menjelaskan


mengaplikasikan secara kritis dan objektif pengertian, makna dan fungsi ideologi,
Pancasila sebagai ideologi nasional dan permasalahan sebagai orientasi pendidikan
pancasila agar menjadi pedoman berkarya lulusan Perguruan Tinggi.
Mahasiswa mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan
objektif pengertian, makna dan fungsi ideologi, dan Pancasila sebagai ideologi nasional
pengertian, makna dan fungsi ideologi, Pancasila sebagai ideologi nasional dan
permasalahan sebagai orientasi pendidikan pancasila agar menjadi pedoman berkarya
lulusan Perguruan Tinggi.
Kompetensi
Secara umum, materi ini akan memberikan bekal kemampuan bagi Mahasiswa
mampu menjelaskan dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif pengertian, obyek,
cabang, tujuan dan kegunaan filsafat, Pancasila sebagai filsafat, serta aspek ontologis,
epistemologis dan aksiologis dan permasalahan di Perguruan Tinggi. Meyakini nilai
–nilai pengertian, obyek, cabang, tujuan dan kegunaan filsafat, Pancasila sebagai
filsafat, serta aspek ontologis, epistemologis dan aksiologis dan permasalahan sebagai
orientasi pendidikan pancasila agar menjadi pedoman berkarya lulusan Perguruan
Tinggi.
Secara khusus, materi ini akan membekali Mahasiswa mampu menjelaskan
dan mengaplikasikan secara kritis dan objektif pengertian, obyek, cabang, tujuan dan
kegunaan filsafat, Pancasila sebagai filsafat, serta aspek ontologis, epistemologis dan
aksiologis dan permasalahan sebagai orientasi pendidikan pancasila di Perguruan
Tinggi. Meyakini nilai – nilai Pancasila sebagai orientasi agar menjadi pedoman
berkarya lulusan Perguruan Tinggi.

Pengertian Ideologi
A. Pengertian
⮚ Ideologi : “a system of ideas”

1. Suatu pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalam, tentang bagaimana
yang sebaik-baiknya, yang secara moral dianggap adil dan benar, mengatur tingkah laku
mereka dalam berbagai segi kehidupan duniawi

2. Suatu sistem atau pola berpikir manusia didalam menanggapi dalam kehidupan
berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

B. Ideologi Pancasila
1. Berfungsi sebagai ajaran tentang ide-ide atau cita-cita yang diyakini kebenarannya,
disusun secara sistematis, disertai petunjuk-petunjuk untuk mewujudkan cita-cita
tersebut

2. Sebagai seperangkat nilai-nilai yang dirumuskan secara sistematis, rasional, teratur,


konsisten, sebagai dasar struktur seluruh dimensi kehidupan bangsa untuk mewujudkan
cita-cita bangsa.

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


2 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
C. Hubungan Ideologi dengan Filsafat
> Ideolog = Belief System
> Filsafat = Knowledge System,bersifat refleksif,sistematis dan kritis
1. Ideologi tidak ditunjukan kepada masalah kebenaran pengetahuan atau bobot
kebenaran secara internal, tetapi kepada kepentingan yang sipatnya praktis dan konkrit
2. Ideologi merupakan petunjuk pelaksanaan bagi filsafat, memberikan arah dan
bimbingan yang lebih konkrit
PANDANGAN HIDUP PANCASILA
A. Pengertian
1. Pandangan Hidup

> Pandangan seseorang, masyarakat atau bangsa yang berisi nilai-nilai dan
norma-norma sosial yang menjadi landasan pokok tata hidup suatu masyarakat dan
telah dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari, merupakan suatu realitas

2. Ideologi

> Pandangan hidup yang disusun sedemikian rupa sehingga dapat dipakai sebagai
pedoman untuk membentuk tata hidup masyarakat yang dianggap ideal atau yang
dicita-citakan.

B. Manfaat
1. Kekokohan dalam mencapai tujuan

2. Pedoman dalam pemecahan masalah

3. Pembangunan diri

C. Isi Pandangan Hidup


1. Konsep dasar pikiran / gagasan

2. Kristalisasi nilai

3. Way of life, weltanschauung

4. Mempersatukan Bangsa Indonesia

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


3 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
Pancasila sebagai sistem nilai
a. Nilai dasar (fundamental)

b. Nilai instrumental (operasional)

c. Nilai praksis

* Penjelasan

● Nilai dasar

▪ Bersifat tetap, tidak berubah

▪ Terdapat pada lima sila PS

● Nilai instrumentas :

▪ Penjabaran dari nilai dasar

▪ Sifatnya dapat berubah, menyesuaikan diri terhadap


dinamika masyarakat

● Nilai praksis

Pancasila sebagai Ideologi Terbuka


a. Pengertian

* Ideologi terbuka adalah ideologi yang mampu berinteraksi dengan perkembangan

lingkungan dan adanya dinamika secara internal

b. Dasar pemikiran

c. Dari UUD 1945 bagian penjelasan

d. Faktor’s yang mempengaruhi

* Dinamika masyarakat

* Bangkrutnya ideologi komunis yang tertutup

* Pancasila sebagai satu-satunya azas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara

e. Mengatasi kekakuan ideology

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


4 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
f. Urgensinya keterbukaan ideologi :

a. Menyadari bahwa nilai dasar bersifat tetap

b. Penerapannya menjadi nilai instrumental dan nilai praksis berkembang secara


dinamis dan konseptual di dalam dunia modern.

g. Implikasi

a. Menghilangkan kekhawatiran bahwa PS akan menjadi ideologi yang usang

b. Penyesuaian nilai instrumental dan nilai praksis secara konseptual

c. Pengembangan nilai’s baru

h. Pembatasan

a. Tidak mengganggu stabilitas nasional yg dinamis

b. Larangan thd Marxisme, Leninisme dan Komunisme

c. Larangan thd pandangan ekstrim lainnya

d. Penciptaan norma melalui konsensus

i. Pancasila ideologi modern, memenuhi dimensi :


a. Idealisme

b. Realita

c. Fleksibilitas

j. Perbedaan hierarkhi dan hubungan antar nilai’s

a. Penjelasan dari UUD’45

i. UUD 🡪 aturan-aturan pokok

ii. Undang-Undang 🡪 aturan penyelenggaraan

b. Perumusan secara konseptual ideologis :

i. UUD 🡪 Nilai dasar

ii. Undang-Undang 🡪 Niliai instrumental

1. Untuk memberikan tempat kepada dinamika kehidupan


masyarakat

c. Posisi nilai praksis

i. Bagian Penjelasan UUD 1945

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


5 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
1. Semangat para penyelenggara negara

a. Meskipun UUD bersifat kekeluargaan, tetapi kalau


pelaksanaannya berjiwa liberal

b. Meskipun UUD tidak sempurna

ii. Praksis tidak sama dengan Praktek

1. Praksis 🡪 proses refleksi, menjabarkan nilai secara taat azas =


based on values

Praktek 🡪 dapat bersifat “value free”

k. Tolok ukur kandungan nilai-nilai

Dibedakan dari tingkat abstraksinya

a. Nilai dasar

* Abstrak, umum, tidak terikat ruang dan waktu, abadi

* Kandungan kebenaran 🡪aksioma

* Kandungan nilai 🡪 cita’s, tujuan, tatanan dasar, ciri khas

b. Nilai Instrumental

* Penjabaran dilai dasar 🡪 kinerjanya untuk kurun waktu dan kondisi


tertentu

* Bersifat “kontekstual” 🡪 sesuai dengan tuntutan jaman

* Kandungan nilai 🡪 kebijaksanaan, strategi, rencana, sistem, program

* Kontekstualisasi dari nilai dasar

c. Nilai Praksis

1) Interaksi antara nilai instrumental dan situasi konkrit pada tempat dan kondisi
tertentu
2) Perbandingan kekuatan nilai instrumental >< situasi dan kondisi khusus
3) Pertarungan antara Idealisme dan realita yang tidak sepenuhnya dapat
dikuasai 🡪 kontak secara langsung dengan kondisi obyektif
4) Dalam kondisi darurat, kondisi obyektif dapat terjadi tidak memungkinkan
pelaksanaan nilai dasar dan nilai instrumental secara taat azas
5) Dari aspek ideologi : ideologi dapat mempunyai rumusan yang ideal, logis
dan konsisten pada tahap ND dan NI, tetapi jika pada nilai praksisnya tidak
dapat diwujudkan, ideologi dapat kehilangan kredibilitasnya.

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


6 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
6) Pertarungan antara Idealisme dan realita yang tidak sepenuhnya dapat
dikuasai 🡪 kontak secara langsung dengan kondisi obyektif
* Dalam kondisi darurat, kondisi obyektif dapat terjadi tidak memungkinkan
pelaksanaan nilai dasar dan nilai instrumental secara taat azas

* Dari aspek ideologi : ideologi dapat mempunyai rumusan yang ideal, logis
dan konsisten pada tahap ND dan NI, tetapi jika pada nilai praksisnya
tidak dapat diwujudkan, ideologi dapat kehilangan kredibilitasnya.

L. Letak ND, NI dan NP


a. Nilai Dasar

i. Tercantum di dalam hukum dasar tertulis :

ii. Pembukaan, Batang Tubuh, Penjelasan

iii. Suasana kebatinan dari UUD

iv. Ditafsirkan secara otentik

v. Menghindari kekeliruan historis dan konseptual

b. Nilai Instrumental

i. Tercantum dalam seluruh dokumen yang menindaklanjuti UUD

ii. Wewenang MPR, Presiden, DPR

iii. Tidak boleh bertentangan dengan induknya

iv. Masih banyak yg belum sesuai dgn nilai Pancasila

c. Nilai Praksis

i. Wujud penerapan nilai-nilai Pancasila baik tertulis maupun lisan

ii. Terkandung dalam kenyataan sehari-hari 🡪 cara bagaimana kita


melaksanakan Pancasila

Kritik dalam masyarakat : terhadap nilai praksis yang tidak sesuai dengan nilai dasarnya

Pancasila Sebagai Ideologi Nasional


Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia, bukan
terbentuk secara mendadak serta bukan hanya diciptakan oleh seseorang sebagaimana yang
terjadi pada ideologi-ideologi lain di dunia, namun terbentuknya Pancasila melalui proses yang
cukup panjang dalam sejarah bangsa Indonesia.

Secara kausalitas Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat negara


nilai-nilainya telah ada dan berasal dari bangsa Indonesia sendiri yang berupa nilai-nilai

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


7 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
adat-istiadat, kebudayaan dan nilai-nilai religius. Kemudian para pendiri negara Indonesia
mengangkat nilai-nilai tersebut dirumuskan secara musyawarah mufakat berdasarkan moral
yang luhur, antara lain dalam sidang BPUPKI pertama, sidang Panitia Sembilan yang kemudian
menghasilkan Piagam Jakarta yang memuat Pancasila yang pertama kali, kemudian dibahas
lagi dalam sidang BPUPKI kedua.

Setelah kemerdekaan Indonesia sebelum sidang resmi PPKI Pancasila sebagai calon
dasar filsafat negara dibahas serta disempurnakan kembali dan akhirnya pada tanggal 18
Agustus 1945 disyahkan oleh PPKI sebagai dasar filsafat negara Republik Indonesia.

Kedudukan dan Fungsi Pancasila


Pancasila sebagai objek pembahasan ilmiah memiliki ruang lingkup yang sangat luas
terutama berkaitan dengan kedudukan dan fungsi Pancasila. Setiap kedudukan dan fungsi
Pancasila pada hakikatnya memiliki makna serta dimensi masing-masing yang konsekuensinya
aktualisasinyapun juga memiliki aspek yang berbeda-beda, walaupun hakikat dan sumbernya
sama Pancasila sebagai dasar negara memiliki pengertian yang berbeda dengan fungsi
Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, demikian pula berkaitan dengan
kedudukan dan fungsi Pancasila yang lainnya.

Dari berbagai macam kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai titik sentral pembahasan
adalah kedudukan dan fungsi Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia, hal ini
sesuai dengan kausa finalis Pancasila yang dirumuskan oleh pembentuk negara pada
hakikatnya adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Namun hendaklah dipahami
bahwa asal mula unsur yang berupa nilai-nilai yang terdapat pada bangsa Indonesia sendiri
yang berupa pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu dari berbagai macam
kedudukan dan fungsi Pancasila sebenarnya dapat dikembalikan pada dua macam kedudukan
dan fungsi Pancasila yang pokok yaitu sebagai dasar Negara Republik Indonesia dan sebagai
Pandangan Hidup Bangsa Indonesia.

Namun yang terpenting bagi kajian ilmiah adalah bagaimana hubungan secara
kausalitas di antara kedudukan dan fungsi Pancasila dapat dipahami melalui uraian berikut :

1. Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa


Manusia sebagai makhluk Tuhan yang Maha Esa, dalam perjuangan untuk mencapai
kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya
sebagai suatu pandangan hidup. Nilai-nilai luhur adalah merupakan suatu tolok ukur kebaikan
yang berkenaan dengan hal-hal yang bersifat mendasar dan abadi dalam hidup manusia,
seperti cita-cita yang hendak dicapainya dalam hidup manusia. Pandangan hidup berfungsi
sebagai kerangka acuan baik untuk menata kehidupan diri pribadi maupun dalam interaksi
antar manusia dalam masyarakat serta alam sekitarnya.

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


8 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
Sebagai makhluk individu dan makhluk sosial manusia tidaklah mungkin memenuhi
segala kebutuhannya sendiri, oleh karena itu untuk mengembangkan potensi kemanusiaannya,
ia senantiasa memerlukan orang lain. Maka manusia pribadi senantiasa hidup sebagai bagian
dari lingkungan sosial yang lebih luas, secara berturut-turut lingkungan keluarga, lingkungan
masyarakat, lingkungan bangsa dan lingkungan negara yang merupakan lembaga-lembaga
masyarakat utama yang diharapkan dapat menyalurkan dan mewujudkan pandangan hidupnya.

Dalam pengertian inilah maka proses perumusan pandangan hidup masyarakat


dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup bangsa dan selanjutnya pandangan
hidup bangsa dituangkan dan dilembagakan menjadi pandangan hidup negara. Pandangan
hidup bangsa dapat disebut sebagai ideologi bangsa (nasional), dan pandangan hidup negara
dapat disebut sebagai ideologi negara.

Dalam proses penjabaran dalam kehidupan modern antara pandangan hidup


masyarakat dengan pandangan hidup bangsa memiliki hubungan yang bersifat timbal balik.
Pandangan hidup bangsa diproyeksikan kembali kepada pandangan masyarakat serta
tercermin dalam sikap hidup pribadi warganya. Dengan demikian dalam negara Pancasila
pandangan hidup masyarakat tercermin dalam kehidupan negara yaitu Pemerintah terikat oleh
kewajiban konstitusional, yaitu kewajiban Pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat
yang luhur (Darmodihardjo, 1996:35).

Transfomasi pandangan hidup masyarakat menjadi pandangan hidup bangsa dan


akhirnya menjadi dasar negara juga terjadi pada pandangan hidup Pancasila. Pancasila
sebelum dirumuskan menjadi dasar negara serta ideologi negara, nilai-nilainya telah terdapat
pada bangsa Indonesia dalam adat-istiadat, dalam budaya serta dalam agama-agama sebagai
pandangan hidup masyarakat Indonesia.

Bangsa Indonesia dalam hidup bernegara telah memiliki suatu pandangan hidup
bersama yang bersumber pada akar budayanya dan nilai-nilai religiusnya. Dengan suatu
pandangan hidup yang diyakininya bangsa Indonesia akan mampu memandang dan
memecahkan segala persoalan yang dihadapinya secara tepat sehingga tidak
terombang-ambing dalam menghadapi persoalan tersebut.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa tersebut terkandung di dalamnya konsepsi


dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan terkandung dasar pikiran terdalam dan gagasan
mengenai wujud kehidupan yang dianggap baik. Oleh karena Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa merupakan suatu kristalisasi dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat
Indonesia, maka pandangan hidup tersebut dijunjung tinggi oleh warganya karena pandangan
hidup Pancasila berakar pada budaya dan pandangan hidup masyarakat.

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


9 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
Sebagai intisari dari nilai budaya masyarakat Indonesia, maka Pancasila merupakan
cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan rohaniah bagi bangsa untuk
berperilaku luhur dalam kehidupan sehari dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
2. Pancasila sebagai Dasar Negara Republik Indonesia

Pancasila dalam kedudukannya ini sering disebut sebagai Dasar Filsafat atau Dasar
Falsafah Negara (Philosofische Gronslag) dari negara, ideologi negara atau (Staatsidee).
Dalam pengertian ini Pancasila merupakan suatu dasar nilai serta norma untuk mengatur
pemerintahan negara atau dengan perkataan Pancasila merupakan suatu dasar untuk
mengatur penyelenggaraan negara. Maka Pancasila merupakan sumber dari segala sumber
hukum, Pancasila merupakan sumber kaidah hukum negara yang secara konstitusional
mengatur negara Republik Indonesia beserta seluruh unsur-unsurnya yaitu rakyat, wilayah,
serta pemerintahan negara. Dalam kedudukannya sebagai dasar negara, Pancasila mempunyai
kekuatan mengikat secara hukum.

Sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sebagai sumber tertib hukum
Indonesia, maka Pancasila tercantum dalam ketentuan tertinggi yaitu pembukaan UUD 1945,
kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan
dari UUD 1945, yang pada akhirnya dikongkritisasikan atau dijabarkan dalam pasal-pasal UUD
1945, serta hukum positif lainnya. Kedudukan Pancasila sebagai dasar negara tersebut dapat
dirinci sebagai berikut :

a) Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber hukum
(sumber tertib hukum) Indonesia. Dengan demikian Pancasila merupakan asas kerokhanian
tertib hukum Indonesia yang dalam Pembukaan UUD 1945 dijelmakan lebih lanjut dalam
empat pokok pikiran.

b) Meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund) dari Undang-Undang Dasar 1945.

c) Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar negara (baik hukum dasar tertulis maupun
tidak tertulis).

d) Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi yang


mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara (termasuk para penyelenggara
partai dan golongan fungsional) memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur. Hal ini
sebagaimana tercantum dalam pokok pikiran keempat yang bunyinya sebagai berikut : “….
Negara berdasarkan atas Ketuhanan yang Maha Esa, menurut dasar kemanusiaan yang adil
dan beradab”.

e) Merupakan sumber semangat bagi Undang-Undang dasar 1945, bagi penyelenggara negara,
para pelaksana pemerintahan (juga para penyelenggara partai dan golongan fungsional). Hal

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


10 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
ini dapat dipahami karena semangat adalah penting bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan
negara, karena masyarakat dan negara Indonesia senantiasa tumbuh dan berkembang
seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat. Dengan semangat yang
bersumber pada asas kerokhanian negara sebagai pandangan hidup bangsa, maka
dinamika masyarakat dan negara akan tetap diliputi dan diarahkan asas kerokhanian negara.

Sebagaimana tekah ditentukan oleh pembentukan negara bahwa tujuan utama


dirumuskannya Pancasila adalah sebagai dasar negara Republik Indonesia. Oleh karena itu
fungsi pokok Pancasila adalah sebagasi dasar negara Republik Indonesia. Hal ini sesuai
dengan dasar yuridis sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, ketetapan No.
XX/MPRS/1966 (Jo Ketetapan MPR No. V/MPR/1973 dan Ketetapan No. IX/MPR/1978.
Dijelaskan bahwa Pancasila sebagai sumber dari segala sumber hukum atau sumber tertib
hukum Indonesia yang pada hakikatnya adalah merupakan suatu pandangan hidup, kesadaran
dan cita-cita hukum serta cita-cita moral yang meliputi suasana kebatinan serta watak dari
bangsa Indonesia. Selanjutnya dikatakannya bahwa cita-cita tersebut adalah meliputi cita-cita
mengenai kemerdekaan individu, kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan, keadilan sosial,
perdamaian nasional dan mondial, cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan negara,
cita-cita moral mengenai kehidupan kemasyarakatan dan keagamaan sebagai
pengejawantahan dari budi nurani manusia.

Dalam proses reformasi dewasa ini MPR, melalui Sidang Istimewa tahun 1998,
mengembalikan kedudukan Pancasila sebagai dasar negara Republik Indonesia yang tertuang
dalam Tap. No. XVIII/MPR/1998. oleh karena itu segala agenda dalam proses reformasi, yang
meliputi berbagai bidang selain mendasarkan pada kenyataan aspirasi rakyat (Sila IV) juga
harus mendasarkan pada nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Reformasi tidak mungkin
menyimpang dari nilai Ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan serta keadilan, bahkan
harus bersumber kepadanya.

Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi besar lainnya Dunia.


Ideologi Pancasila
Suatu ideologi pada suatu bangsa pada hakikatnya memiliki ciri khas serta karakteristik
masing-masing sesuai dengan sifat dan ciri khas bangsa itu sendiri. Namun demikian dapat
juga terjadi bahwa ideologi pada suatu bangsa datang dari luar dan dipaksakan keberlakuannya
pada bangsa tersebut sehingga tidak mencerminkan kepribadian dan karakteristik bangsa
tersebut. Ideologi Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara Indonesia berkembang
melalui suatu proses yang cukup panjang. Pada awalnya secara kausalitas bersumber dari
nilai-nilai yang dimiliki oleh bangsa Indonesia yaitu dalam adat istiadat, serta dalam
agama-agama bangsa Indonesia sebagai pandangan hidup bangsa. Oleh karena itu nilai-nilai
Pancasila berasal dari nilai-nilai pandangan hidup bangsa telah diyakini kebenarannya

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


11 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
kemudian diangkat oleh bangsa Indonesia sebagai dasar filsafat negara dan kemudian menjadi
ideologi bangsa dan negara. Oleh karena itu ideologi Pancasila, ada pada kehidupan bangsa
dan terlekat pada kelangsungan hidup bangsa dalam rangka bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
Ideologi Pancasila mendasarkan pada hakikat sifat kodrat manusia sebagai makhluk
individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu dalam ideologi Pancasila mengakui atas
kebebasan dan kemerdekaan individu, namun dalam hidup bersama sehingga dengan
demikian harus mengakui hak-hak masyarakat. Selain itu bahwa manusia menurut Pancasila
berkedudukan kodrat sebagai makhluk pribadi dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa.
Oleh karena itu nilai-nilai ketuhanan senantiasa menjiwai kehidupan manusia dalam hidup
negara dan masyarakat. Kebebasan manusia dalam rangka demokrasi tidak melampaui hakikat
nilai-nilai ketuhanan, bahkan dalam rangka ketuhanan terjelma dalam bentuk moral dalam
ekspresi kebebasan manusia.
Ideologi Liberal
Pada akhir abad ke-18 di Eropa terutama di Inggris terjadilah suatu revolusi di bidang
ilmu pengetahuan kemudian berkembang ke arah revolusi teknologi dan industri. Perubahan
tersebut membawa perubahan orientasi kehidupan masyarakat baik di bidang sosial, ekonomi
maupun politik. Paham liberalisme berkembang dari akar-akar rasionalisme yaitu paham yang
meletakkan rasio sebagai sumber kebenaran tertinggi, materialisme yang meletakan materi
sebagai nilai tertinggi, empirisme yang mendasarkan atas kebenaran fakta empiris (yang dapat
ditangkap dengan indera manusia), serta individualisme yang meletakkan nilai dan kebebasan
individu sebagai nilai tertinggi dalam kehidupan masyarakat dan negara.
Berpangkal dari dasar ontologis bahwa manusia pada hakikatnya adalah sebagai
makhluk individu yang bebas. Manusia menurut paham liberalisme memandang bahwa
manusia sebagai manusia pribadi yang utuh dan lengkap dan terlepas dari manusia lainnya.
Manusia sebagai individu memiliki potensi dan senantiasa berjuang untuk dirinya sendiri. Dalam
pengertian inilah maka dalam hidup masyarakat bersama akan menyimpan potensi konflik,
manusia akan menjadi ancaman bagi manusia lainnya yang menurut istilah Hobbes disebut
“Homo homini lupus” sehingga manusia harus membuat suatu perlindungan bersama. Atas
dasar kepentingan bersama. Negara menurut liberalisme harus tetap menjamin kebebasan
individu, dan untuk itu maka manusia secara bersama-sama mengatur negara.
Atas dasar ontologis hakikat manusia tersebut maka dalam kehidupan masyarakat
bersama yang disebut negara, kebebasan individu sebagai basis demokrasi bahkan hal ini
merupakan unsur yang fundamental. Dasar-dasar demokrasi inilah yang merupakan referensi
model demokrasi di berbagai negara pada awal abad ke-19 (Poespowardoyo, 1989). Namun
demikian dalam kapasitas manusia sebagai rakyat dalam negara, maka sering terjadi
perbedaan persepsi. Liberalisme tetap pada suatu prinsip bahwa rakyat adalah merupakan

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


12 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
ikatan dari individu-individu yang bebas, dan ikatan hukumlah yang mendasari kehidupan
bersama dalam negara.
Berdasarkan latar belakang timbulnya paham liberalisme yang merupakan sintesa dari
beberapa paham antara lain paham materialisme, rasionalisme, empirisme dan individualisme
maka dalam penerapan ideologi tersebut dalam negara senantiasa didasari oleh aliran-aliran
serta paham-paham tersebut secara keseluruhan. Kebebasan manusia dalam realisasi
demokrasi senantiasa mendasarkan atas kebebasan individu di atas segala-galanya. Rasio
merupakan hakikat tingkatan tertinggi dalam negara, sehingga dimungkinkan akan
berkedudukan lebih tinggi dari pada nilai religius. Atas dasar inilah perbedaan sifat serta
karakter bangsa sering menimbulkan gejolak dalam menerapkan demokrasi yang hanya
mendasarkan pada paham liberalisme. Termasuk di Indonesia sendiri pada era reformasi ini
yang tidak semua orang memahami makna demokrasi sehingga penerapan yang dipaksakan
yang tidak sesuai dengan kondisi objektif bangsa dalam kenyataannya menimbulkan banyak
konflik.
Negara liberal hakikatnya mendasarkan pada kebebasan individu. Negara adalah
merupakan alat atau sarana individu, sehingga masalah agama dalam negara sangat
ditentukan oleh kebebasan individu. Paham liberalisme dalam pertumbuhannya sangat
dipengaruhi oleh paham rasionalisme yang mendasarkan atas kebenaran rasio. Materialisme
yang mendasarkan atas hakikat materi, empirisme yang mendasarkan atas kebenaran
pengalaman indra serta individu yang mendasarkan atas kebebasan individu (Soeryanto,
1989:185).
Negara memberi kebebasan kepada warganya untuk memeluk agama dan menjalankan
ibadah sesuai dengan agamanya masing-masing. Namun dalam negara liberal juga diberi
kebebasan untuk tidak percaya terhadap Tuhan atau atheis, bahkan negara liberal memberi
kebebasan warganya untuk menilai dan mengkritik agama misalnya tentang Nabi, Rasul, Kitab
Suci bahkan Tuhan sekalipun. Misalnya Salman Rusdi yang mengkritik kitab suci dengan
tulisan ayat-ayat setan. Karena menurut paham liberal bahwa kebenaran individu adalah
sebagai sumber kebenaran tertinggi.
Nilai-nilai agama dalam negara dipisahkan dan dibedakan dengan negara, keputusan
dan ketentuan kenegaraan terutama peraturan perundang-undangan sangat ditentukan oleh
kesepakatan individu-individu sebagai norma agama. Misalnya UU Aborsi di negara Irlandia
tetap diberlakukan walaupun ditentang oleh Gereja dan Agama lainnya, karena UU tersebut
merupakan hasil referendum.
Berdasarkan pandangan filosofis tersebut hampir dapat dipastikan bahwa dalam sistem
negara liberal membedakan dan memisahkan antara negara dengan agama atau bersifat
sekuler.

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


13 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
Ideologi Sosialisme Komunis
Berbagai macam konsep dan paham sosialisme sebenarnya hanya paham
komunismelah sebagai paham yang paling jelas dan lengkap. Paham ini adalah sebagai bentuk
reaksi diatas perkembangan masyarakat kapitalis sebagai hasil dari ideologi liberal.
Berkembangnya paham individualisme liberalisme yang berakibat munculnya masyarakat
kapitalis menurut paham ini mengakibatkan penderitaan rakyat, sehingga komunisme muncul
sebagai reaksi atas penindasan rakyat kecil oleh kalangan kapitalis yang didukung pemerintah.
Bertolak belakang dengan paham liberalisme individualisme, maka komunisme yang
dicetuskan melalui pemikiran Karl Marx memandang bahwa hakikat, kebebasan dan hak
individu itu tidak ada. Ideologi komunisme mendasarkan pada suatu keyakinan bahwa manusia
pada hakikatnya adalah hanya makhluk sosial saja. Manusia pada hakikatnya adalah
merupakan sekumpulan relasi, sehingga yang mutlak adalah komunitas dan bukannya
individualitas. Hak milik pribadi tidak ada karena hal ini akan menimbulkan kapitalisme yang
pada gilirannya akan melakukan penindasan pada kaum proletar. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa individualisme merupakan sumber penderitaan rakyat. Oleh karena itu hak milik
individual harus diganti dengan hak milik kolektif, individualisme diganti sosialisme komunis.
Oleh karena tidak adanya hak individu, maka dapat dipastikan bahwa menurut paham
komunisme bahwa demokrasi individualis itu tidak ada yang ada adalah hak komunal.
Dalam masyarakat terdapat kelas-kelas yang saling berinteraksi secara dialektis, yaitu
kelas kapitalis dan kelas proletar, buruh. Walaupun kedua hal tersebut bertentangan namun
saling membutuhkan. Kelas kapitalis senantiasa melakukan penindasan atas kelas buruh
proletar. Oleh karena itu harus dilenyapkan. Hal ini hanya dapat dilakukan melalui suatu
revolusi. Hal inilah yang merupakan konsep kaum komunis untuk melakukan suatu perubahan
terhadap struktur masyarakat. Untuk merubah suatu suprastruktur masyarakat harus dilakukan
dengan mengubah secara revolusioner infrastruktur masyarakat. Menurut komunisme ideologi
hanya diperuntukkan bagi masyarakat secara keseluruhan. Etika ideologi komunisme adalah
mendasarkan suatu kebaikan hanya pada kepentingan demi keuntungan kelas masyarakat
secara totalitas. Atas dasar inilah maka komunisme mendasarkan moralnya pada kebaikan
yang relativ demi keuntungan kelasnya, oleh karena itu segala cara dapat dihalalkan.
Dalam kaitannya dengan negara, bahwa negara adalah sebagai manifestasi dari
manusia sebagai makhluk komunal. Mengubah masyarakat secara revolusioner harus berakhir
dengan kemenangan pada pihak kelas proletar. Sehingga pada gilirannya pemerintahan negara
harus dipegang oleh orang-orang yang meletakkan kepentingan pada kelas proletar. Demikian
juga hak asasi dalam negara hanya berpusat pada hak kolektif, sehingga hak individual pada

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


14 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
hakikatnya adalah tidak ada. Atas dasar pengertian inilah maka sebenarnya komunisme adalah
anti demokrasi dan hak asasi manusia.
Paham komunisme dalam memandang hakikat hubungan negara dengan agama
mendasarkan pada pandangan filosofis materialisme dialektis dan materialisme historis. Hakikat
kenyataan tertinggi menurut paham komunisme adalah materi. Namun materi menurut
komunisme berada pada ketegangan intern secara dinamis bergerak dari keadaan (tesis) ke
keadaan lain (antitesis) kemudian menyatukan (sintesis) ke tingkat yang lebih tinggi.
Selanjutnya sejarah sebagaimana berlangsungnya suatu proses sangat ditentukan oleh
fenomena-fenomena dasar, yaitu dengan suatu kegiatan-kegiatan yang paling material yaitu
fenomena-fenomena ekonomis. Dalam pengertian inilah menurut Komunisme yang dipelopori
oleh K. Marx, menyatakan bahwa manusia adalah merupakan suatu hakikat yang menciptakan
dirinya sendiri dengan menghasilkan sarana-sarana kehidupan sehingga sangat menentukan
dalam perubahan sosial, politik, ekonomi, kebudayaan bahkan agama. Dalam pengertian ini
maka komunisme berpaham atheis, karena manusia ditentukan oleh dirinya sendiri. Agama
menurut komunisme adalah suatu kesadaran diri bagi manusia yang kemudian menghasilkan
masyarakat negara. Agama menurut komunisme adalah realisasi fanatis makhluk manusia,
agama adalah keluhan makhluk tertindas. Oleh karena itu menurut komunisme Marxis, agama
adalah merupakan candu masyarakat (Marx, dalam Louis Leahy, 1992:97,98).
Negara yang berpaham komunisme adalah bersifat atheis bahkan bersifat antitheis,
melarang dan menekan kehidupan agama. Nilai yang tertinggi dalan negara adalah materi
sehingga nilai manusia ditentukan oleh materi.

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


15 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
PERBANDINGAN IDEOLOGI PANCASILA DENGAN IDEOLOGI LAIN

IDEOLOGI
LIBERALISME KOMUNISME SOSIALISME PANCASILA
ASPEK

POLITIK/HUKUM - Demokrasi - Demokrasi - Demokrasi - Demokrasi Pancasila


liberal rakyat untuk - Hukum untuk
- Hukum untuk - Berkuasa kolektivitas menjunjung tinggi
melindungi mutlak satu - Diutamakan keadilan dan
individu parpol kebersamaan keberadaban individu
- Dalam politik - Hukum untuk - Masyarakat dan masyarakat
mementingkan melanggengka sama dengan
individu n komunis negara

EKONOMI - Peran negara - Peran negara - Peran negara - Peran negara ada
kecil dominan ada untuk untuk tidak terjadi
- Swasta - Demi pemerataan monopoli, dll yang
mendominasi kolektivitas - Keadilan merugikan rakyat
- Kapitalisme berarti demi distributif yang - Pelaku ekonomi :
- Monopoli negara diutamakan BUMN (Negara)
- Persaingan - Monopoli KOPERASI (Rakyat),
bebas negara SWASTA (Individu)

AGAMA - Agama urusan - Agama candu - Agama harus - Bebas memilih salah
pribadi masyarakat mendorong satu agama
- Bebas - Agama harus berkembangn - Agama harus
beragama dijauhkan dari ya menjiwai dalam
- Bebas memilih masyarakat kebersamaan kehidupan
agama - Atheis bermasyarakat,
- Bebas tidak berbangsa dan
beragama bernegara

- Individu diakui
keberadaannya
PANDANGAN - Individu lebih - Individu tidak - Masyarakat
- Masyarakat diakui
penting penting lebih penting
TERHADAP keberadaannya
daripada - Masyarakat daripada
- Hubungan individu
INDIVIDU DAN masyarakat tidak penting individu
dan masyarakat
- Masyarakat - Kolektivitas
MASYARAKAT dilandasi 3S (Selaras,
diabdikan bagi yang dibentuk
Serasi, Seimbang)
individu negara lebih
- Masyarakat ada
penting
karena ada individu

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


16 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
- Individu akan
mempunyai arti
apabila hidup di
tengah masyarakart

CIRI KHAS - Penghargaan - Atheisme - Kebersamaan - Keselarasan,


atas HAM - Dogmatisme - Akomodasi keseimbangan, dan
- Demokrasi - Otoriter - Jalan tengah keserasian dalam
- Negara Hukum - Ingkar HAM setiap aspek
- Menolak - Reaksi kehidupan
Dogmatis terhadap
- Reaksi Liberalisme
terhadap dan
absolutisme Kapitalisme

Kesimpulan
a. Pancasila sebagai ideologi terbuka sudah terdapat dalam bagian penjelasan UUD’45
secara tersirat

b. Terdapat Aturan Pokok (ND), Aturan Penyelenggaraan (NI) dan Semangat para
penyelenggara negara (NP)

c. Rumusan secara konseptual tahun 1985

d. Perbedaan konseptual dalam tiga tataran nilai (ND, NI. dan NP) untuk : melayani
dinamika masyarakat, menjernihkan wawasan dan untuk dapat mengamalkan
secara konsisten, kontekstual dan aktual.

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


17 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id
Daftar Pustaka

Alfian,Dalam Pancasila Sebagai Ideologi.Pancasila Sebagai Ideologi Dalam Kehidupan


Politik.Jakarta:BP-7 Pusat 1991.

Budiarjo,Miriam.Dasar Ilmu Politik.Jakarta Gramedia Pustaka Utama 1991.

Bakry,Noor MS. Oriental Filsafat Pancasila. Yogyakarta,Liberty,1990.

Bakry,Noor MS. Pancasila Yuridis Kenegaraan. Yogyakarta,Liberty,1994

Darmodiharjo,cs Darji.Santiaji Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional, 1981.

Darmodiharjo, Darji. Mimbar BP-7. Pengertian Nilai, Norma, Moral, Etika, Pandangan
Hidup.Jakarta: BP-7 Pusat,1995/1996,No.76.

Djuharno,Hasanudin.Pancasila dan Undang - Undang Dasar 1945.Bandung,1989.

KMKLU Universitas Kristen Maranatha, Diktat Kuliah Pendidikan Pancasila,2009.

Hatta, Mohamad cs. Uraian Pancasila. Jakarta: Mutiara,1980.

Kaelan,M.S, Pancasila Sebagai Filsafat, Pancasila Sebagai Etika Politik, Paradigma


Bermasyarakat, Berbangsa dan Bernegara. Paradigma Yogyakarta,2003.

Laboratorium Pancasila IKIP Malang. Glossarium Sekitar Pancasila. Surabaya : Usaha Nasional,
1981.

Mubyarto. Dalam Pancasila Sebagai Ideologi. Pancasila Sebagai Ideologi Dalam


Kehidupan Kebudayaan. Jakarta BP-7 Pusat,1981.

Notosusanto, Nugroho. Proses Perumusan Pancasila Dasar Negara, Jakarta : PN Balai


Pustaka,1981.

http://pengertianadalahdefinisi.blogspot.co.id/2013/12/proses-perumusan-pancasila-sebaga-dasar
.html Wisma Djokosutarto,SH.,1991.

‘20 Pendidikan Pancasila Biro Akademik dan Pembelajaran


18 Nama Dosen Pengampu http://www.widyatama.ac.id

Anda mungkin juga menyukai