Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PEDAGOGI KRITIS

KONTEKS HISTORIS KARL MARKX SERTA ALIENASI DAN MATERIALISME


DIALEKTIKA

Dosen Pengampu:
Dr. Pujiriyanto, M, Pd.

Disusun oleh:

Arya Yudha Mintarta 19105241042

Amar Rakhman 19105241015

Novia Pipit Fajarriyah 19105241014

Ria Trisnawati 19105241028

JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah Pedagogi Kritis ini sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan. Terbentuknya makalah ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan
yang telah diberikan dari berbagai pihak, baik secara moral maupun material. Oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Sujarwo, M, Pd. selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis dalam hal penulisan
makalah ini.
2. Bapak Dr. Pujiriyanto, M, Pd. selaku Ketua Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
yang telah memberikan pelayanan yang baik dalam urusan akademik.
3. Dr. Pujiriyanto, M, Pd Selaku Dosen mata kuliah Pedagogi Kritis yang telah membimbing
dan memberi ilmu serta memberikan arahan terkait pembuatan makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan pembaca.
Namun terlepas dari hal itu, penulis memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah yang baik dan benar.

Yogyakarta, 24 September 2021

Kelompok 2

2
DAFTAR ISI

Contents
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI................................................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 5
1.3 Tujuan.................................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................ 6
2.1 Teori Pemikiran Historis Karl Marx ..................................................................................... 6
Dialektika ............................................................................................................................... 6
2.2 Sifat Dasar Manusia .............................................................................................................. 8
2.3 Alienasi pada masa kapitalisme ; Kontra proletar dan kapitalis ......................................... 10
2.4 Kondisi alienasi pada kaum proletary dan kapitalis ..................................................... 12
Dialektika sebagai solusi ........................................................................................................... 13
Matinya Tradisi dialog kajian kritis di Indonesia...................................................................... 13
BAB III PENUTUP ...................................................................................................................... 15
3.1 Kesimpulan.......................................................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 16

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Karl Marx merupakan seorang filsuf, ekonom, sosiolog sekaligus aktivis polisik. Sebagai
seorang filsuf ada berbagai macam pemikiran yang mempengaruhi Karl Marx seperti Dialektika
menurut Hegel, pemikiran Feuerbach. Karl Marx mencoba mengkritisi kedua pemikiran filosof
tersebut dan merefleksikannya.

Istilah alienasi sendiri sering diidentikkan dengan suatu kondisi keterasingan. Pembahasan
mengenai alienasi bukanlah merupakan suatu tema yang baru di dalam perjalanan pemikiran
filsafat. Hegel dan Feuerbach adalah tokoh-tokoh yang membahas pemikiran mengenai alienasi.
Kemudian, pemikiran mereka ini dilanjutkan secara cermat oleh Karl Marx. Marx mendasarkan
pemikiran alienasinya pada kehidupan para buruh, terutama di dalam sistem kapitalisme. Dimana
alienasi dalam pekerjaan meruapkan bahasan yang penting dari pemikiran Karl marx. Dia
menunjukan sesungguhnya manusia zaman modern telah diasingkan dalam pekerjaan mereka
sendiri dimana pemodal semakin kaya dengan keuntungan yang didapat dari pekerjaan para buruh.
Di sisi lain, buruh dihisap tenaganya dengan upah yang minim demi keuntungan para pemodal.

Materialisme sendiri adalah paham dalam filsafat yang menyatakan bahwa hal yang dapat
dikatakan benar-benar ada adalah materi. Pada dasarnya semua hal terdiri atas materi dan semua
fenomena adalah hasil interaksi material. Sedangkan Materialisme dialektis adalah sebuah filsafat
ilmu dan alam, yang didasarkan pada tulisan-tulisan Karl Marx dan Friedrich Engels. Materialisme
dialektis mengadaptasi dialektika Hegel terhadap materialisme tradisional, yang menyelidiki
hubungan antar subjek di dunia di dalam lingkungan yang dinamis dan evolusioner, sementara
materialisme metafisis menyelidiki dunia di dalam lingkungan yang statis dan terisolasi.

Sehingga pada pembahasan kali ini kita akan membahas konteks historis pemikiran Karls
Marx terhadap kedua pemikiran yang mempengaruhi pikirannya seperti pemikiran dialektika
Hegel serta Materialisme Feuerbach.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konteks pemikiran Karl Marx terhadap pengaruh pemikiran Hegel dan Feueurbach

2. Bagaimana Hakikat manusia sebagai makhluk bekerja dan kapitalis?

3. Bagaimana aliaenasi pada masa kapitalisme serta kondisi alienasi pada kaum proletar dan
kapitalis?

4. Bagaimana prinsip dan metode berpikir dialektika?

5. Bagaimana matinya tradisi dialog kajian kritis fenomena di Indonesia?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui Konteks historis pemikiran Karl Marx dari pengaruh Hegel dan Feueurbach

2. Mengetahui apa hakikat manusia sebagai makhluk bekerja dan kapitalis

3. Mengetahui bagaimana alienasi pada masa kapitalisme terhadap kaum kontra proletar dan
kapitalis

4. Mengetahui kondisi alienasi pada kaum proletary dan kapitalis

5. Mengetahui prinsip dan metode berpikir dialektika sebagai solusi

6. Mengetahui fenomena bagaimana matinya tradisi dialog kajian kritis di Indonesia

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori Pemikiran Historis Karl Marx
Dialektika
Gagasan tentang filsafat dialektis telah ada selama berabad-abad(Gadamer,1989).
Gagasan dasarnya adalah arti penting kontradiksi. Marx juga menerima arti penting
kontradiksi-kontradiksi untuk perubahan historis. Kita dapat melihat hal ini di dalam
rumusannya yang terkenal seperti “ Kontradiksi Kapitalisme” dan “ Kontradiksi Kelas” .
Namun berbeda dengan Hegel, Marx tidak percaya bahwa kontradiksi-kontradiksi ini bisa
dipecahkan di dalam pemahaman kita, yakni di dalam pikiran-pikiran kita. Bagi Marx
kontradiksi-kontradiksi ini benar-benar ada dan tidak dapat di pecahkan ooleh filsuf yang
hanya duduk di belakang meja tulisnya, melainkan oleh perjuangan hidup dan mati demi
mengubah dunia sosial. Dialektika lebih membawa kita kepada minat untuk mengkaji
konflik dan kontradiksi-kontradiksi yang terjadi di antara berbagaii level realitas sosial,
ketimbang minat sosiologi tradisional terhadap level-level yang saling berhubungan secara
teratur dengan suatu keseluruhan yang kohesif.

• Metode Dialektis

Fokus Marx pada kontradiksi-kontradiksi yang benar-benar ada, membawa dia kepada
suatu metode khusus untuk mempelajari fenomena sosial yang disebut
dialektika(Ball,1991;Friedrichs, 1972; Ollman, 1976; Schneider, 1971)

a. Fakta dan Nilai


Dalam analisis dialektis, nilai-nilai sosial tidak dapat dipisahkan dari fakta-fakta
sosial. Kebanyakan sosiolog menganggap nilai-nilai mereka bisa dan bahkan harus
dipisahkan dari studi mereka terhadap fakta-fakta dunia sosial, tetapi juga tidak diinginkan,
karena hal itu akan menghasilkan suatu sikap ketidakberpihakan.
b. Hubungan Timbal Balik
Metode analisis dialektis bukanlah hubungan sebab akibat sederhana dan satu arah
antar bagian-bagian dunia sosial. Bagi pemikir dialektis, pengaruh-pengaruh sosial tidak
pernah secara sederhana mengalir di satu arah sebagaimana yang diandaikan para pemikir-
pemikir sebab akibat. Bagi dialektikawan, satu faktor dapat berpengaruh pada faktor lain,

6
namun juga faktor lain ini juga akan berpengaruh pada faktor pertama. Jenis pemikiran ini
bukan berarti bahwa dialektikawan tidak pernah mengakui adanya hubungan sebab akibat
dalam dunia sosial. Ketika para pemikir dialektis berbicara tentang kausalitas, bukan
berarti mereka selalu melihat faktor-faktor sosial berdasarkan hubungan timbal balik
seperti yang mereka lakukan pada kehidupan sosial.
c. Masa lalu,masa Sekarang, dan Masa Depan
Hubungan realitas kontemporer dengan fenomena-fenomena sosial masa lalu dan
masa yang akan datang memiliki dua implikasi yang teroisah terhadap sosiologi dialektis.
Pertama, bahwa sosiolog dialektis bergelut mempelajari akar-akar historis dunia
kontemporer sebagaimana yang dilakukan oleh Marx (1857-58/1964) dalam studinya
terhadap sumber-sumber kapitalis modern. Kedua, banyak pemikir dialektis
menyesuaiikan diri dengan tren sosial masa sekarang untuk memahami arah yang mungkin
bagi masyarakat di masa depan.
d. Tidak Ada yang Tidak Dapat Dielakkan
Pandangan dialektis yang melihat adanya hubungan antara masa sekarang dengan
masa yang akan datang bukan berarti masa datang ditentukan oleh masa sekarang. Terence
Ball (1991) menggambarkan Marx sebagai seorang “ yang meyakini kesempatan politis”
ketimbang “ kepastian sejarah” . Karena fenomena sosial selalu melahirkan aksi dan
reaksi, maka dunia sosial tidak dapat dilukiskan lewat model yang sederhana dan
deterministik. Masa yang akan datang mungkin didasarkan pada beberapa model yang ada
saat ini, tetapi itu bukan berarti dia sudah pasti seperti yang digambarkan model itu.
e. Aktor dan struktur
Para pemikir dialektis juga tertarik pada dinamika hubungan aktor dan struktur
sosial, termasuk Marx yang juga sudah mengetahui saling pengaruh yang terus terjadi
antara level-level utama analisis sosial.Inti pemikiran Marx berada pada hubungan antara
manusia dan struktur-struktur skala luas yang mereka ciptakan(Lefebvre, 1968:8). Metode
dialektis mengakui keadaaan masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang, dan
hal ini juga berlaku untuk aktor-aktor dan struktur-struktur.

7
2.2 Sifat Dasar Manusia
Marx membangun anaisis kritisnya terhadap kontradiksi-kontradiksi masyarakat
kapitais berdasarkan premis premisnya tentang sifat dasar manusia, hubungannya dengan pekerja,
dan potensinya bagi alienasi dibawah kapitalisme. Marx percaya bagwa ada kontra diksi nyata
antara sifat dasar kita dan cara kita bekerja dalam masyarakat kapitalis.

Bagi marx, konsepsi tentang sifat dasar manusia yang tidak memperhitungkan factor factor
social dan sejarah adalah salah, akan tetapi melibatkan factor factor itu juga tidak sama dengan
tindak menggunakan konsepsi tentang sifat dasar manusia sama sekali. Malahan factor factor itu
hanya memperumit dan memperdalam konsepsi tersebut. Bagi marx, adasuatu sifat dasar manusia
pada umumnya, akan tetapi yang tidak penting adalah sifat dasar tersebut dimodifikasi pada
masing masingtahapsejarah” (marx, 1842/ 1977: 609). Ketika bicara tentang dasar umum kita,
marx sering menggunakan istilah species being. Yang dia maksud adalah potensi-potensi dan
kekuatan kekuatan yang unik yang membedakan kita dari spesies yang lain.

Louis althusser (1969: 229), berpendapat bahwa marx dewasatidak meyakini adanya sifat
dasar manusia apa pun. Tentu saja ada alasan untuk menganggap sifat dasar manusia tidak penting
bagi seseorang yang tertarik mengubah masyarakat. Ide-ide tentang sifat dasar manusia- seperti
ketamakan, kecenderungan pada kekerasan, perbedaan gender “ alamiah” kita - sering digunakan
untuk menentang perubahan social apapun. Konsepsi konsepsi sifat dasar manusia itu konservatif.
Jika probem-problem kita disebabkan oleh sifat dasar kita, maka kita lebih baik belajar untuk
membiasakan diri mencoba mengubah segala sesuatu.

Meskipun demikian, jelas sekali bahwa marx memiliki konssep sifat dasar manusia (geras,
1983). Bahkan, kurang masuk akal untuk mengatakan bahwa sifat dasar manusia tidak ada.
Sekalipun kita seperti kotak kapur kososng, kotaak kapur tersebut mesti terbuat dari sesuatu, dan
mesti memiliki sifat, seperti bahwa tanda tanda kapur bisa tampak pada kotak kapur tersebut.
Pernyataan yang sebenarnya bukanlah apakah kita memiliki sifat dasar, melainkan sifat semacam
apa yang kita miliki tak berubah atau terbuka terhadap proses-proses historis.

• Kerja

Kerja adalah, pertama dan utama sekali, suatu proses dimana manusia dan alam sama
sama terlibat, dan dimana manusia dengan persetujuan dirinya sendiri sama sama terlibat, dan

8
dimana manusia dengan persetujuan dirinya sendiri memulai, mengatur, dan mengontrol aksi
reaksi material antara dirinya dan alam… dengan bertindak terhadap dunia eksternal dan
mengubahnya, manusia pada saat yang bersamaan mengubah sifat dasar dirinya. Diaa
mengembangkan kekuatan kekuatan yang tidak aktif dan memaksanya untuk bertindak patuh
terhadao kekuasaan.. kita mengendalikan kerja dalam suatu bentuk yang hanya diperuntukan
khusus buat manusia. Seekor laba laba membuat sarang bagaikan seorang penenun dan bahkan
seekor tawon maupun membuat malu seorang arsitek karena sarang yang dibuatnyaa. Namun,
inilah yang membedakan arsitek terburuk dengan tawon terbaik, bahwa si arsitek sudah
membayangkan struktur bangunan yang akan dibuatnya di dalam imajinasi
sebelummembangunnya di dalam kenyataan. Di akhir setiap proses kerja, kita memperoleh hasil
yang sebelumnya sudah ada di dalam imajinasi para pekerja. Dia tidak akan mengubah bentuk
material bahan yang diolah, tetapi juga berhasil sampai pada satu tujuan. (marx, 1867/1967: 177-
17)

Dalam kutipan diatas kita melihat bagian bagian penting pandangan marx tentanng
hubungan antara kerja dan sifat dasar manusia. pertama, yang membedakan kita dengan binatanng
yang lain spesies kita sebagai manusia adala bahwa kerja kita mewujudkan suatu hal di dalam
realitas yang sebelumnya hanya ada di dalamimajinasi. Produksi kita merefleksikan tuujuan kita.
Marx menyebutproses dimana kita menciptakan obyek-obyek eksternal di luarpikiran internal kita
dengan obyktifitasi. Kedua, kerja ini bersifat material. Ia bekerja dengan alam material untuk
memenuhi kebutuhan kebutuhan material kita. Ketiga, dan terakhir, marx mempercayai bahwa
kerja ini tidak hanya mengubah alam, tetapi juga mengubah kita termasuk kebutuhan, kesadaran,
dan sifat dasar kita. Kerja, oleh karena itu, pada saat yang sama merupakan (1) obyektivikasi tujuan
kita,(2) pembentukan suatu relasi yang esensial antara kebutuhan manusia dengan obyek obyek
material kebutuhan kita, dan (3) transformasi sifat dasar kita.

Peggunaan istilah kerja oleh marx tidak dibatasi untuk aktifitas ekonomi belaka, meainkan
mencangkup seluruh tindakan tindakan produktif dimana kita mengubah dan mengolah alam
material untuk tujuan kita. Apapun yang diciptakan melalui aktifitas bertujuan bebas ini
merupakan suatu eksprresi dan transformasi hakikat kemanusiaan kita . karya seni merupakan
obyektifitas seniman.namun, benar juga bahwa proses penciptaan kkarya seni mengubah seniman.

9
Melalui proses produksi seni ide ide seniman tenntanng seni berubah atau seniman mungkin
menjadi sadar akan sebuahvisi baru yang membutuhkan obyektivitas selanjutnya.

Kerja bahkan kerja artistic,merupakan respon terhadap kebutuhan, dan transformasi yang
di bawa kerja itu juga mentransformasikan kebutuhan kita. Pemenuhan kebutuhan bisa membawa
kita padapenciptaan kebutuhan baru (marx dan engels, 1845-46/1970:43). Misalnya sajamobil
memenuhi kebutuhan transportasi, walaupun pada awalnya sebagian orang menganggap dahulu
membutuhkan mobil, tapi sekarang kebanyakan orang membutuhkanya. Kita bekerja sebagai
respons terhadap kebutuhan kita, akan tetapi kerja itu sendiri mentransformasikan kebutuhan
kebutuhan kita, yang bisa membawa kita kepada bentuk bentuk aktifitas produktif baru, menurut
marx, transformasi kebutuhan kebutuhan kita melalui kerja inilah yang menjadi mesin sejarah
manusia.

tidak hanya syarat syarat obyektif yang berubah di dalam tindakan produksi…tetapi para
produserpun berubah, mereka menghasilkan kualitas kualitas baru di dalam diri mereka sendiri,
mengembangkan diri mereka di dalam produksi,mentransformasikan,mengembangkan kekuatan,
kekuatan, ide-ide, berbagai bentuk hubungan kebutuhan-kebutuhan dan bahasa baru. Marx, 1857-
58/1974:494)

2.3 Alienasi pada masa kapitalisme ; Kontra proletar dan kapitalis


Karya-karya awal Marx berbicara mengenai hubungan antara kerja dan hakikat manusia.
Marx meyakini bahwa sistem produksi kapitalis membuat kerja manusia menjadi tidak sesuai
dengan hakikat kemanusiaannya. Ketidaksesuaian antara hakikat kemanusiaan dan kerja tersbut
disebut alienasi. Tulisan Marx mengenai alienasi mulai dibangun ketika Marx ada di Paris. Karya
yang membahas mengenai Alienasi adalah The Paris Manuscripts atau dikenal sebagai Economic
and Philosophical Manuscripts.
Ide tentang alienasi pada awalnya dikembangkan oleh Feuerbach, seorang tokoh Hegelian
kiri (kritis) yang sangat dikagumi Karl Marx. Pada waktu itu Karl Marx tergabung dalam
kelompok ‘Hegelian muda’. Konteks alienasi sebagaimana pertama dicetuskan oleh Feuerbach
dibicarakan bukan dalam konteks kerja, melainkan sebagai kritik Feuerbach mengenai
keterasingan manusia yang disebabkan oleh pemahaman dialektika Roh Absolut.
Kritik Marx terhadap Filsafat Hegel dan Feuerbach tersebut menjadi titik berangkat bagi
Marx untuk mempelajari mengenai Alienasi secara lebih lanjut. Pada sekitar tahun 1944 Marx

10
mulai menaruh perhatian pada karya Friederich Engels ‘Outlines of a Critique of Political
Economy’ yang ditulis pada sekitar tahun 1843. Karya Engels ini akan berkontribusi besar dalam
pemikiran Marx untuk memperluas ide mengenai alienasi. Melalui karya ini, Marx menyadari
bahwa alienasi bukan hanya berada di wilayah agama dan negara, akan tetapi juga terdapat pada
relasi-relasi sosial antara pelaku produksi (buruh) dan pemilik modal (kapitalis).
Alienasi dalam pekerjaan merupakan konsekuensi dari keberadaan dua kelas tersebut.
Kelas borjuis atau kaum kapitalis adalah para majikan yang memiliki alat produksi yang berupa
mesin-mesin industri, pabrik dan tanah. Kelas buruh adalah mereka yang melakukan pekerjaan
tanpa memiliki tempat dan sarana kerja. Kelas buruh adalah kelas sosial yang terpaksa menjual
tenaga dan waktu mereka kepada kelas kapitalis. Karena mereka bekerja karena terpaksa dan tanpa
memiliki sarana maka kegiatan bekerja serta hasil kerja bukan lagi milik para kaum pekerja,
melainkan menjadi milik para pemilik modal. Inilah dasar dari keterasingan dalam masyarakat
kapitalis.
Dalam kegiatan produksi keduanya saling membutuhkan. Buruh dapat bekerja apabila
pemilik modal menyediakan sarana produksi tempat mereka bekerja dan mendapat upah. Para
pemilik modal hanya dapat memperoleh keuntungan dari alat produksinya apabila ada buruh yang
bekerja dalam produksi. Meski saling tergantung satu sama lain, buruh memiliki posisi yang
berbeda apabila dibandingkan dengan pemilik modal. Buruh memiliki peluang hidup yang kecil
apabila dia tidak bekerja. Oleh karena itu buruh rela menjual tenaga dan waktu kerja untuk para
borjuis demi untuk bertahan hidup. Para pemilik modal memang tidak mempunyai pendapatan jika
tidak ada kaum buruh yang bekerja, akan tetapi pemilik modal akan tetap mampu memiliki peluang
bertahan lebih lama. Para pemilik modal masih dapat hidup dari modal yang dimilikinya.
Modal juga terkait dengan relasi sosial yang khusus. Uang menjadi modal karena relasi
sosial yang khusus antara kaum proletariat yang melakukan pekerjaan dan membeli produk di satu
pihak serta para pemilik uang yang menanamkan modal. Menurut Marx kekuatan modal yang
seakan-akan alami untuk memperoleh keuntungan tersebut berasal dari relasi kekuasaan (bukan
bersifat alamiah). Modal dapat bertambah dengan mengeksploitasi orang-orang yang benar-benar
melakukan pekerjaan (kaum buruh). Para pekerja dieksploitasi oleh suatu sistem yang secara ironis
diproduksi melalui tenaga kerja para pekerja itu sendiri.

11
2.4 Kondisi alienasi pada kaum proletary dan kapitalis
Berdasarkan manuskrip I yang menjelaskan buruh yang teralienasi dalam karya Karl Marx
yang berjudul The Economic-Philosophical Manuscripts of 1844, yang dipublikasikan pada
tahun 1959 di Moskow. Karya Marx sewaktu muda ini menjelaskan mengenai fenomena
keterasingan buruh dengan alam, benda-benda dan manusia sendiri. Dalam karyanya Marx
menjelaskan ada empat keadaan ketika buruh teralienasi di Masyarakat Borjuis, yakni :

1) Buruh teralienasi oleh hasil kerjanya atau objek yang dihasilkan buruh “objek asing
yang memiliki kekuasaan atas dirinya atau terfixasi oleh bentuk objek yang
dihasilkan buruh pada saat melakukan produksi.
2) Buruh terasing dari aktivitas kerjanya, dimana aktivitas yang asing baginya dengan
terpaksa, buruh melakukan aktivitas kerja tersebut. Lalu, hal tersebut mengebiri
dirinya dan secara passive aktivitas kerja melawan dirinya sendiri, seakan-akan saat
buruh melakukan aktivitas kerja bukanlah miliknya.
3) Keadaan buruh yang terasing dari dirinya sendiri sebagai mahluk spesies yakni,
manusia (species-being). Keterasingan tidak hanya dalam suatu pengelompokan
atau komunitas. Namun secara universal yang berkaitan luas dengan yang organic
dan anorganik (material dan natural/alam). Yang seharusnya alam dan manusia
saling menitipkan diri hingga kematian pada akhirnya terjadi yang tidak seharusnya
yakni, pengeksploitasian sumber daya alam yang membabi-buta sebagai alat untuk
mempertahankan eksistensinya.
4) Lalu, buruh oleh manusia atau manusia teralienasi oleh sesamanya. Yang
diakibatkan oleh konsekuensi langsung dari alienasi. Karena manusia yang
teralienasi (menentang dirinya sendiri), bertemu dengan manusia lainya yang juga
teralienasi oleh kerja dan objek kerja.

Berdasarkan suatu yang mendominasi dan terdominasi, salah satunya terlahir suatu sistem
kapitalisme yang lalu melahirkan alienasi dan jelas bahwa sebuah masyarakat global tak
terelakan. Tingkatan borjuis dan ploretarnya, bangsawa dan si jelata. Tidak dapat dikatakan
juga bahwa hasil akhirnya harus berupa jenis tertentu dari masyarakat kapitalis yang
menglobal yang kita miliki sekarang.

12
Dialektika sebagai solusi
Dialektika adalah metode untuk mencari kebenaran lewat diskusi ataupun debat
(Hendrikus, 1991:15). Melalui dialektika orang dapat mengenal dan menyelami suatu masalah,
mengemukakan argumentasi, dan menyusun jalan pikiran secara logis. Jenis-jenis berbicara
dialektika adalah diskusi, seminar, panel, kolokium, simposium, rapat, lokakarya, konferensi,
muktamar, kongres, dan munas. Diskusi berasal dari kata bahasa Latin: discutere, yang berarti
membeberkan masalah
Konsep dialektika sering sekali digunakan oleh beberapa peneliti dalam penelitian yang
mereka buat untuk menggali dan mencari solusi dari permasalahan yang mereka teliti. Thomas
Robert Malthus, teori Darwin, teori Hugo de Vries, Johannsen, dan Fisher dkk dapat
menyimpulkan bahwa dialektik atau dialektika adalah penalaran dengan dialog sebagai cara untuk
menyelidiki suatu masalah seni berpikir secara teratur, logis dan teliti yang diawali dengan tesis,
antithesis dam sintesis bahwa didalam suatu penelitian, membuat karangan ilmiah, atau suatu
tulisan publikasi kita diharapkan untuk berpikir teratur atau sistematis sehingga apa yang kita
ungkapkan pada isi tulisan, atau penelitian mudah dimengerti oleh pembaca.
Alasan lain mengapa dialektika dapat dijadikan sebagai metode untuk mencari sebuah
solusi permasalahan karena dialektika mengharuskan manusia untuk berpikir kritis dan logis,
dengan berpikir kritis dan logis maka seseorang akan dapat menganalisis permasalahan secara
lebih dalam sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan yang ia buat.
Matinya Tradisi dialog kajian kritis di Indonesia
Kajian kritis adalah suatu kegiatan membaca, menelaah, menganalisis suatu bacaan/artikel
untuk memperoleh ide-ide, penjelasan, data-data pendukung yang mendukung pokok pikiran
utama, serta memberikan komentar terhadap isi bacaan secara keseluruhan dari sudut pandang
pengkaji. Salah satu penyebab utama “matinya” tradisi dialog kajian kritis di Indonesia adalah dari
budaya malu bertanya serta minat baca masyarakat Indonesia yang masih rendah sehingga dalam
menganalisis sehingga untuk memperoleh sebuah “kebenaran” sendiri bisa dibilang kurang
mendalam. Padahal, dengan kita aktif bertanya maka secara langsung akan mendapatkan sebuah
jawaban kalaupun tidak kita masih bisa menganalisis lebih jauh melalui data-data yang ada
sehingga menghasilkan argument yang kuat.
Tradisi berfikir kritis dalam pembelajaran pendidikan tinggi di Indonesia masih lemah karena
kurangnya bertanya peserta didik kepada pendidik saat pembelajaran. Padahal menghadapi ketatnya
persaingan di tingkat global, mahasiswa dituntut aktif turut serta menjadi konstruktor pengetahuan. Dari
berfikir kritis juga bakal lahir beragam inovasi. Tradisi belajar mengajar secara umum masih menempatkan
dosen sebagai sentral. Artinya, dosen sebagai ahli yang harus memberi tahu orang lain. Pola seperti itu
membuat mahasiswa sebagai penerima pasif dari ilmu pengetahuan yang disiapkan dosen. Oleh karena itu,
harus ada mindset yang di ubah, yang mendorong mahasiswa untuk aktif bertanya, mencari, dan
merekontruksi ilmu pengetahuan tersebut. Apabila rasa ingin tahu sudah di dorong sejak awal masuk kuliah
daya eksplorasi mahasiswa diharapkan terus tumbuh. Nantinya saat sudah di tingkat atas dapat menerapkan

13
secara ilmiah. Artinya, dapt mengambil sikap kritis terhadap ilmu pengetahuan yang didapatnya. Tradisi
berfikir kritis ini sangat penting dan harus dikembangkan. Tradisi berfikir kritis diperlukan di perguruan
tinggi agar mahasiswa aktif bertanya akan apa yang mereka dapat. Selain itu, berfikir kritis juga penting
untuk menghindari prasangka serta pemikiran-pemikiran buruk, terutama egosentrisme. Dosen dan
masiswa sama-sama merumuskan apa yang dihasilkan dari pertemuan “kelas harus menjadi pusat
pembelajaran. Dengan collaborative learning, harus sama-sama diberi waktu, karena untuk mencapai satu
elemn atau tujuan, tak bisa dalam waktu singkat. Berfikir kritis berkaitan erat dengan inovasi. Selaian itu,
untuk meningktakan daya saing bangsa, pemikiran kritis menjadi hal yang sangat dibutuhkan. Karena itu,
perubahan pola pikir pembelajaran ini penting diterapkan.

14
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karl Marx merupakan salah satu filosof dengan gagasannya yang sering mengejutkan
orang-orang sekitarnya. Materialisme historis dipahami sebagai sejarah yang dikaitkan dengan
materi. Hal ini dikarenakan keberadaan menentukan kesadaran, artinya kondisi-kondisi kehidupan
materiil menentukan kesadaran normative seseorang. Pemikiran Marx sangat dipengaruhi oleh
Hegel, meskipun antara keduanya berbeda. Hegel menjadikan ide sebagai pusatnya, sedangkan
Marx materilah yang menjadi sumber segalanya. imajinasi Marx tentang masyarakat tanpa kelas
hingga kini belum terwujud tetapi pemikiran dan filsafat marx masih menjadi rujukan para pemikir
modern maupun postmodern.

Dengan mempelajari konsep dialektika Karl Marx membuat kita sebagai teknolog muda
untuk dapat menjadi sesorang yang dapat berfikir kritis (peka terhadap permasalahan sekitar) dan
dapat menemukan solusi dari berbagai macam permasalahan belajar dengan logis melalui
dialektika.

15
DAFTAR PUSTAKA

232226-alienasi-pekerja-pada-masyarakat-kapital-5ea7b7db. (n.d.).

Balai, E. J., Pengkajian, B., Pengembangan, D., & Pertanian, T. (2008). KAJIAN KRITIS
TERHADAP PELAKSANAAN PEMBANGUNAN PERDESAAN DI INDONESIA Critical
Studies on Rural Development Implementation in Indonesia. In FORUM PENELITIAN AGRO
EKONOMI (Vol. 26, Issue 2).

Pressman, S. (1999). FIFTY MAJOR ECONOMISTS. In FIFTY MAJOR ECONOMISTS. Taylor


& Francis. https://doi.org/10.4324/9780203286081

Farihah, I., Tinggi, S., Islam, A., & Kudus, N. (2015). FILSAFAT MATERIALISME KARL
MARX (Epistimologi Dialectical and Historical Materialism). FIKRAH: Jurnal Ilmu Aqidah
Dan Studi Keagamaan, 3(2).

Simarmata, M. Y., & Sulastri, S. (n.d.). PENGARUH KETERAMPILAN BERBICARA


MENGGUNAKAN METODE DEBAT DALAM MATA KULIAH BERBICARA DIALEKTIK
PADA MAHASISWA IKIP PGRI PONTIANAK.

https://www.iaid.ac.id/post/read/136/keragaman-dalam-tradisi-kritis-dalam-komunikasi-dan-ilmu-
sosial.html

https://www.kompas.id/baca/utama/2018/04/26/tradisi-berpikir-kritis-masih-lemah/

16
17

Anda mungkin juga menyukai