Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penerapan Prinsip dan
Implementasi Upaya Pencegahan Penularan” dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keeperawatan Maternitas. Meskipun kami sudah
mengumpulkan banyak referensi untuk membangun makalah ini, tetapi kami menyadari
bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran membangun dari para
pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik. Akhir kata kami berharap makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
BAB III...............................................................................................................................
PENUTUP .........................................................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Antenatal Care (ANC) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil terpenting
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Mufdlilah, 2009). Dengan ANC
perkembangan kondisi ibu hamil setiap saat akan terpantau dengan baik dan pengetahuan
tentang persiapan melahirkan akan bertambah. Cakupan ANC dipantau melalui ANC baru
ibu hamil ke-1 sampai kunjungan ke-4 dan pelayanan ANC sesuai standar paling sedikit
empat kali (K4). Di jawa tengah sendiri cakupan (K4) mengalami fluktuasi dari tahun 2007
sebesar 87,05% meningkat menjadi 90,14% di tahun 2008, dan 93,39% pada tahun 2009
tetapi terjadi sedikit penurunan di tahun 2010 yaitu 92,04%, yang mana masih dibawah target
pencapaian tahun 2015 yaitu 95%. Meskipun demikian, cakupan kunjungan ANC di provinsi
Jawa Tengah tahun 2010 lebih tinggi bila dibandingkan dengan cakupan nasional yaitu 84%
(Dinkesjateng, 2010). Pemanfaatan pelayanan ANC oleh sejumlah ibu hamil di Indonesia
belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan. Hal ini cenderung akan
menyulitkan tenaga kesehatan dalam melakukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu
hamil secara teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor risiko kehamilan
yang penting untuk segera ditangani (Depkes RI, 2010). Kurangnya pemanfaatan ANC oleh
ibu hamil ini berhubungan dengan banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah pengetahuan
ibu hamil (Kuswanti, 2014).
Tujuan Antenatal Care (ANC) Pelayanan Antenatal care dikemukakan beberapa tujuan antara
lain :
1) Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan bayi.
3) Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan
dan kebidanan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh
dan berkembang secara normal.
7) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas
dan aspek keluarga berencana.
8) Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal (Sarwono, 2012).
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Kebijakan
teknis pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Saifuddin, 2006, secara keseluruhan
meliputi komponen- komponen sebagai berikut
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil secara
berkala untuk menjaga keselamatan ibu dan janin (Saifuddin, 2006).Pemeriksaan ANC
adalah suatu program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu
hamil, guna memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
Antenatal care (ANC) merupakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu
dengan tujuan menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
Definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Antenatal care atau pemeriksaan kehamilan
adalah pelayanan yang diberikan kepada wanita hamil dengan melakukan pemeriksaan dan
pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil
sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan air susu ibu (ASI) dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.
1. Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan bayi.
3. Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan
dan kebidanan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh
dan berkembang secara normal.
7. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas
dan aspek keluarga berencana.
8. Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal
Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Kebijakan
teknis pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Saifuddin, 2006, secara keseluruhan
meliputi komponen- komponen sebagai berikut :
Menurut Kemenkea RI (2010) tempat pemberian pelayanan Antenatal Care dapat status aktif
meliputi :
1. Puskesmas
2. Puskesmas pembantu
3. Pondok bersalin desa
4. Posyandu
5. Rumah penduduk (pada kunjungan kegiatan puskesmas) Rumah sakit pemerintah atau
swasta
6. Rumah sakit bersalin
7. Tempat praktek swasta (bidan, dokter).
2.4 Jadwal Pemeriksaan ANC
Memperhatikan batasan dan tujuan pelayanan ANC, maka jadwal pemeriksaan sebagai
berikut:
1. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid atau tidak
menstruasi.
2. Pemeriksaan ulang dilakukan setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan, setiap 2
minggu sekali sampai usia kehamilan 9 bulan dan setiap 1 minggu sekali sejak usia
kehamilan 9 bulan sampai melahirkan.
3. Pemeriksaan khusus dilakukan bila ada keluhan tertentu yang dirasakan oleh ibu
hamil (Manuaba, 2013).
Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang
memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan
tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat
juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya ataupun di
puskesmas (Kemenkes RI, 2015).
b. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K-4)
Dengan indikator cakupan pelayanan ibu hamil (K-4) dapat diketahui cakupan
pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah,
disamping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA
(Kemenkes RI, 2015) Rumusnya adalah sebagai berikut :
Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan Antenatal sesuaidengan standar,
paling sedikit empat kali syarat kunjungan selama periode antenatal yaitu:
Dewi (2011) menyatakan bahwa pada saat ibu hamil melakukan kunjungan kehamilan, ibu
hamil tersebut akan mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan ibu.
2. Kunjungan II (15-28 minggu) dan III (29-36 minggu) bertujuan untuk hal-hal berikut ini:
3. Kunjungan IV (36 minggu) sampai lahir bertujuan untuk hal-hal berikut ini:
1) Ibu seringkali tidak berhak memutuskan sesuatu; karena hal itu hak suami atau
mertua, sementara mereka tidak mengetahui perlunya memeriksakan kehamilan dan
hanya mengandalkan cara-cara tradisional.
2) Fasilitas untuk pelayanan antenatal tidak memadai, tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, tidak memungkinkan kerahasiaan, harus menunggu lama atau perlakuan
petugas yang kurang memuaskan (petugas tidak melakukan asuhan sayang ibu)
3) Beberapa ibu tidak mengetahui mereka harus memeriksakan kehamilannya, maka ibu
tidak melakukannya.
4) Transportasi yang sulit, baik bagi ibu untuk memeriksakan kehamilan maupun bagi
bidan untuk mendatangi mereka.
5) Kurangnya dukungan tradisi dan keluarga yang mengizinkan seorang wanita
meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya.
6) Takhyul atau keraguan untuk memeriksakan kehamilan kepada petugas kesehatan.
2.7 Progaram K4
K1 / kunjungan baru ibu hamil yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya
terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. K1 dibedakan menjadi 2 yaitu K1 murni
(kunjungan pertama kali dilakukan pada waktu trimester satu kehamilan) dan K1 akses
(kunjungan pertama kali diluar trimester satu selama masa kehamilan, dilakukan di trimester
II maupun di trimester III).
Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada perawatan antenatal adalah sebagai berikut:
Pada periode ini pemeriksaan dilakukan minimal 1 kali. Hendrawan (2008) menuturkan
mengingat manifestasi klinik kasus kegawat daruratan obstetrik yang berbeda-beda dalam
rentang yangcukup luas, maka perlu dilakukan kunjungan ANC yang teratur. Pada trimester
II, ibu hamil diajurkan periksa kehamilan 1 bulan sekali sampai umur kehamilan 28 minggu.
Adapun tujuan pemeriksaan kehamilan di trimester II menurut Saifuddin (2012) ialah sebagai
berikut:
Pada periode ini pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu jika klien tidak mengalami keluhan
yang membahayakan dirinya dan atau kandungannya sehingga membutuhkan tindakan
segera. Rancangan pemeriksaan meliputi anamnesa terhadap keadaan normal dan keluhan ibu
hamil trimester III, pemeriksaan fisik (umum, khusus, dan tambahan pada bulan ke-9
dilakukan pemeriksaan setiap minggu). Kelahiran dapat terjadi setiap waktu oleh karena itu
perlu diberikan petunjuk kapan harus datang ke rumah sakit. Menurut Wignjosastro (2013),
jadwal kunjungan ulang selama hamil trimester III adalah setiap dua minggu dan sesudah 36
minggu setiap satu minggu. Menurut Saifuddin (2012) menuturkan tujuan kunjungan
pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu :
1) Pendidikan
2) Pekerjaan
3) Usia ibu
4) Pendapatan
1. Pendidikan
Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana
untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang negara yang baik (menurut
GBHN). Menurut Depdiknas (2005) Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku
seseorang atau kelompok orang dulu usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik.
Pendidikan ibu memiliki pengaruh yang kuat dan penting dalam hal pelayanan kesehatan
diantaranya pada pelaksanaan program ANC. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu
semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pengetahuan yang dimiliki dan
kesadaran ibu untuk posyandui bayi akan meningkat (Maulana, 2013). Menurut Depdiknas
(2005), Pendidikan dibagi menjadi tiga kategori :
2. Pekerjaan
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadi KEP adalah para Ibu yang menerima pekerjaan
tetap sehingga harus meninggalkan balitanya dari pagi sampai dengan sore. Anak-anak
terpaksa ditinggalkan di rumah sehingga tidak mendapatkan perhatian dan pemberian
makanan tidak dilakukan dengan semestinya. Oleh karena itu alangkah baiknya balita yang
ditinggalkan di tampung di 27 badan sosial atau yang lain untuk dirawat dan diberi konsumsi
makan yang baik (Pudjiadji, 2010).
3. Pendapatan
Pendapatan merupakan suatu hasil yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga dari
berusaha atau bekerja. Jenis masyarakat bermacam ragam, seperti bertani, nelayan, beternak,
buruh, serta berdagang dan juga bekerja pada sektor pemerintah dan swasta (Pitma, 2015).
4. Umur Ibu
Dalam kamus Bahasa Indonesia(1995) umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak
dilahirkan atau diadakan). Sedangkan menurut Hastono (2009), bahwa pada ibu yang
berumur muda dan baru memiliki anak akan cenderung memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap anak mereka, seiring bertambah usia, bertambah kesibukan dan bertambah
jumlah anak maka ini akan mempengaruhi motivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang baik untuk anak.
Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melaui indera yang dimilikinya. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Meliono, 2010). Kognitif atau
pengetahuan merupakan domain terpenting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku
setiap hari, sehingga dapat dikatakan 29 bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap
tindakan seseorang (Meliono, 2010).
Pengetahuan mencakup akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-
hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan
yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan, mengingat
(recall) atau mengenal kembali (recognition). 30 Pengetahuan mempunyai enam tingkatan,
yaitu sebagai berikut:
1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya (recall) dan merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehention), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintasis (synthesis), menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek atau materi.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat
tersebut (Meliono, 2010).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga
merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Gerungan (2012),
sikap merupakan pendapat maupun pandangan seseorang tentang suatu objek yang
mendahului tindakannya
b) Sikap Individu
Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual berkenaan
dengan objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk
karena sifat pribadi diri sendiri. Sikap juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk
kecenderungan untuk bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon evaluative
yaitu suatu respon yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.
Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu :
1. Selalu ada objeknya.
2. Biasanya bersifat evaluative.
3. Relatif mantap.
4. Dapat dirubah.
Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu (Yussiana, 2010). Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu (Azwar, 2011):
Ketiga komponen yang disebutkan di atas akan membentuk sikap yang utuh (total attitude),
dalam penentuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap adalah
kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain, objek
atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap tersebut baru
diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu tercermin dari perilaku
seseorang. Menurut Ahmadi (2011), sikap dibedakan menjadi :
1. Sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui
terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.
2. Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang berlaku
dimana individu itu berada. Menurut Notoatmodjo (2012),
sikap mempunyai beberapa tingkatan :
1. Menerima (receiving). Menerima (receiving) dapat diartikan bahwa orang atau subjek
mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
2. Merespon (responding). Merespon (responding) adalah memberi jawaban apabila
ditolak, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
dari suatu sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti
orang menerima ide tersebut.
3. Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab (responsible) atas sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko atau merupakan sikap yang paling tinggi.
4. Menghargai (valuing). Menghargai (valuing) adalh mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Pengukuran sikap dapat dilakukan
secara langsung atau tidak langsung, melalui pendapat atau pertanyaan responden
terhadap suatu objek secara tidak langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis,
kemudian dinyatakan pendapat responden.
Akses berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial,
ekonomi, budaya, organisasi atau hambatan bahasa. Akses umumnya diukur dengan jarak
tempuh (waktu bepergian) ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dalam suatu masyarakat.
Faktor demografi sangat kuat hubungannya dengan kunjungan ke pelayanan kesehatan
umum. Penduduk yang hidup di daerah terpencil maupun di daerah pedesaan merasakan
bahwa tidak mempunyai akses yang bervariasi dari penyedia pelayanan yang kompeten yang
diberikan pada penghuninya. Hatta GR, 2016, mengatakan bahwa jarak merupakan alasan
terkuat penduduk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan karena jarak merupakan
tambahan beban bagi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kesulitan transport merupakan hal
yang tidak dapat ditolerir (Hatta GR, 2016).
Dukungan keluarga didefinisi dari dukungan sosial. Dukungan sosial (Social Support)
didefenisikan sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau
tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan
emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya dukungan sosial suami ada 5
yaitu: Dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental, dukungan
penghargaan, dukungan dari kelompok sosial.
Menurut Kepmenkes RI, (2009) dukungan keluarga adalah bantuan yang bermanfaat secara
emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, bantuan instrumental,
emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang
tua, mertua, maupun saudara lainnya. (Ali, 2011), menyatakan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial individu yang ada didalamnya, dilihat
dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk
mencapai tujuan umum secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi) (Suprajitno,
2014).
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil secara
berkala untuk menjaga keselamatan ibu dan janin (Saifuddin, 2006).Pemeriksaan ANC
adalah suatu program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu
hamil, guna memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.
Antenatal care (ANC) merupakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu
dengan tujuan menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
LATIHAN SOAL
Ny. Jane 38 tahun G3P2A0 kehamilan usia 24 minggu datang ke klinik UNIZAR untuk
memeriksakan kehamilannya. la mengeluh mual muntah berlebih setiap pagi hingga
menyebabkan mudah pingsan saat bekerja. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/70
mmHg, N: 88x/menit. RR 20x/menit, T: 36,7°C, TB: 160 cm, BB: 55 kg. Kongjungtiva
pucat, sclera tidak ikterik. Tidak ada pembesaran hati dan limpa. Pemeriksaan ginekologi,
TFU: 28cm, DJJ 100 x/menit. Berdasarkan pemeriksaan denyut jantung janin mengalami
bradikardi.
Ny. Apple 23 tahun GIPOAO kehamilan usia 12 minggu datang ke RS.UNIZAR untuk
memeriksakan kehamilannya. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, N:
80x/menit, RR 24x/menit, T: 37,0°C, TB: 155 cm, BB: 55 kg. Ny. Apple mengeluhkan
kurangnya informasi mengenai pemeriksaan yang dapat dilakukannya selama kehamilan
karena ia adalah seorang ibu muda sehingga dokter RS.UNIZAR memberikan informasi
mengenai asuhan antenatal kepadanya.
2. Yang tidak termasuk tujuan dari asuhan antenatal/ antenatal care adalah?
a. Menentukan usia gestasi janin
b. Menentukan status kesehatan ibu dan janin
c. Menentukan jenis kelamin jenis pada triwulan peratama
d. Memulai rencana untuk melanjutkan perawatan obstetrik
e. Memastikan keselamatan dan kesehatan kehamilan
3. Program pelayanan antenatal care yang harus dilakukan ibu hamil minimal?
a. Triwulan pertama satu kali, triwulan kedua satu kali, triwulan ketiga dua kali
b. Triwulan pertama dua kali, triwulan kedua satu kali, triwulan ketiga satu kali
c. Triwulan pertama satu kali, triwulan kedua dua kali, triwulan ketiga satu kali
d. Triwulan pertama dua kali, triwulan kedua dua kali, triwulan ketiga tidak perlu
e. Triwulan pertama tidak perlu, triwulan kedua satu kali, triwulan ketiga dua kali
Seorang ibu, 25 tahun G2P1A0 kehamilan usia 35 minggu datang bersama suaminya untuk
memeriksakan kehamilan. Ia mengeluh merasa pusing dan kelelahan selama kehamilan
padahal tidak beraktifitas yang berat. Selain itu ia khawatir karena gerakan janin semakin
jarang yaitu hanya dirasa 2 kali dalam sehari. Dari pemeriksaan fisik, ibu tampak pucat, TD:
130/90 mmhg, N:100x/menil, RR: 24x/menit, Suhu Tubuh: 37,2°C, DJJ: 9-10-9. Dari
pemeriksaan darah, kadar Hb 7 g/dL, Het 30%. Dokter memeriksa denyut jantung janin
tersebut menggunakan alat laennec.
5. Jika dokter ingin melakukan pemeriksaan untuk menentukan bagian janin yang berada di
fundus uteri, maka dokter dapat melakukan pemeriksaan?
a. Leopold IV
b. h. Leopold III
c. Leopold II
d. Leopold I
e. Leopold V
6. Ny. Sari berusia 27 tahun GIPOAO kehamilan usia 20 minggu datang bersama suaminya
untuk melakukan memeriksakan kehamilannya. Pasien mengeluhkan mual dan muntah
hingga tidak mampu melakukan aktivitas biasa. Suaminya khawatir dengan kondisinya
tersebbut dikarenakan pasien tidak mau makan dan terlihat sangat pucat. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/80 mmHg, N: 90x/menit, RR 20x/menit, T; 36.7°C.
TB: 160 cm, BB: 55 kg. Kongjungtiva pucat, selera tidak ikterik. Tidak ada pembesaran
hati dan limpa. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan obstetri. TFU normal
kehamilan Ny. Sari adalah?
a. 1/3 di atas simpisis
b. 2/3 di atas simpisis
c. Setinggi pusat
d. 1/3 di atas pusat
e. Setinggi prosesus xifoideus
7. Ny. Tita berusia 25 tahun G2P1A0 kehamilan 36 minggu datang ke klinik bersma
suaminya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Pasien hanya mengeluhkan cepat
lelah ketika beraktifitas biasa. Pada pemeriksaan fisik tanda vital pasien masih dalam
batas normal. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan leopold, pada pemeriksaan
leopold II teraba bagian kanan teraba bagian lurus membujur dari atas ke bawah.
Interpretasi pada pemeriksaan leopold tersebut adalah
a. Bagian kepala janin
b. Bagian ekstremitas janin
c. Bagian punggung janin
d. Bagian bokong janin
e. Bagian tali pusat
8. Ny. Tita berusia 25 tahun G2P1A0 kehamilan 36 minggu datang ke klinik bersma
suaminya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Pasien hanya mengeluhkan cepat
lelah ketika beraktifitas biasa. Pada pemeriksaan fisik tanda vital pasien masih dalam
batas normal. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan leopold, pada pemeriksaan
leopold I teraba bulat lunak.
Interpretasi pada pemeriksaan leopold tersebut adalah
a. Bagian kepala janin
b. Bagian ekstremitas janin
c. Bagian punggung janin
d. Bagian bokong janin
e. Bagian tali pusat
10. Ny. Lala berusia 25 tahun datang ke klinik bersama suaminya untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan. Pasien ingin berkonsultasi kepada dokter mengenai hari
persalinannya, pasien memiliki siklus haid yang teratur yaitu 35 hari dan hari pertama
pada haid terakhir pasien adalah tanggal 5 April 2018. Hitunglah taksiran persalinan Ny,
Lala...
a. 19 Januari 2019
b. 12 Februari 2019
c. 19 Maret 2019
d. 12 April 2019
e. 19 Mei 2019
DAFTAR PUSTAKA
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5988/4/BAB%20II.pdf
http://scholar.unand.ac.id/30506/2/BAB%201.pdf
http://repository.unissula.ac.id/10855/6/BAB%20I.pdf