Anda di halaman 1dari 26

KPS – 17.

Surat Keputusan Direktur


PANDUAN PARTISIPASI
STAF KESEHATAN
LAINNYA DALAM PMKP

RUMAH SAKIT IBU & ANAK


“ PONDOK TJANDRA “
Waru – Sidoarjo – Jawa Timur
2014
RUMAH SAKIT IBU & ANAK
“ PONDOK TJANDRA “
Jln. Mangga I E-225 Pondok Tjandra Indah, Waru – Sidoarjo
Telp. (031) 8662206, 8664488 Fax. (031) 8664345
E-mail: rsb_tjandra@yahoo.co.id

KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “PONDOK TJANDRA”

NOMOR: 163/SK/RSIA-PT/VI/2014

TENTANG

KEBIJAKAN PANDUAN PARTISIPASI STAF KESEHATAN LAINNYA DALAM


PENINGKATAN MUTU
DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “PONDOK TJANDRA”

Menimbang :
a. bahwa panduan partisipasi staf kesehatan lainnya dalam peningkatan mutu merupakan
upaya efisien di Rumah Sakit Ibu dan Anak “Pondok Tjandra”;
b. bahwa panduan partisipasi staf kesehatan lainnya dalam peningkatan mutu terlaksana
dengan baik, perlu kebijakan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak “Pondok Tjandra”,
sebagai dasar partisipasi staf kesehatan lainnya dalam peningkatan mutu;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam a dan b, perlu
ditetapkan dengan Keputusan Direktur Rumah Sakit Ibu dan Anak “Pondok Tjandra”.

Mengingat :
1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2009, tentang Praktek
Kedokteran.
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009, tentang Rumah Sakit.
3. Kepmenkes Nomor: 81/MENKES/SK/I/2004, tentang Pedoman Penyusunan
Perencanaan Sumber Daya Manusia Kesehatan
4. Kepmenkes Nomor: 369//MENKES/SK/III/2007, tentang Standar Profesi Bidan
5. Kepmenkes Nomor: 370//MENKES/SK/III/2007, tentang Standar Profesi Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan
6. Kepmenkes Nomor: 374//MENKES/SK/III/2007, tentang Standar Profesi Gizi
7. Kepmenkes Nomor: 375//MENKES/SK/III/2007, tentang Standar Profesi Radiografer
8. Permenkes Nomor: 1796/MENKES/Per/VIII/2011, tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan
9. Permenkes Nomor: 1438/MENKES/Per/IX/2010, tentang Standar Pelayanan
Kedokteran
10. Keputusan Nomor: SK 002/RSBPT/IX/2013, Tahun 2013 tentang Struktur Organisasi
Rumah Rumah Sakit Ibu dan Anak “Pondok Tjandra”.
11. Keputusan Nomor: SK 001/YHB/VIII/2012 tentang Penetapan Direktur Rumah Sakit
Ibu dan Anak “Pondok Tjandra”.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan :

Pertama : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK


“PONDOK TJANDRA” TENTANG PANDUAN PARTISIPASI STAF
KESEHATAN LAINNYA DALAM PENINGKATAN MUTU DI
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “PONDOK TJANDRA”

Kedua : Kebijakan menetapkan panduan partisipasi staf kesehatan lainnya dalam


peningkatan mutu di Rumah Sakit Ibu dan Anak “Pondok Tjandra”
sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini.

Ketiga : Pembinaan dan pengawasan panduan partisipasi staf kesehatan lainnya


dalam peningkatan mutu dilaksanakan oleh Direktur Rumah Sakit Ibu dan
Anak “Pondok Tjandra”.

Keempat : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dan apabila di kemudian
hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini akan diadakan
perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : Sidoarjo
Pada tanggal : 09 Juni 2014

Direktur,
Rumah Sakit Ibu dan Anak “Pondok Tjandra”,

Dr. Supriyono, Sp.OG (K) Onk


Lampiran
Keputusan Direktur RSIA “Pondok Tjandra”
Nomor : 163/SK/RSIA-PT/VI/2014
Tanggal : 09 Juni 2014

KEBIJAKAN TENTANG PANDUAN PARTISIPASI STAF KESEHATAN LAINNYA


DALAM PENINGKATAN MUTU
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK “PONDOK TJANDRA”

I. PELAYANAN FARMASI

A.      PENDAHULUAN

Suatu organisasi idealnya harus peduli dengan mutu atau kualitas yang dihasilkannya,
terlebih organisasi dibidang jasa, pelayanan maupun gabungan jasa-barang, seperti organisasi
Rumah Sakit. RSIA “Pondok Tjandra” sebagai sarana kesehatan utama untuk upaya
kesehatan, maka tiada hentinya selalu berbenah diri meningkatkan, memperbaiki mutu,
kualitas bentuk layanannya. Profesi kesehatan yang di RSIA “Pondok Tjandra” hendaknya
selalu ditingkatkan, dioptimalkan fungsi dan perannya untuk pencapaian mutu layanan
optimal, terukur bagi masyarakat.
Instalasi Farmasi RSIA “Pondok Tjandra” merupan bagian dari organisasi Rumah
Sakit, Penunjang Medik yang juga harus berbenah diri untuk mendukung output layanannya.
Profesionalisme profesi kesehatan, terutama apoteker di RSIA “Pondok Tjandra” sangat
diperlukan untuk mencapai hasil keluaran optimal. Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS)
hendaknya merubah paradigma yang melekat padanya selama ini. IFRS selama ini hanya
terjebak di pelayanan stock, harus segera berbenah diri ke bentuk pelayanan pasien dan
bangsal dengan tanpa mengurangi perannya sebelumnya..
Pelayanan kefarmasian sebagai salah satu unsur dari pelayanan utama di RSIA
“Pondok Tjandra”, merupakan bagian tidak dipisahkan dari sistem pelayanan di rumah sakit
yang berorientasi kepada pelayanan pasien. Salah satu peningkatan layanan yang
dikembangkan adalah Pelayanan Informasi Obat dan Pelayanan Farmasi Klinis. Pelayanan
informasi obat dan pelayanan farmasi klinis menanggapi keprihatinan masyarakat akan
mortalitas dan morbiditas terkait pengunaan obat, kerasionalan pengunaan obat, semakin
meningkatnya biaya perawatan pasien karena makin meningkatnya biaya obat dan makin
tingginya harapan masyarakat.
Pelayan farmasi klinis merupakan kerja tim, apoteker dengan profesi kesehatan lain
memecahkan kasus perawatan pasien untuk menghasilkan outcome, hasil yang maksimal
untuk pasien. Pelayanan Farmasi Klinis memerlukan pengetahuan terapi tinggi bagi
apotekernya, kemampuan komonikasi, monitoring respon obat ke pasien, pelayanan informasi
obat. Pelayanan Farmasi Klinis lebih ditekankan dipelayanan rawat inap rumah sakit dan
berorientasi lebih ke pasien.

B.     MUTU PELAYANAN

Quality Assurance atau jaminan mutu adalah suatu konsep yang mencakup segala
aspek secara individual atau bersama-sama dapat mempengaruhi mutu suatu produk (WHO).
Kharateristik mutu modern berciri orientasi kepada pelanggan. Mutu modern
menghendaki konsep berpikir secara sistem oleh semua pihak, partisipasi aktif manajemen
puncak (top management). Juga menghendaki pemahaman setiap orang terhadap tanggung
jawab spesifik menciptakan mutu, aktivitas berorientasi tindakan pencegahan terjadinya
kerusakan atau penyimpangan proses kerja. Hal tersebut dilaksanankan karena filosofi yang
menganggap bahwa mutu merupakan “jalan hidup“ (way of life).
Jaminan mutu mencakup empat kaidah yaitu berorientasi pada pemenuhan harapan
dan kebutuhan pelanggan atau masyarakat, berfokus pada sistem dan proses, menggunakan
data untuk menganalisis proses pemberian komoditi. jaminan mutu mendorong diterapkan
pendekatan tim untuk pemecahan masalah dan perbaikan mutu berkesinambungan.
Mutu pelayanan kesehatan (Depkes RI) adalah penampilan atau kinerja yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan, disatu pihak menimbulkan
kepuasan pada setiap pasien sesuai dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk, serta dipihak
lain tata cara penyelenggaraannya sesuai standar dan kode etik profesi yang telah ditetapkan.
Mutu pelayanan farmasi RSIA “Pondok Tjandra” adalah pelayanan farmasi yang
menunjuk pada tingkat kesempurnaan pelayanan dalam menimbulkan kepuasan pasien sesuai
tingkat kepuasan rata-rata masyarakat, serta penyelenggaraannya sesuai standar pelayanan
profesi yang ditetapkan serta sesuai dengan kode etik profesi farmasi.
Kepuasan pasien didefinisikan sebagai evaluasi pasca konsumsi bahwa suatu produk
yang dipilih setidaknya memenuhi atau melebihi harapan. Kepuasan merupakan pengalaman
yang akan mengendap di dalam ingatan pasien sehingga mempengaruhi proses pengambilan
keputusan pembelian ulang produk yang sama (Endang H, 1998).
C. RUMAH SAKIT DAN PELAYANAN FARMASI

Sesuai dengan fungsinya. maka rumah sakit termasuk sarana kesehatan yang
diperlukan demi tercapainya peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Adapun tugas pokok
dari Farmasi RSIA “Pondok Tjandra”, meliputi:
1.    Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal.
2.    Menyelenggarakan kegiatan pelayanan farmasi professional berdasarkan prosedur
kefarmasian dan etik profesi.
3.   Melaksanakan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).
4. Memberi pelayanan bermutu melalui analisa, dan evaluasi untuk meningkatkan
mutu pelayanan farmasi.
5.    Melakukan pengawasan berdasarkan aturan-aturan yang berlaku.
6.   Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan di bidang farmasi.
7.   Mengadakan penelitian dan pengembangan di bidang farmasi.
8.    Memfasilitasi dan mendorong tersusunnya standar pengobatan dan formularium
rumah sakit.

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


1197/Menkes/SK/X/2004 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit, kebijakan dan
prosedur pelayanan farmasi di RSIA “Pondok Tjandra”, meliputi:
1.   Pengelolaan Perbekalan Farmasi
2.    Pelayanan Kefarmasian Dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan
3.   Pengkajian Resep
4.    Dispensing
5.    Pemantauan Dan Pelaporan Efek Samping Obat
6.   Pelayanan Informasi Obat
7.    Konseling
8.    Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah
9.   Ronde/Visite Pasien

Tujuan pelayanan farmasi RSIA “Pondok Tjandra”, ialah:


1.   Melangsungkan pelayanan farmasi yang optimal baik dalam keadaan biasa maupun
dalam keadaan gawat darurat, sesuai dengan keadaan pasien maupun fasilitas yang
tersedia
2. Menyelenggarakan kegiatan pelayanan profesional berdasarkan prosedur kefarmasian dan
etik profesi
3.    Melaksanakan KIE (Komunikasi Informasi dan Edukasi) mengenai obat
4.   Menjalankan pengawasan obat berdasarkan aturan-aturan yang berlaku
5.   Melakukan dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan
6.   Mengawasi dan memberi pelayanan bermutu melalui analisa, telaah dan evaluasi
pelayanan
7.   Mengadakan penelitian di bidang farmasi dan peningkatan metoda

Adapun fungsi dari pelayanan Farmasi Rumah Sakit meliputi:

1.   Pengelolaan Perbekalan Farmasi


a.   Memilih perbekalan farmasi sesuai kebutuhan pelayanan rumah sakit.
b.   Merencanakan kebutuhan perbekalan farmasi secara optimal.
c.   Mengadakan perbekalan farmasi berpedoman pada perencanaan yang telah dibuat
sesuai ketentuan yang berlaku.
d.    Memproduksi perbekalan farmasi untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan
di rumah sakit .
e.    Menerima perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan ketentuan yang berlaku.
f.     Menyimpan perbekalan farmasi sesuai dengan spesifikasi dan persyaratan
kefarmasian.
g.    Mendistribusikan perbekalan farmasi ke unit-unit pelayanan di rumah sakit.

2.  Pelayanan Kefarmasian dalam Penggunaan Obat dan Alat Kesehatan


a.   Mengkaji instruksi pengobatan/resep pasien
b.    Mengidentifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat
kesehatan
c.    Mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan
d.    Memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan
e.   Memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga
f. Memberi konseling kepada pasien/keluarga
g. Melakukan pencampuran obat suntik
h. Melakukan penyiapan nutrisi parenteral
i. Melakukan penanganan obat kanker
j. Melakukan penentuan kadar obat dalam darah
k. Melakukan pencatatan setiap kegiatan
l. Melaporkan setiap kegiatan
Beberapa keterampilan diperlukan seorang Apoteker untuk berperan secara efektif
dalam pelayan pasien:
1.    Keterampilan Farmasi klinis
2.    Mengaplikasikan pengetahuan terapeutik
3.    Mengkorelasikan keadaan penyakit dengan pemilihan obat
4.    Menggunakan catatan kasus pasien
5.    Menginterpretasikan data pemeriksaan laboratorium
6.    Menerapkan pendekatan penyelesaian masalah yang sistematik
7.   Mengidentifikasi kontra indikasi obat
8.   Mengenal reaksi yang tidak dikehendaki (karena obat) yang mungkin terjadi
9.   Membuat keputusan tentang formulasi dan stabilitas
10.  Mengkaji literatur medis dan obat
11.  Menulis laporan medis
12.  Merekomendasikan pengaturan dosis
13.  Mengkomunikasikan secara efektif kepada tenaga kesehatan yang terkait
14.  Menanggapi pertanyaan secara lisan
15.  Membuat instruksi/perintah yang jelas
16.  Berargumentasi terhadap suatu kasus 
17.  Memberikan pendapat atau saran kepada tenaga professional kesehatan dan pasien dan
keluarga pasien.
18.  Menyajikan laporan kasus.
Terapi obat terutama ditujukan untuk meningkatkan kualitas mempertahankan hidup
pasien, yang dilakukan dengan cara mengobati pasien, mengurangi atau meniadakan gejala
sakit, menghentikan atau memperlambat proses penyakit serta mencegah penyakit atau
gejalanya. Namun tidak dapat disangkal dalam pemberian obat kemungkinan terjadi hasil
pengobatan tidak seperti yang diharapkan (Drug Related Problem).
Pemantauan obat merupakan salah satu tugas layanan farmasi dan berhubungan
dengan masalah berkaitan obat (DRP) serta dapat dikategorikan sebagai berikut:
1.    Pasien tidak memperoleh pengobatan yang sesuai dengan indikasinya
2.    Pasien tidak mendapatkan obat yang tepat
3.    Dosis obat subterapetik
4.    Pasien gagal menerima obat
5.    Dosis obat terlalu tinggi
6.    Timbul reaksi obat yang tidak dikehendaki
7.    Pasien mengalami masalah karena terjadi interaksi obat
8.   Pasien memperoleh obat yang tidak sesuai dengan indikasinya
Outcomes yang diharapkan dari pelaksanaan farmasi klinis adanya perbaikan kualitas
hidup meliputi kesembuhan penyakit, eliminasi, pengurangan simtom,
penghentian/perlambatan proses penyakit. Untuk mencapai hasil tersebut dengan cara
Identifikasi DRP (Drug Related Problem), memecahkan DRP aktual, mencegah DRP
potensial.
Konseling merupakan suatu proses yang sistematik untuk mengidentifikasi dan
penyelesaian masalah pasien yang berkaitan dengan pengambilan dan penggunaan obat pasien
rawat jalan dan pasien rawat inap. Tujuan dari konseling adalah memberikan pemahaman
yang benar mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan mengenai nama obat, tujuan
pengobatan, jadwal pengobatan, cara menggunakan obat, lama penggunaan obat, efek
samping obat, tanda-tanda toksisitas, cara penyimpanan obat dan penggunaan obat-obat lain.
Pemantauan dan peresepan menjadi tugas utama farmasi klinis. Pengkajian
(Assessment) menjamin bahwa semua terapi obat yang diberikan kepada pasien terindikasi
berkhasiat dan sesuai serta mengidentifikasi setiap masalah terapi obat yang muncul atau
memerlukan pencegahan dini. Pengembangan Perencanaan Perawatan (Development of Care
Plant) Secara bersama pasien dan praktisi kesehatan membuat perencanaan untuk
menyelesaikan masalah terapi obat dan untuk mencapai tujuan terapi. Tujuan ini didisain
untuk menyelesaikan masalah terapi yang muncul, mencapai tujuan terapi individual,
mencegah masalah terapi obat yang potensial terjadi kemudian hari.
Monitoring Efek Samping Obat merupakan kegiatan pemantauan setiap respon
terhadap obat yang merugikan atau tidak diharapkan yang terjadi pada dosis normal yang
digunakan pada manusia untuk tujuan profilaksis, diagnosis dan terapi. Tujuan dari
pemantauan dan pelaporan efek samping obat yaitu menemukan ESO (Efek Samping Obat)
sedini mungkin terutama yang berat, tidak dikenal, frekuensinya jarang, menentukan
frekuensi dan insidensi Efek Samping Obat yang sudah dikenal sekali, yang baru saja
ditemukan, mengenal semua faktor yang mungkin dapat menimbulkan/mempengaruhi
timbulnya Efek Samping Obat atau mempengaruhi angka kejadian dan hebatnya Efek
Samping Obat.
Kegiatan pemantauan dan pelaporan efek samping obat, antara lain; menganalisa
laporan Efek Samping Obat, mengidentifikasi obat-obatan dan pasien yang mempunyai resiko
tinggi mengalami Efek Samping Obat, mengisi formulir Efek Samping Obat, melaporkan ke
Panitia Efek Samping Obat Nasional.
Pencampuran obat suntik aseptik atau dispensing merupakan kegiatan pelayanan
yang dimulai dari tahap validasi, interpretasi, menyiapkan/meracik obat, memberikan
label/etiket, penyerahan obat dengan pemberian informasi obat yang memadai disertai sistem
dokumentasi. Tujuan dari dispensing untuk mendapatkan dosis yang tepat dan aman,
menyediakan nutrisi bagi penderita yang tidak dapat menerima makanan secara oral atau
emperal, menyediakan obat kanker secara efektif, efisien dan bermutu, menurunkan total
biaya obat.
Dispensing dibedakan menjadi dua berdasarkan atas sifat sediaannya yaitu Dispensing
sediaan farmasi khusus (dispensing sediaan farmasi parenteral nutrisi dan dispensing sediaan
farmasi pencampuran obat steril) dan dispensing sediaan farmasi berbahaya. Dispensing
sediaan farmasi parenteral nutrisi. Merupakan kegiatan pencampuran nutrisi parenteral yang
dilakukan oleh tenaga yang terlatih secara aseptis sesuai kebutuhan pasien dengan menjaga
stabilitas sediaan, formula standar dan kepatuhan terhadap prosedur yang menyertai.
Kegiatan antara lain; Mencampur sediaan karbohidrat, protein, lipid, vitamin, mineral untuk
kebutuhan perorangan. Mengemas ke dalam kantong khusus untuk nutrisi.
Pelayanan Informasi Obat. Merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, tidak bias dan terkini kepada dokter,
apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien. Tujuan adalah Menyediakan
informasi mengenai obat kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit. PIO
menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat,
terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi. PIO akan meningkatkan profesionalisme
apoteker dan dapat menunjang terapi obat yang rasional.
Ronde/Visite Pasien merupakan kegiatan kunjungan ke pasien rawat inap bersama tim
dokter dan tenaga kesehatan lainnya. Tujuannya yaitu pemilihan obat, menerapkan secara
langsung pengetahuan farmakologi terapetik, menilai kemajuan pasien, bekerjasama dengan
tenaga kesehatan lain. Kegiatan antara lain Apoteker harus memperkenalkan diri dan
menerangkan tujuan dari kunjungan tersebut kepada pasien, Untuk pasien baru dirawat
Apoteker harus menanyakan terapi obat terdahulu dan memperkirakan masalah yang mungkin
terjadi. Apoteker memberikan keterangan pada formulir resep untuk menjamin penggunaan
obat yang benar. Melakukan pengkajian terhadap catatan perawat akan berguna untuk
pemberian obat. Setelah kunjungan membuat catatan mengenai permasalahan dan
penyelesaian masalah dalam satu buku dan buku ini digunakan oleh setiap Apoteker yang
berkunjung ke ruang pasien untuk menghindari pengulangan kunjungan.
Pemantauan atau Pengkajian Penggunaan Obat. Merupakan program evaluasi
penggunaan obat yang terstruktur dan berkesinambungan untuk menjamin obat-obat yang
digunakan sesuai indikasi, efektif, aman dan terjangkau oleh pasien. Tujuan adalah untuk
mendapatkan gambaran keadaan saat ini atas pola penggunaan obat pada pelayanan
kesehatan/dokter tertentu. Membandingkan pola penggunaan obat pada pelayanan
kesehatan/dokter satu dengan yang lain. Penilaian berkala atas penggunaan obat spesifik
Menilai pengaruh intervensi atas pola penggunaan obat.
Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah. Pemantauan Kadar Obat Dalam Darah
melakukan pemeriksaan kadar beberapa obat tertentu atas permintaan dari dokter yang
merawat karena indeks terapi yang sempit. Tujuannya adalah mengetahui kadar obat dalam
darah dan memberikan rekomendasi kepada dokter yang merawat. Kegiatan antara lain
memisahkan serum dan plasma darah. Memeriksa kadar obat yang terdapat dalam plasma
dengan menggunakan alat TDM, membuat rekomendasi kepada dokter berdasarkan hasil
pemeriksaan.
Untuk mengukur pencapaian standar yang telah ditetapkan diperlukan indikator, suatu
alat/tolok ukur yang hasil menunjuk pada ukuran kepatuhan terhadap standar yang telah
ditetapkan. Makin sesuai yang diukur dengan indikatornya, makin sesuai pula hasil suatu
pekerjaan dengan standarnya. Indikator dibedakan menjadi Indikator persyaratan minimal
yaitu indikator yang digunakan untuk mengukur terpenuhi tidaknya standar masukan, proses,
dan lingkungan. Serta Indikator penampilan minimal yaitu indikator yang ditetapkan untuk
mengukur tercapai tidaknya standar penampilan minimal pelayanan yang diselenggarakan.
Indikator atau kriteria yang baik sebagai berikut; harus sesuai dengan tujuan,
informasinya mudah didapat, singkat, jelas, lengkap dan tak menimbulkan berbagai
interpretasi, rasional
Evaluasi merupakan tahapan mencatat hasil terapi untuk mengkaji perkembangan
dalam pencapaian tujuan terapi dan menilai kembali munculnya masalah baru, ketiga tahap
proses ini terjadi terus menerus bagi seorang pasien.
Evaluasi dan Pengendali Mutu mempunyai tujuan pada umum agar setiap pelayanan
farmasi memenuhi standar pelayanan yang ditetapkan dan dapat memuaskan pelanggan.
Tujuan Khusus adalah Menghilangkan kinerja pelayanan yang substandard,
terciptanya pelayanan farmasi yang menjamin efektifitas obat dan keamanan pasien,
meningkatkan efesiensi pelayanan, meningkatkan mutu obat yang diproduksi di rumah sakit
sesuai CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik), meningkatkan kepuasan pelanggan,
menurunkan keluhan pelanggan atau unit kerja terkait
Survei dilakukan untuk mengukur kepuasan pasien, dilakukan dengan angket atau
wawancara langsung.
Faktor kunci keberhasilan dari pelayanan farmasi klinis adalah penyiapan software,
profesionalisme SDM, kerjasama dan komitment dari profesi, pemberdayaan masyarakat, dan
peraturan perundang-undangan.
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat merupakan kegiatan pelayanan yang dilakukan oleh
Apoteker untuk memberikan informasi secara akurat, dan aktual, tidak bias dan terkini kepada
dokter, apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya dan pasien atau keluarga pasien. Tujuan
dari pelayanan informasi obat adalah menyediakan informasi mengenai obat secara objektif,
akurat, dan up to date kepada pasien dan tenaga kesehatan dilingkungan rumah sakit.
Menyediakan informasi untuk membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan obat,
terutama bagi Panitia/Komite Farmasi dan Terapi. Dengan dilaksanakannya pelayanan
informasi obat akan menunjang terapi obat yang rasional dan meningkatkan profesionalisme
apoteker. Dengan adanya pelayanan informasi obat proses pengunaan obat dapat diambil
lebih tepat, misalnya:
a.    Memilih obat yang tepat
b.    Memilih sediaan yang tepat.
c.   Menentukan dosis yang tepat.
d.  Menentukan rute obat.
e.    Menentukan lama penggunaan obat.
f.     Memantau efek terapi dan efek samping obat.
g.    Merencanakan tindak lanjut jangka panjang untuk mendorong penggunaan obat
yang rasional dan meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan kepada pasein.
Kegiatan antara lain memberikan dan menyebarkan informasi kepada konsumen
secara aktif dan pasif. Menjawab pertanyaan dari pasien maupun tenaga kesehatan melalui
telepon, surat atau tatap muka. Membuat buletin, leaflet, label obat. Menyediakan informasi
bagi Komite/Panitia Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan Formularium
Rumah Sakit. Bersama dengan PKMRS melakukan kegiatan penyuluhan bagi pasien rawat
jalan dan rawat inap. Melakukan pendidikan berkelanjutan bagi tenaga farmasi dan tenaga
kesehatan lainnya. Mengkoordinasi penelitian tentang obat dan kegiatan pelayanan
kefarmasian.

II. PELAYANAN GIZI

A. PENDAHULUAN

Pelayanan gizi rumah sakit adalah pelayanan gizi yang disesuaikan dengan keadaan
pasien dan berdasarkan keadaan klinis, status gizi, dan status metabolisme tubuhnya. Keadaan
gizi pasien sangat berpengaruh pada proses penyembuhan penyakit, sebaliknya proses
perjalanan penyakit dapat berpengaruh terhadap keadaan gizi pasien. Sering terjadi kondisi
pasien semakin buruk karena tidak diperhatikan keadaan gizinya. Pengaruh tersebut bisa
berjalan timbal balik. Hal tersebut diakibatkan karena tidak tercukupinya kebutuhan zat gizi
tubuh untuk perbaikan organ tubuh. Fungsi organ yang terganggu akan lebih terganggu lagi
dengan adanya penyakit dan kekurangan gizi.
Terapi gizi yang menjadi salah satu factor penunjang utama penyembuhan tentuya
harus diperhatikan agar pemberian tidak melebihi kemampuan organ tubuh untuk
melaksanakan fungsi metabolisme. Terapi gizi harus selalu disesuaikan seiring dengan
perubahan fungsi organ selama penyembuhan. Dengan kata lain, pemberian diet pasien harus
dievaluasi dan diperbaiki sesuai dengan perubahan keadaan klinis dan hasil pemeriksaan
laboratorium, baik pasien rawat inap maupun rawat jalan. Upaya peningkatan satatus gizi dan
kesehatan masyarakat baik dalam maupun diluar rumah sakit, merupakan tugas dan tanggung
jawab tenaga kesehatan, terutama tenaga yang bergerak di bidang gizi.

B. VISI, MISI DAN TUJUAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT

a. Visi
Visi pelayanan gizi RSIA “Pondok Tjandra” adalah pelayanan gizi yang bermutu di
rumah sakit yang bersifat paripurna sesuai dengan jenis dan kelas rumah sakit.

b. Misi
Misi pelayanan gizi RSIA “Pondok Tjandra” sejalan dengan misi rumah sakit adalah :

• Menyelenggarakan pelayanan gizi yang berorientas pada kebutuhan dan kepuasan


klien/pasien untuk menunjang aspek-aspek promotif, kuratif, rehabilitatif serta
meningkatkan kulitas hidup.

• Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia.


• Mengembangkan penelitian sesuai dengan perkembangan ileum pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) terapan.
c. Tujuan
Tujuan umum:
Tujuan umum pelayanan gizi RSIA “Pondok Tjandra” adalah terciptanya sistim
pelayanan gizi rumah sakit dengan memperhatikan berbagai aspek gizi dan penyakit,
serta merupakan bagian dari pelayanan kesehatan secara menyeluruh untuk
meningkatkan dan mengembangkan mutu pelayanan gizi rumah sakit.
Tujuan Khusus :
Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah adanya peningkatan pelayanan gizi yang
mencangkup :
• Penegakkan diagnosa gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan
anamnesis, antropometri, gejala klinis, dan biokima tubuh (laboratorium).
• Penyelenggaraan pengkajian dietetic dan pola makan berdasarkan anamnesis diet
dan pola makan.
• Penentuan kebutuhan gizi sesuai keadaan pasien.
• Penentuan bentuk pembelian makanan, pemilihan bahan makanan, jumlah
pemberian serta cara pengolahan bahan makanan
• Penyelenggaraan evaluasi terhadap preskripsi diet yang diberikan sesuai perubahan
keadaan klinis, status gizi dan status laboratorium.
• Penterjemahan preskripsi diet, penyediaan dan pengolahan sesuai dengan
kebutuhan dan keadaan pasien.
• Penyelenggaraan penelitian aplikasi di bidang gizi dan dietetic.
• Penciptaan standar diet khusus sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang dapat membantu penyembuhan penyakit.
• Penyelenggaraan penyuluhan dan konseling tentang pentingnya diet pada
klien/pasien dan keluarganya.

Untuk mencapai tujuan tersebut diperlukan tenaga pelayanan zat gizi yang mempunyai
kompetensi dan kemampuan sebagai berikut :
• Menegakkan diagnosa gangguan gizi dan metabolisme zat gizi berdasarkan hasil
pemeriksaan yang dilakukan.
• Menentukan kebutuhan zat gizi, bentuk makanan, jumlah serta pemberian
makanan yang sesuai dengan keadaan klinis dan metabolisme.
• Melakukan pengkajian diet dan pola makan dengan cara anamnesa diet (system
recall dan record).
• Mengubah dan menterjemahkan perskripsi diet, dari mulai perencanaan menu
sampai menyajikan makanan sesuai dengan keadaan pasien.
• Menyelenggarakan administrasi pelayanan gizi.
• Melakukan penelitian dan pengembangan gizi sesuai perkembangan
ilmupengetahuan dan teknologi (IPTEK).
• Memberikan pelayanan dan penyuluhan gizi dan konseling gizi pada pasien dan
keluarganya.
C. MEKANISME PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
Kegiatan PGRS dapat dilaksanakan berdasarkan mekanisme berikut ini :

Penjelasan :
Mekanisme Pelayanan Gizi di RSIA “Pondok Tjandra” dibedakan dalam 2 kategori, yaitu:

1. Pasien Rawat Inap


Pada tahap penapisan dan pengkajian berdasarkan hasil pemeriksaan fisik,
antropometri, laboratorium dan pemeriksaan lainnya, dokter akan menetapkan apakah
pasien memerlukan terapi diet atau tidak.

Pada tahap intervensi/Implementasi :


a. Bila tidak memerlukan terapi diet :
• Pasien dipesankan makanan biasa ke tempat pengiolahan makanan.
• Dari tempat pengolahan makanan didistribusikan ke ruang perawatan.
Diruang perawatan makanan disajikan ke pasien.
• Selama dirawat, pasien yang berminat mendapatkan penyuluhan mengenai
gizi umum tentang makanan seimbang untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan dan lingkunganya.
• Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium, dan
lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan
makananya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan bahwa ia
memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
• Bila tidak, tetap memperoleh makanan biasa sampai diperbolehkan pulang.•
Bila memerlukan terapi diet, prosesnya sama dengan bila ia dari semula
memerlukan terapi diet.
b. Bila memerlukan terapi diet :
• Bagi pasien yang direncanakan dengan makanan khusus/diet yang sesuai
dengan fisik, psikis, penyakit, kebiasaan makana dan nafsu makan.
• Selama dirawat pasien memperoleh penyuluhan atau konseling gizi agar
diperoleh persesuaian paham tentang dietnya, dan pasien dapat menerima
serta menjalankan diet.
• Makanan khusus dipesan ke tempat pengolahan makanan (dapur). Dari
tempat pengolahan makanan diet didistribusikan ke ruang perawatan. Di
ruang perawatan makanan khusus disajikan ke pasien.
• Pasien diamati dan dievaluasi secara fisik, antropometri, laboratorium dan
lain-lain. Pengamatan juga dilakukan untuk menilai nafsu makan dan asupan
makanannya. Hasil penilaian tersebut membuka kemungkinan apakah ia
memerlukan penyesuaian diet atau tidak.
• bila pasien ternyata tidak memerlukan penyesuaian diet, maka saat akan
pulang pasien memperoleh penyuluhan / konseling gizi tentang penerapan
diet pasien.
• Bila memerlukan tindak lanjut, pasien diminta mengikuti proses pelayanan
gizi rawat jalan.
• Bila tidak, kegiatan pelayanan gizi berakhir, dan pasien dapat dirujuk ke
puskesmas atau institusi kesehatan lain untuk pembinaan selanjutnya.

2. Pasien Rawat Jalan


Dari hasil pemeriksaan fisik, antropometri, laboratorium dan pemeriksaan dokter
lainnya, kemudian dokter menentukan apakah pasien perlu terapi diet.• Bila tidak
memerlukan terapi diet, pasien hanya akan mendapat penyuluhan gizi umumnya dan
makanan sehat untuk diri dan keluarganya dalam upaya mempertahankan dan
meningkatkan keadaan kesehatan dirinya dan lingkungannya.• Bila memerlukan terapi
diet, pasien akan dikirim ke klinik untuk memperoleh penyuluhan/konseling tentang
diet/terapi yang ditetapkan dokter. Proses selanjutnya mengikuti proses dari klinik
tersebut.

D. KEGIATAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT


A. Asuhan Gizi
1. Pengertian
Merupakan sarana dalam upaya pemenuhan zat gizi pasien.
2. Tujuan
- membuat diagnose gizi-menentukan kebutuhan terapi gizi
- memilih dan mempersiapkan bahan/makanan/formula khusus
- melaksanakan pemberian makanan-evaluasi/pengkajian gizi dan
pemantauan
KETENAGAAN PELAYANAN GIZI RUMAH SAKIT
A. Kualifikasi Tenaga Gizi Rumah Sakit
1. Kepala unit pelayanan gizi
2. Coordinator unit-unit
3. Supervisor
4. Pelaksanaan
B. Kebutuhan tenaga
C. Pembinaan tenaga gizi
1. Evaluasi
2. Pendidikan dan pelatihan
SARANA, PERALATAN DAN PERLENGKAPANA.
A. Sarana, peralatan dan perlengkapan dirawat jalan/klinik gizi
1. Bangunaan ruang konseling gizi
2. Sarana
3. Peralatan antropometri
B. Sarana, peralatan dan perlengkapan dirawat inap
C. Sarana, peralatan dan perlengjapan di unit pelayanan gizi

SANITASI MAKANAN DAN KESELAMATAN KERJAA.

A. SANITASI MAKANAN
1. Pengertian
Sanitasi makanan merupakan salah satu upaya pencegahan yang menitik beratkan
pada kegiatan dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan minuman dari
segala bahaya yang dapat menganggu atau merusak kesehatan mulai dari makanan
sebelum diproduksi, selama proses pengolahan, penyiapan, pengangkutan, penjualan
sampai pada saat makanan dan minuman tersebut siap untuk dikomsumsi oleh
konsumen.
2. Tujuan
• Tersedianya makanan yang berkualitas baik dan aman bagi kesehatan konsumen.
• Menurunya kejadian resiko penularan penyakit atau gangguan kesehatan melalui
makanan.
• Terwujudnya perilaku kerja yang sehat dan benar dalam penaganan makanan.
3. Pelaksanaan sanitasi makanan dan penyelenggaraan makanan
• Ruang pengolahan
• Bangunan
• Sarana dan peralatan untuk pelaksanan sanitasi makanan.
4. Prinsip penyehatan makanan dalam penyelenggaraan makanan
• Bahan makanan
• Hygine tenaga penjamah makanan
• Perilaku, kebisaan dan sikap bekerja
• Prosedur kerja
• Upaya pengendalian
5. Pengawasan sanitasi dalam penyelengaraan makanan

B. KESELAMATAN KERJA
1. Pengertian
Keselamatan kerja adalah segala upaya atau tindakan yang harus ditetapkan dalam
rangka menghindari kecelakanan yang terjadi akibat kesalahan kerja petugas.
2. Tujuan
• Mencegah dan menguragi kecelakaan
• Mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran
• Mencegah, mengurangi bahaya ledakan
• Member pertolongan pada kecelakaan, Dll
3. Prinsip keselamatan kerja pegawai dalam proses penyelenggaraan.
4. Prosedur keselamtan kerja
PEMBIAYAAN MAKANAN

A. Pengertian
Biaya makanan adalah biaya bahan-bahan yang dipakai untuk menghasilkan makanan
yang diperlukan.
B. Tujuan
• Penyusunan anggaran belanja
• Pengawasan dan pengendalian biaya agar tercapai efesiensi biaya makanan
• Menilai prestasi kerja pengadaan makanan
C. Perhitungan biaya makanan
• Perhitungan biaya bahan makanan
• Perhitungan biaya tenaga kerja
• Perhitungan biaya overhead

PENGAWASAAN DAN PENGENDALIAN MUTU PELAYANAN GIZI

A. Pengertian

1. Pengawasaan
Pengawasan merupakan salah satu fungsi menajemen yang mengusahakan agar
pekerjaan atau kegiatan terlaksana sesuai dengan rencana, insturksi, pedoman,
standart, peraturan dan hasil yang telah ditetapkan sebelumnya agar mencapai
tujuan yang diharapkan.

2. Pengendalian
Pengendalian merupakan bentuk atau bahan untuk melakukan pembetulan atau
perbaikan pelaksanaan yang terjadi sesuai dengan arah yang ditetapkan.

3. Evaluasi/penilaian
Evaluasi merupakan salah satu implementasi fungsi manajemen.
B. Bentuk-bentuk pengawasaan dan pengendalian
• Pencatatan dan pelaporan
• Pengawasaan tandart porsi
• Pengawasan harga
• Pengendalian biaya
III. PELAYANAN LABORATORIUM

A. PENDAHULUAN

Pelayanan kesehatan di RSIA “Pondok Tjandra” merupakan bagian integral dari


pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Semakin pesat lajunya pembangunan, semakin besar
pula tuntutan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik. Bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan dan kesejahteraan masyarakat, tuntutan pelayanan
kesehatan bermutu semakin meningkat. Pelayanan RSIA “Pondok Tjandra” yang memadai, di
bidang diagnostik maupun pengobatan semakin dibutuhkan. Pelayanan diagnostik yang
diselenggarakan oleh laboratorium klinik RSIA “Pondok Tjandra” sangat perlu menerapkan
sebuah standar mutu untuk menjamin kualitas pelayanan. Berkaitan dengan pengukuran mutu
pelayanan kesehatan tersebut, menurut Donabedian ada 3 variabel yang dapat digunakan
untuk mengukur mutu, yaitu :
1. Input (struktur), ialah segala sumber daya yang diperlukan untuk melakukan
pelayanan kesehatan, seperti SDM, dana, obat, fasilitas, peralatan , bahan, teknologi,
organisasi, informasi dan lain-lain. Pelayanan kesehatan yang bermutu memerlukan
dukungan input yang bermutu pula. Hubungan input dengan mutu adalah dalam
perencanaan dan penggerakan pelaksanaan pelayanan kesehatan.
2. Proses, ialah interaksi professional antara pemberi layanan dengan konsumen (pasien /
masyarakat ). Proses ini merupakan variable penilaian mutu yang penting.
3. Output/outcome, ialah hasil pelayanan kesehatan, merupakan perubahan yang terjadi
pada konsumen (pasien/masyarakat), termasuk kepuasan dari konsumen tersebut.

B. PENINGKATAN MUTU PELAYANAN LABORATORIUM KLINIK

Menurut Pusorowati (2004), mutu pada hakekatnya adalah tingkat kesempurnaan


suatu produk atau jasa. Sedangkan mutu pelayanan laboratorium klinik RSIA “Pondok
Tjandra” diartikan sebagai derajat kesempurnaan pelayanan laboratorium klinik untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan dengan menggunakan
potensi sumber daya yang tersedia secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara
aman dan memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum, dan sosial budaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen.
Upaya peningkatan mutu pelayanan laboratorium klinik merupakan serangkaian
kegiatan yang komprehensif dan integral yang menyangkut struktur, proses dan outcome
secara obyektif, sistematik dan berlanjut, memantau dan menilai mutu dan kewajaran
pelayanan terhadap pasien, dan memecahkan maslah-masalah yang terungkapkan sehingga
pelayanan laboratorium yang diberikan berdaya guna dan berhasil guna.
Sasaran upaya meningkatkan mutu pelayanan laboratorium di RSIA “Pondok Tjandra”
adalah : meningkatkan kepuasan pelanggan (pasien, dokter dan pemakai jasa laboratorium
lainnya), meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan laboratorium, dan efisiensi
penggunaan sumber daya yang dimiliki.
Cakupan kegiatan peningkatan mutu meliputi seluruh kegiatan teknis laboratorium dan
kegiatan-kegiatan yang bersifat administrasi, serta manajemen laboratorium. Kegiatan teknis
laboratorium meliputi seluruh kegiatan pra-analitik, analitik dan pasca-analitik. Kegiatan yang
berkaitan dengan administrasi meliputi pendaftaran pasien / spesimen, pelayanan administrasi
keuangan, dan pelayanan hasil pemeriksaan. Sedangkan kegiatan yang bersifat manajerial
meliputi pemberdayaan sumber daya yang ada, termasuk di dalamnya adalah penatalaksanaan
logistic dan pemberdayaan SDM.

PELAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PASIEN RAWAT JALAN

 Pengambilan spesimen di ruang sampling mulai jam 07.30 WIB - poliklinik tutup.
 Dilakukan pemeriksaan spesimen di ruang laboratorium.
 Hasil pemeriksaan laboratorium diambil di Instalasi Laboratorium jam 15.00 WIB
atau saat pasien kontrol kembali.

PELAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PASIEN RAWAT INAP

 Pengambilan spesimen ke ruang perawatan secara reguler yaitu :  ronde I jam 10.00
WITA, II jam 15.00 WITA, dan III jam 04.30 WITA
 Dilakukan pemeriksaan spesimen di ruang laboratorium sesuai permintaan.
 Hasil pemeriksaan laboratorium diambil oleh petugas ruang perawatan secara reguler,
yaitu : hasil pemeriksaan sampel ronde I jam 14.00 WITA, II jam 19.00 WITA,
dan III jam 08.00 WITA (kecuali untuk pemeriksaan Kimia Klinik )

PELAYANAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM PASIEN IGD

 Pengambilan spesimen langsung di tempat IGD.


 Dilakukan pemeriksaan laboratorium sesuai permintaan.
 Hasil dilaporkan via aiphone/telepon untuk kemudian diambil oleh petugas IGD atau
keluarga pasien.
 Jenis pemeriksaan cito hanya meliputi hematologi rutin, GDS, ureum, kreatinin,
elektrolit, IgG IgM Anti Dengue, HbsAg, HbsAb, urine rutin (tanpa mikroskopis).

KEBIJAKAN PENCATATAN DAN PELAPORAN

 Setiap spesimen yang masuk dicatat dalam buku register


 Hasil pemeriksaan dicatat dalam buku register dan buku bantu
 Pelaporan dikerjakan baik bulanan, triwulan dan tahunan dilaporkan ke bagian Rekam
Medik

KEBIJAKAN PEMELIHARAAN DAN KALIBRASI PERALATAN

 Kepekaan alat-alat laboratorium, kenyamanan ruangan tempat bekerja disamping


SDM, maka sangat perlu pemeliharaan alat-alat agar alat dapat dipakai lebih lama dan
tetap peka dengan hasil pemeriksaan yang tetap akurat.
 Pemeliharaan alat laboratorium dikerjakan secara teratur oleh petugas laboratorium.
 Kalibrasi merupakan salah satu tindakan yang dilaksanakan secara teratur oleh
Petugas Teknis Laboratorium maupun Badan yang berwenang untuk meneliti Akurasi
atau Ketepatan dari suatu peralatan.  Kalibrasi ada yang dilakukan secara otomatis
oleh alat otomatis (Kimia Klinik) atau secara manual oleh petugas laboratorium atau
petugas IPSRS bila petugas laboratorium tidak dapat mengerjakan.

KEBIJAKAN PERENCANAAN DAN PENGADAAN BAHAN LABORATORIUM

• Perencanaan bahan Laboratorium sesuai kebutuhan bahan pemeriksaan 1 tahun


meliputi reagensia, bahan habis pakai dan direncanakan oleh Instalasi Laboratorium
• Pengadaan bahan Laboratorium melalui Panitia Pengadaan Bahan Dan Reagen
Laboratorium
• Perencanaan peralatan Laboratorium yang baru melalui Kepala Bidang Pelayanan
Medik
• Pengadaan peralatan baru melalui Panitia Pembelian/ Pengadaan Pekerjaan Unit
• Penerimaan bahan Laboratorium oleh panitia penerima barang dengan dibuatkan
berita acara penerimaan barang dan diserahkan ke Laboratorium melalui Bidang
Pelayanan Medis
• Penyimpanan bahan Laboratorium harus sesuai ketentuan atau petunjuk yang
terlampir
• Setiap penggunaan reagen dicatat dalam buku penggunaan reagen
• Reagen dan bahan Laboratorium yang kadaluarsa dibuatkan berita acara dan
dimusnahkan sesuai ketentuan

IV. PELAYANAN RADIOLOGI

A. PENDAHULUAN

Kesehatan adalah salah satu unsur yang penting untuk menjadikan sumber daya
manusia yang berkualitas dan produktif dan kesehatan bukanlah semata-mata merupakan
tanggung jawab departemen kesehatan, melainkan juga tanggungjawab dan seluruh sektor,
termasuk masyarakat dan swasta. Derajat kesehatan masyarakat sangat di pengaruhi oleb
upaya pembangunan dan kondisi lingkungan sosial masyarakat yang kondusif bagi
terciptanya status kesehatan masyarakat. Dalam melaksanakan pembangunan berwawasan
kesehatan, partisipasi aktif lintas sektoral dan seluruh potensi masyarakat termasuk swasta
sangatlah diharapkan.
RSIA “Pondok Tjandra” rnenyediakan bentuk pelayanan medis sebagai bentuk
pendukung dan pelayanan bermutu kapada masyarakat, salahsatu diantaranya adalah
pelayanan Radiologi. Pelayanan Radiologi merupakan pelayanan penunjang medis yang
bertujuan memberikan hasil diagnosa. Radiologi dalam operasionalnya memanfaatkan radiasi
pengion dalarn hal ini Sinar - X , yang telah diketahui selain manfaatnya juga efek atau
dampak negative dan sinar- X perlu mendapat perhatian . Sehingga dalam pemanfaatan sinar -
X nya dapat memperhatikan kaidah -kaidah dan keselamatan pasien.
Untuk mencapai hal-hal tersebut diperlukan Standar Pelayanan Instalasi Radiologi ini
yang disusun dan berbagai buku acuan dan standar yang berlaku, yang disesuaikan dengan
kondisi RSIA “Pondok Tjandra” sehingga dapat memberikan gambaran Pelayanan Unit
Radiologi dan sisi landasan hukum. Mekanisme pelayanan, sarana pendukung SDM, logistik
dan fasilitas setra peralatan. sanitasi dan K3, dan tak kalah penting pembiayaan dan
pengawasan dan pengendalian mutu.

B. RUANG LINGKUP

Pelayanan Radiologi di RSIA “Pondok Tjandra” mempunyai ruang lingkup


Radiodiagnostik sederhana dan Ultrasonografi (USG)

C. BATASAN OPERASIONAL
a. Radiologi adalah cabang ilmu kedokteran yang menggunakan energi pengion dan
bentuk energi lainnya (nonpengion) dalam bidang diagnostik imejing dan terapi,
yang meliputi energi pengion lain dihasilkan oleh generator dan bahan radio aktif
seperti antara lain Sinar Rontgen (Sinar X), sinar gama, pancaran partikel pengion
(elektron. neutron, positron dan proton) serta bukan energi pengion (non pengion)
seperti antara lain gelombang ultrasonik, gelombang infrared, gelombang
magnetis. gelombang mikro (microwave) dan radio frekwensi.
b. Radiodiagnostik Imaging adalah cabang dan Ilmu Radiologi dalam bidang
diagnosik yang rnenggunakan alat-alat yang memancarkan energi radiasi pengion
maupun bukan pengion (nonpengion) yang dihasilkan oleh generator dan bahan
radio aktif yang menghasilkan citra (imej) dan morfologi tubuh manusia dan faal
tubuh manusia untuk diagnosis medis yang menggunakan sinar rontgen (sinar x),
sinar inframerah, radio nuklir, gelombang ultrasonik, gelombang magnetis dan
emisi positron
c. Pelayanan Radiologi Sederhana adalah pelayanan penunjang untuk diagnostik
dan terapi dengan menggunakan peralatan radiologi sederhana yang meliputi
pemeriksaan Thorax dan Abdomen polos
d. Standar Pelayanan Radiologi adalah sumber yang berlaku sesuai dengan tingkat
atau kelas rumah sakit dan sarana pelayanan kesehatan lainnya yang
menyelenggarakan pelayanan radiologi tersebut.
e. Pesawat X-Ray Sederhana adalah peralatan radiodiagostik yang paling
sederhana (radiografi dan fluroskopi)
f. Tenaga Profesional / Formal Radiologi adalah tenaga yang mencakup dokter
spesialis radiologi (Radiologist), Radiografer, Fisikawan Medik.
g. Tenaga Penunjang Radiologi adalah tenaga yang mencakup Teknisi Pesawat
rontgen pesawat radiologi, dokier umum ditatar dibidang radiologi, paramedis,
ditatar dibidang radiologi, petugas administrasi radiologi, petugas kamar gelap.
h. Standar Prosedur Operasional (SPO) adalah kumpulan instruksi/langkah-
langkah yang telah dibakukan untuk menyelesaikan proses kerja rutin tertentu.
i. Tim Monitoring Pelayanan Radiologi adalah tim yang berada di Dinas
Kesehatan yang bertugas memonitor dan membina pelayanan radiologi yang
berada diwilayahnya.
j. Foto Rontgen adalah pemeriksaan organ tubuh manusia yang menggunakan sinar
X, yaitu gelombang elektromagnetik yang mempunyai panjang gelombang yang
sangat pendek (0,05A- 0,125A) sehingga mempunyai daya tembus tinggi.
k. Ultrasonografi (USG) adalah alat pemeriksaan organ tubuh manusia dengan
menggunakan gelombang suara yang frekwensinya 1-10juta Hz.
l. Informed Concent adalah surat persetujuan pasien/keluarga untuk pelaksanaan
tindakan medis.
m. Apron adalah alat pelindung diri dari radiasi sinar- X
n. Grid adalah suatu alat berbentuk lempengan berisi kisi-kisi, berfungsi untuk
menghilangkan sinar hambar yang mengenai kaset.
o. Developer dan Fixer adalah zat kimia yang berfungsi untuk memproses film
sehingga terbentuk bayangan tampak.
p. Marker adalah tanda atau kode yang terbuat dan bahan tidak tembus sinar X yang
berfungsi untuk indentifikasi pasien.
q. Kaset adalah alat yang digunakan untuk menempatkan film sehingga terlindung
dari cahaya pada saat pemeriksaan rontgen.
r. AP (Antero Posterior) yaitu arah sinar dan sisi pasien menuju ke sisi belakang
pasien sejajar bidang sagital.
s. Lateral yaitu arah sinar dari sisi samping pasin atau sejajar dengan bidang
coronal pasien.
t. Oblique yaitu arah sinar membentuk sudut 450 dan bidang sagital atau coronal
pasien.
u. Prosedur Mutu adalah prosedur kerja yang mengatur pekerjaan secara umum di
unit radiologi
v. lnstruksi kerja adalah pedoman langkah-langkah kerja tehnis di Unit Radiologi

 
D.      PENUTUP

1.    Sudah seharunya RSIA “Pondok Tjandra” meningkatkan mutu pelayanan untuk
memberikan yang terbaik untuk pasien dan masyarakat.
2.    Dengan adanya Program Pelayanan Farmasi, Pelayanan Laboratorium, Pelayanan
Radiologi, dan Pelayanan Gizi akan meningkatkan kemampuan, profesionalisme
menuju pelayanan RSIA “Pondok Tjandra” lebih berkualitas.
3.   Pelayanan tersebut (sebagai bagian pemeriksaan penunjang) dilaksanakan di
RSIA “Pondok Tjandra” harus mampu mengembangkan system, mekanisme serta
prosedur yang dapat menjamin terjadinya medical error, terlebih untuk pasien
rawat inap.
4.    Diperlukan komitmen yang kuat dan berkesinambungan demi tercapainya
Program pelayanan berkualitas di RSIA “Pondok Tjandra” dengan saling kontrol,
kolaborasi antar profesi kesehatan yang ada di Rumah Sakit dengan menjunjung
tinggi Asuhan Pelayanan RSIA “Pondok Tjandra”.

E. DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro, T., et. al., 1997, Manajemen Proses di Laboratorium Klinik Menuju Produk
yang Bermutu, Dalam : Sianipar, O. (ed), 1997, Prinsip-prinsip Manajemen Untuk
Peningkatan Mutu Pelayanan Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit, Magister
Manajemen Rumah Sakit, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Lewandrovsky, Kent, 2002, Clinical Chemistry : Laboratory Management and


Clinical Corellations, Lippincot William & Wilkins, Philadelphia, USA.

Mulyadi, Bagus, et. al., 2001, Petunjuk Pelaksanaan Indikator Mutu Pelayanan
Rumah Sakit, Worl Health Organization – Direktorat Jendral Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI, Jakarta.

Nawawi, H. Hadari, 2000, Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan ke-3, Gama
Press, Yogyakarta.

Pusorowati, Nunuk, 2004, Konsep Dasar Upaya Peningkatan Mutu Pelayanan Rumah
Sakit, Clinical Epidemiology and Biostatistics Unit, RS Dr. Sardjito/FK-UGM,
Yogyakarta.

Sulistiyani, Ambar T. dan Rosidah, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia :


Konsep, Teori dan Pengembangan Dalam Konteks Organisasi Publik, Graha Ilmu,
Yogyakarta.

Direktur,
Rumah Sakit Ibu dan Anak “Pondok Tjandra”,

Dr. Supriyono, Sp.OG (K) Onk

Anda mungkin juga menyukai