Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH MATERNITAS

ANTENATAL CARE (ANC)

DOSEN MATA KULIAH


Ns.Sunarsih,S.Kep.,MM

DISUSUN OLEH KELOMPOK 1


Agilia Nur Fauziah (2114301002)
Ocha Rovalia (2114301016)
Premesty Regita Mayang Sari (2114301017)

Ramdhan Reza Syaefullah (2114301019)

Inayah Maula (2114301024)

Sari Amelia Putri Aruan (2114301028)

Priska Cinda Ayuwandari (2114301037)

Arni Aprilia Sari (2114301049)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN


POLTEKKES KEMENKES TANJUNGKARANG
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat
beliaulah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Penerapan Prinsip dan
Implementasi Upaya Pencegahan Penularan” dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keeperawatan Maternitas. Meskipun kami sudah
mengumpulkan banyak referensi untuk membangun makalah ini, tetapi kami menyadari
bahwa di dalam makalah yang telah kami susun ini masih terdapat banyak kesalahan serta
kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran membangun dari para
pembaca demi tersusunnya makalah lain yang lebih baik. Akhir kata kami berharap makalah
ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung,11 0ktober 2022


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................


DAFTAR ISI .....................................................................................................................
BAB I .................................................................................................................................
PENDAHULUAN..............................................................................................................

1.1 Latar belakang.................................................................................................


1.2 Tujuan...............................................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
PEMBAHASAN ................................................................................................................
2.1 Antenatal Care (ANC).....................................................................................
2.2 Tujuan Antenatal Care (ANC).......................................................................
2.3 Lokasi pelayanan Antenatal Care (ANC) atau pemeriksaan kehamilan...
2.4 Jadwal Pemeriksaan ANC..............................................................................
2.5 Standar Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care.........................................
2.6 Kunjungan K4..................................................................................................
2.7 Program K4......................................................................................................

BAB III...............................................................................................................................
PENUTUP .........................................................................................................................
3.1 Kesimpulan........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Antenatal Care (ANC) merupakan komponen pelayanan kesehatan ibu hamil terpenting
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi (Mufdlilah, 2009). Dengan ANC
perkembangan kondisi ibu hamil setiap saat akan terpantau dengan baik dan pengetahuan
tentang persiapan melahirkan akan bertambah. Cakupan ANC dipantau melalui ANC baru
ibu hamil ke-1 sampai kunjungan ke-4 dan pelayanan ANC sesuai standar paling sedikit
empat kali (K4). Di jawa tengah sendiri cakupan (K4) mengalami fluktuasi dari tahun 2007
sebesar 87,05% meningkat menjadi 90,14% di tahun 2008, dan 93,39% pada tahun 2009
tetapi terjadi sedikit penurunan di tahun 2010 yaitu 92,04%, yang mana masih dibawah target
pencapaian tahun 2015 yaitu 95%. Meskipun demikian, cakupan kunjungan ANC di provinsi
Jawa Tengah tahun 2010 lebih tinggi bila dibandingkan dengan cakupan nasional yaitu 84%
(Dinkesjateng, 2010). Pemanfaatan pelayanan ANC oleh sejumlah ibu hamil di Indonesia
belum sepenuhnya sesuai dengan pedoman yang sudah ditetapkan. Hal ini cenderung akan
menyulitkan tenaga kesehatan dalam melakukan pembinaan pemeliharaan kesehatan ibu
hamil secara teratur dan menyeluruh, termasuk deteksi dini terhadap faktor risiko kehamilan
yang penting untuk segera ditangani (Depkes RI, 2010). Kurangnya pemanfaatan ANC oleh
ibu hamil ini berhubungan dengan banyak faktor. Salah satu diantaranya adalah pengetahuan
ibu hamil (Kuswanti, 2014).

Ketidakpatuhan dalam pemeriksaan ANC dapat menyebabkan tidak dapat


diketahuinya berbagai macam kehamilan risiko tinggi yang dapat mempengaruhi
keberlangsungan kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi yang
akan mengakibatkan Angka Kematian Ibu (AKI) meningkat (Marmi, 2014). AKI di
Indonesia masih tinggi, berdasarkan hasil laporan SDKI pada tahun 2012, terdapat 359 per
100.000 kelahiran hidup yang jauh dari target MDGs 2015 sebesar 102 per 100.000 kelahiran
hidup (WHO, 2014). AKI yang diperoleh dari dinas kesehatan Kabupaten Tegal tahun 2016
terdapat 33 kasus kematian ibu, terjadi peningkatan AKI pada tahun 2015 yang mencapai 40
kasus (Dinkes Kab.Tegal, 2016).
1.2 Tujuan

Tujuan Antenatal Care (ANC) Pelayanan Antenatal care dikemukakan beberapa tujuan antara
lain :

1) Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan bayi.
3) Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan
dan kebidanan.
4) Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh
dan berkembang secara normal.
7) Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas
dan aspek keluarga berencana.
8) Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal (Sarwono, 2012).

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Kebijakan
teknis pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Saifuddin, 2006, secara keseluruhan
meliputi komponen- komponen sebagai berikut

1) Mengupayakan kehamilan yang sehat.


2) Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta rujukan
bila diperlukan.
3) Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Antenatal Care (ANC)

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil secara
berkala untuk menjaga keselamatan ibu dan janin (Saifuddin, 2006).Pemeriksaan ANC
adalah suatu program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu
hamil, guna memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.

Antenatal care (ANC) merupakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu
dengan tujuan menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.

Definisi- definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Antenatal care atau pemeriksaan kehamilan
adalah pelayanan yang diberikan kepada wanita hamil dengan melakukan pemeriksaan dan
pengawasan kehamilan untuk mengoptimalisasi kesehatan mental dan fisik ibu hamil
sehingga mampu menghadapi persalinan, nifas, persiapan memberikan air susu ibu (ASI) dan
kembalinya kesehatan reproduksi secara wajar.

2.2 Tujuan Antenatal Care (ANC)

Pelayanan Antenatal care dikemukakan beberapa tujuan antara lain :

1. Memantau kondisi kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi.
2. Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan bayi.
3. Menganalisa secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin
terjadi selama kehamilan termasuk riwayat penyakit secara umum yaitu pembedahan
dan kebidanan.
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat baik ibu maupun
bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
5. Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal dan pemberian ASI eksklusif.
6. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar tumbuh
dan berkembang secara normal.
7. Memberikan nasehat dan petunjuk yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan, nifas
dan aspek keluarga berencana.
8. Menurunkan angka kesakitan dan kematian maternal perinatal

Setiap kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau komplikasi setiap saat. Itu
sebabnya mengapa ibu hamil memerlukan pemantauan selama kehamilannya. Kebijakan
teknis pelayanan pemeriksaan kehamilan menurut Saifuddin, 2006, secara keseluruhan
meliputi komponen- komponen sebagai berikut :

1. Mengupayakan kehamilan yang sehat.


2. Melakukan deteksi dini komplikasi, melakukan penatalaksanaan awal serta
3. rujukan bila diperlukan.
4. Persiapan persalinan yang bersih dan aman.
5. Perencanaan antisipatif dan persiapan dini untuk melakukan rujukan jika terjadi
komplikasi.

2.3 Lokasi pelayanan Antenatal Care (ANC) atau pemeriksaan kehamilan

Menurut Kemenkea RI (2010) tempat pemberian pelayanan Antenatal Care dapat status aktif
meliputi :

1. Puskesmas
2. Puskesmas pembantu
3. Pondok bersalin desa
4. Posyandu
5. Rumah penduduk (pada kunjungan kegiatan puskesmas) Rumah sakit pemerintah atau
swasta
6. Rumah sakit bersalin
7. Tempat praktek swasta (bidan, dokter).
2.4 Jadwal Pemeriksaan ANC

Memperhatikan batasan dan tujuan pelayanan ANC, maka jadwal pemeriksaan sebagai
berikut:

1. Pemeriksaan pertama dilakukan segera setelah diketahui terlambat haid atau tidak
menstruasi.
2. Pemeriksaan ulang dilakukan setiap bulan sampai usia kehamilan 7 bulan, setiap 2
minggu sekali sampai usia kehamilan 9 bulan dan setiap 1 minggu sekali sejak usia
kehamilan 9 bulan sampai melahirkan.
3. Pemeriksaan khusus dilakukan bila ada keluhan tertentu yang dirasakan oleh ibu
hamil (Manuaba, 2013).

2.5 Standar Pelaksanaan Pelayanan Antenatal Care

Menurut Kemenkes RI (2010), ditingkat pelayanan dasar, pemeriksaan antenatal hendaknya


memenuhi tiga aspek pokok, yaitu:

1. Aspek medik, meliputi: diagnosis kehamilan, penemuan kelainan secara dini,


pemberian terapi sesuai dengan diagnosis.
2. Penyuluhan komunikasi dan motivasi ibu hamil, antara lain mengenai : penjagaan
kesehatan dirinya dan janinnya, pengenalan tanda-tanda bahaya dan faktor risiko yang
dimilikinya, pencarian pertolongan yang memadai secara tepat waktu.
3. Rujukan, ibu hamil dengan risiko tinggi harus dirujuk ketempat pelayanan yang
mempunyai fasilitas yang lebih lengkap.

2.6 Kunjungan K-4

a. Pengertian Kunjungan K-4

Kunjungan ibu hamil adalah pertemuan antara ibu hamil dan petugas kesehatan yang
memberi pelayanan antenatal untuk mendapatkan pemeriksaan kehamilan. Istilah kunjungan
tidak mengandung arti bahwa selalu ibu hamil yang datang ke fasilitas pelayanan, tetapi dapat
juga sebaliknya yaitu ibu hamil yang dikunjungi petugas kesehatan di rumahnya ataupun di
puskesmas (Kemenkes RI, 2015).
b. Cakupan Pelayanan Ibu Hamil (Cakupan K-4)

Dengan indikator cakupan pelayanan ibu hamil (K-4) dapat diketahui cakupan
pelayanan antenatal secara lengkap (memenuhi standar pelayanan dan menepati waktu yang
ditetapkan), yang menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil di suatu wilayah,
disamping menggambarkan kemampuan manajemen ataupun kelangsungan program KIA
(Kemenkes RI, 2015) Rumusnya adalah sebagai berikut :

Cakupan ibu hamil yang telah memperoleh pelayanan Antenatal sesuaidengan standar,
paling sedikit empat kali syarat kunjungan selama periode antenatal yaitu:

1. Satu kali kunjungan selama trimester pertama ( sebelum 14 minggu)


2. Satu kali kunjungan selama trimester kedua ( antara minggu 14-28)
3. Dua kali kunjungan selama trimester ketiga (antara minggu 28-36 minggu dan
sesudah minggu ke-36).

Dewi (2011) menyatakan bahwa pada saat ibu hamil melakukan kunjungan kehamilan, ibu
hamil tersebut akan mendapatkan pelayanan sesuai kebutuhan ibu.

1. Kunjungan I (<14 minggu) bertujuan untuk hal- hal berikut ini:

a. Penapisan dan Pengobatan Anemia


b. Pencegahan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatan
c. Perencanaan persalinan

2. Kunjungan II (15-28 minggu) dan III (29-36 minggu) bertujuan untuk hal-hal berikut ini:

a. Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya


b. Penapisan preeklamsi, gemeli, infeksi alat reproduksi dan saluran
c. perkemihan
d. Mengulang perencanaan persalinan

3. Kunjungan IV (36 minggu) sampai lahir bertujuan untuk hal-hal berikut ini:

a. Sama seperti kunjungan II dan III


b. Mengenali adanya kelainan letak dan presentasi
c. Mengenali tanda-tanda persalinan
c. Penyebab Ibu Tidak Memeriksakan Kehamilannya

Beberapa penyebab ibu tidak memeriksakan kehamilannya (kunjungan K4) yaitu


(Prawirohardjo, 2012):

1) Ibu seringkali tidak berhak memutuskan sesuatu; karena hal itu hak suami atau
mertua, sementara mereka tidak mengetahui perlunya memeriksakan kehamilan dan
hanya mengandalkan cara-cara tradisional.
2) Fasilitas untuk pelayanan antenatal tidak memadai, tidak berfungsi sebagaimana
mestinya, tidak memungkinkan kerahasiaan, harus menunggu lama atau perlakuan
petugas yang kurang memuaskan (petugas tidak melakukan asuhan sayang ibu)
3) Beberapa ibu tidak mengetahui mereka harus memeriksakan kehamilannya, maka ibu
tidak melakukannya.
4) Transportasi yang sulit, baik bagi ibu untuk memeriksakan kehamilan maupun bagi
bidan untuk mendatangi mereka.
5) Kurangnya dukungan tradisi dan keluarga yang mengizinkan seorang wanita
meninggalkan rumah untuk memeriksakan kehamilannya.
6) Takhyul atau keraguan untuk memeriksakan kehamilan kepada petugas kesehatan.

2.7 Progaram K4

1. Kunjungan 1/K1 (Trimester 1)

K1 / kunjungan baru ibu hamil yaitu kunjungan ibu hamil yang pertama kali pada masa
kehamilan. Pemeriksaan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haidnya
terlambat sekurang-kurangnya satu bulan. K1 dibedakan menjadi 2 yaitu K1 murni
(kunjungan pertama kali dilakukan pada waktu trimester satu kehamilan) dan K1 akses
(kunjungan pertama kali diluar trimester satu selama masa kehamilan, dilakukan di trimester
II maupun di trimester III).

Adapun tujuan pemeriksaan pertama pada perawatan antenatal adalah sebagai berikut:

1) Mendiagnosis dan menghitung umur kehamilan.


2) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
3) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin.
4) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak.
5) Memberikan nasehat-nasehat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana,
kehamilan, persalinan, nifas dan laktasi. Pada kunjungan pertama adalah kesempatan
untuk mengenalifaktor risiko ibu dan janin. Ibu diberitahu tentang kehamilannya,
perencanaan tempat persalinan, juga perawatan bayi dan menyusui.

2. Kunjungan 2 (Trimester II)

Pada periode ini pemeriksaan dilakukan minimal 1 kali. Hendrawan (2008) menuturkan
mengingat manifestasi klinik kasus kegawat daruratan obstetrik yang berbeda-beda dalam
rentang yangcukup luas, maka perlu dilakukan kunjungan ANC yang teratur. Pada trimester
II, ibu hamil diajurkan periksa kehamilan 1 bulan sekali sampai umur kehamilan 28 minggu.
Adapun tujuan pemeriksaan kehamilan di trimester II menurut Saifuddin (2012) ialah sebagai
berikut:

1) Pengenalan komplikasi akibat kehamilan dan pengobatannya.


2) Penapisan pre-eklamsi gemelli, infeksi alat reproduksi dan saluran perkemihan.
3) Mengulang perencanaan persalinan.

3. Kunjungan 3 dan 4 (Trimester III)

Pada periode ini pemeriksaan dilakukan setiap 2 minggu jika klien tidak mengalami keluhan
yang membahayakan dirinya dan atau kandungannya sehingga membutuhkan tindakan
segera. Rancangan pemeriksaan meliputi anamnesa terhadap keadaan normal dan keluhan ibu
hamil trimester III, pemeriksaan fisik (umum, khusus, dan tambahan pada bulan ke-9
dilakukan pemeriksaan setiap minggu). Kelahiran dapat terjadi setiap waktu oleh karena itu
perlu diberikan petunjuk kapan harus datang ke rumah sakit. Menurut Wignjosastro (2013),
jadwal kunjungan ulang selama hamil trimester III adalah setiap dua minggu dan sesudah 36
minggu setiap satu minggu. Menurut Saifuddin (2012) menuturkan tujuan kunjungan
pemeriksaan kehamilan trimester III yaitu :

1. Sama seperti kunjungan 2.


2. Mengenali adanya kelainan letak.
3. Memantapkan rencana persalinan.
4. Mengenali tanda-tanda persalinan.

Pertolongan pertama atau penanganan kegawat daruratan obstetri neonatal merupakan


komponen penting dan bagian tak terpisahkandari pelayanan maternitas di setiap tingkat
pelayanan. Bila hal tersebut dapat diwujudkan maka angka kematian ibu dapat diturunkan.
Persalinan sesungguhnya merupakan hal fisiologis yang terjadi pada wanita. Begitu pula
pendapat Arikunto (2012) bahwa sebenarnya, kelancaran persalinan sangat tergantung faktor
mental dan fisik si ibu. Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan
seimbang dengan besar bayi. Sedangkan faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu,
terutama kesiapannya dalam melahirkan.

Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Cakupan K4

1) Pendidikan
2) Pekerjaan
3) Usia ibu
4) Pendapatan

1. Pendidikan

Pendidikan sebagai penyiapan warga negara diartikan sebagai suatu kegiatan yang terencana
untuk membekali peserta didik agar menjadi warga negara yang negara yang baik (menurut
GBHN). Menurut Depdiknas (2005) Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku
seseorang atau kelompok orang dulu usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan, proses, cara dan perbuatan mendidik.

Pendidikan ibu memiliki pengaruh yang kuat dan penting dalam hal pelayanan kesehatan
diantaranya pada pelaksanaan program ANC. Semakin tinggi tingkat pendidikan seorang ibu
semakin mudah menerima informasi sehingga banyak pengetahuan yang dimiliki dan
kesadaran ibu untuk posyandui bayi akan meningkat (Maulana, 2013). Menurut Depdiknas
(2005), Pendidikan dibagi menjadi tiga kategori :

1. Tinggi : jika pendidikan terakhir responden tamat D-III /PT.


2. Menengah : jika pendidikan terakhir responden tamat SMA /Sederajat.
3. Dasar : jika pendidikan terakhir responden tamat SD /SMP/Sederajat
Pendidikan adalah jenjang pendidikan formal yang pernah dialami seseorang dan berijazah.
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang dalam kesehatan terutama pada pola asuh anak,
alokasi sumber zat gizi serta utilisasi informasi lainnya (Maulana, 2013).

2. Pekerjaan

Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadi KEP adalah para Ibu yang menerima pekerjaan
tetap sehingga harus meninggalkan balitanya dari pagi sampai dengan sore. Anak-anak
terpaksa ditinggalkan di rumah sehingga tidak mendapatkan perhatian dan pemberian
makanan tidak dilakukan dengan semestinya. Oleh karena itu alangkah baiknya balita yang
ditinggalkan di tampung di 27 badan sosial atau yang lain untuk dirawat dan diberi konsumsi
makan yang baik (Pudjiadji, 2010).

3. Pendapatan

Pendapatan merupakan suatu hasil yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga dari
berusaha atau bekerja. Jenis masyarakat bermacam ragam, seperti bertani, nelayan, beternak,
buruh, serta berdagang dan juga bekerja pada sektor pemerintah dan swasta (Pitma, 2015).

4. Umur Ibu

Dalam kamus Bahasa Indonesia(1995) umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak
dilahirkan atau diadakan). Sedangkan menurut Hastono (2009), bahwa pada ibu yang
berumur muda dan baru memiliki anak akan cenderung memberikan perhatian yang lebih
besar terhadap anak mereka, seiring bertambah usia, bertambah kesibukan dan bertambah
jumlah anak maka ini akan mempengaruhi motivasi untuk memberikan pelayanan kesehatan
yang baik untuk anak.

Hubungan Pengetahuan ibu dengan Cakupan K4

Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek
melaui indera yang dimilikinya. Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah
orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu (Meliono, 2010). Kognitif atau
pengetahuan merupakan domain terpenting untuk terbentuknya tindakan seseorang.
Pengetahuan diperlukan sebagai dorongan psikis dalam menumbuhkan sikap dan perilaku
setiap hari, sehingga dapat dikatakan 29 bahwa pengetahuan merupakan stimulasi terhadap
tindakan seseorang (Meliono, 2010).
Pengetahuan mencakup akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal-
hal itu dapat meliputi fakta, kaidah dan prinsip serta metode yang diketahui. Pengetahuan
yang disimpan dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan, mengingat
(recall) atau mengenal kembali (recognition). 30 Pengetahuan mempunyai enam tingkatan,
yaitu sebagai berikut:

1. Tahu (know), diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya (recall) dan merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehention), diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
3. Aplikasi (application), diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
4. Analisis (analysis), adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi,
dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintasis (synthesis), menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation), berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu objek atau materi.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan
tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman
pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkat
tersebut (Meliono, 2010).

Hubungan Sikap ibu dengan Cakupan K4

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu
stimulus atau objek. Sikap juga merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan juga
merupakan pelaksanaan motif tertentu (Notoatmodjo, 2003). Menurut Gerungan (2012),
sikap merupakan pendapat maupun pandangan seseorang tentang suatu objek yang
mendahului tindakannya

Menurut Ahmadi (2011) Sikap dapat dibedakan menjadi :


a) Sikap Sosial
Suatu sikap sosial yang dinyatakan dalam kegiatan yang sama dan berulang- ulang
terhadap objek sosial. Karena biasanya objek sosial itu dinyatakan tidak hanya oleh
seseorang saja tetapi oleh orang lain yang sekelompok atau masyarakat.

b) Sikap Individu
Sikap individu dimiliki hanya oleh seseorang saja, dimana sikap individual berkenaan
dengan objek yang bukan merupakan objek perhatian sosial. Sikap individu dibentuk
karena sifat pribadi diri sendiri. Sikap juga dapat diartikan sebagai suatu bentuk
kecenderungan untuk bertingkah laku, dapat diartikan suatu bentuk respon evaluative
yaitu suatu respon yang sudah dalam pertimbangan oleh individu yang bersangkutan.
Sikap mempunyai beberapa karakteristik yaitu :
1. Selalu ada objeknya.
2. Biasanya bersifat evaluative.
3. Relatif mantap.
4. Dapat dirubah.

Sikap adalah reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap stimulus atau objek.
Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus
tertentu (Yussiana, 2010). Sikap mempunyai 3 komponen pokok yaitu (Azwar, 2011):

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.


2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
3. Kecenderungan untuk bertindak.

Ketiga komponen yang disebutkan di atas akan membentuk sikap yang utuh (total attitude),
dalam penentuan, berfikir, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Sikap adalah
kecenderungan untuk merespon baik secara positif atau negatif terhadap orang lain, objek
atau situasi. Sikap tidak sama dengan perilaku dan kadang-kadang sikap tersebut baru
diketahui setelah seseorang itu berperilaku. Tetapi sikap selalu tercermin dari perilaku
seseorang. Menurut Ahmadi (2011), sikap dibedakan menjadi :

1. Sikap negatif yaitu sikap yang menunjukkan penolakan atau tidak menyetujui
terhadap norma yang berlaku dimana individu itu berada.
2. Sikap positif yaitu sikap yang menunjukkan menerima terhadap norma yang berlaku
dimana individu itu berada. Menurut Notoatmodjo (2012),
sikap mempunyai beberapa tingkatan :

1. Menerima (receiving). Menerima (receiving) dapat diartikan bahwa orang atau subjek
mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.
2. Merespon (responding). Merespon (responding) adalah memberi jawaban apabila
ditolak, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi
dari suatu sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau
mengerjakan tugas yang diberikan lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti
orang menerima ide tersebut.
3. Bertanggung jawab (responsible). Bertanggung jawab (responsible) atas sesuatu yang
telah dipilihnya dengan segala resiko atau merupakan sikap yang paling tinggi.
4. Menghargai (valuing). Menghargai (valuing) adalh mengajak orang lain untuk
mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. Pengukuran sikap dapat dilakukan
secara langsung atau tidak langsung, melalui pendapat atau pertanyaan responden
terhadap suatu objek secara tidak langsung dilakukan dengan pertanyaan hipotesis,
kemudian dinyatakan pendapat responden.

Hubugan Jarak Ke Pelayanan Kesehatan dengan Cakupan K4

Akses berarti bahwa pelayanan kesehatan tidak terhalang oleh keadaan geografis, sosial,
ekonomi, budaya, organisasi atau hambatan bahasa. Akses umumnya diukur dengan jarak
tempuh (waktu bepergian) ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat dalam suatu masyarakat.
Faktor demografi sangat kuat hubungannya dengan kunjungan ke pelayanan kesehatan
umum. Penduduk yang hidup di daerah terpencil maupun di daerah pedesaan merasakan
bahwa tidak mempunyai akses yang bervariasi dari penyedia pelayanan yang kompeten yang
diberikan pada penghuninya. Hatta GR, 2016, mengatakan bahwa jarak merupakan alasan
terkuat penduduk dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan karena jarak merupakan
tambahan beban bagi pemanfaatan pelayanan kesehatan. Kesulitan transport merupakan hal
yang tidak dapat ditolerir (Hatta GR, 2016).

Hubungan Dukungan Keluarga dengan Cakupan K4

Dukungan keluarga didefinisi dari dukungan sosial. Dukungan sosial (Social Support)
didefenisikan sebagai informasi verbal atau non-verbal, saran, bantuan yang nyata atau
tingkah laku yang diberikan oleh orang-orang yang akrab dengan subjek di dalam lingkungan
sosialnya atau yang berupa kehadiran dan hal-hal yang dapat memberikan keuntungan
emosional atau berpengaruh pada tingkah laku penerimanya dukungan sosial suami ada 5
yaitu: Dukungan emosional, dukungan informasi, dukungan instrumental, dukungan
penghargaan, dukungan dari kelompok sosial.

Menurut Kepmenkes RI, (2009) dukungan keluarga adalah bantuan yang bermanfaat secara
emosional dan memberikan pengaruh positif yang berupa informasi, bantuan instrumental,
emosi, maupun penilaian yang diberikan oleh anggota keluarga yang terdiri dari suami, orang
tua, mertua, maupun saudara lainnya. (Ali, 2011), menyatakan bahwa keluarga adalah
sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adaptasi dan kelahiran yang
bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan
perkembangan fisik, mental dan emosional serta sosial individu yang ada didalamnya, dilihat
dari interaksi yang reguler dan ditandai dengan adanya ketergantungan dan hubungan untuk
mencapai tujuan umum secara tradisional keluarga dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri ayah, ibu dan anak
yang diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2. Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain
yang masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi) (Suprajitno,
2014).

Sarafino (1994, dalam Suprajitno, 2014) mengklasifikasikan dukungan ke dalam empat


bentuk yang terdiri dari:

1. Dukungan emosional, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memperhatikan dan


memahami kondisi emosional. Orang yang menerima dukungan sosial semacam ini
merasa tentram, aman damai yang ditujukan dengan sikap tenang dan berbahagia.
Sumber dukungan ini paling sering dan umum adalah diperoleh dari pasangan hidup
atau anggota keluarga, teman dekat, dan sanak saudara yang akrab dan memiliki
hubungan harmonis.
2. Dukungan penilaian, yaitu perasaan subjek bahwa dirinya diakui oleh lingkungan
mampu berguna bagi orang lain dan dihargai usaha-usahanya. Sumber dukungan ini
dapat bersumber dari keluarga, masyarakat atau instansi (lembaga) tempat penderita
pernah bekerja.
3. Dukungan instrumental, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan sekitarnya
memberikan fasilitas-fasilitas yang diperlukan, seperti alat-alat atau uang yang dapat
meringankan penderitanya. Dukungan seperti ini umumnya berasal dari keluarga.
4. Dukungan Informatif, yaitu perasaan subjek bahwa lingkungan memberikan
keterangan yang cukup jelas mengenai hal-hal yang harus diketahuinya. Dukungan
informatif ini dapat diperoleh dari dokter, perawat dan juga tenaga kesehatan lainnya.
Menurut Taylor (2008, Website),

Ada 5 dukungan sosial suami yaitu:

1. Dukungan emosional adalah mencakup ungkapan empati, kepedulian dan perhatian


orang yang bersangkutan.
2. Dukungan informasi adalah dukungan yang diberikan apabila individu tidak mampu
menyelesaikan masalah dengan memberikan informasi, nasihat dan petunjuk tentang
cara-cara pemecahan masalah.
3. Dukungan instrumental adalah dukungan yang bersifat nyata dan dalam bentuk materi
yang bertujuan untuk meringankan beban bagi individu yang membutuhkan orang lain
untuk memenuhinya.
4. Dukungan penghargaan (penilaian) adalah dukungan yang terjadi lewat ungkapan
hormat (penghargaan positif) untuk orang lain contohnya pujian, persetujuan orang
lain.
5. Dukungan dari kelompok sosial. Bentuk dukungan ini akan membuat individu merasa
anggota dari suatu kelompok yang memiliki kesamaan minat dan aktifitas sosial
dengannya. Dengan begitu individu akan merasa memiliki teman senasib. Keluarga
adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung karena hubungan darah,
hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga,
berinteraksi satu sama lain. Kehidupan seseorang tidak serta merta hidup secara
individu, adanya bantuan dari orang lain. Keluarga merupakan orang yang paling
terdekat untuk membantu dan saling menolong terutama saat ibu hami.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Antenatal Care (ANC) adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil secara
berkala untuk menjaga keselamatan ibu dan janin (Saifuddin, 2006).Pemeriksaan ANC
adalah suatu program terencana berupa observasi, edukasi dan penanganan medik pada ibu
hamil, guna memperoleh suatu proses kehamilan dan persalinan yang aman dan memuaskan.

Antenatal care (ANC) merupakan pengawasan wanita hamil secara teratur dan tertentu
dengan tujuan menyiapkan fisik dan mental serta menyelamatkan ibu dan anak dalam
kehamilan, persalinan dan nifas.
LATIHAN SOAL

Ny. Jane 38 tahun G3P2A0 kehamilan usia 24 minggu datang ke klinik UNIZAR untuk
memeriksakan kehamilannya. la mengeluh mual muntah berlebih setiap pagi hingga
menyebabkan mudah pingsan saat bekerja. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 90/70
mmHg, N: 88x/menit. RR 20x/menit, T: 36,7°C, TB: 160 cm, BB: 55 kg. Kongjungtiva
pucat, sclera tidak ikterik. Tidak ada pembesaran hati dan limpa. Pemeriksaan ginekologi,
TFU: 28cm, DJJ 100 x/menit. Berdasarkan pemeriksaan denyut jantung janin mengalami
bradikardi.

1. Berapa kisaran nilai denyut jantung janin yang normal?


a. 90-120 x/menit
b. 120-160 x/menit
c. 100-110 x/menit
d. 160-165 x/menit
e. 80-100 x/menit

SOAL UNTUK NO 2 DAN 3

Ny. Apple 23 tahun GIPOAO kehamilan usia 12 minggu datang ke RS.UNIZAR untuk
memeriksakan kehamilannya. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 mmHg, N:
80x/menit, RR 24x/menit, T: 37,0°C, TB: 155 cm, BB: 55 kg. Ny. Apple mengeluhkan
kurangnya informasi mengenai pemeriksaan yang dapat dilakukannya selama kehamilan
karena ia adalah seorang ibu muda sehingga dokter RS.UNIZAR memberikan informasi
mengenai asuhan antenatal kepadanya.

2. Yang tidak termasuk tujuan dari asuhan antenatal/ antenatal care adalah?
a. Menentukan usia gestasi janin
b. Menentukan status kesehatan ibu dan janin
c. Menentukan jenis kelamin jenis pada triwulan peratama
d. Memulai rencana untuk melanjutkan perawatan obstetrik
e. Memastikan keselamatan dan kesehatan kehamilan
3. Program pelayanan antenatal care yang harus dilakukan ibu hamil minimal?
a. Triwulan pertama satu kali, triwulan kedua satu kali, triwulan ketiga dua kali
b. Triwulan pertama dua kali, triwulan kedua satu kali, triwulan ketiga satu kali
c. Triwulan pertama satu kali, triwulan kedua dua kali, triwulan ketiga satu kali
d. Triwulan pertama dua kali, triwulan kedua dua kali, triwulan ketiga tidak perlu
e. Triwulan pertama tidak perlu, triwulan kedua satu kali, triwulan ketiga dua kali

SOAL UNTUK NO 4 DAN 5

Seorang ibu, 25 tahun G2P1A0 kehamilan usia 35 minggu datang bersama suaminya untuk
memeriksakan kehamilan. Ia mengeluh merasa pusing dan kelelahan selama kehamilan
padahal tidak beraktifitas yang berat. Selain itu ia khawatir karena gerakan janin semakin
jarang yaitu hanya dirasa 2 kali dalam sehari. Dari pemeriksaan fisik, ibu tampak pucat, TD:
130/90 mmhg, N:100x/menil, RR: 24x/menit, Suhu Tubuh: 37,2°C, DJJ: 9-10-9. Dari
pemeriksaan darah, kadar Hb 7 g/dL, Het 30%. Dokter memeriksa denyut jantung janin
tersebut menggunakan alat laennec.

4. Untuk memudahkan mendengarkan denyut jantung janin menggunakan laennec, maka


dokter harus melakukan pemeriksaan untuk menentukan posisi punggung janin.
Pemeriksaan leopold berapa yang harus dilakukan?
a. Leopold IV
b. Leopold III
c. Leopold I
d. Leopold V
e. Leopold II

5. Jika dokter ingin melakukan pemeriksaan untuk menentukan bagian janin yang berada di
fundus uteri, maka dokter dapat melakukan pemeriksaan?
a. Leopold IV
b. h. Leopold III
c. Leopold II
d. Leopold I
e. Leopold V
6. Ny. Sari berusia 27 tahun GIPOAO kehamilan usia 20 minggu datang bersama suaminya
untuk melakukan memeriksakan kehamilannya. Pasien mengeluhkan mual dan muntah
hingga tidak mampu melakukan aktivitas biasa. Suaminya khawatir dengan kondisinya
tersebbut dikarenakan pasien tidak mau makan dan terlihat sangat pucat. Dari hasil
pemeriksaan fisik didapatkan TD 100/80 mmHg, N: 90x/menit, RR 20x/menit, T; 36.7°C.
TB: 160 cm, BB: 55 kg. Kongjungtiva pucat, selera tidak ikterik. Tidak ada pembesaran
hati dan limpa. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan obstetri. TFU normal
kehamilan Ny. Sari adalah?
a. 1/3 di atas simpisis
b. 2/3 di atas simpisis
c. Setinggi pusat
d. 1/3 di atas pusat
e. Setinggi prosesus xifoideus

7. Ny. Tita berusia 25 tahun G2P1A0 kehamilan 36 minggu datang ke klinik bersma
suaminya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Pasien hanya mengeluhkan cepat
lelah ketika beraktifitas biasa. Pada pemeriksaan fisik tanda vital pasien masih dalam
batas normal. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan leopold, pada pemeriksaan
leopold II teraba bagian kanan teraba bagian lurus membujur dari atas ke bawah.
Interpretasi pada pemeriksaan leopold tersebut adalah
a. Bagian kepala janin
b. Bagian ekstremitas janin
c. Bagian punggung janin
d. Bagian bokong janin
e. Bagian tali pusat

8. Ny. Tita berusia 25 tahun G2P1A0 kehamilan 36 minggu datang ke klinik bersma
suaminya untuk melakukan pemeriksaan kehamilan. Pasien hanya mengeluhkan cepat
lelah ketika beraktifitas biasa. Pada pemeriksaan fisik tanda vital pasien masih dalam
batas normal. Kemudian dokter melakukan pemeriksaan leopold, pada pemeriksaan
leopold I teraba bulat lunak.
Interpretasi pada pemeriksaan leopold tersebut adalah
a. Bagian kepala janin
b. Bagian ekstremitas janin
c. Bagian punggung janin
d. Bagian bokong janin
e. Bagian tali pusat

9. Ny.Intan berusia 25 tahun datang ke klinik bersama suaminya untuk melakukan


pemeriksaan kehamilan. Pasien ingin berkonsultasi kepada dokter mengenai hari
persalinannya, pasien memiliki siklus haid yang teratur yaitu 28 hari dan hari pertama
pada haid terakhir pasien adalah tanggal 8 Juni 2018. Hitunglah taksiran persalinan Ny.
Intan..
a. 22 Februari 2019
b. 15 Maret 2019
c. 22 April 2019
d. 15 Mei 2019
e. 22 Juni 2019

10. Ny. Lala berusia 25 tahun datang ke klinik bersama suaminya untuk melakukan
pemeriksaan kehamilan. Pasien ingin berkonsultasi kepada dokter mengenai hari
persalinannya, pasien memiliki siklus haid yang teratur yaitu 35 hari dan hari pertama
pada haid terakhir pasien adalah tanggal 5 April 2018. Hitunglah taksiran persalinan Ny,
Lala...
a. 19 Januari 2019
b. 12 Februari 2019
c. 19 Maret 2019
d. 12 April 2019
e. 19 Mei 2019
DAFTAR PUSTAKA

http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/5988/4/BAB%20II.pdf

http://scholar.unand.ac.id/30506/2/BAB%201.pdf

http://repository.unissula.ac.id/10855/6/BAB%20I.pdf

Anda mungkin juga menyukai