Outline
Outline
Latar Belakang
dalam hal pertumbuhan fisik, kognitif dan psikososial. Masa ini merupakan masa
peralihan dari anak anak menuju remaja yang ditandai dengan banyak perubahan,
diantaranya adalah pertambahan masa otot, jaringan lemak tubuh, dan perubahan
dibagi menjadi tiga stase yaitu : remaja awal usia 11-14 tahun, remaja pertengahan
usia 15- 17 tahun dan remaja akhir usia 18-20 tahun (Masruroh, 2019).
terjadinya menstruasi. Menstruasi adalah keluarnya darah dari kemaluan setiap bulan
akibat meluruhnya dinding rahim yang mengandung pembuluh darah karena sel telur
tidak dibuahi. Menstruasi yang terjadi merupakan peristiwa yang wajar dan alami
diantaranya yaitu adanya keluhan nyeri pada saat haid (Masruroh & Fitri, 2019).
Dismenore merupakan nyeri dibagian bawah perut yang terjadi pada waktu
menjelang atau selama menstruasi. Gejala dismenore dapat disertai dengan rasa mual,
muntah, diare dan kram. Di Indonesia angka kejadian diperkirakan 55% perempuan
dari 54,89% dismenore primer dan 9,36% dismenore sekunder. Hasil penelitian
Mahmudiono pada tahun 2011, angka kejadian dismenore primer pada remaja wanita
yang berusia 14 – 19 tahun di Indonesia sekitar 54, 89% (Hamsari et al., 2019).
olahraga maka dia dapat menyediakan oksigen hampir 2 kali lipat per menit sehingga
oksigen tersampaikan pada pembuluh darah yang mengalami vasokonstriksi. Hal ini
Hadikasari, 2016).
wanita, sebagai contoh siswi yang mengalami dismenorea primer tidak dapat
berkonsentrasi dalam belajar dan motivasi belajar menurun karena nyeri yang
dirasakan (Prawiroharjo,2010). Oleh karena itu pada usia remaja, disemnorea harus
ditangani agar tidak terjadi dampak yang lebih buruk (Nirwana, 2011). Faktor faktor
pertama pada usia yang amat dini, belum pernah melahirkan anak, periode menstruasi
yang lama, status gizi, kebiasaan olahraga, stress (Proverawati, 2009), riwayat
keluarga (Anurogo dan Wulandari, 2011) dan asupan nutrisi (Masruroh, 2019)
sehingga jumlah hemoglobin dalam sel darah merah akan berkurang. Kondisi
hemoglobin yang rendah pada sel darah merah akan menyebabkan anemia. Selain itu
yang akan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika hemoglobin kurang, maka oksigen yang
diikat dan diedarkan ke seluruh tubuh hanya sedikit, akibatnya oksigen tidak dapat
Masalah defisiensi zat besi cukup diterapi dengan memberikan makanan yang
cukup mengandung zat besi, namun jika anemia sudah terjadi tubuh tidak akan
mungkin menyerap zat besi dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang relatif
singkat. Cara pengobatan lain, yaitu menambah jumlah makanan yang kaya zat besi
untuk menambah penyerapan zat besi sehingga dismenore dapat diatasi (Arisman,
2009).
tanggal 26 September 2019 pada 30 pelajar putri di MA Darul Ulum Palangka Raya.
Saat dilakukan wawancara kepada 30 siswi remaja putri yang berhubungan dengan
kejadian dismenore terdapat 24 siswi (80%) yang mengalami nyeri saat haid dan 6
siswi (20%) tidak mengalami nyeri. Serta wawancara yang dilakukan peneliti pada
pihak sekolah, bahwa kebanyakan siswa ijin, sakit, ke ruang UKS atau pulang
lebih jauh mengenai “Hubungan Asupan Zat Besi Dengan Kejadian Dismenore pada
Cholifah, C., & Ayu Hadikasari, A. (2016). Hubungan Anemia, Status Gizi, Olahraga
Hamsari, I. N., Sumarni, S., & Lintin, G. (2019). Hubungan Asupan Zat Besi Dengan
Hidayati, K. R., Soviana, E., & Mardiyati, N. L. (2017). Hubungan Antara Asupan
Kalsium Dan Asupan Zat Besi Dengan Kejadian Dismenore Pada Siswi Di Smk
https://doi.org/10.23917/jurkes.v9i2.4580
Masruroh, N. (2019). Hubungan Asupan Zat Besi Dan Vitamin E Dengan Kejadian
https://doi.org/10.33486/jk.v9i1.69
Masruroh, N., & Fitri, N. A. (2019). Hubungan Kejadian Dismenore dengan Asupan
Fe (zat Besi) pada Remaja Putri. Jurnal Dunia Gizi, 2(1), 23.
https://doi.org/10.33085/jdg.v2i1.4344