Anda di halaman 1dari 23

DAFTAR ISI

BAB I DEFINISI....................................................................................................1

A. Latar Belakang............................................................................................1

BAB II RUANG LINGKUP.......................................................................................2

BAB III TATA LAKSANANA...................................................................................3

A. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun..................................................3

B. Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun.................................................3

C. Pelabelan Bahan Berbahaya dan Beracun....................................................4

D. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun..............................................5

E. Pendistribusian dan Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun................8

F. Penanggulangan Kontaminasi Bahan Berbahaya Dan Beracun.....................8

G. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun..................................14

BAB IV DOKUMENTASI......................................................................................21

BAB V PENUTUP.................................................................................................22
LAMPIRAN : PERATURAN DIREKTUR
RSUD H.BADARUDDIN KASIM NOMOR
0120 TAHUN 2022 TENTANG
MANAJEMEN FASILITAS DAN
KESELAMATAN RSUD H.BADARUDDIN
KASIM

BAB I
DEFINISI
A. Latar Belakang
Di dalam Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan disebutkan
bahwa Upaya Kesehatan Kerja harus diselenggarakan disemua tempat kerja,
khususnya tempat kerja yang mempunyai resiko bahaya kesehatan, mudah
terjangkit penyakit atau mempunyai pekerja paling sedikit 10 orang. Rumah Sakit
adalah tempat kerja yang kondisinya seperti tersebut diatas sehingga harus
menerapkan Upaya Kesehatan Kerja disamping Keselamatan Kerja. Salah satu
penyakit yang dapat terjadi dalam kegiatan Rumah Sakit ini adalah akibat adanya
paparan dari Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Selama Bahan Berbahaya
digunakan sebagaimana mestinya maka Penyakit akibat bahan ini dapat
diminimalkan, tetapi apabila dalam penanganan tidak dilaksanakan dengan benar
maka dapat menimbulkan penyakit khususnya pada petugas dan pasien.
Rumah sakit adalah suatu sarana kesehatan yang berfungsi untuk
meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat. Dalam pelaksanaan kegiatannya,
rumah sakit menggunakan beberapa Bahan Berbahaya dan Beracun (B3). Bahan
Berbahaya dan Beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan atau
konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup
manusia serta makhluk hidup lainnya.
Oleh karena itu agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi manusia dan
lingkungannya perlu ada pengelolaan khusus B3 yang meliputi : pengadaan,
penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan B3. Dengan adanya penanganan
B3, maka diharapkan RSUD H. Badaruddin Kasim ini menjadi rumah sakit yang
aman bagi karyawan, pasien, pengunjung dan lingkungan sekitarnya.
Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), adalah proses untuk
mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak berbahaya /
tidak beracun.
Kegiatan rumah sakit memiliki potensi menghasilkan limbah B3 yang dapat
menimbulkan pencemaran lingkungan hidup. Oleh karena itu perlu dilakukan
pengendalian terhadap pembuangan limbah yang dibuang ke lingkungan.
Panduan bahan dan limbah berbahaya dan beracun menyangkut inventaris,
penanganan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan bahan berbahaya serta
pengendalian / pembuangan bahan dan limbah berbahaya dan beracun.

1
BAB II
RUANG LINGKUP

Ruang Lingkup panduan bahan dan limbah berbahaya dan beracun ini, sebagai
berikut :
A. Pengadaan bahan berbahaya dan beracun.
B. Identifikasi bahan berbahaya dan beracun.
C. Pelabelan bahan berbahaya dan beracun.
D. Penyimpanan bahan berbahaya dan beracun.
E. Pendistribusian dan Penggunaan bahan berbahaya dan beracun.
F. Penanggulangan kontaminasi bahan berbahaya dan beracun.
G. Pengolahan limbah bahan berbahaya dan beracun.
H. Identifikasi Risiko Keselamatan, Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi
I. Pelatihan Karyawan

2
BAB III
TATA LAKSANA
A. Pengadaan Bahan Berbahaya dan Beracun
1. Contoh macam-macam pengadaan B3
Macam-macam pengadaan bahan berbahaya dan beracun yang dilaksanakan
di RSUD H.Badaruddin Kasim diantaranya sebagai berikut :
Contoh Pengadaan Jenis B3 di RSUD H.Badaruddin Kasim
No Nama B3 Nama Produk Jenis Bahan
1 Formalin Formaldehyde Solution Cair
2 Alkohol Alkohol Cair
3 Hydrogen Peroksida Hydrogen Peroxide Solution Cair

4 Khinez Khinez 9 L Cair


5 Povidone Iodine Povidone Iodine Cair
6 Poliwash Poliwash Cair

2. Panduan Pengadaan B3
Pengadaan bahan berbahaya beracun sudah diatur sesuai dengan prosedur di
Instalasi Farmasi RSUD H. Badaruddin Kasim.
Prosedurnya sebagai berikut :
a. Perencanaan kebutuhan pengadaan B3 farmasi dibuat oleh Instalasi
farmasi dan atau unit lainnya yang membutuhkan B3 farmasi dengan
mengajukan data kebutuhan B3 untuk satu tahun.
b. Rencana kebutuhan tersebut diusulkan kepada pejabat teknis, pejabat
keuangan dan pimpinan BLUD untuk disahkan.
c. Pejabat teknis menyerahkan rencana kebutuhan B3 kepada pelaksana
kegiatan.
d. Pelaksan teknis kegiatan dan kepala instalasi farmasi membuat surat
pesanan B3 dengan menggunakan form surat pesanan.
e. Surat pesanan dikirim ke distributor atau pedagang besar farmasi untuk
diminta disediakan dan dikirim.
f. Distributor harus menyertakan MSDS B3 yang dikirim.

B. Identifikasi Bahan Berbahaya dan Beracun


Contoh Bahan Beracun Berbahaya yang ada di RSUD H. Badaruddin Kasim, dapat
di identifikasikan sebagai berikut:
Contoh Identifikasi B3 di RSUD H. Badaruddin Kasim
No. Nama Bahan Rumus kimia Sifat
1 Hidrogen peroksida H2O2 Iritasi dan korosif
2 Formalin CH2O Iritasi dan karsinogenik

3. Alkohol C2H5OH Mudah menyala


4. Khinez 9 L - Iritasi
5. Asam asetat CH3COOH Iritasi

3
C. Pelabelan Bahan Berbahaya dan Beracun

No Label/Simbol Keterangan
1 B3 Klasifikasi Bersifat Beracun

2 B3 Klasifikasi Bersifat Korosif

3 B3 Klasifikasi Bersifat Mudah Menyala

4 B3 Klasifikasi Bersifat Mudah Meledak

5 B3 Klasifikasi Bersifat Iritasi

6 B3 Klasifikasi Bersifat Bahaya Lain Berupa Gas


Bertekanan

7 B3 Klasifikasi Bersifat Pengoksidasi

4
8 B3 Klasifikasi Bersifat Karsinogenik

9 B3 Klasifikasi Bersifat Berbahaya Bagi


Lingkungan

D. Penyimpanan Bahan Berbahaya dan Beracun


Terapkan sistem masuk-awal keluar-awal (first-in first-out) untuk menghindari
terjadinya penyimpanan dalam waktu lama yang dapat menyebabkan suatu bahan
menjadi kadaluarsa.
B3 harus disimpan berdasarkan kesesuaian. Susun blok-blok penyimpanan
sesuai dengan kesaling sesuaian dan pemisahannya. Bahan yang tidak saling
sesuai harus di pisahkan untuk menghindari munculnya risiko bahava karena
terjadinya kontak atau pencampuran. Perhatikan MSDS yang berkaitan dengan
bahan yang tidak sesuai beserta penanganannya (penanganan dan penyimpanan
B3 harus sesuai dengan sifat dan karakteristiknya)
Mengelompokkan bahan kimia berbahaya di dalam penyimpanannya sangat
diperlukan, sehingga tempat / ruangan yang ada dapat dimanfaatkan sebaik-
baiknya dan aman. Mengabaikan sifat- sifat fisik dan kimia dari bahan yang
disimpan akan mengandung bahaya seperti kebakaran, peledakan, mengeluarkan
gas / uap / debu beracun dan berbagai kombinasi dari pengaruh tersebut.
Penyimpanan bahan kimia berbahaya dikelompokkan sebagai berikut:
1. Bahan Kimia Beracun (Toxic)
Bahan ini dalam kondisi normal atau dalam kondisi kecelakaan ataupun
dalam kondisi kedua-duanya dapat berbahaya terhadap kehidupan
sekelilingnya. Bahan beracun harus disimpan dalam ruangan yang sejuk,
tempat yang ada peredaran hawa, jauh dari bahaya kebakaran dan bahan yang
inkompatibel (tidak dapat dicampur) harus dipisahkan satu sama lainnya. Jika
panas mengakibatkan proses penguraian pada bahan tersebut maka tempat
penyimpanan harus sejuk dengan sirkulasi yang baik, tidak terkena sinar
matahari langsung dan jauh dari sumber panas.
2. Bahan Kimia Korosif (Corrosive)
Beberapa jenis dari bahan ini mudah menguap sedangkan lainnya dapat
bereaksi dahsyat dengan uap air. Uap dari asam dapat menyerang / merusak
bahan struktur dan peralatan, selain itu beracun untuk tenaga manusia.
Bahan ini harus disimpan dalam ruangan yang sejuk dan ada peredaran hawa
yang cukup untuk raencegah teijadinya pengumpulan uap. Wadah / kemasan
dari bahan ini harus ditangani dengan hati-hati, dalam keadaan tertutup dan
dipasang label. Semua logam disekeliling tempat penyimpanan harus dicat dan

5
diperiksa akan adanya kerusakan yang disebabkan oleh korosif.
Penyimpanannya harus terpisah dari bangunan lain dengan dinding dan lantai
yang tahan terhadap bahan korosif, memiliki perlengkapan saluran
pembuangan untuk tumpahan, dan memiliki ventilasi yang baik. Pada tempat
penyimpanan harus tersedia pancaran air untuk pertolongan pertama bagi
pekerja yang terkena bahan tersebut.
3. Bahan Kimia Mudah Terbakar (Flammable)
Praktis semua pembakaran terjadi antara oksigen dan bahan bakar dalam
bentuk uapnya atau beberapa lainnya dalam keadaan bubuk halus. Api dari
bahan padat berkembang secara pelan. sedangkan api dari cairan menyebar
secara cepat dan sering terlihat seperti meledak. Dalam penyimpanannya
harus diperhatikan sebagai berikut:
a. Disimpan pada tempat yang cukup dingin untuk mencegah penyalaan tidak
sengaja pada waktu ada uap dari bahan bakar dan udara
b. Tempat penyimpanan mempunyai peredaran hawa yang cukup, sehingga
bocoran uap akan diencerkan konsentrasinya oleh udara untuk mencegah
percikan api
c. Lokasi penyimpanan agak dijauhkan dari daerah yang ada bahaya
kebakarannva
d. Tempat penyimpanan harus terpisah dari bahan oksidator kuat, bahan
yang mudah menjadi panas dengan sendirinya atau bahan yang bereaksi
dengan udara atau uap air yang lambat laun menjadi panas
e. Di tempat penyimpanan tersedia alat-alat pemadam api dan mudah dicapai
f. Singkirkan semua sumber api dari tempat penyimpanan
g. Di daerah penyimpanan dipasang tanda dilarang merokok
h. Pada daerah penyimpanan dipasang sambungan tanah / arde serta
dilengkapi alat deteksi asap atau api otomatis dan diperiksa secara
periodik.
4. Bahan Kimia Peledak (Explosive)
Terhadap bahan tersebut ketentuan penyimpananya sangat ketat, letak tempat
penyimpanan harus beijarak minimum 60 (meter) dari sumber tenaga,
terowongan lubang tambang, bendungan, jalan raya dan bangunan, agar
pengaruh ledakan sekecil mungkin. Ruang penyimpanan harus merupakan
ban gun an yang kokoh dan tahan api, lantainya terbuat dari bahan yang tidak
menimbulkan loncatan api, memiliki sirkulasi udara yang baik dan bebas dari
kelembaban, dan tetap terkunci sekalipun tidak digunakan. Untuk penerangan
harus dipakai penerangan alam atau lampu listrik yang dapat dibawa atau
penerangan yang bersumber dari luar tempat penyimpanan. Penyimpanan
tidak boleh dilakukan di dekat bangunan yang didalamnya terdapat oli, gemuk,
bensin, bahan sisa yang dapat terbakar, api terbuka atau nyala api. Daerah
tempat penyimpanan harus bebas dari rumput kering, sampah, atau material
yang mudah terbakar, ada baiknya memanfaatkan perlindungan alam seperti
bukit, tanah cekung belukar atau hutan lebat.
5. Bahan Kimia Oksidator (Oxidation)

6
Bahan ini adalah sumber oksigen dan dapat memberikan oksigen pada suatu
reaksi meskipun dalam keadaan tidak ada udara. Beberapa bahan oksidator
memerlukan panas sebelum menghasilkan oksigen, sedangkan jenis lainnya
dapat menghasilkan oksigen dalam jumlah yang banyak pada suhu kamar.
Tempat penyimpanan bahan ini harus diusahakan agar suhunya tetap dingin,
ada peredaran hawa, dan gedungnya harus tahan api. Bahan ini harus
dijauhkan dari bahan bakar, bahan yang mudah terbakar dan bahan yang
memiliki titik api rendah.
Alat-alat pemadam kebakaran biasanya kurang efektif dalam memadamkan
kebakaran pada bahan ini, baik penutupan ataupun pengasapan, hal ini
dikarenakan bahan oksidator menyediakan oksigen sendiri.
6. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Air (Water Sensitive Substances)
Bahan ini bereaksi dengan air, uap panas atau larutan air yang lambat laun
mengeluarkan panas atau gas-gas yang mudah menvala. Karena banyak dari
bahan ini yang mudah terbakar maka tempat penyimpanan bahan ini harus
tahan air, berlokasi ditanah yang tinggi, terpisah dari penyimpanan bahan
lainnya, dan janganlah menggunakan sprinkler otomatis di dalam ruang
simpan.
7. Bahan Kimia Reaktif Terhadap Asam (Acid Sensitive Substances) Bahan ini
bereaksi dengan asam dan uap asam menghasilkan panas, hidrogen dan gas-
gas yang mudah menyala. Ruangan penyimpanan untuk bahan ini harus
diusahakan agar sejuk, berventilasi, sumber penyalaan api harus disingkirkan
dan diperiksa secara berkala. Bahan asam dan uap dapat menyerang bahan
struktur campuran dan menghasilkan hidrogen, maka bahan asam dapat juga
disimpan dalam gudang yang terbuat dari kayu yang berventilasi. Jika
konstruksi gudang terbuat dari logam maka harus di cat atau dibuat kebal dan
pasif terhadap bahan asam.
8. Gas Bertekanan (Compressed Gases)
Silinder dengan gas-gas bertekanan harus disimpan dalam keadaan berdiri dan
diikat dengan rantai atau diikat secara kuat pada suatu penyangga tambahan.
Ruang penyimpanan harus dijaga agar sejuk, bebas dari sinar matahari
langsung, jauh dari saluran pipa panas di dalam ruangan yang ada peredaran
hawanya. Gedung penyimpanan harus tahan api dan harus ada tindakan
preventif agar silinder tetap sejuk bila teijadi kebakaran, misalnya dengan
memasang sprinkler.
9. Bahan Kimia Radioaktif (Radioactive Substances)
Radiasi dari bahan radioaktif dapat menimbulkan efek somatik dan efek
genetik, efek somatik dapat akut atau kronis. Efek somatik akut bila terkena
radiasi 200 (Ra) sampai 5000 (Rad) yang dapat menyebabkan sindroma system
saraf sentral, sindroma gastrointestinal dan sindroma kelainan darah,
sedangkan efek somatik kronis teijadi pada dosis yang rendah. Efek genetik
mempengaruhi alat reproduksi yang akibatnya diturunkan pada keturunan.
Bahan ini meliputi isotop radioaktif dan semua persenyawaan yang
mengandung radioaktif. Pemakai zat radioaktif dan sumber radiasi harus

7
memiliki instalasi fasilitas atom, tenaga yang terlatih untuk bekerja dengan zat
radioaktif, peralatan teknis yang diperlukan dan mendapat izin dari BATAN.
Penyimpanannya harus ditempat yang memiliki peralatan cukup untuk
memproteksi radiasi, tidak dicampur dengan bahan lain yang dapat
membahayakan, packing/kemasan dari bahan radioaktif harus mengikuti
ketentuan khusus yang telah ditetapkan dan keutuhan kemasan harus
dipelihara.

E. Pendistribusian dan Penggunaan Bahan Berbahaya dan Beracun


Pendistribusian B3 dari gudang farmasi ke unit pemakai harus memperhatikan
hal berikut:
1. Alat bantu angkut (trolley) harus kuat, stabil dan tidak terbuat dari bahan yang
bahan yang dapat bereaksi dengan B3 yang diangkut apabila teijadi kebocoran,
tumpahan atau ceceran.
2. Apabila akan mengangkut lebih dari satu B3, penyimpanan didalam trolley
harus disusun sesuai dengan kesalingsesuaian dan pemisahannya, apabila
tidak memungkinkan, maka pendistribusian dilakukan perjenis B3.
3. Pengguna APD sesuai dengan B3 yang diangkut.
Penggunaan B3 harus termonitoring secara terpadu. Berikut adalah beberapa
hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan B3 :
1. Penggunaan B3 diupayakan seminimal mungkin digunakan.
2. Setiap pengguna B3 harus memiliki MSDS yang berada di dekat material
tersebut.
3. Setiap pengguna harus menggunakan alat pelindung diri yang sesuai dengan
ketentuan.
4. Setiap pengguna harus mengerti potensi dan sifat bahaya yang ditimbulkan
oleh bahan tersebut.

F. Penanggulangan Kontaminasi Bahan Berbahaya Dan Beracun


1. Hidrogen Peroksida
a. Penggolongan
Anorganik, oksidator
Sinonim/Nama Dagang : Perone, Perhydrol, Perdrogen, Superoxol, Albone,
Dioxogen, Superoxol
b. Penyimpanan
Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang- undangan dan
standard yang berlaku, simpan di tempat yang sejuk dan kering dengan
ventilasi yang memadai, simpan dalam wadah tertutup rapat dan terkunci,
hindarkan dari panas, sinar matahari langsung, bahan reaktif, serta bahan
yang mudah terbakar.
c. Identifikasi bahaya dan penanganan kontaminasi
1. Jika terkena mata :
Gejala akut : Nyeri pada mata dan lacrimasi
Penanganan kontaminasi : Segera dicuci dengan air sebanyak –

8
banyaknya
2. Jika masuk ke saluran nafas
Gejala akut: Iritasi saluran nafas bagian atas Penanganan kontaminasi :
Segera pindahkan korban dari lokasi kecelakaan ke tempat berudara
segar
3. Jika tertelan / masuk ke saluran cema
Gejala akut : Kerusakan oesophagus dan lambung Penanganan
kontaminasi : Diberi minum air / susu yang banyak dan dibutuhkan
pengenceran lebih kurang 100 kali sampai tidak berbahava bagi
jaringan. Untuk menghilangkan rasa sakit diberi morfin sulfat 5-10 mg
tiap 4 jam atau sesuai kebutuhan. Jika teijadi shock diberi dextrose 5%
atau NaCl
4. Jika terkena kulit
Gejala akut : Eritema dan vesikel
Penanganan kontaminasi : Jika teijadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban dan mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya
5. Tindakan penanggulangan kebakaran
a) Media pemadam kebakaran : air
b) Bahaya ledakan/kebakaran : dapat menimbulkan sedikit ledakan
pada nyala api terbuka, peracikan api dari panas, materi organik,
logam, dan asam.
c) Kebakaran kecil : Gunakan air
d) Kebakaran besar : Jangan gunakan bahan kimia kering atau busa,
C02, atau halon. Basahi area yang terbakar dengan air dari
kejauhan. Pindahkan wadah jika tidak beresiko dan dinginkan
wadah dengan air yang banyak setelah api padam. Untuk kebakaran
yang lebih besar jauhi area dan laksanakan prosedur evakuasi.
e) Prosedur pemadam kebakaran : Gunakan alat pemapasan mandiri
dan pakaian pelindung untuk mencegah kontak kulit dan pakaian
6. Tindakan Terhadap Tumpahan
a. Tumpahan bahan yang kering dan sedikit : Bersihkan bahan
menggunakan lap bersih, lalu masukkan ke dalam wadah yang
bersih dan kering, kemudian ditutup. Pindahkan wadah dari area
tumpahan.
b. Tumpahan sedikit : Bersihkan area tumpahan dengan air yang
banyak.
c. Tumpahan yang banyak : Bahan bersifat korosif dan mudah
teroksidasi. Hentikan kebocoran/tumpahan jika tak beresiko. Scrap
dengan bahan kering seperti pasir, tanah atau bahan tidak mudah
terbakar lainnya. Hindarkan air masuk ke dalam wadah dan
hindarkan menyentuh tumpahan. Hindari kontak bahan dengan
bahan yang mudah terbakar (kayu, kertas, minyak, pakaian, dll).
Hindarkan aliran air masuk ke dalam selokan. Waspadalah jika

9
konsentrasi produk berada di atas nilai ambang batas.

2. Formalin
a. Penggolongan Nama lain formalin :
Formol - Methylene aldehyde - Paraforin Morbicid - Oxomethane -
Polyoxymethylene glycols Methanal - Formoform - Superlysoform Formic
aldehyde - Formalith - Tetraoxymethylene Methyl oxide - Karsan - Trioxane
Oxymethylene - Methylene glycol
b. Penyimpanan
Jangan disimpan di lingkungan bertemperatur di bawah 15°C, tempat
penyimpanan harus terbuat dari baja tahan karat, alumunium mu mi,
polietilen atau poliester yang dilapisi fiberglass, tempat penyimpanan tidak
boleh terbuat dari baja biasa, tembaga, nikel atau campuran seng dengan
permukaan yang tidak dilindungi/dilapisi, jangan menggunakan bahan
alumunium bila temperatur lingkungan berada di atas 60°Celsius.
c. Identifikasi bahaya dan penanganan kontaminasi
1. Jika terkena mata Gejala akut :
Iritasi mata
Penanganan kontaminasi : Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air
mengalir
2. Jika tertelan / masuk saluran cema Gejala
akut : iritasi selaput mukosa
Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh formalin bisa
keluar dari tubuh korban dengan segera
3. Jika terkena kulit Gejala akut:
Iritasi kulit
Penanganan kontaminasi : Jika teijadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya

3. Asam Asetat
a. Penggolongan : Cuka
Nama Produk : Acetic Acid
Nama Kimia : CH3COOH asam
Formula Sinonim : asam etanoat
b. Penyimpanan
Simpan dalam area terpisah dan disetujui, simpan wadah di tempat yang
sejuk dan berventilasi cukup, Simpan wadah tertutup rapat dan disegel
sampai siap untuk digunakan, dan hindari semua sumber-sumber
pengapian (percikan atau api). Jauhkan dari panas. Jauhkan dari sumber
api. Tanah semua bahan peralatan yang berisi. Jangan menelan. Tahan
nafas jika berhadapan dalam bentuk gas / asap / uap / semprotan. Jangan
pemah menambahkan air pada produk ini. Dalam hal ventilasi cukup,
pakai pemapasan yang sesuai peralatan. Jika tertelan, segera dapatkan

10
saran medis dan tunjukkan wadah atau label. Hindari kontak dengan kulit
dan mata. Jauhkan dari incompatibles seperti agen oksidasi, mengurangi
agen, logam, asam, alkali.
c. Identifikasi bahaya dan penanganan kontaminasi
1. Jika terkena mata :
Gejala akut: dapat menyebabkan iritasi
Penanganan kontaminasi : Siram dengan air selama minimal 15 menit,
menaikkan dan menurunkan kelopak mata sesekali. Dapatkan
perawatan medis jika teijadi iritasi.
2. Jika terhirup
Gejala akut : dapat menyebabkan iritasi pada saluran pemapasan
Penanganan kontaminasi : tempatkan korban di tempat terbuka untuk
memperoleh udara segar. Berikan oksigen jika sulit bemapas,
memberikan pemapasan buatan jika napas telah berhenti. Tetap hangat,
tenang, dan mendapatkan perhatian medis.
3. Jika tertelan / masuk ke saluran cema
Gejala akut : dapat menyebabkan ketidak nyamanan pencemaan
Penanganan kontaminasi : Jangan menginduksi muntah. Jika tertelan,
dan kondisi korban sadar, berikan banyak air segera dan memanggil
seorang dokter atau pusat kendali racun. Jangan pemah memberikan
apapun melalui mulut kepada orang yang tidak sadar.
4. Jika terkena kulit
Gejala akut: dapat menyebabkan iritasi
Penanganan kontaminasi : mencuci area yang terkena selama minimal
15 menit kemudian cuci pakaian yang terkontaminasi sebelum
digunakan kembali. Dapatkan perawatan medis jika terjadi iritasi.
d. Tindakan Penanggulangan Kebakaran
1. Media pemadaman api : air, karbondioksida,busa,serbuk kering.
2. Zat pemadam kebakaran yang tidak sesuai : Untuk bahan/campuran
ini, tidak ada batasan agen pemadaman yang diberikan.
3. Bahaya khusus yang muncul dari bahan atau campuran : Bahan
mudah-terbakar, uap lebih berat daripada udara dan bisa merebak di
atas lantai. Membentuk campuran yang dapat meledak dengan udara
pada peningkatan suhu. Perkembangan gas atau uap menyala yang
berbahaya mungkin teijadi dalam kejadian kebakaran. Kebakaran dapat
menyebabkan uap acetic acid.
4. Saran bagi petugas pemadam kebakaran :
a. Alat perlindungan khusus bagi petugas pemadam kebakaran
b. Jangan berada di zona berbahaya tanpa peralatan pelindung
pemapasan. Untuk menghindari kontak dengan kulit, jaga jarak
aman dan gunakan pakaian pelindung yang sesuai.
c. Dinginkan kontener yang terekspos api dengan semprotan air.
Cegah air pemadam kebakaran mengkontaminasi air permukaan
atau sistim air tanah.

11
e. Tindakan terhadap Tumpahan dan Kebocoran
1. Tindakan pencegahan pribadi, peralatan pelindung dan prosedur
darurat
2. Nasihat untuk personel non darurat : jangan menghirup uap- uap,
aerosol; hindari kontak dengan bahan; pastikan ventilasi memadai;
evakuasi dari daerah bahaya; amati prosedur darurat; hubungi ahli.
3. Saran bagi responden darurat: Perlengkapan pelindung.
4. Tindakan pencegahan untuk melindungi lingkungan : Jangan
membuang ke saluran pembuangan. Risiko ledakan.
5. Metode dan bahan untuk penyimpanan dan pembersihan : tutup
saluran. kumpulkan, ikat dan pompa keluar tumpahan; amati
kemungkinan pembatasan bahan; ambil dengan bahan penyerap cairan;
teruskan ke pembuangan; bersihkan area yang terkena; rujukan ke
bagian lainnya : indikasi mengenai pengolahan limbah.
f. Perlindungan pribadi : Splash kacamata, sintetis celemek. uap
respirator, dan pastikan untuk menggunakan sarung tangan.

4. Alkohol
a. Penggolongan
Bentuk: cair
Status bahan: cair
Wama : tidak berwama
Bau: alkohol
Bahan untuk dihindari: Oksidator, Asam dan basa
Produk-ureu berbahaya: Karbon oksida Sangat mudah terbakar
b. Penyimpanan
Simpan wadah tertutup rapat di tempat yang dingin dan berventilasi baik.
c. Identifikasi bahaya dan penan ganan kontaminasi
1) Jika terkena mata Gejala akut: Iritasi mata
Penanganan kontaminasi: Pelupuk mata dibuka, dialiri dengan air
mengalir
2) Jika masuk saluran nafas :
Gejala akut : Iritasi saluran nafas bagian atas
Penan ganan kontaminasi : Segera pindahkan korban dari lokasi
kecelakaan ke tempat berudara segar
3) Jika tertelan / masuk saluran cema Gejala akut : Iritasi
selaput mukosa
Penanganan kontaminasi : Diupayakan agar seluruh Etanol bisa keluar
dari tubuh korban dengan segera
4) Jika terkena kulit Gejala akut: Iritasi kulit
Penanganan kontaminasi : Jika teijadi pada anggota tubuh tertutup,
tanggalkan pakaian korban, mandikan korban dengan air sebanyak-
banyaknya

12
d. Tindakan penanggulangan kebakaran
Media pemadam yang sesuai : semprotan air, serbuk kering, Busa tahan
alkohol
Bahaya spesifik selama memadamkan kebakaran : api bisa meluncur
balik pada rentang jarak yang cukup panjang. Jangan biarkan sisa air
limbah dari pemadaman kebakaran memasuki saluran pembuangan atau
saluran air lainnya.
Alat perlindungan khusus bagi petugas pemadam kebakaran : jika teijadi
kebakaran, pakai alat bantu pemapasan , Gunakan alat pelindung diri.
Informasi lebih ianjut : Dinginkan wadah/tangki dengan semprotan air
e. Tindakan terhadap tumpahan dan kebocoran
Tindakan pencegahan pribadi : jauhkan orang dari tumpahan/bocoran ke
arah yang berlawanan dengan arah angin. Keluarkan semua sumber
penyalut api. Jangan menghirup uap atau kabut semprotan.
Tindakan pencegahan untuk melindungi lingkungan : cegah produk agar
tidak masuk ke saluran pembuangan. Cegah teijadinya tumpahan atau
bocoran lebih ianjut jika aman untuk melakukannya.
Metode untuk pembersihan : Serap dengan bahan penyerap lembam dan
buang sebagai limbah berbahaya.
Jangan sekali-kali mengembalikan tumpahan kedalam wad ah asli untuk
digunakan lagi.
f. Pengendalian pemajanan dan perlindungan diri
Tindakan rekayasa untuk mengurangi pejanan : Sediakan pertukaran
udara yang cukup dan ventilasi gas-buang di ruang kerja.
Alat Pelindung Diri :
1. Perlindungan pemapasan : jika ventilasi tidak memadai, pakailah alat
bantu pemapasan yang sesuai.
2. Pelindung tangan : sarung tangan
3. Pelindung mata : kacamata-pengaman berpeiindung-samping
4. Pelindung kulit dan tubuh : sepatu pengaman, pakaian pelindung
5. Tindakan higienis : cuci tangan sebelum waktu istirahat dan segera
setelah menangani produk

5. Khinez 9L
a. Penggolongan
Fungsi : Alkali
Tampilan : Cairan bening
Warna : Normal
b. Penyimpanan
Simpan ditempat sejuk dan kering, jauhkan dari sinar matahari langsung.
c. Identifikasi bahaya dan penanganan kontaminasi
1. Jika terkena mata :
Dapat menyebabkan iritasi mata

13
Penanganan kontaminasi : siram dengan air secepatnya selama 15 menit
2. Jika tertelan :
Berbahaya jika tertelan
Penanganan kontaminasi : jika tertelan berkumur dengan air sebanyak
mungkin dan minumlah air atau susu untuk menetralkan, jangan
dimuntahkan atau memberi sesuatu pada mulut pasien.
3. Jika terkena kulit :
Iritasi kulit
Penanganan kontaminasi : cucilah dengan air dan sabun, pindahkan
sepatu dan pakaian yang terkontaminasi.
4. Jika terhirup :
Mungkin dapat menyebabkan iritasi
Penanganan kontaminasi : Terhirup berpindahlah ke area udara
terbuka, jika tidak bernafas beri nafas buatan, berilah oksigen dan
segera hubungi bantuan medis

G. Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun


Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (limbah B3) adalah sisa suatu usaha dan
atau kegiatan yang mengandung B3
1. Identifikasi Limbah B3
No Sumber Jenis Limbah
1. Ruang Perawatan bekas perban, botol infus, kateter,
(Ruang Rawat Inap, IGD, selang, kapas, benda tajam, dll
ICU,
dll)
2. Ruang HD Kemasan produk farmasi, bekas
perban, botol infus, kateter,
selang, kapas, benda tajam, dll

3. Ruang Farmasi Produk farmasi kedaluwarsa (obat-


obatan)
Bahan kimia kedaluwarsa, dll
Kemasan produk farmasi, dll

4. Laboratorium bekas perban, kapas, benda tajam,


sarung tangan, dan masker, dll
Bahan kimia kedaluwarsa, dll
5. Kantor Lampu TL bekas

6. Genset Oli Bekas

14
2. Karakteristik Limbah B3

No Jenis Limbah Karakteristik

1 Limbah Infeksius Infeksius


2 Produk Farmasi Kadaluwarsa Beracun
3 Bahan Kimia kadaluwarsa Beracun
4 Peralatan Laboratorium terkontaminasi B3 Infeksius
5 Peralatan Medis mengandung logam berat Beracun

6 Kemasan terkontaminasi limbah B3 Beracun


7. Lampu Elektronik Beracun

3. Pemberian Simbol dan Label Limbah B3


a. Simbol
Bentuk dasar, ukuran dan bahan
a. Simbol yang dipasang pada kemasan minimal berukuran paling rendah
15 cm x 20 cm, sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut limbah
B3 dan tempat penyimpanan limbah B3 minimal 25 cm x 25 cm
b. Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap goresan dan atau
bahan kimia yang kemungkinan akan mengenainya. Wama simbol
untuk dipasang di kendaraan pengangkut limbah B3 harus dengan cat
yang dapat berpendar (fluorescence).

b. Jenis-Jenis Simbol

Simbol Arti Keterangan


Limbah B3 Dipasang pada kemasan
Beracun limbah B3 yang bersifat
meracuni, melukai atau
membuat cacat sampai
membunuh makhluk
hidup baik jangka
pendek atau panjang

Limbah B3 Dipasang pada kemasan


Mudah Meledak limbah B3 yang mudah
meledak

Limbah B3 Dipasang pada kemasan


Padatan Mudah limbah B3 padatan yang
Menyala/Terbakar bersifat mudah
menyala/ terbakar
secara spontan

15
Limbah B3 Cairan Dipasang pada kemasan
Mudah limbah B3 cair yang
Menyala/Terbakar bersifat mudah
menyala/ terbakar
secara spontan

Limbah B3 Dipasang pada kemasan


Reaktif limbah B3 yang akan
mengalami reaksi hebat
jika bercampur dengan
bahan yang lain.

Limbah B3 Korosif Dipasang pada kemasan


limbah B3 yang dalam
kondisi asam atau basa
(PH < dari 2 atau PH >
dari 12,5) dapat
memyebabkan nekrosis
(terbakar) pada kulit
atau dapat
mengkaratkan
(mengkorosikan) logam.
Limbah B3 Dipasang pada kemasan
Infeksius limbah B3 yang
mengandung atau
terinfeksi kuman.

Limbah B3 Dipasang pada kemasan


berbahaya limbah B3 yang secara
terhadap langsung dapat
lingkungan mencemari linhkungan
dan tidak mudah terurai
dengan proses alam.

c. Label
Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi untuk memberikan
informasi dasar mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu
limbah B3 yang dikemas. Terdapat 3 (tiga) jenis label yang berkaitan dengan
si stem pengemasan limbah B3, yaitu:
1. Label Identitas Limbah
Label Identitas Limbah berfungsi untuk memberikan informasi tentang
asal usul limbah, identitas limbah serta kuantifikasi limbah dal am
kemasan suatu kemasan limbah B3. Label Identitas Limbah berukuran
minimum 15 cm x 20 cm atau lebih besar, dengan wama dasar kuning
dan tulisan serta garis tepi berwama hitam, dan tulisan "PERINGATAN !"
dengan huruf yang lebih besar berwama merah. Mmmm

16
2. Label Untuk Penandaan Kemasan Kosong
Label harus dipasang pada kemasan bekas pengemasan limbah B3 yang
telah dikosongkan dan atau akan digunakan kembali untuk mengemas
limbah B3. Bentuk dasar label sama dengan bentuk dasar simbol
dengan ukuran sisi minimal 10 cm x 10 cm dan tulisan "KOSONG"
berwama hitam di tengahnya.
3. Label Penunjuk Tutup Kemasan
Label dipasang dekat tutup kemasan dengan arah panah menunjukkan
posisi penutup kemasan. Label harus terpasang kuat pada setiap
kemasan limbah B3, baik yang telah diisi limbah B3, maupun kemasan
yang akan digunakan untuk mengemas limbah.
Label berukuran minimal 7 x 15 cm 2 dengan wama dasar putih dan
wama gambar hitam. Gam bar terdapat dalam frame hitam, terdiri dari
dua anak panah mengarah ke atas yang berdiri sejajar di atas balok
hitam. Label terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak

4. Penyimpanan Limbah B3
Lokasi Penyimpanan Limbah B3 harus bebas banjir dan tidak rawan
bencana alam. Dalam hal lokasi Penyimpanan Limbah B3 tidak bebas banjir
dan rawan bencana alam, lokasi Penyimpanan Limbah B3 harus dapat
direkayasa dengan teknologi untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup. Lokasi Penyimpanan Limbah B3 harus berada di dalam penguasaan
setiap orangyang menghasilkan Limbah B3.
Syarat fasilitas pembuangan sementara limbah B3 adalah :
a) Lantai kedap (impermeable), berlantai beton atau semen dengan sistem
drainase yang baik, serta mudah dibersihkan dan dilakukan desinfeksi.
b) Tersedia sumber air atau kran air untuk pembersihan yang dilengkapi
dengan sabun cair
c) Mudah diakses untuk penyimpanan limbah.
d) Dapat dikunci untuk menghindari akses oleh pihak yang tidak
berkepentingan.
e) Mudah diakses oleh kendaraan yang akan mengumpulkan atau
mengangkut limbah.
f) Terlindungi dari sinar matahari, hujan, angin kencang, banjir, dan faktor
lain yang berpotensi menimbulkan kecelakaan atau bencana kerja.
g) Terlindung dari hewan, kucing, serangga, burung, dan lain-lainnya.
h) Dilengkapi dengan ventilasi dan pencahayaan yang baik serta memadai.
i) Berjarak jauh dari tempat penyimpanan atau penyimpanan makanan.
j) Peralatan pembersihan, alat pelindung diri / APD (antara lain masker,
sarung tangan, penutup kepala, google, sepatu boot, serta pakaian
pelindung) dan wadah atau kantong limbah harus diletakkan sedekat-
dekatnya dengan lokasi fasilitas penyimpanan.
k) Dinding, lantai, dan juga langit-langit fasilitas penyimpanan seantiasa
dalam keadaan bersih termasuk pembersihan lantai setiap hari.

17
5. Pengangkutan Limbah B3
Pengangkutan limbah B3 merupakan kegiatan pemindahan lokasi limbah
dari lokasi pengumpulan / penyimpanan limbah ke lokasi pengolahan /
pemanfaatan limbah B3. Setiap penyerahan limbah B3 antar pihak harus
disertai dengan dokumen limbah B3. Dokumen limbah B3 dicetak oleh
penghasil limbah melalui akun festronik.
Dokumen limbah B3 tersebut merupakan alat pengawasan yang ditetapkan
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan juga untuk mengetahui
mata rantai perpindahan dan penyebaran limbah B3.

6. Pengelolaan Limbah
Pengolahan Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah proses
untuk mengubah jenis, jumlah dan karakteristik limbah B3 menjadi tidak
berbahaya atau tidak beracun lagi. Pengolahan limbah pada dasamya
merupakan upaya mengurangi volume, konsentrasi atau bahaya limbah,
setelah proses produksi atau kegiatan, melalui proses fisika, kimia atau hayati.
Limbah padat B3 dari ruangan penghasil ditempatkan dalam wadah khusus
sesuai kriteria limbah kemudian dikumpulkan di TPS B3 yang berijin. Dalam
pengolahan limbah B3 RSUD H.Badaruddin Kasim bekerjasama dengan pihak
krtiga sebagai pengangkut dan sebagai pengolah yang memiliki ijin dari KLHK.
Untuk limbah cair ditampung dan diolah di Instalasi Pengolahan Air Limbah
(IPAL).

C. Identifikasi Risiko Keselamatan, Pencegahan Dan Pengendalian Infeksi


Proses pengadaan, penyimpanan, pendistribusian dan penggunaan B3
serta penanganan limbah B3 merupakan proses yang penuh dengan risiko
keselamatan dan infeksi, baik untuk staf, pengunjung, pasien, bahkan pihak
diluar rumah sakit. Risiko-risiko tersebut antara lain terjadinya tumpahan dan
ceceran B3, dan terjadinya kecelakaan kerja akibat terpapamya B3.
1. Manajemen Risiko Pada Sistem Pengelolaan Bahan Berbahaya Dan Beracun
Rumah Sakit Bekerjasama dengan Unit K3 dibidang pengelolaan bahan
berbahava dan beracun rumah sakit yang meliputi :
1. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Para petugas, untuk menangani bahan berbahaya dan beracun ataupun
tumpahannya, diharapkan dapat mengurangi paparan yang mungkin
teijadi, salah satunya adalah penggunaan APD dengan persyaratan
sebagai berikut :
2. Pelindung Mata
Didesain untuk melindungi mata dari cipratan bahan kimia yang
mempunyai karakteristik B3 yang berbeda-beda.
a. Dibuat dari bahan yang tahan terhadap benturan (impact- resistant
materials),
b. Dapat melindungi mata dari atas dan samping.

18
3. Alat Bantu Pemafasan
Alat bantu pemafasan ini didesain untuk melindungi pemafasan dari
uap bahan kimia. Alat bantu pemafasan ini tidak begitu diperlukan
apabila dalam ruangan terdapat fume hood dan pencampuran bahan
kimia dilakukan didalamnya, tetapi apabila diperlukan, maka alat bantu
pemafasan dilengkapi dengan catridge yang sesuai dengan bahan kimia
yang ditangani.
4. Pelindung Tangan
Alat pelindung tangan (sarung tangan) sebaiknya disesuaikan dengan
pekerja dan bahan kimia yang akan ditangani, misai chemical-resistant
gloves digunakan untuk menangani bahan cairan korosif seperti asam,
alkali dan pelarut.
5. Sepatu Safety
Sepatu safety yang digunakan untuk penanganan B3 sebaiknya kuat,
tertutup dan licin.
6. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung yang dibutuhkan tergantung dan jenis B3 yang
ditangani, seperti celemek (apron) yang dibuat dari bahan yang tahan
terhadap bahan kimia, digunakan untuk melindungi tubuh dari
cipratan/tumpahan bahan kimia agresif seperti asam, alkali dan
pelarut. Untuk pakaian pelindung di laboratorium berupa jas lab tidak
dibuat dari bahan yang mengandung synthetic fiber yang tinggi untuk
mengurangi terjadinya listrik statik dan kemungkinan mudah terbakar
dan meleleh.
Alat pelindung diri harus telah teruji sesuai standar yang berlaku,
dipilih sesuai dengan peruntukan penggunaannya, karyawan terlatih
dalam menggunakannya, selalu terawat dengan baik, dan mengetahui
keterbatasan dari APD yang digunakan.
Alat pelindung diri yang paling aman sekalipun tidak kan berfungsi
dengan baik apabila tidak dipakai, maka harus dipastikan APD dipakai
dengan baik pada saat penanganan B3.
2. Prosedur Keselamatan dan Pencegahan serta Pengendalian Infeksi
Merencanakan tindakan yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko
yang akan timbul, yaitu :
a. Pembudayaan cuci tangan sesuai ketentuan.
b. Penggunaan wama kantung plastik yang sesuai dengan jenis sampah
yang dibuang.
c. Sosialisasi pemilahan dan pembuangan limbah.
d. Sosialisasi penanganan tumpahan dan ceceran limbah,
e. Pengawasan ketepatan pengelolaan, penanganan tumpahan dan ceceran
limbah.
f. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) yang sesuai dengan masing-
masing karakteristik limbah B3, untuk secara spesifik akan diatur
dalam SPO,

19
g. Pelaporan kecelakaan kerja,
h. Mereview sistem pencegahan risiko keselamatan, pencegahan dan
pengendalian infeksi serta melakukan perbaikan apabila perlu.

D. Pelatihan Karyawan
Untuk mengurangi risiko dalam penangganan B3 dan penanggulangan
terhadap tanggap darurat dari bahaya B3 maka perlu dilakukan pelatihan.
Pengelolaan B3 harus secara berkala melakukan :
a. Pertemuan keselamatan (safety meeting) tentang penyimpanan dan
penanganan B3.
b. Pelatihan penyimpanan dan penanganan B3 secara aman.
c. Uji coba dan pengkajian prosedur penyimpanan dan penanganan B3.
Petugas yang bekerja di tempat penyimpanan B3 harus sudah diberi pelatihan
sebelumnya. Pengelola juga harus menyiapkan tim kesiagaan dan tanggap
darurat serta melakukan pelatihan terhadap seluruh anggota agar tim memiliki
kompetensi yang memadai dalam menghadapi keadaan darurat.
Selain persyaratan diatas, beberapa persyaratan yang berkaitan dengan
kompetensi pelatihan tenaga kerja yang berkaitan dengan pengolahan bahan
berbahaya dan beracun adalah sebagai berikut:
a. Menunjukkan dan menjelaskan pada setiap para tenaga kerja baru
tentang :
1) Kondisi-kondisi dan bahaya-bahaya serta apa yang dapat timbul dalam
tempat kerja,
2) Semua pengamanan dan alat-alat pelindung yang diharuskan dalam
semua tempat kerjanya,
3) Alat pelindung diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan,
4) Cara-cara dan sikap aman dalam melaksanakan pekerjaan.
b. Menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja dalam pencegahan
kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan dan
keselamatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama dalam
kecelakaan akibat B3.
c. Jumlah sumber daya manusia dengan kualilikasi yang memenuhi
persyaratan harus memadai jumlahnya.

20
BAB IV
DOKUMENTASI

1) Daftar B3
2) MSDS B3
3) Loogbook Limbah B3
4) Manifest limbah B3
5) Form Laporan Tumpahan B3 dan Infeksius

21
BAB V
PENUTUP

Buku panduan pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun ini
dibuat dengan tujuan RSUD H.Badaruddim Kasim melakukan penanganan B3 yang
diperlukan dalam pelayanan medis dan limbah B3 yang dikeluarkan akibat dari
proses pelayanan medis di Rumah Sakit dengan baik dan benar agar tidak menjadi
sumber polusi dan penularan penyakit sehingga dapat memberikan perlindungan
bagi kesehatan, keselamatan manusia serta perlindungan kelestarian lingkungan
hidup sekitarnya.
Demikian Buku Panduan Pengelolaan Bahan dan Limbah berbahaya dan
Beracun ini dibuat, semoga dapat bermanfaat sebagai panduan dan acuan dalam
melaksanakan pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun di lingkungan
RSUD H.Badaruddin Kasim.
Panduan pengelolaan bahan dan limbah berbahaya dan beracun ini masih
banyak kekurangannya untuk itu dimohon masukan dan sarannya demi
penyempurnaan buku ini.

Direktur
RSUD H.Badaruddin Kasim

dr. H. MASTUR KURNIAWAN,MM


NIP.19720109 200604 1 019

22

Anda mungkin juga menyukai