Anda di halaman 1dari 18

PROPOSAL

POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI SUKU TOGUTIL DI


KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
(Study kasus di Kecamatan Waselei Desa Dodaga)

Safrudin Sagaf
161052301003

PROGRAM MAGISTER PRODI PENDIDIKAN GEOGRAFI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASAAR

2017
POLA KEHIDUPAN SOSIAL EKONOMI SUKU TOGUTIL DI
KABUPATEN HALMAHERA TIMUR
(Study kasus di Kecamatan Waselei Desa Dodaga)

PROPOSAL Mini (Tesis)

Sebagai Sala Satu Syarat Untuk Lulus


Penyulusuran Referensi Jurnal

Program Studi
Pendidikan Geografi

Disusun dan di ajukan oleh

Safrudin Sagaf
161052301003

Kepada

INTERNASIONAL OFFICE (IO)


PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MAKASAAR

2017
DAFTAR ISI

SAMPUL

HALAMAN SAMPUL..................................................................................i

BAB I PENDAHULUAN

a. Latar Belakang....................................................................................1
b. Rumusan Masalah...............................................................................4
c. Tujuan Penelitian................................................................................4
d. Manfaat Hasil Penelitian.....................................................................5

BAB II KAJIAN PUSTAKA

a. Komunitas Adat Terpencil Tugutil......................................................6


b. Pola Interaksi Suku Togutil.................................................................7
c. Gejala Perubahan Sosial Ekenomi Suku Togutil................................9
d. Usaha Pemenuhan Kebutuhan Keluarga............................................10

BAB III METODE PENELITIAN

a. Lokasi Penelitian................................................................................11
b. Jenis Penelitian...................................................................................11
c. Variabel Penelitian.............................................................................11
d. Defenisi Operasional Variabel...........................................................11
e. Populasi dan Sampel..........................................................................12
f. Teknik Pengumpulan Data................................................................12
g. Teknik Analisa Data..........................................................................13

LAMPIRAN.................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia dikenal sebagai bangsa yang majemuk karena memiliki banyak


suku. Keberagaman suku bisa menjadi kekuatan tersendiri bagi pembangunan suatu
negara. Namun disisi lain, tanpa adanya kepekaan dan kesadaran yang baik untuk
saling menghargai dan menghormati perbedaan budaya dari suku tersebut, maka
dengan mudah memancing terjadinya konflik antar suku.

Masyarakat Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku bangsa yang


keberadaannya tersebar di seluruh wilayah nusantara. Masing-masing suku bangsa ini
memiliki adat istiadat dan stuktur sosial yang beragam, dan didalamnya terdapat
beberapa komunitas yang menempati satu kesatuan wilayah tertentu yang menjalin
hubungan interaksi sosial ekenomi yang kuat dan biasanya ada yang memiliki sistem
pemerintahan sendiri. Mereka menempati berbagai daerah di Indonesia dengan pola
hidup yang sangat khas dan unik, dan komunitas ini biasa disebut dengan Suku
Togutil ( Melalatoa, 1995)

Pemerintah belakangan ini memilih istilah yang berbeda, yakni Komunitas


Adat Terpencil (KAT) atau Suku Togutil. Komunitas Adat Terpencil (KAT) atau
Suku Togutil adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar serta
kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi,
maupun politik. Suku Togutil sebagai bagian dari penduduk Indonesia merupakan
lapisan paling bawah dalam struktur dan perkembangan masyarakat. Suku Togutil
menghadapi berbagai ketertinggalan dalam pencapaian pemenuhan kebutuhan hidup
sebagai manusia, hal ini terjadi sebagai konsekuensi dari keberadaan mereka yang
secara geografis sangat sulit dijangkau dan secara sosial termasuk dalam masyarakat

1
terasing, sehingga interaksi sosial dengan kelompok masyarakat luar yang lebih maju
kurang terjalin baik.

Zulyani 2015, Suku Togutil merupakan komunitas-komunitas yang masih


menggunakan pola-pola kehidupan tersendiri yang didapatkan secara turun temurun
dari nenek moyangnya. Suku Togutil yang merupakan warisan nenek moyang ini
menempati suatu wilayah tertentu dan sudah terbentuk jauh sebelumnya dari generasi
ke generasi (cultural as heritage), dan juga didalamnya terdapat sistem kepemimpinan
(pimpinan tradisional)

Sampai saat ini, keberadaan Suku Togutil masih dapat kita temukan dalam
kehidupan masyarakat Indonesia, meskipun perkembangan isu-isu perubahan terjadi
dalam masyarakat (perkembangan masyarakat sederhana ke masyarakat yang lebih
kompleks). Mereka mempertahankan norma-norma, nilai-nilai serta aturan-aturan
adat, sebagai pedoman berprilaku dalam segala aspek kehidupannya dengan kadar
perubahan yang cukup kecil. Hal ini terjadi karena adanya beberapa persamaan-
persamaan dalam tataran yang paling besar sebagai ideologi hidup mereka, seperti
sistem kepercayaan dan keyakinan. Juga tidak kalah pentingnya adalah dukungan
faktor kesejarahan yang membentuk mereka yang dimulai dari kelompok kecil
menjadi komunitas yang terikat akan adat dan kebiasaan yang berlaku bagi kelompok
tersebut.

Dalam kehidupan sehari-harinya Suku Togutil selalu berpedoman atau


mengacu pada sistem keyakinan, aturan-aturan serta petunjuk-petunjuk yang
kesemuanya itu muncul secara alamiah atau dibangun oleh Komunitas tersebut
sebagai kebutuhan dalam kebudayaannya. Oleh karena itu Suku Tugutil dalam
mengapresiasikan budayanya mengacu pada sistem keyakinan yang dijadikan
kebenaran. Dan ini menunjukkan bahwa kepercayaan Suku Togutil mempunyai
makna yang didalamnya terkandung nilai-nilai budaya yang hierarkinya tinggi
sehingga oleh pendukungnya dijadikan salah satu acuan atau pedoman dalam

2
berperilaku. Dari sekian banyak suku bangsa di Indonesia, diantaranya tercapat suku-
suku terasing atau terisolir, yang menghuni pada berbagai tempat dengan latar
geografis yang berbeda. (Koentjaraningrat 1993).

Penerapan otonomi deaerah di Indonesia memberikan kewenangan sepenunya


kepada daerah, Secara umum kewenangan pemerintah daearah telah di atur dalam
undang-undang No 22 tahun 1999. Salah satu kewenangan tersebut adalah dalam
menentukan dan menerapan kebijakan-kebijakan pembangunan yang tentunnya
diharapkan dapat mempunyai dampak yang positif terhadap pembagunan masyarakat
pada umumnya, sala satu kebijakan tersebut adalah kebijakan dalam penganaan Suku
Togutil

Dalam keseharian kehidupan masyarakat di Maluku Utara yang hingga


sekarang ini juga telah memasuki era digital sebagaimana orang-orang di pulau Jawa,
namun ternyata masih ada saudara-saudaranya yang ada di pedalaman pulau
Halmahera yang hidupnya masih primitif dan terbelakang serta jauh dari sentuhan
modernisasi. Bila mendengar kata Togutil maka bayangan yang muncul dalam
pikiran semua orang di Maluku Utara pasti akan tertuju pada komunitas suku terasing
yang hidup secara nomaden di pedalaman pulau Halmahera. Tapi mungkin lain
halnya dengan masyarakat di luar provinsi, misalnya orang-orang di Sulawesi, Jawa,
Kalimantan, Sumatera dsb, nama suku Togutil mungkin baru kali ini didengarnya.
Bagi orang Maluku Utara kata Togutil sebagai sebuah istilah, yang identik dengan
makna kata primitif, keterbelakangan, kebodohan ketertinggalan serta masih banyak
lagi konotasi-konotasi yang bermakna serupa lainnya (Latif, 2009).

(Tamalene, N. M., Al Muhdhar, M. H. I., & Robo, T. 2015) di daratan pulau


Halmahera, Komunitas Suku Togutil ini ditemui di beberapa wilayah. Di bagian
Halmahera Utara terdapat di pedalaman Tobelo, dan Kao, di bagian Halmahera
Timur terdapat pedalaman Wasilei, Maba dan Buli, serta di Tidore Kepulauan yakni

3
terdapat di pedalaman Oba Utara serta masih bayak yang ditemukan dibeberapa
Kabupaten di Halmahera lainya. Setiap Komunitas Suku Togotil ini berbeda antara
satu dengan yang lainnya.

Salah satu masalah kesejahteraan sosial dan ekonomi menjadi tanggung jawab
pemerintah adalah masalah ketertinggalan, keterasingan dan keterpencilan yang
masih dialami oleh suku togutil yang berdomisili di wilayah Halmahera pada
umumnya dan khusus di Halmahera Timur yang sulit untuk dijangkau atau terpencar-
pencar, berpindah-pindah yang dikenal dengan Suku Togutil. Secara mendasar
masalah yang dialami oleh Suku Togutil tidak terlepas dari masalah sosial dan
ekonomi, jika dibandingkan dengan masyarakat Halmahera Timur pada umumnya
kondisi kehidupan Suku Togutil ini relative tertinggal. Mereka pada umumnya
bertimpat tingal di wilayah pengunungan, pedalaman dan di daerah-daerah yang
susah untuk dijangkau oleh masyarakat.

B. Rumusan Masalah

Dalam upaya menjawab permasalahan Suku Togutil, peneliti membatasi diri


pada pola kehidupan sosial ekonomi Suku Togutil. Sehubungan dengan itu, maka
dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut

1. Bagimana pola kehidupan suku togutil di kabupaten Halmahera Timur


2. Bagimana kehidupan sosial ekenomi Suku Togutil di Kabupaten
Halmahera Timur

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menggambarkan:

4
1. Menggambarkan pola kehidupan Suku Togutil di Kecamatan Wasilei
Kabupaten Halmahera Timur
2. Menggambarkan status sosial ekonomi Suku Togutil di Kecamatan
Wasilei Kabupaten Halmahera Timur

D. Manfaat Hasil Penelitian

1. Manfaat penelitian ini adalah:

Manfaat secara praktis yakni memberikan masukan kepada instansi terkait


baik pemerintah daerah Provinsi Maluku Utara dan khususnya Pemerintah Kabupaten
Halmahera Timur, untuk dijadikan sebagai bahan untuk menyusun kebijakan dan
program pemberdayaan suku togutil serta manfaat untuk teotritis adalah untuk
menambah kepustakaan tentang Komunitas Adat Terpencil khususnya Suku Togutil.

5
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Komunitas Adat Terpencil Tugutil

Menurut Adimihardja (2007) komunitas adat sebagai bagian dari masyarakat


Indonesia adalah kelompok masyarakat yang terisolasi, baik secara fisik, geografi,
maupun sosial ekonomi dan budaya. Sebagian besar komunitas ini bertempat tinggal
di daerah terpencil dan sulit dijangkau. Pranata sosial ekonomi dalam komunitas adat
ini umumnya bertumpu pada hubungan kekerabatan yang sangat terbatas dan
homogen. Kehidupan mereka sehari-hari masih didasarkan pada interaksi tradisional
yang bersifat biologis darah dan ikatan tali perkawinan.
Abdullah (2004) berpendapat kelompok masyarakat inilah yang dikategorikan
sebagai Komunitas Adat yang masih hidup terpencil, keterpencilan itu ada 2 (dua)
aspek yaitu secara eksternal: kenapa pihak luar belum atau sulit memberikan akses
pelayanan sosial dasar pada mereka. Secara internal: Kenapa mereka belum dan atau
sulit mendapatkan akses pelayanan sosial dasar.
Pengertian Komunitas Adat Terpencil (KAT) dalam surat Keputusan Presiden
No 111 tahun 1999, adalah kelompok sosial budaya yang bersifat lokal dan terpencar
serta kurang atau belum terlibat dalam jaringan dan pelayanan baik sosial, ekonomi
maupun politik. Berdasarkan pengertian tersebut, maka kelompok masyarakat
tertentu dapat dikategorikan sebagai Komunitas Adat Terpencil jika terdapat ciri-ciri
umum yang berlaku universal sebagai berikut:
a. Berbentuk komunitas kecil, tertutup dan homogen.
b. Pranata sosial bertumpu pada hubungan kekerabatan.
c. Pada umumnya lokasinya terpencil secara geografis dan relatif sulit
dijangkau.

6
d. Pada umumnya masih hidup dengan sistem ekonomi sub-sisten.
e. Peralatan teknologinya sederhana, sangat tradisionil
f. Ketergantungan pada lingkungan hidup dan sumber daya alam setempat
relatif tinggi.
g. Akses terhadap pelayanan sosial, ekonomi, dan politik terbatas.

Dengan demikian maka berdasarkan pengertian, dan gambaran ciri-ciri KAT


dalam Keppres No. 111 Tahun 1999, Komunitas Adat Terpencil dapat
dikelompokkan berdasarkan habitat, dan atau lokalitas sebagai berikut:
a. Dataran tinggi / pegunungan;
b. Dataran rendah; Daerah rawa; Daerah aliran sungai
c. Daerah pedalaman; Daerah perbatasan;
d. Di atas perahu; Pantai dan di pulau-pulau kecil.
Komunitas Adat Terpencil juga dapat dikategorikan orbitasinya sebagai
berikut: Menetap Sementara, dan Menetap. Dari uraian tersebut dapat dikatakan
bahwa Komunitas Adat Terpencil Togutil adalah kelompok masyarakat yang masih
terbatas mendapatkan berbagai akses pelayanan dasar sosial ekonomi yang
disebabkan secara geografis sulit untuk dijangkau, dan cenderung sifat
masyarakatnya tertutup.

B. Pola Interaksi Suku Togutil

Pola Interaksi antara Suku Togutil dengan Suku Togutil lainnya menjadi suatu
keharusan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu, Suku Togutil
memerlukan tata aturan dalam bertingkah laku dengan sesamanya. Tata aturan ini
diperlukan agar Suku Togutil dapat hidup dalam suasana harmonis. Norma dapat
dipandang sebagai suatu standar atau skala yang terdiri dari berbagai kategori
perilaku yang berisikan suatu keharusan dan larangan. Konsepsi norma seperti ini

7
menyebabkan perilaku selalu bersandar kepada norma. Norma susila dan sopan
santun memberi pertanda bahwa hubungan antara Suku Togutil didasarkan pada suatu
pola yang dipahami bersama.
Interaksi sosial merupakan penggerak dari sebuah pembangunan yang
menurut Rummel dalam Nasikun (1985) “the acts, actions, or practices of two or
more people mutually oriented towards each other's selves, that is, any behavior that
tries to affect or take account of each other's subjective experiences or intentions.
Social interaction is not defined by type of physical relation or behavior, or by
physical distance. It is a matter of a mutual subjective orientation towards each
other. Thus even when no physical behavior is involved, as with two rivals
deliberately ignoring each other's professional work, there is social interaction.
Menurut pendapat di atas interaksi sosial yang baik terjadi antara subjek dan
objek pembangunan yang saling berkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan. Interaksi
sosial adalah suatu hubungan antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu
sama lain baik itu dalam hubungan antar individu, antar kelompok maupun atar
individu dan kelompok. Hubungan antar manusia atau relasi-relasi sosial ini di
dasarkan kepada komunikasi. Karenanya Komunikasi merupakan dasar dari existensi
suatu masyarakat. Hubungan antar Suku Togutil atau relasi-relasi sosial, hubungan
satu suku dengan yang lain warga-warga suatu masyaraat, baik dalam bentuk individu
atau perorangan maupun dengan kelompok-kelompok Suku Togutil itu sendiri,
Mewujudkan segi dinamikanya perubahan dan perkembangan masyarakat. Apabila
kita lihat komunikasi ataupun hubungan tersebut sebelum mempunyai bentuk-bentuk
yang konkrit, yang sesuai dengan nilai-nilai sosial di dalam suatu masyarakat, ia
mengalami suatu proses terlebih dahulu. Proses-proses inilah yang dimaksudkan dan
disebut sebagai proses sosial.
Glückler, 2007 bentuk umum proses-proses sosial adalah interaksi sosial, dan
karena bentuk-bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan bentuk-bentuk
khususdairi interaksi, maka interaksi sosial yang dapat dinamakan proses sosial itu

8
sendiri. Chow, (2002)Interaksi sosial adalah kunci semua kehidupan sosial, tanpa
interaksi sosial tak akan mungkin ada kehidupan bersama. Interaksi sosial merupakan
syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan
hubungan yang dinamis, yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan,
antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan
kelompok manusia.
Bentuk interaksi sosial menurut Soemardjan dan Soemardi (1971) dapat
dibedakan dalam empat bentuk, yaitu : (1) kerjasama (cooperation); (2) persaingan
(competition); (3) pertikaian (conflict); dan (4) akomodasi (accommodation).
Menurut Simmel (1986:39-42) ada tiga hal utama dalam interaksi sosial, yaitu Proses
social, Tipe-tipe social dan Pola-pola perkembangan. Semetara itu ada dua syarat
yang harus di penuhi agar suatu interaksi sosial itu mungkin terjadi menurut Gillin
dan Gillin (1954:489), yaitu adanya kontak social dan adanya komunikasi.

C. Gejala Perubahan Sosial Ekenomi Suku Togutil

Tidaklah mudah untuk menggambarkan secara selintas tentang perubahan


sosial ekenomi di Indonesia; mungkin lebih baik membahas tentang perubahan sosial
secara makro yang lebih berupa potret kelompok masyarakat. Kelompok yang
seringkali disebut ”masyarakat terpencil” dikategorikan sebagai masyarakat yang
tertinggal oleh proses perubahan sosial, atau yang relatif terbelakang kehidupannya.
Kelompok ini biasanya diangap tidak maju, alam pikirannya bersahaja dan kuat
memegang tradisi. Masyarakat dalam pandangan teori evolusi, perspektif ini
merupakan perspektif yang paling awal dalam sosiologi. Didasarkan pada karya
Comte (1798-1857) dan Spencer (1820-1903), perspektif ini memberikan keterangan
tentang cara masyarakat manusia berkembang dan tumbuh.
Menurut Horton dan Hunt (1991:17), perspektif ini digunakan untuk mencari
pola perubahan dan perkembangan yang muncul dalam masyarakat yang berbeda,
untuk mengetahui ada tidaknya urutan umum yang dapat ditemukan. Bila dikaitkan

9
1
dengan masalah penelitian, perspektif ini dapat juga menjelaskan perkembangan
komunitas Suku Toguti. Perspektif evolusioner adalah perspektif yang aktif,
sekalipun bukan perspektif utama dalam sosiologi. Perubahan merupakan proses yang
terus menerus terjadi dalam setiap masyarakat. Proses perubahan itu ada yang
berjalan sedemikian rupa sehingga tidak terasa oleh mayarakat pendukungnya. Gerak
perubahan yang sedemikian itu disebut evolusi. Sosiologi mempunyai gambaran
adanya perubahan evolusi masyarakat dari masyarakat sederhana ke dalam
masyarakat modern. Proses gerak perubahan tersebut ada dalam satu rentang tujuan
ke dalam masyarakat modern.

D. Usaha Pemenuhan Kebutuhan Keluarga

Jesudason, J. V. (1989) sebagaimana kita ketahui setiap kelompok


masyarakat khususnya keluarga selalu berusaha memenuhi kebutuhan keluarganya,
khususnya kebutuhan fisiologi. Kebutuhan fisiologi diperoleh secara tidak langsung
melalui usaha atau bekerja, baik disektor formal menjadi pegawai maupun nonformal
bekerja secara mandiri, misalnya bertani, berladang, berniaga, atau membuat
kerajinan hasilnya untuk dijual. Usaha pemenuhan kebutuhan keluarga bagi
komunitas adat terpencil biasanya mereka dengan cara memanfaatkan alam dan
lingkungan yaitu dengan cara bertani, berladang, berburu, dan membuat kerajinan.
Menurut Permana (2006:41), mata pencaharian masyarakat terasing pada umumnya
adalah berfokus pada berladang dengan menanam padi. Dari uraian tersebut, usaha
yang dilakukan Suku Togutil untuk memenuhi kebutuhan keluarga, umumnya adalah
berburu dan berjualan hasil hutan seperti dammar.

10
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi Penelitian

Penelitian ini berlokasi di Desa Dodaga Kecamatan Wasilei Kabupaten


Halmahera Timur, lokasi ini merupakan daerah dimana keberadaan suku togutil saat
ini.
B. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang


menggambarkan dan menggungkapkan keadaan disekitarnya, perestiwa sebagaimana
adanya atau menggungkapkan fakta secara lebih mendalam mengenai kondisi
kehidupan sosial ekonomi Suku Togutil di Desa Dodaga.

C. Variabel Penelitian

1. Pola kehidupan Suku Togutil


- Aktivitas keseharian
- Interaksi antara sesama

2. Kehidupan sosial dan ekonomi Suku Togutil

- Pendidikan
- Kesehatan
- Pendapatan
- Pemenuhan kebutuhan

C. Defenisi Operasional Variabel

Variabel merupakan indikator terpenting dalam suatu penelitian. Variabel


yaitu konsep yang diberi nilai lebih dari satu nilai dan salah satu ciri pokonya adalah

11
variabel bersambung. Untuk lebih memperjelas ruang lingkup penelitian ini, maka
ada variable yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Pola kehidupan Suku Togutil yaitu untuk melihat bagaimana aktifitas mereka
sehari-hari dalam mempertahankan hidupnya.
2. Pola kehidupan sosial dan ekonomi yaitu untuk melihat :
a. Pendidikan, tujuannya untuk melihat sejauh mana tingkat pendidikan
Suku Togutil di daerah tersebut. Sehingga akan diketahui seberapa besar
pengetahuan dan pemahaman mereka.
b. Kesehatan, tujuannya untuk melihat sejauh mana kekuatan yang dimiliki
suku togutil dari tingkat kesanggupan dalam pembayaran kesehatan
c. Pendapatan per bulan, bertujuan untuk melihat berapa besar pendapatan
suku togutil dari hasil pekerjaan yang mereka tekuni, sebagai sumber
penghasilan mereka yang nantinya dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari.
d. Pemenuhan kebutuhan,yaitu untuk mengukur besarnya jumlah suku
togutil yang bekerja dalam satu bidang tertentu untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari.

D. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah keseluruan suku togutil yang berada di
desa dodaga yang berjumlah 46 kepala keluarga (KK).

E. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengambilan data dalam penelitian kualitatif dilakukan dengan


observasi, wawancara mendalam dan dokumentasi. Studi dokumentasi dan
wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui kondisi umum, terutama
mengenai keseluruhan focus penelitian. Pengumpulan data pada penelitian ini
menggunakan teknik wawancara dan dokumentasi.

12
1. Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan kegiatan manusia dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya selain pancaindra lainnya
seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit. Karena itu observasi adalah kemampuan
seseorng untuk menggunakan pengamatan melalui hasil kerja pancaindra mata serta
dibantu dengan pancaindra lainnya

2. Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini bersifat mendalam karena ingin
mengekspoloitasi informasi secara mendalam dan jelas dari informan. Hal ini
bertujuan untuk mempertajam data obsevasi, sehingga apabila data yang tidak
diperoleh dalam observasi maka dapat dilakukan dengan wawancara lansung dengan
responden.
3. Teknik Dokumentasi
Teknik ini digunakan untuk mengetahui bagaimana gambaran yang
sebenarnya dari pola kehidupan serta status social dan ekonomi dari Suku Togutil.
Penelitian ini dapat berupa gambaran dari hasil pemotretan lokasi penelitian dan
dokumen lainnya yang dapat membantu mempercepat proses penelitian.

F. Teknik Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
kualitatif. Data yang diperoleh dari penelitian adalah data kualitatif dari hasil
wawancara dengan Suku Togutil di Desa Dodaga Kecamatan Wasilei Kabupaten
Halmahera Timur. Data tersebut mengambarkan tentang pola kehidupan sosial dan
ekonomi suku togutil, kemudian data tersebut dianalisis dengan tragulasi sebagai alat
uji keabsahan data dengan kedua metode yang digunakan, kemudian dilakukan uji
silang dengan informan

13
Lampiran

No Judul Penelitian Dari Nama Jurnal Quartile H-Index IF, SJR atau
Jurnal Citescore
Climate changes
mitigate anticipation
strategy Journal of
based on local wisdom - Biology
1 1
a study of Tobelo and Earth
Dalam tribe Sciences
(Togutil) in Halmahera
Island, Indonesia
Geography, Planning Social and
2 and Development Cultural Q1 54 1.242
Geography
Journal of
Social Sciences
3 Economic Q1 77 3473
Geography, Planning
Geography
and Development
4

14
DAFTAR PUSTAKA

Chow, R. (2002). The protestant ethnic and the spirit of capitalism. Columbia
University Press.

Glückler, J. (2007). Economic geography and the evolution of networks. Journal of


Economic Geography, 7(5), 619–634.

Hampl, M., Dostal, P., & Drbohlav, D. (2007). Social and cultural geography in the
Czech Republic: under pressures of globalization and post-totalitarian
transformation: Country report. Social & Cultural Geography, 8(3), 475–493.

Jesudason, J. V. (1989). Ethnicity and the economy: The state, Chinese business, and
multinationals in Malaysia. Oxford University Press, USA.

Kaunang, M., & Mingkid, E. (2015). Interaksi Sosial Masyarakat Kelurahan


Manembo Nembo Tengah Kecamatan Matuari Kota Bitung Oleh Taufan Eka
Putra.

Sugiono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, Kualitatif


dan R & D. Alfabeta, Bandung.

Suharyono. (2013). Pengantar filsafat Geografi. Ombak. Yogyakarta.

Tamalene, N. M., Al Muhdhar, M. H. I., & Robo, T. (2015). Climate changes


mitigate anticipation strategy based on local wisdom-a study of Tobelo Dalam
tribe (Togutil) in Halmahera Island, Indonesia. Journal of Biology and Earth
Sciences, 5(1), 40–48.

Wolch, J., & Dear, M. (2014). The Power of Geography (rle Social & Cultural
Geography): How Territory Shapes Social Life. Routledge.

15

Anda mungkin juga menyukai