Anda di halaman 1dari 19

7.5.

1 Manajemen Bahan bakar

Latar Belakang

Mengingat kebutuhan bahan bakar pada suatu pembangkit adalah sangat


menentukan kesiapan operasional pembangkit tersebut dan biaya yang
diperlukan untuk mengadakan bahan bakar sangatlah tinggi, sementara
bahan bakar itu memiliki sifat self ignition yang berbeda-beda yang sangat
ditentukan oleh kualitasnya ( low atau high rank calory ), maka itu sangat
diperlukan suatu manajemen khusus yang menangani bahan bakat ini
agar terhindar dari kerugian yang dapat diakibatkan oleh bebarapa hal
antara lain :
1. Terlalu banyak disimpan di stock pile, maka menjadi idle working
capital.
2. Terlalu sedikit dapat mengurangi kesiapan operasi pembangkit.
3. Khusus batubara low rank, maka harus diperlakukan khusus, seperti
penyimpanan tidak boleh terlalu lama dan juga harus dipadatkan, agar
terhindar dari self ignition.
4. Bila menggunakan batubara yang berbeda kualitas, maka sistem
penumpukan juga harus menjadi perhatian, karena untuk
memudahkan dilakukan blending di stock pile tersebut, kecuali sudah
diblending saat pengapalan, atau sebelum dikirim ke pembangkit yang
menggunakannya.

Khusus untuik perusahaan yang memerlukan bahan bakar batubara yang


berbeda kualitas dan sangat sulit mendapatkan batubaranya dari satu
single mining seperti yang dialami oleh PT PLN, maka penulis
menyarankan untuk memikirkan langkah strategis untuk mengantisipasi
kebutuhan yang besar ini dan harus berani dalam meng-implementasi-
kannya, bila tidak kemungkinan 4 hal diatas akan bisa terjadi dan itu
sangat merugikan perusahaan. Sementara biaya yang dibutuhkan untuk
pembelian batubara adalah sangat-sangat besar. Untuk 35.000 MW
dengan asumsi effisiensi mesin pembangkit rata-rata sebesar 32%, dan
capacity factor 70% saja, dengan menggunakan kalori batubara 4.200
kCal/kg (Ar), maka akan memerlukan bahan bakar sebesar lebih kurang
137 juta metrik ton. Apabila harga batubara sampai dip-embangkit diambil
asumsi rata-rata harganya adalah Rp.600.000,-/metrik ton, maka biaya
yang diperlukan pertahunnya adalah 137.000.000 x 600.000 yaitu senilai
Rp. 82,2 Trilliun
Suatu nilai yang fantastis, maka untuk angka sebesar ini diperlukan suatu
devisi khusus yang diisi oleh orang-orang yang mengerti masalah
batubara tersebut dari A s/d Z.

7.5.1 Manajemen Bahan Bakar Batubara

i
Sebelum menentukan strategi dan program yang diambil dalam
dalam menajemen bahan bakar batubara, perlu dikatahui bahwa
kondisi bahan bakar batubara di Indonesia sangatlah jauh berbeda
dengan beberapa kondisi di beberapa negara lainnya, umumnya
untuk perusahaan pembangkit di beberapa negara, membeli
batubara dengan sistem CIF, dengan jumlah besar sekali rata-rata
menggunakan vessel kapasitas 50.000 dan 60.000 ton. Penerimaan
dan pemeriksaan baik quantitas maupun qualitas dilakukan secara
sangat ketat, sementara di Indonesia, ada yang CIF, ada FOB Barge
dan bahkan ada yang FOT ( Free on Truck) maka untuk itu perlu
ketahui terlebih dahulu secara pasti beberapa kondisi berikut :

A. Proses dari hulu (tambang) dan bagaimana proses batubara sampai di


unit pembangkit tenaga listrik, termasuk kapasitas angkut alat angkut,
karena lain lokasi lain pula besar sungai dan kedalamnya, sehingga
kapasitas barges atau kapal juga ditentukan.
B. Kemampuan Coal Handling di unit pembangkit penerima, termasuk
kapasitas pembongkaran dan conveying system yang ada, kemampuan
stock pile bahan bakar dan kemampuan ash handling di unit setempat.
C. Kemampuan minimum dan maksimum mesin pembangkit dalam
menggunakan batubara, baik secara kualitas dan kuantitas yang dibakar
pada mesin tersebut sesuai dengan design masing-masing boiler,
termasuk peralatan pendukung seperti Air Heater, Mill, Depuck,
penangkap debu, dll.
D. Pengaruh kualitas bahan bakar terhadap peralatan dan performa
pembangkit.

Berikut ini dapat dilihat dari gambar 7.5.1 berikut bagaimana proses dari hulu
(tambang) dan bagaimana proses batubara sampai di unit pembangkit tenaga
listrik.
Beberapa hal dapat penulis sampaikan dalam proses sesuai gambar 7.5.1 apa-
apa saja yang kemungkinannya bisa terjadi, sehingga akan merubah
qualitas dan bahkan quantitas batubara yang akan dimuat di tongkang atau
kapal.

A1. Berdasarkan pengalaman penulis dalam melakukan penambangan batubara


ada bebarapa hal yang dilakukan dalam menjaga kualitas batubara,
khususnya dari menjaga kandungan abu agar tidak meningkat, yaitu :

1. Khusus, bagi batubara dengan lapisan batubara yang tipis, agar


mengurangi aktivitas coal getting saat hari hujan, agar terhindar
banyaknya tanah (clay) tercampur dengan batubara, terutama saat

i
masuknya truk yang akan dimuat batubara dan pengangkutnya ke rom
stockpile.
2. Mengurangi aktivitas coal getting dimalam hari, karena akan sulit
membedakan antara batubara dengan blackseal ( tanah hitam ) yang
berada pada permukaan lapisan atas dan bawah batubara.

A2. Dari gambar 7.5.1 juga dapat dilihat bahwa, apabila pada coal jetty stockpile
tidak menempatkan pihak pembeli batubara untuk pengawasan pada saat
loading, maka pemeriksaan batubara saat unloading di lokasi penerimaan
haruslah super ketat dan teliti, mengingat khusus bagi jetty yang
memperbolehkan penambang lain untuk melakukan pemuatan (loading)
batubara di tempat yang sama, maka kualitas batubara kemungkinan besar
bisa berubah, sesuai keinginan pihak penjual dan operator yang memuat
batubara tersebut ke kapal, karena pengisian batubara ke tongkang
dilakukan lebih dari 24 jam, sehigga isi tongkang atau kapal bisa saja
berbentuk kue lapis, bagus sepertiga lapisan bawah tongkang, jelek lapisan
tengah dan baus lagi lapisan spertiga atas, sehingga waktu pemeriksaan,
baik saat loading dan unloading akan sulit diketahui oleh penerima tentang
kondisi tersebut. Ingat ! yang memeriksa baik kualitas dan quantitas bukan
malaikat, tetapi masih manusia dan juga bukan mesin. Bukannya hal
tersebut tidak bisa diatasi, tetapi biasanya pihak penerima selalu pada
kondisi yang dirugikan. Kecuali Pembangkitnya milik kita sendiri, dan bahkan
pada beberapa pembangkit IPP pun masih terdengar keluhan tersebut.

i
Proses pengiriman batubara dari mulut
tambang sampai ke end user dengan
segala kegiatan yang biasa dilakukan di
lapangan.

A3. Bagaimana dengan quantitas, apa hal ini juga bisa terjadi ? ya sudah barang
tentu bisa terjadi, karena penerimanya ya manusia tadi, dan mari kita lihat
kondisi yang sesungguhnya, khusus kemampuan muat dan peraturan yang
diberlakuan ditempat muat batubara :

1. Kemampuan sungai, khususnya di kawasan Sungai Barito (KALTENG),


bila saat musin kemarau, maka di daerah Muara Teweh dan bahkan
Buntok, kapasitas dan size tongkang yang bisa lewat pada musin
kemarau hanya size yang 230 feet atau kapasitas muat hanya 5000
metrik ton saja, bahkan bisa lebih kecil dari 230 feet, tetapi saat musin
penghujan, maka dapat menggunakan tongkang ukuran 300 feet
dengan kapaistas 8000 metrik ton.

2. Peraturan kapasitas angkut di daerah sungai Satui atau Sungai Danau


(KALSEL), dilokasi tersebut tidak diperbolehkan mengisi sampai 8000
metrik ton, dan maksimum hanya sekitar 7.250 atau 7.500 metrik ton,
sehingga bila pihak pembeli memesan dengan tongkang 8000 metrik
ton atau size tongkang 300 feet, maka pihak pembeli harus hati-hati
dalam memeriksa quantitas yang diterima dan termasuk juga
kualiatasnya, karena sangat banyak jetty stock pile yang bisa ditempati
dengan banyak batubara dari penambang dari tambang yang berbeda

i
dengan qualitas yang berbeda pula dan cara penambangan yang
berbeda pula.

B. Kemampuan Coal Handling di unit pembangkit penerima, termasuk kapasitas


pembongkaran dan conveying system yang ada, kemampuan stock pile bahan
bakar dan kemampuan ash handling dan tempat pembuangan (ash valley) di
unit setempat.

Untuk Contoh, penulis ambil PLTU Suralaya dimana penulis pernah bekerja.

i
i
Tempat Pembuangan Abu ( ash Valley )

C. MENGETAHUI KEMAMPUAN MESIN PEMBANGKIT dengan melakukan


SIMULASI pembakaran LOW RANK COAL, agar didapat minimum kalori
terendah yang diperbolehkan agar pembangkit tidak terganggu .

i
 Nilai kalor batubara desain unit 1-4 worst 4225 dan average 5242 kcal/kg
(AR), unit 5-7 average 5242 kcal/kg (AR) → dari PT. Bukit Asam
 Penjajakan pemakaian LRC → nilai kalor 4200 kcal/kg
 Dari simulasi program Steam-Pro tentang penggunaan LRC:
1. Agar MCR sama (tidak derating) → perlu laju pembangkitan uap
yang sama
2. Agar kebutuhan energi terpenuhi → perlu laju pengumpanan
batubara yang lebih besar
3. Akibat kenaikan laju pengumpanan batubara yang lebih besar:
a. Operasi alat bantu penyiapan batubara (mill dan coal feeder)
meningkat
b. Beban operasi air heater menuju mill meningkat
c. Operasi FD fan sebagai penyuplai udara meningkat
1. Agar tidak derating:
a. Komposisi campuran batubara “average” dan “worst”
53:47, setara dengan batubara masuk boiler dengan
nilai kalor 4747 kcal/kg dan TM 25,8%
b. Komposisi campuran batubara “average” dan “LRC A”
55:45, setara dengan batubara masuk boiler dengan
nilai kalor 4773 kcal/kg dan TM 28,7%
 Tipikal LRC adalah TM dan HGI tinggi, CV dan Ash rendah. TM yang
tinggi akan mengakibatkan efisiensi boiler turun
 Batubara yang dipasok ke PLTU Suralaya perlu dikategorikan sebagai
“blender” (4900-5200 kcal/kg), “direct firing” (4700-4800 kcal/kg) dan
“brown coal” (4200-4600 kcal/kg)
 Proses blending dapat dilakukan setelah tersedia fasilitas pencampuran
yang memadai
 Pengujian karakteristik batubara on-site tersertifikasi sangat penting untuk
mengantisipasi perubahan kondisi operasi PLTU.

Untuk mencapai kondisi batubara dengan nilai kalor 4773 kcal/kg dan TM
28,7% maka:
1. Blending batubara “blender” dengan LRC → perlu fasilitas blending
system
2. Coal drying → menggunakan gas buang/ exhaust steam → perlu coal
drying plant

KUALITAS

1. BLENDING
Memblend batubara kalori rendah dengan yang tinggi, agar diperoleh
batubara dengan kualitas yang diinginkan.

Prinsip Blending

i
Yaitu dimana batubara yang kadarnya lebih tinggi dicampur dengan kadar yang
lebih rendah agar diperoleh spek yang diinginkan secara homogen.. Perlu
diketahui bahwa dalam teknik blending hanya parameter kimia yang dapat
dilakukan sementara parameter pisik tidak dapat diblending, karena sangat
sedikit sekali perubahan pola distribusi yang terjadi dan relatif sama antara
sebelum dan sesudah blending dilakukan.
Proses blending yang baik harus dapat menurunkan deviasi spek dari masing-
masing parameter batubara yang diblending seperti terlihat pada grafik
dihalaman sebelah

Teknik Blending Batubara

Pendahuluan

Pembangkit PLTU batubara yang berkapasitas besar umumnya tidak dekat


dengan mulut tambang, sementara kebutuhan bahan bakar batubara sangat
tinggi dengan spek yang sudah ditentukan, sementara kontiniutas pasokan
merupakan prioritas utama dalam kelangsungan operasi unit pembangkit
tersebut. Dalam kenyataannya ternyata kendala yang dihadapi untuk
mendapatkan pasokan yang sesuai dengan spek yang diinginkan sangatlah tidak
mudah, kecuali bila pihak pengguna ikut memiliki andil di perusahaan tambang
sehingga dapat menentukan kebijakan yang dilakukan pemasok. Bila kesulitan
batubara yang sesuai spek sulit didapatkan, maka alternatif yang mendekati
spek adalah dengan melakukan metoda blending.

10.1.1. Prinsip Blending

Yaitu dimana batubara yang kadarnya lebih tinggi dicampur dengan kadar yang
lebih rendah agar diperoleh spek yang diinginkan secara homogen.. Perlu
diketahui bahwa dalam teknik blending hanya parameter kimia yang dapat
dilakukan sementara parameter pisik tidak dapat diblending, karena sangat
sedikit sekali perubahan pola distribusi yang terjadi dan relatif sama antara
sebelum dan sesudah blending dilakukan.

Proses blending yang baik harus dapat menurunkan deviasi spek dari masing-
masing parameter batubara yang diblending seperti terlihat pada grafik
dihalaman sebelah

Adapun parameter pisik yang tidak dapat diblending adalah antara lain :

i
Ash fusion temperature
HGI
Abrasion index
Free swelling index
Dilatometri
Plastometri
Roga index
Gray King Coce type.

Oleh karena parameter ini tidak dapat diblending secara baik, maka dalam
memilih batubara yang akan diblending, harus memenuhi criteria design boiler
pembangkit, khususnya pada pembangkit yang menggunakan boiler dengan
sistim pembakaran yang menggunakan burner dengan dilengkapi peralatan
penggerus ( Mill ) , maka HGI dan Ash fusion temperature dari masing
batubara yang akan diblending harus menjadi perhatian utama.

Fig 10.1 Grafik Kondisi Sulfur dan Abu sebelum dan sesudah di Blending

Parameter kimia dapat dikelompokan atas dua kelompok :

i
1. Parameter kimia yang dapat terblending dengan baik :
Nilai parameter produk blending ini dapat dihitung secara sederhana yang
diambil atas nilai rata-rata yang proposional dengan nilai parameter masing-
masing input batubara. Adapun parameter tersebut adalah :

 Moisture
 Ash Content
 Total sulfur

Contoh : Batubara A ( 5000 ton ) memiliki ash content = 5% Batubara B


( 8000 ton ) memiliki ash content = 10% Apabila kedua tipe batubara
tersebut diblending secara baik, maka akan diperoleh produk akhir
dengan ash content sebesar :

= (5% x 5.000) + 10% x 8.000 ) / ( 5.000 + 8.000 )

= (25.000% +80.000%)/ 13.000

= 8%

2. Parameter kimia yang perlu menjadi perhatian khusus :

 Volatile matter
 Fixed carbon
 Calorivic value
 Analisa abu
 Slagging index
 Fauling index

10.1.2. Metoda (Teknik) Blending

Kehomogenan/kerataan produk blending sangat ditentukan oleh teknik atau


cara blending dilakukan. Ada dua cara yang umumnya dilakukan selama ini yaitu
:

1. Teknik pengambilan batubara dari stockpile ( reclaiming )


2. Teknik Pengaturan Tumpukan ( Stacking )

Pada prinsipnya hasil produk blending akan homogen apabila cara penyusunan
lapisan batubara dalam pembentukan stockpile dilakukan secara baik, makin
banyak jumlah lapisan dan makin tipis ketebalan lapisan, akan diperoleh hasil yang
sangat baik.

Cara penyusunan pelapisan dapat dikelompokan dalam tiga tipe :

Fig
Fig10.2
Fig
10.3
10.4
Dari figur diatas dapat dilhat bahwa pelapisan tipe chevron membutuhkan butiran
batubara yang ukurannya seragam, bila tidak, maka batubara yang ukurannya lebih
besar akan cendrung menumpuk dibagian bawah stockpile.

Dalam melaksanakan tumpukan dapat dilakukan dengan menggunakan stacker, namun


dengan menggunakan peralatan yang sederhana ( truk dan dozer) tumpukan tipe
windrow dapat dilakukan dengan baik.
Berikut dapat kita lihat sebagai gambaran cara pelaksanaan melakukan tumpukan dari
dua jenis batubara yang berbeda speknya ( tipe A dan tipe B ) :

i
1. Lakukan damping batubara secara selang seling antara tipe A dan B.

Fig. 10.5
2. Lakukan pemadatan batubara dengan dozer sampai rata.

Fig. 10.6

3. Lakukan hal yang sama pada lapisan berikunya.

Fig. 10.7
4. Tumpukan dihentikan setelah target blending dianggap selesai.

Fig. 10.8

Ketebalan tumpukan dapat diatur dengan mengatur jarak titik dumping, semakin jauh
jarak titik dumping, maka semakin tipis ketebalan lapisan yang diperoleh setelah
dipadatkan.

10.2. Teknik Pengambilan Dari Stockpile ( Reclaiming )

Agar produk blending mendekati homogen, maka sebaiknya dilakukan :

 Pengambilan batubara baru dimulai setelah stockpile terisi sesuai tinggi


dan kapasitas yang diinginkan tercapai.
 Setiap proses pengambilan batubara harus memotong seluruh lapisan yang
ada dari bagian atas sampai dasar lapisan.

Untuk batubara yang diblending, peralatan yang digunakan adalah reclaimer.


Apabila proses pemindahan batubara dari stockpile ke hopper conveyor hanya
dilakukan oleh dozer ( tanpa reclaimer khusus ), maka untuk mengharapkan
homogenitas tetap terjaga dan kecapatan pengisian ke hopper tidak terlambat,
sebaiknya dipakai minimal 2 dozer. Satu untuk mendorong dari bagian atas

i
stockpile turun ke dasar dan selanjutnya mendekatkan ke hopper. Sedangkan
dozer yang satulagi bertugas mendorong dan memasukan ke hopper.

10.3. Penentuan Jumlah Lapisan

Sesuai dengan tujuan blending yaitu memperkecil perbedaan / deviasi dari setiap
parameter batubara. Apabila output adalah variable setelah blending, sedangkan
input variable sebelum blending, maka rasio keduanya dapat dinyatakan dengan
persamaan berikut ini :

(output/input ) = ( K/Tc) x (1/N)

dimana : N = Jumlah lapisan


Tc = Waktu untuk pembentukan stockpile
K = konstanta emperis yang tergantung teknik pengaturan tumpukan
yang digunakan.

Dari persamaan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa semakin banyak jumlah
lapisan (N), maka semakin besar perubahan dari input ke output (output << input
), atau dengan kata lain rasionya semakin lebih kecil. Untuk stockpile berbentuk
linier, rumus berikut dapat dipakai untuk memperkirakan jumlah lapisan (N) yang
diperlukan suatu stockpile :
N = ( Vs x A x P x 60 )/ C
Dimana : Vs = kecepatan penumpukan (mmenit)
A = Luas penampang memotong rencana stockpile ( m 2)
P = bulk density ( ton/m3 )
C = kapasitas penumpukan ( ton/jam )

Contoh penentuan harga bahan bakar bila memblending dua batu yang memiliki
nilai kalor yang berbeda.

i
Efsiensi dapat dihitung dari pengalaman pembangkit itu sendiri, dimana
dengan melakukan blending dua batubara yang berbeda tersebut, dicatat
pemakaian batu perhari kemudian dituangkan dalam pemakaian perjam.

Untuk pembangkit pltu 400 MW suralaya pernah menggunakan batubara


blending dengan kalori 4920 kcal/kf as recieve (Ar) dengan daya mampu rata-
rata 392,47 MW, dimana konsumsi perhari sebesar 5001,39 ton per hari atau
sebesar 208,391 ton/jam atau 208.391 kg/jam
Efisiensi dapat dihitung sebagaiberikut :

Eff. = 392470 x 860 / ( 4920 x 208391 ) = 0,3292 atau 32,92 %

2. STOCK PILE YANG BAIK


1. DIBUATKAN DISEKELILING STOCKPILE SALURAN AIR HUJAN UNTUK
MENGHINDARI TERJADI PENUMPUKAN AIR DILOKASI STOCKPILE.
2. HINDARI PERMUKAAN STOCKPILE YANG TIDAK RATA DAN
LANDASAN (PERMUKAAN) HARUS KERAS

PENUMPUKAN BATUBARA HARUS DIPADATKAN DENGAN dozer untuk


menghindari self ignition

i
4. LONG TERM CONTRACT DGN TAMBANG BESAR

KUANTITAS
MEBUAT COAL TERMINAL
( STOCKPILE )- TRADING DI LOKASI YANG BANYAK TAMBANG
BATUBARA YANG SPEKNYA SESUAI DENGAN BATASAN DESIGN MESIN
PEMBANGKIT

CONTOH :
MEMBANGUN STOCKPILE
DI LAHAT DI DESA SUKACINTA ATAU DESA BANJARSARI, DISAMPING
RELL KERETA API, BERDEKATAN DENGAN BEBERAPA PENAMBANG
LAIN.

i
i
i
HARGA (TERMASUK KUANTITAS DAN KUALITAS )

MEMILIKI TAMBANG ATAU KSO/JO

SEKALIGUS SEBAGAI COAL SUPPLYER

DISAMPING MEMILIKI STOCKPILE


DI LAHAT DI DESA SUKACINTA ATAU DESA BANJARSARI, DISAMPING
RELL KERETA API, BERDEKATAN DENGAN BEBERAPA PENAMBANG
LAIN, JUGA MEMILIKI KP ATAU PENAMBANG

Anda mungkin juga menyukai