Anda di halaman 1dari 30

INSPEKTUR JENDERAL

KEMENTERIAN KESEHATAN RI

1
KEMENTERIAN
KESEHATAN
REPUBLIK
INDONESIA

Meningkatnya Transparansi Tata Kelola Pemerintahan dan


Terlaksananya Reformasi Birokrasi

PROGRAM/KEGIATAN SATKER

ASSURANCE CONSULTING ANTI CORRUPTION


ACTIITIES ACTIVITIES ACTIVITIES

PENGAWASAN INTERN OLEH APIP 2


ASSURANCE ACTIVITIES
REVIU Mendapatkan nilai tambah
EVALUASI dan meningkatkan efektivitas
AUDIT
PEMANTAUAN
dan efisiensi
§ Proses Tata Kelola,
CONSULTING ACTIVITIES
ASISTENSI
§ Manajemen Risiko, dan
KONSULTANSI
FASILITASI
§ Pengendalian Intern
PELATIHAN
UNIT KERJA/SATKER
ANTI CORRUPTION ACTIVITIES
KEGIATAN PENGAWASAN
INTERN DIKELOLA SECARA
APIP EFEKTIF
INDEPENDEN & OBJEKTIF 3
Penelitian/
Penelaahan Reviu oleh RKA-K/L -
oleh PI APIP DIPA Terbit
Eselon 1
Penelitian/
Penyusuna Penelaaha
Penelaaha
n RKA-K/L n oleh Biro
n oleh DJA
oleh Satker Perencana
an

PMK 94 Tahun 2017 Pasal 8


“Dalam rangka meningkatkan kualitas perencanaan penganggaran Kementerian/Lembaga,
RKA-K/L unit eselon I yang telah ditandatangani disampaikan kepada:
Sekretariat Jenderal c.q. Biro Perencanaan K/L untuk diteliti; dan
APIP K/L untuk direviu 4
Untuk membantu terlaksananya penyusunan
RKA-K/L dan Memberikan keyakinan terbatas
(limited assurance) dan memastikan
kepatuhan penerapan kaidah-kaidah
perencanaan penganggaran.
(Pasal 10)

5
Penelaahan atas penyusunan
dokumen rencana anggaran yang
bersifat tahunan berupa RKA-K/L
satker dan penelusuran RKA-K/L ke
dokumen sumber yang dilakukan
secara terbatas pada TOR/RAB,
dan dokumen pendukung terkait
lainnya

Ruang lingkup reviu RKA-K/L tidak


mencakup pengujian atas sistem
pengendalian intern dan pengujian
atas respon permintaan
keterangan yang biasanya
dilaksanakan dalam suatu audit.
6
Sasaran reviu adalah Menteri/Pimpinan Lembaga
memperoleh keyakinan bahwa penyusunan dokumen
perencanaan keuangan berupa RKA-K/L unit eselon I dan data
pendukung telah disusun berdasarkan Pagu Anggaran K/L
dan/atau Alokasi Anggaran K/L yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dan Menteri PPN/ Kepala Bappenas, Renja K/L, RKP
hasil kesepakatan pemerintah dengan DPR-RI dalam
pembicaraan pendahuluan rancangan APBN, standar biaya,
dan kebijakan pemerintah lainnya serta memenuhi kaidah
perencanaan penganggaran.
Lampiran III PMK 94 tahun 2017

7
REVIU DILAKSANAKAN PADA SAAT

1.Penyusunan RKA-K/L oleh Kementerian Negara/Lembaga setelah


WAKTU REVIU ditetapkannya pagu anggaran Kementerian/lembaga (bulan Juni/Juli);
RKA-K/L
(lampiran III PMK 94-2017)
2. Penyesuaian RKA-K/L oleh Kementerian Negara/Lembaga setelah
diperolehnya alokasi anggaran (bulan September/Oktober)

Pada prinsipnya, pelaksanaan reviu tidak menambah layer proses perencanaan dan penganggaran. Hal ini perlu dilakukan agar
pelaksanaan reviu dapat berjalan dengan efisien dan efektif mengingat keterbatasan waktu penyampaian RKA-K/L kepada
8
Kementerian Keuangan c.q. Direktorat Jenderal Anggaran.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK.02/2017 tentang Petunjuk
Penyusunan dan Pelaksanaan RKA-K/L dan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 48 Tahun 2017 Tentang Petunjuk


REFERENSI Perencanaan Anggaran Bidang Kesehatan (Jukren)
PERATURAN
PELAKSANAAN
REVIU RKA-K/L SE Sekretaris Jenderal Kemenkes RI Tentang Kebijakan Penganggaran No.
PR.04.01/I/2325/2020

dan peraturan terkait lainnya: peraturan kepegawaian, peraturan terkait blu,


peraturan teknis terkait, dll

9
KEBIJAKAN UMUM
Perencanaan kegiatan disusun berdasarkan :
1. Evaluasi capaian kinerja dengan data terkini dan kondisi terkait saat ini.
2. Target sasaran mendatang yang telah tercantum dalam dokumen tingkat nasional
maupun internasional , serta komitmen-komitmen yang telah disepakati dalam
berbagai forum.
3. Prioritas untuk mendukung pencapaian target pembangunan nasional bidang
kesehatan.
4. Pendekatan penganggaran berbasis money follows program, tematik, holistik,
integratif, dan spasial.

• Anggaran untuk pelaksanaan kegiatan prioritas Kemenkes, bidang, dan nasional agar
dihitung sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan efisiensi dan efektifitas
anggaran.
• Anggaran untuk pelaksanaan kegiatan tupoksi rutin sesuai Permenkes Nomor 64 Tahun
2015, seperti penyusunan NSPK, bimbingan teknis, pemantauan, monitoring dan
evaluasi dialokasikan dengan prinsip-prinsip ekonomis memperhatikan aspek
kewajaran, dan harus dilengkapi dengan logical framework.
10
KEBIJAKAN BELANJA OPERASIONAL KANTOR (BOP)
Belanja barang membiayai: a) kebutuhan sehari-hari perkantoran; b) operasional
kantor; c) langganan daya dan jasa; d) sewa; e) pemeliharaan sarana dan
prasarana kantor; e) perjalanan dinas biasa/tetap pejabat; dan g) Honorarium
pejabat perbendaharaan.

Alokasi anggaran BOP dengan memperhatikan realisasi tahun sebelumnya dan


sesuai dengan kebijakan Kemenkeu (flat policy).

Pengalokasian biaya pemeliharaan sarana dan prasarana kantor (BMN) merujuk


pada hasil penelaahan RKBMN dan SIMAK BMN.

Perjalanan dinas biasa/tetap pejabat diperuntukan untuk Menteri / Eselon I dan


kepala satker dalam rangka konsultasi/koordinasi dialokasikan sesuai batas
kewajaran.

Satker mengalokasikan anggaran untuk pemeliharaan ruangan berdasarkan


Surat Edaran nomor HK.02.02/III/3459/2017 tentang Kewenangan dan Tanggung
Jawab Pemeliharaan dan Perawatan Gedung atau Ruangan di Lingkungan Kantor
11
Pusat Kementerian Kesehatan JL HR Rasuna Said Jakarta.
PENGHEMATAN BELANJA BARANG
Belanja Honorarium
• Efisiensi honor tim, hanya diberikan untuk tambahan penugasan yang tidak memiliki relasi dengan tugas pokok dan fungsi (tusi).
Perjalanan dinas (perjadin)
• urgensi, pembatasan frekwensi dan jumlah orang
Paket meeting/Konsinyering
• Membatasi pelaksanaan paket meeting di luar kota (dengan pesawat).
• Rapat koordinasi teknis skala nasional hanya boleh dilakukan 1 kali dan dialokasikan di Sekretariat Unit Utama.
• Pertemuan monev skala nasional hanya boleh 1 kali dan dialokasikan di Sekretariat Unit Utama, mengoptimalkan IT.
Rapat Dalam Kantor (RDK)
• RDK dilaksanakan untuk membahas permasalahan yang mendesak dan tidak dapat dilaksanakan di jam kerja.
• Pembatasan frekuensi dan jumlah peserta RDK.
• RDK harus melibatkan satker eselon I/II lainnya/KL lainnya/Instansi pemerintah/masyarakat.
• Pengurangan kudapan rapat dengan pembatasan pemberian jenis/jumlah dan cara penyajian kudapan serta pengaturan jadwal
rapat yang efektif.
Belanja Barang yang Diserahkan kepada Masyarakat/Pemda (526)
• Agar dilakukan kajian terkait efektifitas dan efisiensi pemanfaatan barang yang diserahkan kepada masyarakat/pemda dan
disinkronisasi dari berbagai sumber dana (APBN, DAK dan APBD) sehingga tidak tumpang tindih. 12
PENGHEMATAN BELANJA BAHAN
1)Pengadaan kalender oleh Rokom
Yanmas dan Dit. Promkes
(mengatasnamakan Kementerian
Pengadaan bahan/ATK untuk Kesehatan).
persediaan terkoordinir melalui
2)Untuk satker dg tusi pelayanan kepada
satu pintu. publik diperbolehkan membuat kalender
untuk promosi terkait yankes yang
Seragam
diberikan.kantor sesuai ketetapan
Tas peserta dan seminar kit Permenkes.
hanya diperbolehkan apabila Pengadaan maksimal 2 tahun sekali.
peserta pertemuan melibatkan LS Untuk KP : dialokasikan di Sekretariat
dan/atau Pemda dengan jumlah Unit Utama dan Biro Umum.
peserta minimal 200 orang. Satker dg tusi pelayanan kepada publik
ditetapkan oleh Eselon I masing-masing.
13
KEBIJAKAN BELANJA MODAL

1. Meningkatkan belanja modal yang terkait infrastruktur.

2. Peningkatan sinkronisasi alokasi belanja modal di Unit Utama dengan alokasi Transfer
ke Daerah dan Dana Desa (TKDD), pembiayaan infrastruktur, dan Kerjasama
Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).

3. Apabila terdapat kekurangan anggaran untuk mendukung pelaksanaan kegiatan yang


bersifat prioritas, maka alokasi anggaran belanja modal tahun 2021 dapat lebih kecil
dari tahun sebelumnya.
14
PENGALOKASIAN ANGGARAN UNTUK PEGAWAI

Setiap satuan kerja di lingkungan Kantor


Pusat mengalokasikan kebutuhan anggaran
pelaksanaan MCU, tes narkoba, dan uji
kompetensi.

Satker agar mengalokasikan anggaran


pelatihan/kursus/ kegiatan lainnya untuk
pengembangan kompetensi pegawai
sesuai amanat UU nomor 5 tahun 2014
tentang Aparatur Sipil Negara.
15
PENGALOKASIAN ANGGARAN UNTUK
DEKONSENTRASI

Mengacu pada peraturan mengenai pedoman pengelolaan


dana dekonsentrasi.

Anggaran dan kegiatan yang akan dialokasikan harus


memperhatikan kemampuan keuangan negara,
keseimbangan pendanaan di daerah, kebutuhan daerah, dan
hasil evaluasi tahun sebelumnya.

Tidak boleh dialokasikan untuk membiayai komponen 001


(gaji) dan 002 (operasional perkantoran).
16
KETENTUAN LAIN

Belanja gaji pegawai (komponen 001) dan operasional (komponen


002) agar dihitung sesuai kebutuhan dengan mempertimbangkan
efektifitas dan efisiensi anggaran dan dilengkapi dengan data
dukung. Unit Utama bertanggung jawab apabila terdapat
kekurangan belanja gaji pegawai dan operasional.

Pengalokasian anggaran mengacu pada Bagan Akun Standar


(BAS). Bagian PA/PI/TU, Biro Perencanaan dan Anggaran serta
lnspektorat Jenderal bertanggung jawab terhadap kesesuaian
akun dan rinciannya dalam pengalokasian anggaran.
17
KETENTUAN LAIN

Belanja vakasi (anggaran untuk imbalan bagi penguji atau


pemeriksa kertas jawaban ujian) merupakan belanja non
operasional, tidak boleh dialokasikan di komponen 001 atau 002.

Penyusunan perencanaan dan penganggaran harus inline


mulai dari RPJMN hingga ke indikator kinerja output.

18
Kepatuhan penerapan
Konsistensi kaidah-kaidah
pencantuman sasaran Kelengkapan dokumen
perencanaan
pendukung (TOR/RAB,
Kinerja dalam rka-k/l penganggaran (SBM dan
dan dokumen
sesuai Renja K/L dan SBK, BAS, Hal-hal Yang
pendukung terkait)
RKP. Dibatasi, Kebijakan
Penganggaran)

Kesesuaian total pagu


Kelayakan anggaran
dalam RKA-K/L dengan
untuk menghasilkan
yang ditetapkan oleh
keluaran;
Menteri Keuangan.

Rincian anggaran Rincian anggaran angka


yang digunakan dasar yang mengalami
untuk mendanai perubahan pada level
inisiatif baru. komponen.

19
PELAKSANAAN REVIU

Pelaksanaan Reviu
dilakukan dengan Wajib disimpan untuk digunakan
Kertas Kerja
pendekatan RKA Reviu (KKR) dalam reviu RKA-K/L Penyesuaian
Eselon I / Satker (bulan Oktober) dan Reviu TA
berikutnya

Output dalam Catatan Hasil


Reviu (CHR) Disampaikan kepada unit Eselon I
Pelaksanaan Reviu

20
EVALUASI
PERMASALAHAN
HASIL REVIU RKA KL

21
Hasil Reviu RKA-K/L Pagu Anggaran
Jumlah Satker Nilai Anggaran yang Nilai Anggaran yang Nilai Anggaran yang
Program / Kegiatan
yang Direviu Direviu Mendapat Catatan Disetujui

Sekretariat Jenderal 47 28.693.415.426.000 135.924.773.000 28.557.490.653.000


Inspektorat Jenderal 1 104.761.545.000 7.944.385.000 96.817.160.000
Ditjen Kesehatan Masyarakat 43 1.133.160.904.000 191.169.028.000 941.991.876.000
Ditjen Pelayanan Kesehatan 89 16.592.182.226.000 3.607.906.543.108 12.984.275.682.892
Ditjen P2P 99 2.089.320.574.000 543.861.141.000 1.545.459.433.000
Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan 40 3.862.823.522.000 46.015.696.680 3.816.807.825.320
Badan Litbang Kesehatan 16 734.172.261.000 162.449.739.000 571.722.522.000
Badan PPSDM Kesehatan 84 4.190.159.570.000 571.586.595.478 3.618.572.974.522
Jumlah 419 57.399.996.028.000 5.266.857.901.266 52.133.138.126.734

Catatan
Masih terdapat catatan pada kelayakan anggaran untuk menghasilkan suatu keluaran,
kepatuhan dalam penerapan kaidah penganggaran termasuk alokasi yang tidak sesuai SBM
tahun 2020 dan kekurangan data dukung.
22 22
Hasil Reviu RKA-K/L Alokasi Anggaran
Jumlah Satker Nilai Anggaran yang Nilai Anggaran yang Nilai Anggaran yang
Program / Kegiatan
yang Direviu Direviu Mendapat Catatan Disetujui

Sekretariat Jenderal 47 28.728.715.426.000 13.912.850.000 28.714.802.576.000


Inspektorat Jenderal 1 113.965.935.000 5.727.000.000 108.238.935.000
Ditjen Kesehatan Masyarakat 43 1.443.160.904.000 42.031.852.000 1.401.129.052.000
Ditjen Pelayanan Kesehatan 89 16.711.082.226.000 1.493.218.552.000 15.217.863.674.000
Ditjen P2P 99 2.085.337.668.999 44.115.400.000 2.041.222.268.999
Ditjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan 40 3.253.619.132.000 16.746.460.000 3.236.872.672.000
Badan Litbang Kesehatan 16 738.155.166.000 0 738.155.166.000
Badan PPSDM Kesehatan 84 4.325.959.570.000 86.211.152.000 4.239.748.418.000
Jumlah 419 57.399.996.027.999 1.701.963.266.000 55.698.032.761.999

Catatan
Masih terdapat catatan pada kelayakan anggaran untuk menghasilkan suatu keluaran,
kepatuhan dalam penerapan kaidah penganggaran termasuk alokasi yang tidak sesuai SBM
tahun 2020 dan kekurangan data dukung.
23 23
BELUM ADA TOR, RAB, ANALISA
KEBUTUHAN, DAN JUSTIFIKASI KEBUTUHAN

HARGA SATUAN TIDAK MENGACU KEPADA


SBM/PERDA/INFORMASI HARGA PASAR
PERMASALAHAN
RENCANA
KEGIATAN TUPOKSI KEGIATAN ADALAH KEGIATAN ATAU
OUTPUT BUKAN PROGRAM PRIORITAS

KURANG MEMPERHITUNGKAN EFISIENSI,


EFEKTIFITAS, DAN KEWAJARAN SESUAI
DENGAN KEBUTUHAN

24
BELUM ADA TOR, RAB, ANALISA DAN JUSTIFIKASI
KEBUTUHAN DAN DATA DUKUNG DARI UNIT
TERKAIT

BELUM ADA SK PENGHAPUSAN BARANG


EXISTING PERMASALAHAN
TERKAIT RENCANA
BELANJA MODAL
TIDAK MEMPERHATIKAN DATA SIMAK-BMN DAN KENDARAAN
BISNIS PROSES ORGANISASI

BELUM DILENGKAPI INFORMASI HARGA/E-


KATALOG

25
BELUM ADA TOR, RAB, ANALISA DAN JUSTIFIKASI KEBUTUHAN

BELUM ADA SK PENGHAPUSAN DARI SEKRETARIS JENDERAL ATAS NAMA MENTERI


KESEHATAN

PERMASALAHAN
TERKAIT DENGAN TIDAK MEMPERHATIKAN DATA SIMAK-BMN DAN JUMLAH JABATAN/PEGAWAI
BELANJA MODAL
PERALATAN MESIN
DIUTAMAKAN PERALATAN DENGAN SPESIFIKASI BERSIFAT PRIMER, YAITU SPESIFIKASI
ALAT PENGOLAH
STANDAR UNTUK PELAKSANAAN OPERASIONAL PERKANTORAN YANG DITETAPKAN OLEH
DATA
PUSAT DATA DAN INFORMASI

BELUM ADA INFORMASI HARGA/E-KATALOG

BELUM ADA REKOMENDASI DARI PUSDATIN


26
BELUM TOR, RAB, ANALISA KEBUTUHAN, DAN JUSTIFIKASI KEBUTUHAN

TIDAK MEMILIKI IZIN EDAR, DAN TIDAK MENGUTAMAKAN PRODUKSI


DALAM NEGERI

PERMASALAHAN
TERKAIT BELANJA BELUM MENGUTAMAKAN ALAT YANG ADA DI E-KATALOG

MODAL PERALATAN
TIDAK DISESUAIKAN DENGAN KEBUTUHAN PELAYANAN DENGAN
MESIN ALAT ALAT MEMPERTIMBANGKAN KETERSEDIAAN SDM DAN SARANA PRASARANA
PENDUKUNG PENGGUNAAN
KESEHATAN/ABBM
PENGADAAN ALKES TEKNOLOGI TINGGI TIDAK DILENGKAPI DENGAN
DOKUMEN KAJIAN HEALTH TECHNOLOGY ASSESMENT (HTA)

TIDAK DILENGKAPI DENGAN REKOMENDASI DARI UNIT TERKAIT

27
BELUM ADA TOR, RAB, ANALISA DAN JUSTIFIKASI KEBUTUHAN DAN DATA
DUKUNG DARI UNIT TERKAIT

ALOKASI ANGGARAN PERJALANAN DINAS LUAR NEGERI DIALOKASIKAN MASING-


MASING DITAMPUNG PADA SEKRETARIAT UNIT UTAMA

TRANSPORT KE DAERAH TERTINGGAL PERBATASAN DAN KEPULAUAN (DTPK)


TIDAK DISESUAIKAN DENGAN TARIF PERATURAN DAERAH (PERDA) ATAU HARGA
PASAR (AT COST)
PERMASALAHAN
TERKAIT BELANJA
JUMLAH PERJALANAN DINAS DAN PERTEMUAN TIDAK MEMPERTIMBANGKAN
KESESUAIAN DENGAN JUMLAH PEGAWAI DAN HARI KERJA DALAM SATU TAHUN
PERJALANAN DINAS

BIAYA TRANSPORT DENGAN TIKET PESAWAT TIDAK SESUAI DENGAN SBM

KEGIATAN DI LUAR KANTOR TIDAK SELEKTIF.

28
PERMASALAHAN
YANG BIASANYA
YANG PERLU
TERJADI PADA
SURAT ATENSI INSPEKTUR JENDERAL PELAKSANAAN DIPERSIAPKAN
KEPADA SELURUH ESELON 1
REVIU
DILINGKUNGAN KEMENTERIAN
KESEHATAN NOMOR
PS.02.02/V.2/3658/2018 TGL 20 JULI
2018 TENTANG MENU STANDAR
PERENCANAAN ANGGARAN
• Perbedaan Pemahaman Antara • Melakukan Pembahasan
Tim Reviu Dengan Satker Terlebih Dahulu Dengan Itjen
Tentang Suatu Kebijakan Yang Sebelum Kebijakan Diterbitkan
Dikeluarkan. • Membuat Menu Standar
• Perbedaan Perlakuan Oleh Tim Untuk Kegiatan Yang Sejenis.
R e v i u A t a s • Membuat Menu Wajib Dan
K e gi at a n / K o m p o n e n Y a n g Pilihan Untuk Satker
Sama Antara Satker Satu Dekonsentrasi 29
Dengan Satker Lainnya
Terima
Kasih

www.itjen.kemkes.go.id
itjen@kemkes.go.id

30

Anda mungkin juga menyukai