Anda di halaman 1dari 57

PENELITIAN KEDOKTERAN-KESEHATAN:

POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN

DR. DIAN ISTI ANGRAINI, MPH


FK UNILA
POPULASI
POPULASI
Populasi dalam penelitian  sejumlah besar subyek yang mempunyai karakteristik
tertentu.
Populasi : sekumpulan keseluruhan subjek/elemen/unit/anggota yang dapat
didefiniskan dengan jelas dan memiliki karakteristik sama.
Karakteristik subjek ditentukan sesuai dengan ranah dan tujuan penelitian

Dibagi menjadi 2 yaitu:

• a. Populasi target
• b. Populasi terjangkau/ sumber
POPULASI TARGET
• Populasi yang merupakan sasaran akhir penerapan akhir penelitian
a

• Bersifat umum
b

• Pada penelitian klinis  karakteristik demografis (usia, JK) dan


karakteristik klinis (sehat, DM, pneumonia, dll)
c
• Contohnya : penelitian pemberian TABURIA dengan kejadian diare pada bayi
usia 1-2 tahun  populasi target adalah bayi berusia 1-2 tahun  pada
d populasi inilah hasil penelitian kelak diterapkan.
POPULASI TERJANGKAU

Populasi target yang Bagian dari populasi Contoh; pop target: bayi
dapat dijangkau oleh target yang dibatasi oleh berusia 1-2 tahun yang
peneliti tempat dan waktu menderita diare

Pop terjangkau  bayi Dari populasi terjangkau


berusia 1-2 tahun yang ini  dipilihlah SAMPEL
menderita diare yang penelitian  Subyek
berobat di puskesmas yang langsung akan
Kedaton pada tahun 2012. diteliti.
KERANGKA SAMPLING

• KERANGKA SAMPLING ADALAH DAFTAR YANG BERISIKAN SETIAP ELEMEN


POPULASI YANG BISA DIAMBIL SEBAGAI SAMPEL.

• CONTOH : MAHASISWA UNILA


• KERANGKA SAMPLING: DAFTAR DARI SELURUH MAHASISWA UNILA, MULAI DARI
NAMA, TTL, JK, ALAMAT, FAKULTAS, PRODI, DLL
SAMPEL
SAMPEL
Bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara tertentu hingga dianggap

a
dapat mewakili populasinya.

Sampel yang dikehendaki/ subyek terpilih:

b  bagian dari populasi terjangkau yang direncanakan untuk diteliti langsung

 memenuhi kriteria pemilihan (inklusi dan eksklusi)


SAMPEL (2)

Subyek yang benar diteliti:

• mengikuti penelitian dari awal sampai selesai


• merupakan bagian dari subyek terpilih dikurangi
dengan drop out, loss to follow up dll
• hasil penelitian merupakan hasil penelitian pada
kelompok ini
MENGAPA MENGGUNAKAN SAMPEL?
Lebih murah

Lebih mudah

Lebih cepat

Lebih akurat  pengukuran atau pemeriksaa pada subyek yang lebih sedikit lebih teliti dan akurat dibanding
populasi yang besar

Mewakili populasi  PILIH dengan CARA yang BENAR; inferensi hasilnya dapat dilakukan dengan tingkat
kesalahan yang ditetapkan

Lebih spesifik  data pasien lebih homogen


ASPEK PENTING SAMPEL
Sampel harus representatif (mewakili populasi) 

. sampel memberikan informasi terhadap populasi yang


sebenarnya

Kerangka sampling (sampling Frame) adalah daftar


semua unsur sampling dalam populasi sampling.

Semakin banyak ukuran sampel maka semakin kecil


tingkat kesalahan generalisasi yang terjadi dan
sebaliknya
KELOMPOK CONTOH
KARAKTERISTIK
SUBYEK

Dibatasi karakt Pasien


POPULASI TARGET klinis & Hipertensi
Validitas demografis
eksternal II Pasien
POPULASI Dibatasi oleh Hipertensi di Poli
TERJANGKAU tempat & waktu RSUAM tahun
Validitas 2015 (400 orang)
eksternal I
Dipilih secara
SAMPEL YANG 100 pasien
random dr pop
DIKEHENDAKI Hipertensi
terjangkau
Validitas
internal Subyek yg
SUBYEK YANG menyelesaikan 95 pasien
BENAR DITELITI prosedur Hipertensi
penelitian
VALIDITAS INTERNAL
Menunjukkan apakah hasil penelitian bebas dari
kesalahan acak, bias, dan perancu (confounding)

Apakah hubungan yang didapatkan benar-benar


hanya dipengaruhi oleh variabel-variabel yang
diteliti

Faktor yang berperan penting  ketepatan desain,


seleksi subyek dan pengukuran
VALIDITAS EKSTERNAL
Menunjukkan berapa baik hasil penelitian tersebut
dapat diterapkan pada kelompok yang lebih luas

Sampel  populasi terjangkau  populasi target

Validitas eksterna baik BILA validitas interna baik


KRITERIA INKLUSI
Karakteristik umum subyek penelitian pada populasi target dan populasi
terjangkau

Harus relevan dengan masalah penelitian

Kendala  memperoleh kriteria yang sesuai

Pertimbangan ilmiah “dikorbankan” karena alasan ‘praktis”.

Misal; diagnosis pasti ulkus duodenum dgn endoskopi  alat tdk


tersedia  diagnosis berdasarkan klinis dan radiologis
KRITERIA EKSKLUSI

Keadaan yang biasanya


menjadi kriteria
eksklusi:
• a. Terdapat keadaan atau
Merupakan kriteria penyakit lain yang
Kriteria eksklusi BUKAN yang ditetapkan untuk mengganggu pengukuran dan
kebalikan inklusi mengeluarkan subyek interpretasi
• b. Terdapat keadaan yang
dari penelitian. mengganggu jalannya
penelitian (domisili tdk tetap)
• c. Hambatan etis
• d. Subyek menolak
berpartisipasi
CARA PEMILIHAN SAMPEL
A. PROBABILITY SAMPLING
1.SIMPLE RANDOM SAMPLING
2.SYSTEMATIC SAMPLING
3.STRATIFIED RANDOM SAMPLING
4.CLUSTER SAMPLING
5.MULTISTAGE SAMPLING

B. NON PROBABILITY SAMPLING


1.CONSECUTIVE SAMPLING
2.CONVENIENT SAMPLING
3.PURPOSIVE / JUDGMENTAL SAMPLING, DLL
PROBABILITY SAMPLING
Teknik penarikan sampel, dimana setiap unsur atau
elemen sampling diberi kesempatan yang sama dan
persis sama untuk diikutkan/dipilih dalam sampel.

Syarat probability sampling 


sampling frame

Sampling frame : daftar subyek dan


karakteristiknya yang terdapat pada populasi
terjangkau penelitian.
SIMPLE RANDOM SAMPLING
Pemilihan subyek secara acak

Masing-masing subyek memiliki peluang sama dan


independen untuk terpilih menjadi sampel

Dapat dilakukan dengan pengembalian atau tanpa


pengembalian (plg banyak digunakan)

Hitung jumlah subyek dalam populasi  pilih sampel


sesuai jumlahnya secara acak atau dengan bantuan
tabel angka random
SIMPLE RANDOM SAMPLING (2)
Keuntungan: Kerugiannya:

• Memungkinkan peneliti • Peneliti harus mempunyai


mengetahui besarnya daftar subyek  dokumentasi
sampling error penelitian tdk ada/ lengkap di negara
• Memberikan sampel yang berkembang
secara rata-rata representatif • Membutuhkan perencanaan
terhadap populasi lebih matang dan biaya lebih
besar terutama jika populasi
besar
SYSTEMATIC SAMPLING
Merupakan sistem pencuplikan random

Bukan random murni

Pemilihan subyek secara random hanya satu kali yaitu ketika


memilih subyek pertama
Pemilihan subyek berikutnya tidak secara random, tetapi
secara berurutan sesuai dengan interval yang telah ditentukan.
SYSTEMATIC SAMPLING (2)
CONTOH:

• POPULASI SEJUMLAH N, SAMPEL YANG DIINGINKAN SEJUMLAH N.


• INTERVAL YANG DIGUNAKAN UNTUK MEMILIH SECARA SISTEMATIS
ADALAH K=N/N

• PENELITI MEMILIH SECARA RANDOM SUBYEK PERTAMA DI ANTARA


SUBYEK 1 DAN K, MISAL NOMOR 4.

• SELANJUTNYA PENELITI MEMILIH SUBYEK NOMER 4+K, 4+2K, 4+3K,


4+4K, DST
STRATIFIED RANDOM SAMPLING

Teknik pencuplikan dengan membagi


populasi target dalam strata (subpopulasi) Strata berdasarkan area geografis, status
menurut karakteristik tertentu yang sosioekonomi, umur, JK, status gizi, dll
dianggap penting oleh peneliti

Hasilnya dapat digabungkan menjadi satu


Pencuplikan dari masing-masing strata,
sampel yang terbebas dari variasi untuk
biasanya secara random
setiap strata.
STRATIFIED RANDOM SAMPLING (2)
ADA 2 JENIS:
1. PROPORTIONATE STRATIFIED RANDOM SAMPLING
2. DISPROPORTIONATE STRATIFIED RANDOM SAMPLING

KEUNTUNGAN:
3. KELOMPOK DARI POPULASI YANG DIPANDANG PENTING OLEH PENELITI DAPAT TERWAKILI
SECARA PROPORSIONAL
4. PENELITI DAPAT MEMPEROLEH SAMPEL YANG REPRESENTATIF
5. PENELITI DAPAT MEMPERKIRAKAN SAMPLING ERROR
CLUSTER SAMPLING
Sampel dipilih secara acak pada kelompok
individu dalam populasi yang terjadi secara
alamiah

Contohnya: wilayah  kabupaten, kecamatan,


kelurahan, dst

Cara ini sangat efisien bila populasi tersebar


luas sehingga tidak mungkin membuat daftar
seluruh populasi tersebut

Keuntungan: menghemat biaya  cukup


mengamati klaster-klaster terpilih
CLUSTER SAMPLING (2)
KERUGIANNYA:
1. KURANG TELITI
2. PENELITI TIDAK MENGETAHUI PERSIS JUMLAH SUBYEK
3. TIDAK MENGETAHUI PROBABILITAS MASING-MASING SUBYEK
UNTUK TERPILIH
4. BIAS PADA ANALISIS DATA
MULTI-STAGE SAMPLING
Merupakan pencuplikan bertingkat

Unit pencuplikan dipilih secara random di tiap tingkat  multi stage random
sampling

Bila unit pencuplikan merupakan klaster  multi stage random cluster sampling

Contoh: meneliti status gizi bayi


• Propinsi Lampung  Kabupaten Lampung
• Tengah  Puskesmas  Posyandu
MULTI-STAGE SAMPLING (2)

KEUNTUNGAN:
1. LEBIH MUDAH DILAKUKAN DARIPADA TEKNIK SATU TINGKAT 
KERANGKA PENCUPLIKAN DIBUAT TERPISAH ANTAR TINGKAT
2. DENGAN BIAYA YANG SAMA, PENCUPLIKAN BERTINGKAT
MENGHASILKAN SAMPEL LEBIH BESAR DAN LEBIH EFISIEN
DIBANDINGKAN PENCUPLIKAN RANDOM SEDERHANA.
CONSECUTIVE SAMPLING
Pemilihan subyek  subyek yang datang secara berurutan dan
memenuhi kriteria pemilihan  dimasukkan dalam penelitian sampai
jumlah subyek yang diperlukan terpenuhi.

Merupakan jenis non-probability sampling yang paling baik dan


seringkali termudah

Sebagian besar pen klinis (termasuk uji klinis) dilakukan dgn teknik ini

Disarankan waktu pemilihan subyek jangan telalu pendek  agar


hasilnya menyerupai probability sampling
CONVENIENT SAMPLING
Sampel diambil tanpa sistematika tertentu

Cara termudah dan terlemah

Jarang dapat mewakili populasi terjangkau apalagi populasi target

Contoh: meneliti pasien hipertensi di puskesmas sebanyak 100 orang


- 1 minggu pertama dpt 10 org
- 1 bulan berikutnya cuti
- 2 mg berikutnya 12 org
- Krn dinas luar  cuti 1 mg
- 2 mg berikutnya pengambilan data hanya pada pukul
10.00-12.00
JUDGMENTAL SAMPLING ATAU
PURPOSIVE SAMPLING
• Pencuplikan sampel dengan tujuan eksplisit tertentu
• Berdasarkan pertimbangan subyektif dan praktis  responden
dapat memberikan jawaban yang memadai untuk menjawab
pertanyaan penelitian.
• Pen kuantitatif bertujuan  mendapatkan sampel yang

.
memiliki karakteristik tertentu atau mendapat kelompok
penelitian yang sebanding dalam karakteristik tt  data yg
diperoleh dpt dianalisis dgn valid
• Kelemahannya = convenient sampling
JUDGMENTAL SAMPLING ATAU PURPOSIVE SAMPLING (2)

• Pen kualitatif  pencuplikan teoritis  bukan mendapatkan


sampel yang mewakili seluruh variasi tetapi memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam ttg kasus yg sedang
dianalisis dan dan memudahkan pengembangan kerangka dan
konsep analisis yang digunakan.

.
• Contoh: mengetahui pendapat ibu tentang ASI eksklusif dan
susu formula  sampelnya ibu yang memberikan ASI eksklusif
dan sufor di posyandu Melati
• Kekurangan  kurang representatif
TOTAL SAMPLING

Teknik penentuan
sampel bila semua
anggota populasi
digunakan sebagai
sampel.
AREA SAMPLING
( PENARIKAN SAMPEL WILAYAH)
Cara ini dilakukan karena populasi tidak dapat kerangka sampling.

Dibutuhkan suatu foto udara yang jelas dan rinci dari wilayah yang akan diteliti,
sehingga dapat diketahui blok-blok yang ada seperti perumahan, pertokoan.

Teknik penarikan sampel sama seperti penarikan sampel secara bertahap.


QUOTA SAMPLING
(PENARIKAN SAMPEL JATAH)
Cara ini mirip dengan stratified sampling, yaitu
dengan membagi populasi ke dalam sub-sub
populasi sesuai dengan fokus penelitian.

Penarikan sampel jatah dilakukan bila peneliti


tidak dapat mengetahui jumlah yang rinci dari
setiap strata populasinya.
SNOW-BALL SAMPLING
(PENARIKAN SAMPEL BOLA SALJU)
Cara penarikan sampel ini dimulai dengan jumlah yang sedikit
akhirnya menjadi banyak, dengan beberapa tahap.

Pertama, menentukan satu atau beberapa orang untuk


diwawancarai.

Selanjutnya orang-orang tersebut akan berperan sebagai titik awal


penarikan sampel selanjutnya.
• Salah satu kelemahannya adalah sampel yang pada tahap
berikutnya adalah orang-orang terdekat (peer group). Karena itu
orang pertama dipilih lebih dari satu.
SNOW-BALL SAMPLING
(PENARIKAN SAMPEL BOLA SALJU)
A

B C

D E F G H I

J K L M N O
SEQUENTIAL SAMPLING
Penarikan sampel ini dimulai
dengan pengambilan sampel
dalam jumlah kecil,
kemudian data dianalisis.

Jika hasilnya masih


diragukan, maka sampel
diambil yang lebih besar dan
seterusnya.
ACCIDENTAL/HAPHAZARD SAMPLING (PENARIKAN SAMPEL
SECARA KEBETULAN)

Penarikan
sampel ini
dilakukan
dengan cara
memilih orang
yang
kebetulan
ditemui.
MENGHITUNG BESAR SAMPEL (SAMPLE
SIZE) PENELITIAN
MENGAPA PERLU MEMPERKIRAKAN BESAR
SAMPEL DENGAN BENAR?

• BANYAK PENELITIAN TIDAK DIPUBLIKASIKAN  HASIL TIDAK BERMAKNA


SECARA STATISTIK, WALAUPUN PENTING SECARA KLINIS  BIAS PUBLIKASI

• TIDAK BERMAKNA????
• PENYEBABNYA
 KURANGNYA SUBYEK YANG BENAR-BENAR
DITELITI
 TIDAK TEPAT MENGHITUNG BESAR SAMPEL
FAKTOR YANG DIPERLUKAN DALAM ESTIMASI
BESAR SAMPEL

Perbedaan hasil klinis atau effect size (d)

Besarnya kesalahan tipe 1 ( ) atau hasil


positif semu

Power (1-β); β = kesalahan tipe 2/ hasil negatif


semu

Karakteristik data (simpang baku, proporsi,


korelasi, mean, odds ratio, dll)
PERBEDAAN HASIL KLINIS ATAU
EFECT SIZE

Perbedaan hasil klinis, effect size, presisi 


ditentukan oleh peneliti

Semakin kecil perbedaan hasil yang diinginkan 


makin banyak jumlah sampel yang dibutuhkan 
semakin bermakna hasil penelitian secara statistik
KESALAHAN DALAM UJI HIPOTESIS
Kesalahan tipe I ( ) Kesalahan tipe II (β)

• Besarnya peluang untuk • Besarnya peluang untuk


menolak Ho pada sampel, menerima Ho pada sampel
padahal pada populasi Ho yang sebenarnya harus
benar (positif semu) ditolak (pada populasi =
• Kesalahan untuk menolak Ho negatif semu)
padahal harusnya Ho diterima • Kesalahan untuk menerima
Ho padahal harusnya Ho
ditolak
KESALAHAN DALAM UJI HIPOTESIS
(2)
Penelitian Keadaan sebenarnya (populasi)
(sampel)
Hipotesis benar (menolak Menerima Ho
Ho)

Menerima Hipotesis Power (1-β) Kesalahan tipe I ( )


(menolak Ho) Positif Benar Positif semu

Menolak Hipotesis Kesalahan tipe II (β) Negatif Benar


(menerima Ho) Negatif semu
KESALAHAN DALAM UJI HIPOTESIS
(3)
Kesalahan Kesalahan
tipe 1 tipe 2

- Kesalahan tipe I dan II akan berkurang dengan bertambahnya jumlah sampel


- Nilai  dan β ditetapkan oleh peneliti
- Makin kecil  (makin besar Z)  makin besar sampel
=0,05  Z=1,64 dan =0,01  Z = 1,94
- Z dan Zβ : deviat baku yang menunjukkan konversi dari luas daerah di
bawah kurva normal pada tingkat kepercayaan tertentu terhadap simpang
baku
POWER PENELITIAN
Power : kekuatan untuk menolak Ho apabila dalam populasi
terdapat perbedaan hasil klinis; kemampuan untuk mendeteksi
hubungan/ perbedaaan dimana hal tersebut memang benar ada

Power : 1-β; (β=20%  power 80%)

Power 80%  penelitian itu mempunyai atau kekuatan sebesar


80% untuk mendeteksi perbedaan hasil klinis (dalam sampel
penelitian) apabila perbedaan tersebut dalam populasi memang
ada
POWER PENELITIAN (2)
Power penelitian ~ nilai sensitivitas (uji
diagnostik)

Nilai power (1-β) dan β ditetapkan oleh peneliti

Power : 80% dan 90%

Makin besar power  makin besar Zβ  makin


kecil β  makin besar sampel
RUMUS PERHITUNGAN BESAR
SAMPEL
Deskriptif data kategorik Deskriptif data numerik
RUMUS PERHITUNGAN BESAR
SAMPEL (2)
Analitis tidak
berpasangan,
data
kategorik

Analitis tidak
berpasangan,
data numerik
RUMUS PERHITUNGAN BESAR
SAMPEL (3)
Analitis:
berpasangan
data
kategorik
Analitis:
berpasangan
data numerik
RUMUS PERHITUNGAN BESAR
SAMPEL (4)

Analitis
Korelati
f
RUMUS SLOVIN

• RUMUS SEDERHANA DGN MENGGUNAKAN DATA JUMLAH POPULASI (N) DAN BATAS
TOLERANSI KESALAHAN (E, D) SPT 5%

• RUMUS SLOVIN DAPAT DIPAKAI UNTUK MENENTUKAN UKURAN SAMPEL, HANYA JIKA
PENELITIAN BERTUJUAN UNTUK YANG MENDUGA PROPORSI POPULASI.

• BILA MENGGUNAKAN RUMUS SLOVIN  TEKNIK SAMPLING  NON PROBABILITY


• VALIDITAS EKSTERNAL????
RUMUS FREDERER
• RUMUS PENENTUAN BESAR ULANGAN UNTUK UJI EKSPERIMENTAL
RANCANGAN ACAK LENGKAP (RAL) MENURUT FREDERER (1977) ADALAH :

• DIMANA “T “ ADALAH JUMLAH KELOMPOK PERCOBAAN DAN “R” ADALAH


JUMLAH REPLIKASI ATAU JUMLAH SAMPEL TIAP KELOMPOK.
ISTILAH LAIN

• SAMPLING ERROR : KESALAHAN PEMILIHAN SAMPEL  PERBEDAAN ANTARA


NILAI-NILAI ESTIMASI PADA SAMPEL (STATISTIK) DAN NILAI-NILAI OADA
POPULASI TARGET (PARAMETER)

• SAMPLING BIAS/ NON RANDOM SAMPLING ERROR: SAMPLING ERROR YANG


DISEBABKAN KARENA KESALAHAN SISTEMATIS DALAM MEMILIH SAMPEL

• EX: KESALAHAN DALAM INTERPRETASI KRITERIA EKSLUSI  ADA KELOMPOK


YANG DI EKSKLUSI DAN TIDAK TERWAKILI
REFERENSI
• MURTI, B. 2018. PRINSIP DAN METODE RISET EPIDEMIOLOGI. EDISI 5. SURAKARTA: PS IKM
PASKASARJANA UNS.

• DAHLAN, MS. 2010. BESAR SAMPEL DAN CARA PENGAMBILAN SAMPEL DALAM PENELITIAN
KEDOKTERAN DAN KESEHATAN. SALEMBA MEDIKA : JAKARTA.

• HASTONO, S.P. 2016. ANALISI DATA PADA BIDANG KESEHATAN. EDS 1. RAJAWALI PRESS: JAKARTA.
• MURTI, B. 2010. DESAIN DAN UKURAN SAMPEL UNTUK PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
DI BIDANG KESEHATAN. EDISI 2. GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS: YOGYAKARTA.

• NOTOATMODJO, S. 2012. METODE PENELITIAN KESEHATAN. EDS REV. RINEKA CIPTA: JAKARTA.
• SASTROASMORO, S., ISMAEL, S. 2011. DASAR-DASAR METODOLOGI PENELITIAN KLINIS. EDISI KE-4.
CV SAGUNG SETO: JAKARTA.

• SUGIYONO. 2011. METODE PENELITIAN KUANTITATIF, KUALITATIF, R DAN D. PENERBIT ALFABETA :


BANDUNG.
SELAMAT MENELITI

TERIMAKASIH….

Anda mungkin juga menyukai