Nama Peneliti:
Nim. 20191220037
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan yang Maha Esa, dimana atas nikmat
yang dilimpahkannya saya dapat menyelesaikan tugas paper ini dengan lancar, penyusunan
makalah ini dimaksud untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Metodelogi Penelitian, dengan judul:
“Analisis Pengaruh Penyusutan Aset Tetap Terhadap Pendapatan Laba dan Harga Perolehan
Aset Perusahaan Manufaktur (Studi Kasus Pada Sektor Industri Barang Konsumsi Periode 2018-
2020)”. Makalah ini merupakan syarat yang harus saya penuhi sebagai mahasiswa Program Studi
S1 Akuntansi Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu
Dr.Dra. Anna Marina, M.Si., AK., CA selaku Dosen pengampu mata kuliah Metodelogi
Penelitian, yang telah memberikan materi, dukungan, motifasi , serta kesempatannya untuk saya,
sehingga paper ini dapat saya selesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tak lupa saya juga
mengucapkan trimakasih kepada teman-teman saya yang telah memberikan dukungannya serta
motifasi yang bersifat membangun untuk saya
Makalah ini disusun dengan beberapa bagian yang mengacu pada suatu sumber bacaan dan
akses internet, juga dengan sebagian besar adalah ulasan pribadi saya. Dengan begitu tulisan ini
tersusun atas beberapa kutipan dari berbagai sumber serta ulasan yang saya tulis sesuai dengan
tema makalah. Sebagai penulis saya mengerjakan tugas ini dengan semaksimal dan sebaik
mungkin sesuai dengan kemampuan yang saya miliki.
Saya menyadari bahwa penulisan makalah ini jauh dari kata sempurna dan mungkin dari
beberapa sumber belum teruji kebenarannya, dengan ini saya mengharapkan adanya kritik dan
saran yang bersifat membangun untuk perbaikan tugas berikutnya. Harapan penulis, semoga
karya yang sederhana ini dapat memberikan sedikit manfaat kepada pembaca sekalian, terutama
untuk penulis pribadi. Amin ya Rabbal ‘alamin…
Surabaya, 06 Juni
2022
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
I.2 Permasalahan
I.3 Tujuan
I.4 Lingkup Pembahasan
II. PEMBAHASAN
II.1Teori
II.1.1 Definisi Aset Tetap
II.1.2 Pegelompokan Aset Tetap
II.1.3 Harga Perolehan Aset Tetap
II.1.4 Faktor- Faktor Perhitungan Beban Penyusutan
II.1.5 Teknik Perhitungan Penyusutan Aset Tetap
II.1.6 Teknik Perhitungan Penyusutan Aset Tetap
II.3Hipotesis
II.4Kerangka Konseptual
V. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Aktiva tetap (Aset tetap) seringkali kita jumpai dalam laporan keuangan perusahaan,
dikarenakan aset tetap merupakan akun yang tidak bisa terlewatkan dalam laporan keuangan
perusahaan, aktiva tetap harus dicatat sesuai dengan harga perolehannya. Aset tetap dalam
akuntansi yaitu aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative; dan
diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode. Menurut PSAK No. 17 (2004. 17. 1)
penyusutan aset tetap adalah alokasi jumlah suatu aktiva yang dapat disusutkan sepanjang masa
manfaat yang diestimasi.
Nilai aset tetap akan menurun apabila suda dipakai atau digunakan dalam periode tertentu,
aset tetap tiap tahunnya mengalami penyusutan sehingga harga perolehannya terus berkurang,
karena penyusutan tersebut, aktiva tetap perusahaan akan selalu mempengaruhi laporan
keuangan, khususnya pada pendapatan laba dan harga perolehan Aset. Akan tetapi terdapat
beberapa aset tetap yang nilainya tidak akan turun melainkan akan semakin tinggi nilainya yaitu
tanah, aset tetap satu ini nilainya akan semakin tinggi seiring dengan pertambahan waktu.
Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun
tidak langsung. Aset yang dapat disusutkan adalah aset yang 1) diharapkan untuk digunakan
selama lebih dari satu periode, 2) memiliki suatu manfaat yang terbatas, 3) ditahan oleh suatu
perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi biaya penyusutan aset tetap, dintaranya: Harga
perolehan, nilai residu, dan umur ekonomis aset. Faktor dari harga perolehan menjadi dasar
perhitungan seberapa besar depresiasi aset tetap yang harus dialokasikan per periode akuntansi.
Sedangkan untuk faktor dari nilai residu tidak selalu ada, dimana tidak semua aset memiliki nilai
residu, aset tidak memiliki nilai residu dikarenakan aset tersebut tidak dijual pada masa
penarikannya ( dijadikanbesi tua), hingga habis terkorosi. Dan untuk faktor umur ekonomis aset
dibedakan menjadi dua, yaitu umur fisik dan umur fungsional, umur fisik dikaitkan dengan
kondisi fisik suatu aset, dimana aset tersebut dikatakan masih memiliki umur fisik apabila aset
tersebut masih dalam keadaan baik, sementara itu untuk umur fungsional, suatu aset dapat
dikatakan masih memiliki umur fungsional apabila aset tersebut masih memberikan kontribusi
bagi perusahaan.
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan dibahas dalam paper ini yaitu:
a. Apakah penyusutan aset tetap sangat berpengaruh pada pendapatan laba dan harga
perolehan aset?
b. Bagaimana aset tetap itu disusutkan dan dicantumkan dalam laporan keuangan
perusahaan?
c. Apa yang harus dilakukan oleh perusahaan jika masa aset tetap sudah/akan berakhir?
1.3 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis memberikan pemahaman mengenai topik “Pengaruh Aktiva
Tetap terhadap Pendapatan Laba dan Harga Perolehan Aset dalam perusahaan manufaktur (sub
sektor industri konsumsi periode 2018-2020)”, pembatasan dibatasi pada teknik pengumpulan
data dan perhitungan melalui BEI (Bursa Efek Indonesia) dengan memfokuskan pada perusahaan
manufaktur dengan sub sektor industri konsumsi selama periode 2018-2020. Pemilihan topik
tersebut didasarkan atas beberapa faktor. Pertama: banyak dari kalagan mahasiswa, bahkan
seorang akuntan kurang menyadari bahwasannya penyusutan aset tetap sangat berpengaruh
terhadap produksi pada perusahaan manufaktur, sehingga mempengaruhi pendapatan laba dan
mengurangi harga perolehan aset tetap tersebut. Kedua: Tidak mudah melakukan penelitian
dengan fokus pengambilan data perusahaan secara langsung, pengambilan data melalui BEI ini
sangat memudahkan peneliti dalam mencari dan mengelompokkan laporan keuangan yang akan
digunakan. Ketiga: Pengambilan sampel data pada penelitian kali ini sangat penting, untuk dapat
mengetahui seberapa berpengaruhnya penyusutan asset tetap bagi setiap perusahaan manufaktur,
dengan pembatasan laporan keuangan tahunan periode 2018-2020.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1Teori
Ada beberapa pengertian aktiva tetap menurut para ahli yang dapat menjelaskan secara detail
mengenai aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan dalam menjalankan usahanya, diantaranya:
Menurut Hery (2014:104) aset tetap merupakan barang fisik yang dimiliki perusahaan untuk
memproduksi barang atau jasa dalam operasi normalnya yang memiliki umur terbatas, pada
akhir masa manfaat harus dibuang atau diganti, nilainya berasal dari kemampuan perusahaan
dalam memperoleh hak-haknya yang sah atas pemanfaatan aset tersebut, seluruhnya bersifat
nonmeter, dan umumnya jasa atau manfaat yang diterima dari aset tersebut meliputi periode yang
lebih panjang dari satu tahun.
Menurut Mulyadi (2001:591), pengertian aset tetap adalah kekayaan perusahaan yang
memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan
untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali.
Sedangkan menurut Rudianto (2012:256) aset tetap adalah barang berwujud milik
perusahaan yang sifatnya relative permanen dan digunakan dalam kegiatan normal perusahaan,
bukan untuk diperjual belikan.
Dalam penggunaannya aset tetap dapat mengalami penurunan aset yang disebabkan oleh
arusnya aset (karena telah berkarat, berumur(tua), dan rusak), maka aset tersebut memerlukan
atau kebijakan khusus. Oleh karena pentingnya aktiva tetap maka perusahaan harus
mengalokasikan biaya aktiva tetap tersebut selama taksiran ekonomis yang disebut dengan
penyusutan.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap merupakan barang
berwujud yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk produksi dan digunakan dalam
kegiatan perusahaan yang dapat digunakan selama lebih dari satu periode dan bukan untuk
diperjual belikan. Dimana aset tetap merupakan salah satu kekayaan yang dibeli untuk dimiliki
perusahaan bukan untuk dijual, yang kemudian digunakan untuk memperlancar kegiatan
operasional perusahaan.
Menurut Baridwan (2004:272) ada beberapa pengelompokan aset tetap, diantaranya sebagai
berikut:
1. Aset tetap yang umumnya tidak terbatas seperti tanah untuk perusahaan.
2. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaan bisa diganti
dengan sejenis, misalnya bangunan, mesin, alat-alat, mebel, kendaraan dan lain-lainnya.
3. Aset tetap yang umurnya terbatas dan apabila sudah habis masa penggunaannya atau
manfaatnya tidak bisa diganti dengan aset yang sejenisnya, misalnya sumber-sumber alam
seperti tabung, hutan dan lain-lain.
Aset yang memiliki umur tidak terbatas tidak dilakukan penyusutan terhadap harga
perolehannya, sedangkan asaet tetap yang terbatas umurnya dilakukan penyusutan terhadap
harga perolehannya. Aset yang dapat diganti dengan aset yang sejenis penyusutannya disebut
depresiasi sedangkan penyusutan sumber daya alam disebut deplesi.
Menurut Hery (2014;104-105) harga perolehan aset tetap meliputi seluruh jumlah yang
dikeluarkan untuk mendapatkan aset tersebut. Dimana aset tetap akan dilaporkan dalam neraca
tidak hanya sebesar harga belinya saja, akan tetapi juga termasuk seluruh biaya yang dikeluarkan
sampai aset tetap tersebut siap untuk dipakai.
Untuk harga perolehan tanah, dimana tidak hanya terdiri atas harga belinya saja,
melainkan juga termasuk biaya-biaya lainnya yang diperlukan sampai tanah tersebut dapat
diperhunakan.
Menurut Hery (2014:111) beban penyusutan adalah pengakuan atas penggunaan manfaat
potensial dari suatu aset. Beban penyusutan merupakan beban yang tidak memerlukan
pengeluaran kas. Untuk alokasi harga perolehan aset tetap dilakukan dengan cara mendebit akun
beban penyusutan dan mengkredit akun akumulasi penyusutan
Sedangkan nilai sisa yaitu estimasi nilai realisasi pada saat aset tidak dipakai lagi, nilai sisa
ini mencerminkan nilai estimasi di mana aset dapat dijual kembali ketika aset tetap tersebut
dihentikan dari pemakaiannya. Besaran estimasi nilai sisa sangat tergantung pada kebijakan
manajemen mengenai penghentian aset tetap, dan tergantung pada kondisi pasar serta faktor
lainnya.
Penyusutan aset dapat diartikan sebagai alokasi yang sistematis atas nilai suatu aset tetap yang
dapat disusutkan selama masa manfaat aset yang bersangkutan. Aset pemerintah yang tercatat
dalam neraca (kecuali tanah dan konstruksi dalam pengerjaan), secara umum nilai dan fungsinya
akan terus menurun sejalan dengan pemanfaatan aset tersebut. Agar nilai aset dapat disajikan
sesuai dengan nilainya terkini maka dilakukan penyusutan aset. Selain itu, penyusutan aset
adalah bentuk prinsip akuntansi yakni pengakuan biaya (expense recognition), biaya harus diakui
pada periode yang sama dengan pendapatan terkait. Karena pemanfaatan aset tetap lebih dari
satu periode pelaporan, maka biaya perolehan aset secara bertahap harus dipindahkan ke laporan
operasional/laba-rugi sejalan dengan manfaat yang diperoleh dari penggunaan aset setiap
periodenya.
Metode penyusutan aset yang diakui dalam Standar Akuntansi Pemerintahan terbagi menjadi 3,
yakni metode garis lurus (straightline method), metode saldo menurun ganda (double declining
method), dan metode unit produksi (unit of production method). Dalam penyusunan LKPP,
metode penyusutan yang digunakan adalah metode penyusutan garis lurus. Metode penyusutan
garis lurus merupakan metode penyusutan paling simpel diantara ketiganya. Beban penyusutan
setiap periode dicatat dalam transaksi penyesuaian, besarannya selalu sama. Rumus perhitungan
metode penyusutan garis lurus adalah sebagai berikut:
Dari penjelasan di atas, ada tiga faktor yang menentukan besaran penyusutan yang harus dicatat
tiap periodenya, yakni nilai aset tetap, nilai sisa aset dan masa manfaat aset. Nilai aset tetap
didapat dari biaya perolehan aset tetap sampai dapat digunakan/dimanfaatkan. Apabila nilai
perolehan suatu aset tidak dapat diketahui maka nilai aset dalam neraca dicatat berdasarkan nilai
wajarnya.
Sedangkan Nilai sisa adalah jumlah neto yang diperkirakan dapat diperoleh pada akhir masa
manfaat aset setelah dikurangi taksiran biaya pelepasan. Di dalam LKPP, nilai sisa tidak diakui
karena penggunaan aset semata-mata hanya untuk melaksanakan tugas dan fungsi pemerintah
sampai akhir masa manfaat, tidak ada tujuan untuk dilakukan penjualan.
Untuk masa manfaat aset sendiri merupakan perkiraan jangka waktu aset dipergunakan untuk
pelaksanaan tugas dan fungsi pemerintah. Masa manfaat aset tetap pemerintah pusat secara detail
diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor 295/KM.06/2017 tentang Tabel Masa
Manfaat dalam Rangka Penyusutan Barang Milik Negara Berupa Aset Tetap pada Entitas
Pemerintah Pusat.
Pada transaksi penyesuaian penyusutan aset, akan terbentuk dua akun yakni beban penyusutan
dan akumulasi penyusutan aset. Beban penyusutan berada di bagian debit sedangkan akumulasi
penyusutan aset berada di sisi kredit. Beban penyusutan aset akan diposting dalam laporan
operasional bersama beban lainnya dan disandingkan dengan penerimaan. Sedangkan akumulasi
penyusutan akan diposting pada neraca, gunanya untuk mengurangi nilai aset tetap agar aset
dalam neraca terlihat nilai bukunya. Nilai akumulasi aset tetap pada neraca bersifat gabungan
dari seluruh aset tetap. Untuk mengetahui akumulasi penyusutan aset tetap masing-masing
kelompok dapat dilihat pada catatan atas laporan keuangan.
2.1.6 Tindakan yang Dilakukan Perusahaan jika Nilai Ekonomi Aset Tetap Telah Habis
Penggunaan aset tetap yang telah habis masa ekonomisnya namun masih digunakan
seringkali dijumpai di berbagai usaha, terutama pada perusahaan manufaktur, Hal ini bisa
saja diakibatkan karena masa manfaat aset yang lebih lama dari perkiraan atau aset masih
bisa digunakan dimana menunjukkan masih terdapat nilai sisa pada aset tersebut.
Dalam ilmu akuntansi, nilai ekonomi aset bernilai nol adalah aset yang sudah tidak bisa
memberikan manfaat kepada perusahaan, manfaat aset lebih cepat habis dibandingan
kenyataannya. Jika hal tersebut terjadi, maka laporan keuangan menjadi tidak valid/ akurat
karena tidak mencerminkan keadaan sebenarnya, dimana nilai buku sudah nol tapi aset masih
digunakan. Ini akan mengakibatkan:
1.Pada sisi Aset, nilai aset jangka panjang menjadi terlalu kecil diakui
2.Pada ekuitas pemilik, nilai laba ditahan juga terlalu kecil diakui
3.Nilai laba ditahan terlalu kecil karena laba bersih pada setiap periode terlalu kecil
4. Nilai laba bersih menjadi terlalu kecil diakui karena biaya menjadi terlalu besar untuk
diakui.
Hal-hal tersebut diatas tentunya akan mengakibatkan kesalahan penyajian. Jika nilainya
kecil, maka salah saji yang diakibatkan tidak material, sehingga tidak perlu diambil tindakan.
Tapi jika bernilai besar sudah pasti kesalahan penyajian bersifat material dan dapat
merugikan pengguna laporan keuangan, dan harus dilakukan koreksi.
2.3 Hipotesis
Berdasarkan teori diatas maka dalam penelitian ini memiliki hipotesis sebagai barikut:
H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara penyusutan aset tetap terhadap pendapatan
laba.
H2: Terdapat pengaruh yang signifikan antara penyusutan aset tetap terhadap harga
perolehan aset.
Kerangka konseptual dari penelitian ini yaitu melihat pengaruh penyusutan aset tetap
terhadap pendapatan laba, dan harga perolehan aset. Dalam penelitian ini penulis akan
memaparkan mengenai adanya keterkaitan antara penyusutan aset tetap dengan
pendapatan laba, dan penyusutan aset tetap dengan harga perolehan aset tetap. Maka
berdasarkan analisis tersebut, dapat digambarkan kerangka konsep penelitian yang
ditunjukkan pada gambar 1.1, yaitu:
(Y1)
Penyusutan Aset
Tetap
(X)
Harga Perolehan
Aset
(Y2)
BAB III
METODE PENELITIAN
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai orang, objek,
organisasi, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono, 2016 :68). Variabel
penelitian juga dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang berupa apa saja yang telah
ditetapkan oleh seorang peneliti dengan tujuan untuk dipelajari sehingga diperoleh
informasi tentang hal tersebut dan dapat ditarik sebuah kesimpulan.
Penelitian ini melibatkan variabel tergantung dan variabel bebas sebagai berikut:
a. Variabel Tergantung : Penyusutan Aset Tetap
b. Variabel Bebas : Pendapatan Laba dan Harga Perolehan Aset.
2. Pendapatan Laba
Pendapatan laba atau yang dapat dikenal dengan sebutan profit adalah hal yang
menggambarkan manfaat finansial yang dihasilkan dari aktivitas bisnis melebihi
biaya, ongkos, dan pajak yang terlibat dalam menopang bisnis yang bersangkutan.
Setiap keuntungan yang diperoleh disalurkan kembali ke pemilik bisnis, yang akan
menentukan untuk mengantongi uang tersebut atau menginvestasikannya kembali ke
bisnis. Perhitungan dari pendapatan laba yaitu:
Pendapatan Laba = Pendapatan Total – Total Biaya.
Ada tiga jenis laba utama diantaranya laba kotor, laba operasional, dan laba
bersih, semua ini dapat kita temukan pada laporan laba rugi. Setiap jenis laba
memberi analisis lebih banyak informasi tentang kinerja perusahaan, terutama bila
dibandingkan dengan pesaing lain dan periode tertentu. Sedangkan untuk laba bersih
yaitu pendapatan suatu organisasi yang dikurangi harga pokok penjualan,
pengeluaran, depresiasi, amortisasi, bunga, dan pajak.
Penyusutan adalah alokasi sistematik jumlah yang dapat disusutkan dari suatu
aktiva sepanjang masa manfaat. Jumlah yang dapat disusutkan (Depreciable amount)
adalah biaya perolehan suatu aktiva atau jumlah lain yang disubstitusikan untuk biaya
perolehan dalam laporan keuangan dikurangi nilai sisa.
Populasi
Menurut Sugiono (2011: 61) Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Dimana dalam penelitian ini,
pengambilan populasi yaitu dari 10 Perusahaan Manufaktur dengan studi kasus pada sub
sektor Industri Barang Konsumsi, periode 2018-2020, dengan melihat laporan keuangan
yang telah terdaftar pada Bursa Efek Indonesia.
Sampel
Sugiono (2011: 62) Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi. Sampel yang diambil ditentukan dengan teknik purposive
sampling yang bersifat noprobalistik Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu. Pengambilan sampel pada paper ini ditentukan
berdasarkan kriteria yaitu perusahaan manufaktur pada sektor industri barang konsumsi
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) sepanjang tahun 2018, 2019, dan 2020.
Kriteria pengambilan sampel yaitu Laporan keuangan perusahaan yang telah terdaftar
resmi di Bursa Efek Indonesia.
Tabel 3.3
Populasi Sampel
KINO
3 Tahun
ADES
3 Tahun
MBTO
3 Tahun
TCID
3 Tahun
INAF
Perusahaan Manufaktur. Sub sektor 3 Tahun
Industri Barang Konsumsi KAEF
3 Tahun
KLBF
3 Tahun
PYFA
3 Tahun
AISA
3 Tahun
CEKA
3 Tahun
Jumlah 30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Diketahui bahwa data dikatakan valid apabila nilai r hitung > r table, Untuk r table. Untuk
melihat data tersebut valid atau tidak dapat dilihat pada table pearson correlation dan jumlahnya
harus lebih besar dari 0,3761. Pada table dibawah ini merupakan hasil dari uji validitas:
Correlations
Total Aset Total Total Harga
Tetap Awal Pendapatan Perolehan
Laba Aset
Pearson
1 -.213 .850**
Correlation
Total Aset Tetap Awal
Sig. (2-tailed) .258 .000
N 30 30 30
Pearson
-.213 1 -.250
Correlation
Total Pendapatan Laba
Sig. (2-tailed) .258 .182
N 30 30 30
Pearson
.850** -.250 1
Total Harga Perolehan Correlation
Aset Sig. (2-tailed) .000 .182
N 30 30 30
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan hasil dar table diatas, menunjukkan bahwa sig. (2-tailed) menyatakan semua data
Tidak Valid karena nilainya melebihi dari 0,05.
Uji reliabilitas pada data ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat
dipercaya atau dapat diandalkan. Instrument dikatakan reliable apabila nilai Croanbach Alpha >
0,60. Tabel dibawah ini merupakan hasil dari reliabilitas:
Reliability Statistics
Cronbach's N of Items
Alphaa
-.135 2
a. The value is negative
due to a negative average
covariance among items.
This violates reliability
model assumptions. You
may want to check item
codings.
Berdasarkan hasil table diatas, menunjukkan bahwa reliabilitas statistik terdapat 4 item dengan
nilai sebesar -1,35 yang tidak melebihi 0,433. Dinyatakan data diatas Reliable dengan jumlah t
table 30 sampel
Analisis linier berganda dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
independen (Total Aset Tetap Awal) terhadap Variabel dependen yaitu Total Pendapatan Laba
dan Harga Perolehan Aset Tetap.
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 20735.406 5377.111 3.856 .001
Total Aset Tetap
-.153 .132 -.213 -1.154 .258
Awal
a. Dependent Variable: Total Pendapatan Laba
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
(Constant) 415.696 371.009 1.120 .272
1 Total Aset Tetap
.078 .009 .850 8.554 .000
Awal
a. Dependent Variable: Total Harga Perolehan Aset
Berdasarkan hasil table diatas, diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai:
a. Nilai Konstanta (α) sebesar 5377,111 dan 371,009 menunjukkan jika terdapat variabel
independen (Total Aset Tetap Awal), maka Total Pendapatan Laba dan Harga Perolehan
Aset sebesar 5377,111 dan 371,009
b. Nilai Koefisien Regresi Total Pendapatan Laba sebesar -1,53 menunjukkan nilai
negative yang menunjukkan setiap terjadi peningkatan pendapatan Laba sebesar -1,53
c. Nilai Koefisien Regresi Total Pendapatan Laba sebesar 0,78 menunjukkan nilai positif
yang menunjukkan setiap terjadi peningkatan pendapatan Laba sebesar 0,78.
Berdasarkan hasil uji normalitas menggunakan uji kolmogrov Smirnov Test, menunjukkan
bahwa nilai P atau asymp. Sig. (2-tailed) sebesar0,012 dan 0,00 yang artinya lebih besar dan
lebih kecil dari tingkat signifikasi (0,05) dinyatakan data asumsi normalitas Tetpenuhi.
4.5.1 Uji T
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh suatu variabel bebas secara
parsial (individual) terhadap variasi variabel terikat. Kriteria pengujiannya adalah
a. Jika nilai signifikasi t > 0,05 maka secara parsial variabel independen Tidak Memiliki
Pengaruh yang Signifikan terhadap Variabel Dependen.
b. Jika nilai signifikasi t < 0,05 maka secara parsial variabel independen Memiliki Pengaruh
yang Signifikan terhadap Variabel Dependen.
Kriteria yang lain dengan membandingkan nilai t hitung dengan table adalah:
a. Jika nilai t hitung ≤ t table maka Tidak Memiliki Pengaruh yang Signifikan dari Variabel
independen terhadap Dependen.
b. Jika nilai t hitung ≥ t table maka Memiliki Pengaruh yang Signifikan dari Variabel
Independen terhadap Variabel Dependen.
T table = ( a / 2 ; n-K-1)
Diketahui:
n= Jumlah Sampel, n = 30
Coefficientsa
Model Unstandardized Standardized t Sig.
Coefficients Coefficients
B Std. Error Beta
1 (Constant) 415.696 371.009 1.120 .272
Total Aset Tetap
.078 .009 .850 8.554 .000
Awal
a. Dependent Variable: Total Harga Perolehan Aset
1. Pengaruh Haraga Aset Tetap Awal (X1) terhadap Pendapatan Laba (Y1). Nilai
signifikan Harga Aset Tetap sebesar 2,58 > 0,05. Nilai t hitung < t table 2,53 < -
0,7501. Dapat disimpulkan bahwa Pengaruh Penyusutan Aset Tetap Awal signifikan
secara statistic.
2. Pengaruh Harga Aset Tetap Awal (X1) terhadap Harga Perolehan Aset Tetap sebesar
0,00 < 0,05. Nilai t hitung < t table 0,00 > -0,7501. Dapat disimpulkan bahwa
Pengaruh Penyusutan Aset Tetap Awal signifikan secara statistic.
4.5.2 Uji F
Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan membandingkan nilai F hitung dan
F table. Jika nilai F hitung ≤ F table maka tidak memiliki pengaruh fariabel independen secara
simultan terhadap Variabel dependen, dan sebaliknya jika nilai F hitung > F table maka memiliki
pengaruh variabel independen secara simultan terhadap variabel dependen
Hasil Pengujian
F table = (K:N-K)
N= Jumlah Sampel, n= 30
ANOVAa
Model Sum of df Mean Square F Sig.
Squares
171374266.1 171374266.1
Regression 1 73.165 .000b
75 75
65584501.02
1 Residual 28 2342303.608
5
236958767.2
Total 29
00
a. Dependent Variable: Total Harga Perolehan Aset
b. Predictors: (Constant), Total Aset Tetap Awal
1. Pengaruh Haraga Aset Tetap Awal (X1) terhadap Pendapatan Laba (Y1). Nilai
signifikan Harga Aset Tetap sebesar 2,58 > 0,05. Nilai t hitung < t table 2,53 < -
0,7501. Dapat disimpulkan bahwa Pengaruh Penyusutan Aset Tetap Awal signifikan
secara statistic.
2. Pengaruh Harga Aset Tetap Awal (X1) terhadap Harga Perolehan Aset Tetap sebesar
0,00 < 0,05. Nilai t hitung < t table 0,00 > -0,7501. Dapat disimpulkan bahwa
Pengaruh Penyusutan Aset Tetap Awal signifikan secara statistic.
BAB V
KESIMPULAN
Dari penelitian diatas dapat disimpulkan, bahwa:
aktiva tetap merupakan barang berwujud yang dimiliki perusahaan yang digunakan untuk
produksi dan digunakan dalam kegiatan perusahaan yang dapat digunakan selama lebih dari satu
periode dan bukan untuk diperjual belikan. Dimana aset tetap merupakan salah satu kekayaan
yang dibeli untuk dimiliki perusahaan bukan untuk dijual, yang kemudian digunakan untuk
memperlancar kegiatan operasional perusahaan.
1. Pengaruh Haraga Aset Tetap Awal (X1) terhadap Pendapatan Laba (Y1). Nilai
signifikan Harga Aset Tetap sebesar 2,58 > 0,05. Nilai t hitung < t table 2,53 < -
0,7501. Dapat disimpulkan bahwa Pengaruh Penyusutan Aset Tetap Awal signifikan
secara statistic.
2. Pengaruh Harga Aset Tetap Awal (X1) terhadap Harga Perolehan Aset Tetap sebesar
0,00 < 0,05. Nilai t hitung < t table 0,00 > -0,7501. Dapat disimpulkan bahwa
Pengaruh Penyusutan Aset Tetap Awal signifikan secara statistic.
Wairooy,Ali. (2017). Pengaruh Biaya Penyusutan Aset Tetap terhadal Laba pada PT.Bank
Sulselbar. Makassar:Jurnal Office.
Mairuhu, S., & Tinangong, J. J. (2014). Analisis Penerapan Metode Penyusutan Aktiva Tetap
dan Implikasinya terhadap Laba Perusahaan pada Perum Bulog Divre Sulut dan Gorontalo.
Jurnal Riset Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi,2(4)
Siregar,Handayani. (2020). Pengaruh Penyusutan Aktiva Tetap Terhadap Laba Pada PT.ACE
Hardwere Tbk pada Tahun 2010-2018. Padangsidimpuan.