PTK Liska Faridah Lengkapp
PTK Liska Faridah Lengkapp
(PTK)
OLEH:
(PTK)
OLEH:
i
ABSTRAK
Kata kunci : Aktivitas Belajar, Partisipasi Siswa, dan Model Kooperatif Tipe
Team Game Tournament (TGT)
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-NYA. Sehingga penulis dapat menyelesaikan salah satu tugas mata
kuliah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Universitas Terbuka UPBJJ Banjarmasin
Pokjar Barabai. Shalawat dan salam selalu penulis curahkan kepada junjungan
kita Nabi Muhammad SAW, para sahabat, para tabi’in dan para penerus
perjuangan mereka.
Atas karunia dan nikmat dari Allah SWT, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan laporan ini untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pada program studi S1 PGSD Universitas
Terbuka UPBJJ Banjarmasin Pokjar Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
Penelitian dilakukan di SDN Hulu Rasau Kecamatan Pandawan Kabupaten
Hulu Sungai Tengah. Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) telah diupayakan
dengan seoptimal mungkin, meskipun tidak menutup kemungkinan terdapat
kekurangan dan lain sebagainya.
Laporan ini dapat terselesaikan berkat bantuan, bimbingan, pemberian
motivasi dari semua pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti
mengucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
iii
SWT, senantiasa membuka pintu magfirah-Nya, dan mudah-mudahan laporan ini
dapat memberikan manfaat bagi kita semua. Amiin.
RUSIFAHANI
iv
DAFTAR ISI
Halaman
v
3. Waktu Penelitian ................................................................... 17
4. Pihak Yang Membantu .......................................................... 17
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran ................................... 18
1. Jenis Penelitian Perbaikan Pembelajaran .............................. 19
2. Prosedur Perbaikan PTK ....................................................... 19
a. Tahap Perencanaan ......................................................... 19
b. Tahap Pelaksanaan .......................................................... 20
c. Tahap Pengamatan .......................................................... 19
d. Tahap Refleksi ................................................................. 20
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................... 21
A. Deskripsi Hasil Perbaikan Pembelajaran ..................................... 21
1. Observasi Aktivitas Siswa ..................................................... 21
2. Observasi Aktivitas Guru ...................................................... 23
3. Evaluasi ................................................................................. 24
4. Kegiatan Refleksi .................................................................. 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT ......................... 28
A. Kesimpulan .................................................................................. 28
B. Saran Tindak Lanjut .................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 30
LAMPIRAN .................................................................................................... 31
LEMBAR OBSERVASI ................................................................................. 52
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
menyangkut kurikulum, peningkatan fasilitas belajar mengajar serta
peningkatan mutu professional guru.
Mengacu dari pendapat tersebut, maka pembelajaran yang aktif ditandai
adanya rangkaian terencana yang melibatkan siswa secara langsung,
komprehensif, baik fisik, mental maupun emosi. Hal ini sering diabadikan
oleh guru, karena guru lebih mementingkan pada pencapaian tujuan dan
target kurikulum. Salah satu upaya guru dalam menciptakan suasana aktif,
efektif dan menyenangkan dalam pembelajaran yakni dengan menggunakan
metode-metode yang tepat dan alat peraga. Hal ini dapat membantu guru
dalam menggerakkan, menjelaskan gambar ide dari suatu misteri.
Tujuan utama pembelajaran IPA adalah siswa memahami konsep-
konsep IPA secara sederhana dan mampu menggunakan metode ilmiah.
Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka IPA perlu diajukan dengan cara
yang tepat dan dapat melibatkan siswa secara aktif yaitu melalui proses dan
sikap ilmiah. Dalam IPA di sekolah dasar masih ditemukan berbagai
kendala dan hambatan, hal ini yang berkaitan dengan ketepatan penggunaan
metode atau teknik dalam pembelajaran IPA di kelas V SDN Rantau Bujur
Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
KKM untuk mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di SDN
Rantau Bujur adalah 70. Berdasarkan hasil tes formatif untuk pelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) tentang faktor-faktor perubahan benda pada siswa
kelas V SDN Rantau Bujur Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten
Hulu Sungai Tengah, didefinisikan masih banyak siswa belum tuntas dalam
KD tersebut, ini terlihat dari 19 siswa kelas V hanya 10 siswa yang
mendapat diatas KKM atau tuntas, sedangkan 9 siswa belum tuntas. Tingkat
ketuntasan hanya mencapai 52,6 %. Melihat dari koondisi tersebut, akhirnya
penulis mempunyai ide untuk memperbaiki hasil belajar anak tersebut
dengan berusaha untuk melakukan perbaikan pembelajaran.
2
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis terhadap pelaksanaan
pembelajaran IPA siswa kelas V SDN Rantau Bujur Kecamatan Labuan
Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah ada beberapa masalah yang
dapat menghambat pencapian tujuan pembelajaran khususnya pada
pembelajaran IPA diantaranya :
a. Siswa banyak yang tidak memperhatikan di saat pembelajaran
b. Selama proses belajar mengajar berlangsung, siswa kurang aktif karena
proses pembelajaran lebih didominasi oleh guru.
c. Siswa tidak antusias dalam pembelajaran
d. Metode yang dipakai cenderung monoton tidak bervariasi.
e. Hasil tes formatifnya rendah
2. Analisis Masalah
Pada awalnya mungkin guru bingung untuk mengidentifikasi masalah,
oleh karena itu guru tidak mesti memulai dengan masalah. Setelah penulis
mengidentifikasi masalah yang ada dalam pelajaran IPA, maka penulis
dapat merumuskan analisis masalah sebagai berikut :
a. Guru tidak bisa mengelola kelas dengan baik sehingga kondisi kelas
tidak kondusif, siswa merasa tidak nyaman ketika pembelajaran
berlangsung.
b. Model pembelajaran dan Metode yang digunakan oleh guru kurang
tepat karena terlalu banyak ceramah mengakibatkan pembelajaran
menoton dan membosankan
c. Guru kurang menguasai materi sehingga kurang percaya diri, dan
pelajaran hanya tertuju kepada siswa yang aktif saja.
3
hasil belajar siswa dengan mencoba mengimplementasikan model
pembelajaran kooperatif tipe team game tournament (TGT) pada
pembelajaran IPA di kelas V SDN Rantau Bujur Kecamatan Labuan Amas
Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah pada materi “Faktor-faktor Penyebab
Perubahan Benda”.
Oleh sebab itu, penulis ingin mengadakan penelitian perbaikan dengan
judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Tentang Faktor-faktor Penyebab
Perubahan Benda Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team
Game Tournament (TGT) Pada Siswa Kelas V SDN Rantau Bujur
Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :
1. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam proses pembelajaran IPA Kelas V
SDN Rantau Bujur ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe team game tournament (TGT) ?
2. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA Kelas V SDN
Rantau Bujur ketika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
team game tournament (TGT) ?
4
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Manfaat penelitian perbaikan pembelajaran disusun agar membaca
dapat memanfaatkan hasil penelitian dalam rangka peningkatan mutu
pendidikan.
5
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hasil Belajar
Menilai pencapaian hasil belajar siswa merupakan tugas pokok
seseorang guru sebagai konsekuensi logis dari pelaksanaan perencanaan
pembelajaran yang telah disusun setiap awal semester. Penilaian ini
dimaksudkan untuk mengambil keputusan tentang keberhasilan siswa dalam
mencapai kompetensi yang telah ditetapkan.
Kompetensi yang harus dikuasai siswa untuk setiap mata pelajaran
tidak sama, tergantung pada karakteristik mata pelajaran tersebut. Tetapi
secara garis besar dapat dikatakan bahwa pencapaian kompetensi suatu mata
pelajaran mencakup kompetensi dalam ranah kognetif, afektif, dan
psikomotor.
Untuk mengetahui apakah seseorang siswa sudah berhasil mencapai
kompetensi atau belum, diperlukan informasi hasil belajar. Informasi hasil
belajar dapat diperoleh dari tagihan-tagihan yang harus dipenuhi oleh siswa.
Setiap jenis tagihan memerlukan seperangkat alat ukur atau penilaian.
Perwujudan hasil belajar akan selalu berkaitan dengan kegiatan evaluasi
pembelajaran sehingga diperlukan adanya teknik dan prosedur evaluasi
belajar yang dapat menilai secara efektif proses dan hasil belajar.
Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan
berpikir kritis dan ilmiah pada siswa sekolah dasar, dapat dikaji proses
maupun hasil berdasarkan; 1) kemampuan membaca, mengamati dan atau
menyimak apa yang dijelaskan atau diinformasikan; 2) kemampuan
mengidentifikasi atau membuat sejumlah (sub-sub) pertanyaan berdasarkan
suubstansi yang dibaca, diamati dan atau didengar; 3) kemampuan
mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut persamaan
dan perbedaan; dan 4) kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh.
6
Kemampuan tersebutsudah diterapkan di sekolah dasar khusuhnya pada
kelas tinggi.
7
a. Bila diajarkan IPA menurut cara yang tepat, maka IPA merupakan
suatumata pelajaran yang memberikan kesempatan berfikir kritis,
misalnya IPA diajarkan dengan mengikuti metode “menemukan
sendiri”. IPA melatih anak berfikir kritis dan objektif. Pengetahuan
yang benar artinya pengetahuan yang dibenarkan menurut tolok ukur
kebenaran ilmu, yaitu rasional dan objektif. Rasional artinya masuk
akal atau logis, diterima oleh akal sehat. Obyektif artinya sesuai dengan
obyeknya, sesuai dengan kenyataan, atau sesuai dengan pengalaman
pengamatan melalui pancaindera.
b. Bila IPA diajarkan melalui percobaan-percobaan yang dilakukan sendiri
oleh anak, maka IPA tidaklah merupakan mata pelajaran yang bersifat
hafalan belaka.
c. Mata pelajaran ini mempunyai nilai-nilai pendidikan yaitu mempunyai
potensi yang dapat membentuk kepribadian anak secara keseluruhan.
C. Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif adalah rangkaian kegiatan belajar yang
dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Slavin dalam Isjoni (2009: 15)
pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 5 orang dengan struktur kelompok heterogen. Sedangkan
menurut Sunal dan Hans dalam Isjoni (2009:15) mengemukakan bahwa
pembelajaran kooperatif merupakan suatu cara pendekatan atau serangkaian
strategi yang khusus dirancang untuk member dorongan kepada siswa agar
bekerja sama selama proses pembelajaran. Selanjutnya Stahl dalam Isjoni
(2009: 15) menyatakan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan belajar
siswa lebih baik dan meningkatkan sikap saling tolong-menolong dalam
perilaku sosial.
8
Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang berfokus
pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam
memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar (Sugiyanto,
2010: 37). Anita Lie (2007: 29) mengungkapkan bahwa model
pembelajaran cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam
kelompok. Ada lima unsur dasar pembelajaran cooperative learning yang
membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan benar akan
menunjukkan pendidik mengelola kelas lebih efektif.
Cooperative learning menurut Slavin (2005: 4-8) merujuk pada
berbagai macam model pembelajaran di mana para siswa bekerja sama
dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari berbagai tingkat prestasi,
jenis kelamin, dan latar belakang etnik yang berbeda untuk saling membantu
satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif,
para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan
berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu
dan menutup kesenjangan dalam pemahaman masing-masing. Cooperative
learning lebih dari sekedar belajar kelompok karena dalam model
pembelajaran ini harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat
kooperatif sehingga memungkinkan terjadi interaksi secara terbuka dan
hubungan-hubungan yang bersifat interdependensi efektif antara anggota
kelompok.
Slavin (2005) mengemukakan tujuan yang paling penting dari model
pembelajaran kooperatif adalah untuk memberikan para siswa pengetahuan,
konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bias
menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan memberikan kontribusi.
Wisenbaken (Slavin, 2005) mengemukakan bahwa tujuan model
pembelajaran kooperatif adalah menciptakan norma-norma yang
proakademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki
pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa.
9
Lungdren dalam Isjoni (2009: 16) mengemukakan unsur-unsur dalam
pembelajaran kooperatif sebagai berikut.
a. Para siswa harus memiliki persepsi bahwa mereka “ tenggelam atau
berenang bersama”;
b. Para siswa harus memiliki tanggung jawab terhadap siswa atau siswa lain
dalam kelompoknya, selain tanggung jawab terhadap diri sendiri dalam
mempelajari materi yang dihadapi;
c. Para siswa harus berpendapat bahwa mereka semua memiliki tujuan yang
sama;
d. Para siswa membagi tugas dan berbagi tanggung jawab di antara para
anggota kelompok;
e. Para siswa diberikan satu evaluasi atau penghargaan yang akan ikut
berpengaruh terhadap evaluasi kelompok;
f. Para siswa berbagi kepemimpinan sementara mereka memperoleh
keterampilan bekerja sama selama belajar;
g. Setiap siswa akan diminta mempertanggung jawabkan secara individual
materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Thompson, et al (Isjoni,2009: 17) mengemukakan bahwa pembelajaran
kooperatif turut menambah unsur-unsur interaksi sosial pada pembelajaran.
Di dalam pembelajaran kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok-
kelompok kecil yang saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam
kelompok yang terdiri dari 4-5 siswa dengan kemampuan yang heterogen.
Maksud kelompok heterogen adalah terdiri dari campuran kemampuan
siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini bermanfaat untuk melatih siswa
menerima perbedaan dan bekerja dengan teman yang berbeda latar
belakangnya.
Isjoni (2009: 17) menguraikan bahwa pada pembelajaran kooperatif
yang diajarkan adalah keterampilan-keterampilan khusus agar dapat bekerja
sama dengan baik di dalam kelompoknya, seperti menjadi pendengar yang
baik, siswa diberi lembar kegiatan yang berisi pertanyaan atau tugas yang
10
direncanakan untuk diajarkan. Selama kerja kelompok, tugas anggota
kelompok adalah mencapai ketuntasan.
Miftahul (2011) memaparkan beberapa aspek pembelajaran kooperatif
sebagai berikut.
a. Tujuan
Semua siswa ditempatkan dalam kelompok-kelompok kecil (sering kali
yang beragam/ ability grouping/ heterogenous group) dan diminta
untuk mempelajari materi tertentu dan saling memastikan semua
anggota kelompok juga mempelajari materi tersebut.
b. Level kooperatif
Kerja sama dapat diterapkan dalam kelas (dengan cara memastikan
bahwa semua siswa di ruang kelas benar-benar mempelajari materi
yang ditugaskan) dan level sekolah (dengan cara memastikan bahwa
semua siswa di sekolah benar-benar mengalami kemajuan secara
akademik).
c. Pola interaksi
Setiap siswa saling mendorong kesuksesan antarsatu sama lain. Siswa
mempelajari materi pembelajaran bersama siswa lain, saling
menjelaskan cara menyelesaikan tugas pembelajaran, saling menyimak
penjelasan masingmasing, saling mendorong untuk bekerja keras, dan
saling memberikan bantuan akademik jika ada yang membutuhkan.
Pola interaksi ini muncul di dalam dan di antara kelompok-kelompok
kooperatif.
d. Evaluasi
Sistem evaluasi didasarkan pada kriteria tertentu. Penekanannya
biasanya terletak pada pembelajaran dan kemajuan akademik setiap
siswa, bisa pula difokuskan pada setiap kelompok, semua siswa,
ataupun sekolah. Koes (Isjoni, 2009: 20) menyebutkan bahwa belajar
kooperatif didasarkan pada hubungan antara motivasi, hubungan inter
personal, strategi pencapaian khusus, suatu ketegangan dalam individu
memotivasi gerakan ke arah pencapaian hasil yang diinginkan.
11
Nurhadi (Isjoni, 2009) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif
memuat elemen-elemen yang saling terkait di dalamnya, diantaranya adalah
saling ketergantungan positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individual,
keterampilan untuk menjalin hubungan antar pribadi atau keterampilan
sosial yang sengaja diajarkan. Keempat elemen tersebut tidak bisa
dipisahkan dalam pembelajaran kooperatif karena sangat mempengaruhi
kesuksesan dari pembelajaran koperatif sendiri.
Effandi Zakaria (Isjoni, 2009: 21) berpendapat bahwa pembelajaran
kooperatif dirancang bagi tujuan untuk melibatkan pelajar secara aktif
dalam proses pembelajaran melanjutkan perbincangan dengan teman-teman
dalam kelompok kecil. Ia memerlukan siswa bertukar pendapat, memberi
Tanya jawab serta mewujudkan serta membina proses penyelesaian kepada
suatu masalah. Kajian eksperimental dan diskriptif yang dijalankan
mendukung pendapat yang mengatakan pembelajaran kooperatif dapat
memberikan hasil yang positif kepada siswa.
12
lain untuk memperoleh tambahan poin untuk skor tim mereka. (Trianto,
2010).
Adapun komponen-komponen model pembelajaran kooperatif tipe team
game tournament sebagai berikut:
1. Presentasi Kelas (Penyajian Kelas)
Sama seperti dalam STAD, yaitu: Materi dalam TGT pertama- tama
diperkenalkan dalam presentasi di dalam kelas. Ini merupakan
pengajaran langsung seperti yang sering kali dilakukan atau diskusi
pelajaran yang dipimpin oleh guru, tetapi bisa juga memasukkan
presentasi Audiovisual. Bedanya presentasi kelas dengan pengajaran
biasa hanyalah bahwa presentasi tersebut haruslah benar-benar berfokus
pada TGT. Dengan cara ini, para siswa akan menyadari bahwa mereka
harus benar-benar memberi perhatian penuh selama presentasi kelas,
karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan
kuis-kuis/game-game, dan skor kuis mereka menentukan skor tim
mereka.
2. Kelompok (tim)
Tim terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili seluruh bagian
dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnistas.
Fungsi utama dari tim ini adalah memastikan bahwa semua anggota tim
benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi, adalah untuk
mempersiapkan anggotanya untuk bisa mengerjakan kuis dengan baik.
Setelah guru menyampaikan materinya, tim berkumpul untuk
mempelajari lembar-kegiatan atau materi lainnya. Yang paling sering
terjadi, pembelajaran itu melibatkan pembahasan permasalahan
bersama, membandingkan jawaban, dan mengoreksi tiap kesalahan
pemahaman apabila anggota tim ada yang membuat kesalahan.
3. Game
Gamenya terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang kontennya relevan
yang dirancang untuk menguji pengetahuan siswa yang diperolehnya
dari presentasi di kelas dan pelaksanaan kerjaa tim. Game tersebut
13
dimainkan di atas meja dengan tiga orang siswa, yang masing-masing
mewakili tim yang berbeda. Kebanyakan game hanya berupa nomor-
nomor pertanyaan yang ditulis pada lembar yang sama. Seorang siswa
mengambil sebuah kartu bernomor dan harus menjawab pertanyaan
sesuai nomor yang tertera pada kartu tersebut. Sebuah aturan tentang
penantang memperbolehkan para pemain saling menantang jawaban
masingmasing.
4. Turnamen
Turnamen adalah sebuah struktur di mana game berlangsung. Biasanya
berlangsung pada akhir minggu atau akhir unit, setelah guru
memberikan presentasi di kelas dan tim telah melaksanakan kerja
kelompok terhadap lembar-kegiatan. Pada turnamen pertama, guru
menunjuk siswa untuk berada pada meja turnamen, tiga siswa
berprestasi tinggi sebelumnya pada meja 1, tiga berikutnya pada meja 2,
dan seterusnya. Kompetisi yang seimbang ini, seperti halnya sistem
skor kemajuan individual dalam STAD, memungkinkan para siswa dari
semua tingkat kinerja sebelumnya berkontribusi secara maksimal
terhadap skor tim mereka jika mereka melakukan yang terbaik.
5. Team Recognize (Penghargaan Kelompok)
Sama seperti dalam STAD, yaitu: Tim akan mendapat sertifikat atau
bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai
kriteria tertentu. Skor tim dapat juga digunakan untuk menentukan dua
puluh persen dari peringkat mereka. (Robert E. Slavin, 2010)
Adapun langkah-langkah model pembelajaran team game tournament
sebagai berikut, siswa ditempatkan dalam tim belajar beranggotakan empat
orang yang merupakan campuran menurut tingkat prestasi, jenis kelamin,
dan suku. Guru menyiapkan pelajaran, dan kemudian siswa bekerja di
dalam tim mereka untuk memastikan bahwa seluruh anggota tim telah
menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya, seluruh siswa dikenai kuis, pada
waktu kuis ini mereka tidak dapat saling membantu.
14
E. Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Masa usia sekolah dasar sebagai masa kanak-kanak akhir yang
berlangsung dari usia enam tahun hingga kira-kira sebelas atau dua belas
tahun. Oleh karena itu, pada usia ini anak pertama kalinya mendapatkan
pendidikan formal. Masa-masa tersebut dinamakan masa usia anak sekolah
dasar. Karena masa ini anak telah menyelesaikan masa-masa pendidikan
kanak-kanak dan mulai berkembang kepembelajaran yang lebih matang dan
berkembang di sekolah tingkat lanjut dan setelah itu anak akan mengalami
masa matang.
Menurut Darmodjo (dalam http://khadijah2sby.com) anak usia sekolah
dasar adalah anak yang sedang mengalami pertumbuhan baik pertumbuhan
intelektual., emosional maupun pertumbuhan badaniyah, dimana kecepatan
pertumbuhan anak pada masing-masing aspek tersebut tidak sama, sehingga
terjadi berbagai versi tingkat pertumbuhan dari ketiga aspek tersebut. Ini
suatu factor yang menimbulkan adanya perbedaan individual pada anak-
anak sekolah dasar walaupun mereka dalam usia yang sama.
Piaget (S. Nasution, 2005:7-8) menjelaskan tentang perkembangan
intelektual anak yang dapat dibagi ke dalam empat fase, yaitu:
1. Fase Sensomotorik (0 – 2 tahun)
2. Fase Pra-Operasional (5 – 6 tahun)
3. Fase Operasional Konkrit (7 – 11 tahun)
4. Fase Operasional Formal (11 – 15 tahun)
Berdasarkan pendapat Piaget, perkembangan kognisi pada anak usia
sekolah dasar untuk kelas tinggi termasuk kelas VI berada pada stadium
operasional formal, anak dapat berpikir secara abstrak, dapat menduga apa
yang akan terjadi, serta dapat menyelesaikan masalah secara sekaligus.
15
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
1. Subjek
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VI SDN Rantau Bujur yang
terdaftar tahun pelajaran 2019-2020 semester genap dengan jumlah siswa
sebanyak 19 orang, 13 orang siswa laki-laki dan 6 orang siswa perempuan.
2. Tempat
Tempat penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri Hulu Rasau
yang beralamat di Jalan Keramat Desa Rantau Bujur Kecamatan Labuhan
Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah Sekolah ini berdiri pada tahun
1981. dengan NIS 10602032, NPSN 30302177, yang terdiri dari ruang
belajar,ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang perpustakaan, ruang UKS,
dan lapangan bermain. Jumlah siswa keseluruhan 56 orang dengan tingkat
kelulusan 3 tahun terakhir 100%. Lokasi sekolah berada pada lingkungan
perumahan padat, pada masyarakat pedesaan.
Kepala Sekolah bernama H. Suhria,S.Pd dengan jumlah guru tetap 5
orang dengan latar pendidikan semuanya S1, GTK Kontrak 2 orang dengan
latar pendidikan S1, dan guru honorer 2 dengan latar pendidikan S1,
Pustakawan 1 dengan latar pendidikan S1, serta PSD 1 orang dengan latar
pendidikan SMA/Sederajat. Fasilitas yang dimiliki cukup memadai.
Pembelajaran dikelas menggunakan sistem guru kelas. Dalam pembelajaran
di kelas guru lebih banyak mendominasi sehingga siswa terlihat pasif, dan
perlu adanya perbaikan salah satunya adalah dengan adanya perbaikan ini.
16
3. Waktu
Rencana pelaksanaan penelitian ini akan dilaksanakan sebanyak 2
siklus. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini :
Tabel 3.1
Jadwal Pelaksanaan perbaikan Pembelajaran
Mata
No Siklus Hari/Tanggal Waktu Materi
Pelajaran
Faktor-
faktor
Kamis 10.00 -
2 IPA 2 penyebab
7 Mei 2021 11.10
perubahan
benda
17
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
1. Jenis Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Perbaikan penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas
yang terdiri dari dua siklus. Setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan
tindakan, pengamatan (observasi) dan refleksi. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini:
18
a. Tahap Perencanaan
Berdasarkan temuan pada studi pendahuluan dan hasil diskusi dengan
supervisor 2, penulis merencanakan langkah-langkah yang akan
dilaksanakan di kelas dalam pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe team game tournament (TGT). Secara
operasional dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Menganalisis masalah
2. Pemecahan masalah
3. Menentukan kompetensi dasar
4. Mentukan standar kompetensi
5. Menentukan indikator
6. Menentukan tujuan perbaikan
7. Menentukan materi.
8. Menentukan metode.
9. Membuat lembar observasi.
b. Tahap Pelaksanaan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
perencanaan yang telah dirumuskan. Setiap langkah yang telah
direncanakan diamati dan dikumpulkan data-datanya, baik data aktifitas
selama proses pembelajaran maupun data hasil pembelajaran. Hal ini
dimaksudkan untuk mengetahui peningkatan aktivitas, dan hasil
pembelajaran dari siklus satu ke siklus berikutnya.
c. Tahap Pengamatan (observasi)
Pengamatan (Observasi) merupakan salah satu teknik pengumpulan
data/fakta yang cukup efektif untuk mempelajari suatu sistem. Pada tahap
pengamatan (Observasi) sebenarnya bersamaan dengan tahap pelaksanaan
tindakan, yaitu mengamati aktivitas proses pembelajaran, dan hasil
pembelajaran. Dalam mengamati proses pembelajaran, peneliti dibantu oleh
supervisor 2 baik mengenai aktivitas siswa maupun aktivitas guru selama
proses pembelajaran.
19
d. Tahap Refleksi
Hasil observasi yang dilaksanakan bersama-sama supervisor 2,
kemudian didiskusikan. Berbagai masalah yang muncul selama
pelaksanaan tindakan diidentifikasi dan dianalisis. Hasil identifikasi dan
analisis masalah dicari dan ditentukan solusinya untuk perbaikan pada
siklus berikutnya.
20
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
21
Berdasarkan data observasi itu, terlihat bahwa rata-rata aktivitas dari 10
item yang diobservasi, hanya satu item yang nyaris tidak dilakukan yaitu
item 9 membuat rangkuman materi yang telah dibahas. Hal ini terjadi
karena waktu pelajaran yang telah selesai (tidak efisien).
Sementara itu terdapat item yang masih sangat kurang dilakukan yaitu
item 5. Masih ada siswa yang tidak aktif menyelesaikan LKS dalam
kelompok dan hanya sebagian siswa dari kelompok yang berinisiatif untuk
bertanya kepada guru, hal ini terjadi karena motifasi belajar siswa masih
rendah artinya belum terbiasa dengan model pembelajaran yang ada.
Pada kegiatan ini pembelajaran sebagian perwakilan kelompok masih
terlihat ragu-ragu untuk mewakili kelompoknya menuju ke meja turnamen
dan memilh soal pada kartu yang diacak dan mewakili kelompoknya
mempresentasikan jawabannya. Untuk item menerima dan memastikan
setiap anggota kelompoknya sudah memiliki LKS, menerima skor untuk
kelompoknya sesuai hasil presentasi dan menandai/menyalin soal pekerjaan
rumah yang diberikan telah dilakukan sepenuhnya oleh seluruh siswa dalam
kelompok belajar (100%).
Pada siklus 2, aktivitas siswa naik dan secara umum sudah sangat baik
dimana item yang belum terlaksana sebaik yang lain adalah item ke 5
dimana hanya beberapa siswa yang bertanya kepada guru (bila perlu) jika
mengalami kesulitan dalam kelompok belajar. Tetapi jika dilihat responnya,
item ini sudah terlaksana dengan cukup baik.
Walaupun persentasi aktivitas siswa tersebut sudah baik, namun masih
ada temuan bahwa ada beberapa siswa yang tidak mengikuti pelajaran
dengan baik diantaranya tidak menyelesakan LKS atau tidak lengkap
memberikan jawaban, dan tidak membuat rangkuman materi. Sementara itu,
terlihat pada kegiatan awalpembelajaran bahwa siswa sudah memberikan
perhatian atas penjelasan guru. Pada kegiatan inti pembelajaran, sudah tidak
ada perwakilan kelompok yang ragu-ragu untuk mewakili kelompoknya
menuju ke meja turnamen dan memilih soal pada kartu yang diacak dan
mewakili kelompoknya mempresentasikan jawabannya.
22
1. Observasi Aktivitas Guru
Observasi terhadap aktivitas guru dalam proses belajar mengajar
sebanyak 15 item. Hasil pengamatan aktivitas guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran pada siklus 1 disajikan pada table 4.1.
Table 4.1. data observasi aktivitas guru selama siklus tindakan
Siklus
No Aspek-aspek yang diobservasi
1 2
Guru menyampaikan indikator pencapaian hasisl
1 100% 100%
belajar
Guru memotivasi siswa dan menginformasikan
2 100% 100%
model pembelajaran yang digunakan
Guru mengawali pembelajaran dengan mengecek
3 75% 100%
pemahaman dasar siswa
4 Guru menjelaskan materi 100% 100%
23
Guru memberikan skor untuk masing-masing
12 50% 100%
kelompok dari hasil presentasi setiap kelompok
Guru memberikan penghargaan kepada kelompok
13 100% 100%
yang memperoleh skor tinggi
Guru membimbing siswabuntuk merangkum
14 25% 100%
materi yang telah dibahas
15 Guru memberikan soal pekerjaan rumah 100% 100%
Rata-rata persentasi aktivitas guru 75,00 95,00
2. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengetahua sejauh mana perkembangan
pemahaan pengetahuan siswa dalam menangkap materi faktor-faktor
24
perubahan benda yang telah diberikan. Evaluasi dilakukan sebanyak tiga
kali sebagaimana jumlah siklus tindakan yang dilaksanakan pada setiap
akhir pembelajaran dengan tujuan agar siswa masih mampu menjawab
pertanyaan soal-saoal evaluasi dengan baik. Karena materi tersebut baru
dibahas atau diberikan. Masing-masing siswa bertanggung jawab secara
individual terhadap hasil belajarnya meskipun dalam proses pembelajaran
siswa dikelompokkan.
Berdasarkan hasil analisis data evaluai belajar siklus 1 terlihat bahwa
keberhasilan pemahaman dan mengerti siswa belum tercapai pada siklus 1.
Setelah melakukan refleksi maka guru telah berupaya untuk memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang ada.
Berdasarkan hasil analisis data evaluasi belajar siswa siklus 2, hasil
belajar cenderung meningkat hingga mencapai keberhasilan. Pada siklus 2
terlihat bahwa jumlah siswa yang telah memahami dan mengerti tentang
materi yang telah disampaikan sehingga hasil belajar siswa dapat dikatakan
tuntas
3. Kegiatan Refleksi
a. Siklus I
Pada tahap ini, peneliti bersama guru kelas V SDN Rantau Bujur secara
kolaboratif menilai dan mendiskusikan kelemahan-kelemahan atau
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan tindakan siklus 1
untuk selanjutnya diperbaiki pada tindakan siklus 2. Pada tindakan siklus 1
berdasarkan persentasi pelaksanaan pembelajaran model kooperatif tipe
team game tournament, secara umum telah dilaksanakan dengan cukup
baik. Namun masih ada beberapa orang siswa yang terlihat kurang
memperhatikan penjelasan guru dan kurang mampu menjawab pertanyaan-
pertanyaan apresepsi yang diberikan guru.
Sementara itu, pada kegiatan inti terdapat dua kelemahan yaitu:
1. Guru masih terfokus kepada beberapa kelompok dalam memantau kerja
tiap-tiap kelompok selama diskusi berlangsung dan
25
membantu/mengarahkan siswa dalam kelompok yang memahami
kesulitan dalam menyelesaikan soal.
2. Guru masih terlihat kaku mengorganisir perwakilan kelompok siswa
untuk meminta wakil dari setiap kelompok untuk mempresentasikan
jawabannya dari soal yang telah diberikan dalam LKS dan memberikan
skor kepada masing-masing kelompok dari hasil pelaksanaan games
dan turnamen.
Kekurangan-kekurangan di atas terjadi karena dapat dipahami bahwa
guru dan siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe team game tournament sehingga guru belum mampu
mengelola pembelajaran dengan baik dan siswa, akibatnya penggunaan
waktu yang tidak efektif. Akibatnya, pada kegiatan akhir pembelajaran guru
tidak melakukan refleksi atau memberikan rangkuman materi pembelajaran.
b. Siklus II
Seperti halnya siklus 1, guru telah mampu mengorganisir kelompok
belajar dengan mampu memberikan motivasi, mengarahkan dan
memberikan bantuan pada setiap kelompok yang kesulitan menyelesaikan
soal, melaksanakan games dengan baik, serta pemanfaatan alokasi waktu
pembelajaran yang efektif. Hal ini ditunjukan dengan aktivitas guru
mencapai 95%. Peningkatan ini ditandai dengan meningkatnya aktivitas
siswa dimana siswa terlihat sangat antusias dan berinisiatif mewakili
kelompok untuk menyelesaikan soal dan bertanya jika mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan soal.
Membaiknya aktivitas guru dan siswa ditandai dengan meningkatnya
keaktifan dan respon siswa dalam memahami pembelajaran. Namun
demikian, masih ada beberapa temuan yang merupakan kekurangan dari
siklus 2, yaitu:
1. Masih ada siswa yang tidak aktif menyelesaikan LKS dalam kelompok,
tidak membuat rangkuman materi ataupun tidak lengkap
26
mengemukakan jawaban (terlalu bermain), walaupun jumlahnya tidak
lagi sebanyak pada siklus 1.
2. Banyaknya siswa yang berinisiatif bertanya, membuat guru kewalahan
memberikan jawaban. Oleh karena itu dalam pembelajaran kelompok,
sebaiknya guru saling berkolaborasi minimal 2 orang guru.
27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas, maka kesimpulan
yang dapat diambil:
1. Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament
(TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SDN Rantau
Bujur Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah
Tahun Pelajaran 2019/2020 pada mata pelajaran materi perubahan
benda.
2. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Game Tournament
(TGT) dapat meningkatkan keaktifan siswa di dalam kelas pada
pembelajaran IPA materi perubahan benda di kelas V Rantau Bujur
Kecamatan Labuan Amas Utara Kabupaten Hulu Sungai Tengah.
28
4. Kepala sekolah disarankan untuk selalu berupaya untuk meningkatkan
pembelajaran melalui metode dan model-model pembelajaran
khususnya untuk pembelajaran IPA agar dapat memberikan sumbangan
bagi inovasi sekolah dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran,
serta penanggulangan berbagai kesulitan mengajar yang dialami guru,
dalam melakukan pembelajaran sehari-hari di sekolah
5. Kepada pengawas sekolah dan Dinas Pendidikan disarankan untuk
menjadikan hasil penelitian sebagai bahan referensi dalam pelatihan
maupun sosialisasi bagi guru-guru mengenai model-model
pembelajaran agar pengawas dan Dinas Pendidikan dapat terus
melakukan perbaikan-perbaikan terhadap cara mengajar yang dilakukan
oleh guru di sekolah-sekolah .
29
DAFTAR PUSTAKA
30
LAMPIRAN
31
1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I
SIKLUS I
Kelas/Semester : V/II
I. Standar Kompetensi
Memahami faktor faktor penyebab perubahan benda.
III. Indikator
Menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan benda (pelapukanm perkaratan,
pembusukan) melalui pengamatan
IV. TujuanPembelajaran
Setelah siswa mempelajari bab ini, siswa dapat:
Menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan benda (pelapukanm
perkaratan, pembusukan) melalui pengamatan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Karakter yang dikembangkan pada bab ini adalah:
Rasa Ingin tahu
32
a. Metode pembelajaran : 1. Ceramah/penyampaianin formasi
2. Tanya jawab
Model pembelajaran : Team Game Tournament (TGT)
VI. MateriPokok
Faktor-faktor Penyebab Perubahan Benda
Cara-Cara Mencegah Perubahan Benda
VII. SkenarioPembelajaran
Langkah-LangkahPembelajaran
KegiatanPendahuluan
1. Siswa diajak berdiskusi tentang faktor-faktor penyebab perubahan benda
2. Guru menyampaikan faktor penyebab perubahan benda secara garis besar
ada 3, yaitu: pelapukan, perkaratan, dan pembusukan
3. Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri
dari 5 orang siswa
KegiatanInti
Eksplorasi
Guru dapat menanyakan hal-hal berikut:
Elaborasi
1. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
siswa.
33
2. Masing-masing anggota yang berasal dari kelompok akan ditugaskan
mempelajari materi pembelajaran yang sudah disampaikan mengenai
(pelapukan biologi, pelapukan fisika, pelapukan kimia, perkaratan, dan
pembusukan).
3. Setiap kelompok akan ditunjuk oleh guru untuk mewakili kelompoknya
maju ke depan ke meja turnamen untuk mengambil kartu soal yang
sudah disediakan oleh guru.
4. Masing-masing perwakilan anggota kelompok yang sudah mengambil kartu
soal akan mendapat pertanyaan yang akan dibacakan oleh guru berdasarkan
no kartu soal yang sudah diambil.
5. Perwakilan anggota kelompok akan menjawab pertanyaan yang
diberikan guru.
6. Setiap perwakilan anggota kelompok yang bias menjawab pertanyaan
dari guru akan mendapatkan poin bagi kelomponya
7. Setelah semua perwakilan siswa menjawab pertanyaan yang diberikan
siswa kembali kekelompoknya masing-masing.
8. Guru kembali menunjuk 1 perwakilan anggota kelompok lainnya.
9. Guru mengulang langkah tersub sampai 4 orang perwakilan anggota
kelompok yang maju ke meja turnamen.
10. Masing-masing kelompok mengumpulkan poin-poin berdasarkan soal-
soal yang telah mereka jawab.
11. Bagi kelompok yang memperoleh poin tertinggi dan poinnya yang
sama dengan kelompok lain maka akan maju kedepan untuk
melaksanakan turnamen kembali.
12. Hal tersebut berlangsung sampai memperoleh pemenang dari turnamen.
13. Guru memberikan apresiasi bagi pemenang turnamen tersebut.
Konfirmasi
34
KegiatanPenutup
VIII. Alat/Bahan/SumberBelajar
Alat dan Bahan : Kartu soal
SumberBelajar : Buku ESPS IPA Aktif 5
35
2. Lembar Kerja Siswa Siklus I
Nama :
Hari/Tanggal :
Pokok Bahasan : Perubahan Benda
36
8. Perkaratan dapat terjadi dengan mudah di daerha sekitar pantai karena ....
a. Air di daerah pantai mengandung kadar vitamin yang tinggi
b. Air di pantai sangat jernih dan banyak
c. Air di sekitar pantai bercampur dengan pasir
d. Air di sekitar pantai mengandung kadar garam yang tinggi
37
16. Pelapukan mekanik salah satunya bisa disebabkan oleh ....
a. Hewan c. Sayuran
b. Tumbuhan d. Suhu
17. Buah-buahan yang mengalami pembusukan jika dimakan dapat membuat ....
a. Tubuh mengalami sakit perut
b. Buah semakin enak
c. Buah menjadi lebih matang
d. Tubuh menjadi lebih sehat
18. Hewan yang dapat menyebabkan pelapukan pada kayu adalah ....
a. Kucing c. Rayap
b. Ayam d. Nyamuk
19. Kayu agar tahan lama bisa dilapisi dengan ....
a. Minyak goreng c. Air Aki
b. Oli d. Plitur
20. Besi yang berkarat akan dilapisi lapiran yang berwarna ....
a. Putih keabu-abuan
b. Hitam kehijau-hijauan
c. Coklat kemerah-merahan
d. Kuning kebiru-biruan
Paraf Guru
Nilai
38
LEMBAR JAWABAN
SIKLUS I
1. C 6. D 11. A 16. A
2. D 7. A 12. C 17. A
3. D 8. D 13. B 18. C
4. A 9. A 14. A 19. D
5. C 10. C 15. A 20. A
39
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II
SIKLUS II
Kelas/Semester : V/II
I. Standar Kompetensi
Memahami faktor penyebab perubahan benda.
III. Indikator
Menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan benda (pelapukan, perkaratan,
pembusukan) melalui pengamatan
IV. TujuanPembelajaran
Setelah siswa mempelajari bab ini, siswa dapat:
Menjelaskan faktor-faktor penyebab perubahan benda (pelapukan,
perkaratan, pembusukan) melalui pengamatan
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
Karakter yang dikembangkan pada bab ini adalah:
Rasa Ingin tahu
40
V. Metode dan Model Pembelajaran
a. Metode pembelajaran : 1. Ceramah/penyampaianin formasi
2. Tanya jawab
Model pembelajaran : Team Game Tournament (TGT)
VI. MateriPokok
Faktor-faktor Penyebab Perubahan Benda
VII. SkenarioPembelajaran
Langkah-LangkahPembelajaran
Kegiatan Pendahuluan
1. Siswa diajak berdiskusi tentang faktor-faktor penyebab perubahan benda
2. Guru menyampaikan faktor penyebab perubahan benda secara garis besar
ada 3, yaitu: pelapukan, perkaratan, dan pembusukan
3. Guru mengelompokkan siswa menjadi beberapa kelompok yang terdiri
dari 5 orang siswa
Kegiatan Inti
Eksplorasi
Elaborasi
1. Guru membagi siswa menjadi 4 kelompok yang terdiri dari 4-5 orang
siswa. (Dengan anggota kelompok yang berbeda dari siklus I)
41
2. Masing-masing anggota yang berasal dari kelompok akan ditugaskan
mempelajari materi pembelajaran yang sudah disampaikan mengenai
(pelapukan biologi, pelapukan fisika, pelapukan kimia, perkaratan, dan
pembusukan).
3. Setiap kelompok akan ditunjuk oleh guru untuk mewakili kelompoknya
maju ke depan ke meja turnamen untuk mengambil kartu soal yang
sudah disediakan oleh guru.
4. Masing-masing perwakilan anggota kelompok yang sudah mengambil kartu
soal akan mendapat pertanyaan yang akan dibacakan oleh guru berdasarkan
no kartu soal yang sudah diambil.
5. Perwakilan anggota kelompok akan menjawab pertanyaan yang
diberikan guru.
6. Setiap perwakilan anggota kelompok yang bias menjawab pertanyaan
dari guru akan mendapatkan poin bagi kelomponya
7. Setelah semua perwakilan siswa menjawab pertanyaan yang diberikan
siswa kembali kekelompoknya masing-masing.
8. Guru kembali menunjuk 1 perwakilan anggota kelompok lainnya.
9. Guru mengulang langkah tersub sampai 4 orang perwakilan anggota
kelompok yang maju ke meja turnamen.
10. Masing-masing kelompok mengumpulkan poin-poin berdasarkan soal-
soal yang telah mereka jawab.
11. Bagi kelompok yang memperoleh poin tertinggi dan poinnya yang
sama dengan kelompok lain maka akan maju kedepan untuk
melaksanakan turnamen kembali.
12. Hal tersebut berlangsung sampai memperoleh pemenang dari turnamen.
13. Guru memberikan apresiasi bagi pemenang turnamen tersebut.
Konfirmasi
42
KegiatanPenutup
VIII. Alat/Bahan/SumberBelajar
Alat dan Bahan : Kartu soal
SumberBelajar : Buku ESPS IPA Aktif 5
43
4. Lembar Kerja Siswa Siklus II
Nama :
Hari/Tanggal :
Pokok Bahasan : Perubahan Benda
1. Buah yang semula segar dapat berubah menjadi keriput dan berbau tidak
enak. Perubahan benda tersebut dapat terjadi karena proses . . .
a. Pelapukan b. Perkaratan c. Pembusukan d. Pengawetan
2. Lumut yang tumbuh pada kayu dapat menyebabkan kayu tersebut lapuk.
Pelapukan yang demikian disebut . . .
a. Kimia b. Biologi c. Fisika d. Alami
3. Satu contoh penyebab terjadinya pelapukan kimia adalah . . .
a. Hujan es c. Gelombang laut
b. Hujan asam d. Perubahan suhu yang ekstrim
4. Munculnya lapisan berwarna merah (kekuning kuningan) pada logam
merupakan pertanda peristiwa …
a. Perusakan b. Perkaratan c. Pelapukan d. Pembusukan
5. Benda yang sering mengalami perkaratan adalah …
a. Kayu b. Plastik c. Besi d. Emas
6. Makhluk hidup yang sering menyebakan kusen jendela menjadi lapuk
adalah …
a. Belalang b. Cacing c. Rayap d. Tikus
7. Berikut ini merupakan usaha pencegahan pelapukan kayu, kecuali …
a. Pengecatan c. Pengeringan
b. Pemberian zat antirayap d. Pembakaran
8. Berikut ini merupakan pertanda makanan membusuk, kecuali …
a. Rasa makanan berasa lezat c. Aroma makanan berbau tidak sedap
44
b. Makanan berubah warna d. Timbulnya benang benang jamur
9. Makan dibiarkan di udara terbuka selama beberapa hari dapat …
a. Tetap segar c. Menjadi nikmat
b. Menjadi matang d. Mengalami pembusukan
10. Pembekuan makanan dapat mencegah pembusukan karena …
a. Menghambat pertumbuhan bakteri
b. Makanan berubah menjadi es
c. Mempercepat pertumbuhan jamur
d. Mencegah reaksi kimia
II. Isian
1. Sifat kayu yang baik untuk digunakan adalah . . .
2. Jika sayuran dibiarkan selama beberapa hari, maka sayuran akan .. .
3. Daging dapat tetap segar jika disimpan di dalam lemari es karena . . .
4. Paku dapat berkarat jika . . .
5. Pengasinan dapat menghambat proses pembusukan makanan karena ...
Paraf Guru
Nilai
45
LEMBAR JAWABAN
SIKLUS II
1. C
2. B
3. D
4. B
5. C
6. C
7. D
8. A
9. D
10. A
46
5. Format Laporan Refleksi Siklus I
1. Identitas
47
3. Kelebihan simulasi pembelajaran:
1). Simulasi dapat dijadikan sebagai bekal bagi guru dalam menghadapi
situasi yang sebenarnya
2). Simulasi dapat mengembangkan kreativitas siswa.
3). Dapat memperkaya pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang
diperlukan dalam menghadapisituasi sosial yang problematis
4). Simulasi dapat meningkatkan gairah siswa dalam pembelajaran
3). Faktor psikologis seperti rasa malu dan takut sering mempengaruhi
guru dalam melakukan simulasi
5. Refleksi
Rencana perbaikan pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus 2,
berdasarkan refleksi kegiatan simulasi siklus 1:
1). Pada tahap ini, peneliti bersama guru kelas V SDN Hulu Rasau secara
kolaboratif menilai dan mendiskusikan kelemahan-kelemahan atau
kekurangan-kekurangan yang terdapat pada pelaksanaan tindakan siklus
1 untuk selanjutnya diperbaiki pada tindakan siklus 2.
2). Meningkatkan respon dan perhatian siswa terhadap penjelasan guru
bagi siswa yang kurang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan
apresepsi yang diberikan guru.
3). Guru dan siswa harus bisa terbiasa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe team game tournament sehingga guru akan mampu
mengelola pembelajaran dengan baik terhadap siswa, sehingga
penggunaan waktu menjadi lebih efektif.”.
48
6. Format Laporan Simulasi Siklus II
1. Identitas
A. Siklus I
49
2. Guru masih terlihat kaku mengorganisir perwakilan kelompok siswa
untuk meminta wakil dari setiap kelompok untuk mempresentasikan
jawabannya dari soal yang telah diberikan dalam LKS dan memberikan
skor kepada masing-masing kelompok dari hasil pelaksanaan games
dan turnamen.
Kekurangan-kekurangan di atas terjadi karena dapat dipahami bahwa
guru dan siswa belum terbiasa menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe team game tournament sehingga guru belum mampu
mengelola pembelajaran dengan baik dan siswa, akibatnya penggunaan
waktu yang tidak efektif. Akibatnya, pada kegiatan akhir pembelajaran guru
tidak melakukan refleksi atau memberikan rangkuman materi pembelajaran.
B. Siklus II
50
3). Kartu Soal
4). LKS
51
LEMBAR
OBSERVASI
52
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
SIKLUS I
Kemunculan
No Aspek Penilaian
Ya Tidak
Jumlah 7
53
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS GURU
SIKLUS II
Kemunculan
No Aspek Penilaian
Ya Tidak
1. Guru menyampaikan topik dan materi yang akan di pelajari. √
Jumlah 8
54
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
SIKLUS I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Keterangan:
1. Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi
2. Siswa membentuk kelompok
3. Siswa mendiskusikan jawaban bersama
4. Siswa mempresentasikan jawaban
5. Siswa memberikan tanggapan dari temannya yang lain
6. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran
99
Keaktifan Siswa = x 100% = 82,5 %
120
55
LEMBAR OBSERVASI AKTIVITAS SISWA
SIKLUS II
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Keterangan:
1. Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi
2. Siswa membentuk kelompok
3. Siswa mendiskusikan jawaban bersama
4. Siswa mempresentasikan jawaban
5. Siswa memberikan tanggapan dari temannya yang lain
6. Siswa bersama guru menyimpulkan pembelajaran
112
Keaktifan Siswa = x 100% = 93 %
120
56
FREKUENSI HASIL BELAJAR INDIVIDU
SIKLUS I
NO Nilai Siklus 1
frekuensi Keterangan
1 100 Tuntas
2 90 Tuntas
3 80 Tuntas
4 70 Tidak Tuntas
5 60 Tidak Tuntas
6 50 Tidak Tuntas
13
Ketuntasan = x 100 % = 65%
20
57
FREKUENSI HASIL BELAJAR INDIVIDU
SIKLUS II
NO Nilai Siklus II
frekuensi Keterangan
1 100 7 Tuntas
2 90 8 Tuntas
3 80 5 Tuntas
4 70 0 -
5 60 0 -
6 50 0 -
20
Ketuntasan = x 100 % = 100 %
20
58