DIII KEBIDANAN
STIKES HAFSHAWATY ZAINUL HASAN GENGGONG PROBOLINGGO
2013/2014
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbilalamin, banyak nikmat yang Allah berikan, tetapi sedikit sekali
yang kita ingat. Segala puji hanya layak untuk Allah Tuhan seru sekalian alam atas segala
berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “KEHILANGAN, KEMATIAN DAN
PERAWATAN PALLIATIF”
Dalam penyusunannya, penulis memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak,
karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua
yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar. Dari sanalah
semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan
menuntun pada langkah yang lebih baik lagi.
Meskipun penulis berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan,
namun selalu ada yang kurang. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar skripsi ini dapat lebih baik lagi.
Akhir kata penulis berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................ 1
1.2 Tujuan.................................................................................................... 1
1.3 Rumusan Masalah ................................................................................. 1
1.4 Manfaat................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN TEORI.................................................................................. 2
2.1 Kehilangan.............................................................................................. 2
2.1.1 Definisi kehilangan......................................................................... 2
2.1.2 Tipe kehilangan............................................................................... 3
2.1.3 Jenis-jenis kehilangan...................................................................... 3
2.1.4 Rentang respon kehilangan.............................................................. 4
2.2 Berduka................................................................................................... 5
2.2.1 Definisi berduka.............................................................................. 5
2.2.2 Teori dari proses berduka................................................................ 5
BAB III PEMBAHASAN...................................................................................... 8
3.1 Pengertian kehilangan dan berduka.......................................................... 8
3.1.2 Pengertian berduka.......................................................................... 8
3.2 Pengertian pasien yang kritis..................................................................... 9
3.2.1 Pengertian klien yang kritis.............................................................. 9
3.2.2 Karakteristik situasi kritis................................................................. 9
3.3 Pengertian dan perbedaan perawatan palliatif........................................... 10
3.3.1 Pengertian perawatan....................................................................... 10
3.3.2 Sejarah perawatan palliatif............................................................... 11
3.3.3 Karakteristik perawatan paliatif....................................................... 12
3.3.4 perbedaan paliatif treatment dan paliatif care.................................. 12
BAB IV PENUTUP............................................................................................... 13
4.1 Kesimpulan.............................................................................................. 13
4.2 Saran ....................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Kata kehilangan dan berduka telah sering kita dengar dalam kehidapan sehari-hari. Rasa
kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh setiap individu selama
kehidupannya. Setiap individu akan bereaksi terhadap kehilangan. Kehilangan dapat berupa
kehilangan yang nyata atau kehilangan yang dirasakan. Kehilangan yang nyata merupakan
kehilangan terhadap orang atau objek yang dapat dirasakan, dilihat, diraba, atau dialami
individu. Kehilangan yang dirasakan merupakan kehilangan yang sifatnya unik berdasarkan
individu yang mengalami kedukaan. Berduka merupakan reaksi emosional terhadap
kehilangan. Masa kehilangan dan sering dipengaruhi oleh kebudayaan atau kebiasaan.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana konsep dasar kehilangan dan berduka ?
2. Bagaimana pendampingan pada klien kritis ?
3. Apa prinsip dasar perawatan paliatif ?
1.3 Tujuan
1. Dapat menyebutkan konsep kehilangan dan berduka
2. Dapat melaksanakan asuhan pada klien dengan masalah kehilangan dan berduka
3. Dapat melakukan pendampingan pada klien kritis
4. Dapat menyebutkan prinsip dasar perawatan paliatif
1.4 Manfaat
1. Mampu memberikan asuhan pada klien yang menghadapi kehilangan dan kematian
2. Melatih kesabaran dalam menghadapi permasalahan
3. Memahami karakteristik individu
4. Mampu memehami apa yang dialami orang lain dengan memberikan motivasi yang mampu
meringankan beban fikiran mereka
5. Melatih diri untuk bersifat simpati dan empati terhadap orang lain
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Kehilangan
2.1.1 Definisi kehilangan
Kehilangan adalah suatu situasi aktual maupun potensial yang dapat di alami individu
ketika terjadi perubahan dalam hidup atau berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada,
baik sebagian ataupun keseluruhan. Rasa kehilangan merupakan pengalaman yang pernah di
alami oleh setiap individu selama kehidupannya. Sejak lahir, individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.
Kita semua akan mati. Kematian tidak bisa dihindari dan semua orang cepat atau
lambat pasti akan menemuinya. Bagi sebagian orang, kematian adalah hal yang menakutkan.
Mereka tidak mau memikirkan, apalagi membicarakannya. Sebagian orang lain menganggap
kematian adalah hal yang biasa, sebagai awal kehidupan baru di akhirat.Karena setiap orang
akan mati, setiap orang juga akan melalui proses sekarat. Ada yang cepat, ada juga yang
lambat, menyakitkan dan menyengsarakan. Di sinilah perawatan paliatif diperlukan.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan
merupakan suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi
tidak ada, baik sebagian atau seluruhnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi reaksi kehilangan, tergantung:
1. Arti dari kehilangan
2. Sosial budaya
3. kepercayaan / spiritual
4. Peran seks
5. Status social ekonomi
6. kondisi fisik dan psikologi individu
2.2 Berduka
2.2.1 Definisi berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-
lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
2.2.2 Teori dari Proses Berduka
Tidak ada cara yang paling tepat dan cepat untuk menjalani proses berduka. Konsep dan
teori berduka hanyalah alat yang hanya dapat digunakan untuk mengantisipasi kebutuhan
emosional klien dan keluarganya dan juga rencana intervensi untuk membantu mereka
memahami kesedihan mereka dan mengatasinya. Peran perawat adalah untuk mendapatkan
gambaran tentang perilaku berduka, mengenali pengaruh berduka terhadap perilaku dan
memberikan dukungan dalam bentuk empati.
1. Teori Engels
Menurut Engel (1964) proses berduka mempunyai beberapa fase yang dapat
diaplokasikan pada seseorang yang sedang berduka maupun menjelang ajal.
Fase I (shock dan tidak percaya)
Seseorang menolak kenyataan atau kehilangan dan mungkin menarik diri, duduk malas,
atau pergi tanpa tujuan. Reaksi secara fisik termasuk pingsan, diaporesis, mual, diare, detak
jantung cepat, tidak bisa istirahat, insomnia dan kelelahan.
Fase II (berkembangnya kesadaran)
Seseoarang mulai merasakan kehilangan secara nyata/akut dan mungkin mengalami
putus asa. Kemarahan, perasaan bersalah, frustasi, depresi, dan kekosongan jiwa tiba-tiba
terjadi.
Fase III (restitusi)
Berusaha mencoba untuk sepakat/damai dengan perasaan yang hampa/kosong, karena
kehilangan masih tetap tidak dapat menerima perhatian yang baru dari seseorang yang
bertujuan untuk mengalihkan kehilangan seseorang.
Fase IV
Menekan seluruh perasaan yang negatif dan bermusuhan terhadap almarhum. Bisa
merasa bersalah dan sangat menyesal tentang kurang perhatiannya di masa lalu terhadap
almarhum.
Fase V
Kehilangan yang tak dapat dihindari harus mulai diketahui/disadari. Sehingga pada fase
ini diharapkan seseorang sudah dapat menerima kondisinya. Kesadaran baru telah
berkembang.
2. Teori Kubler-Ross
Kerangka kerja yang ditawarkan oleh Kubler-Ross (1969) adalah berorientasi pada
perilaku dan menyangkut 5 tahap, yaitu sebagai berikut:
a) Penyangkalan (Denial)
Individu bertindak seperti seolah tidak terjadi apa-apa dan dapat menolak untuk
mempercayai bahwa telah terjadi kehilangan. Pernyataan seperti “Tidak, tidak mungkin
seperti itu,” atau “Tidak akan terjadi pada saya!” umum dilontarkan klien.
b) Kemarahan (Anger)
Individu mempertahankan kehilangan dan mungkin “bertindak lebih” pada setiap
orang dan segala sesuatu yang berhubungan dengan lingkungan. Pada fase ini orang akan
lebih sensitif sehingga mudah sekali tersinggung dan marah. Hal ini merupakan koping
individu untuk menutupi rasa kecewa dan merupakan menifestasi dari kecemasannya
menghadapi kehilangan.
c) Penawaran (Bargaining)
Individu berupaya untuk membuat perjanjian dengan cara yang halus atau jelas untuk
mencegah kehilangan. Pada tahap ini, klien sering kali mencari pendapat orang lain.
d) Depresi (Depression)
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati kehilangan dan
mulai memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance)
Reaksi fisiologi menurun dan interaksi sosial berlanjut. Kubler-Ross mendefinisikan
sikap penerimaan ada bila seseorang mampu menghadapi kenyataan dari pada hanya
menyerah pada pengunduran diri atau berputus asa.
3. Teori Martocchio
Martocchio (1985) menggambarkan 5 fase kesedihan yang mempunyai lingkup yang
tumpang tindih dan tidak dapat diharapkan. Durasi kesedihan bervariasi dan bergantung pada
faktor yang mempengaruhi respon kesedihan itu sendiri. Reaksi yang terus menerus dari
kesedihan biasanya reda dalam 6-12 bulan dan berduka yang mendalam mungkin berlanjut
sampai 3-5 tahun.
4. Teori Rando
Rando (1993) mendefinisikan respon berduka menjadi 3 katagori:
5. Penghindaran
Pada tahap ini terjadi shock, menyangkal dan tidak percaya.
6. Konfrontasi
Pada tahap ini terjadi luapan emosi yang sangat tinggi ketika klien secara berulang-
ulang melawan kehilangan mereka dan kedukaan mereka paling dalam dan dirasakan paling
akut.
7. Akomodasi
Pada tahap ini terjadi secara bertahap penurunan kedukaan akut dan mulai memasuki
kembali secara emosional dan sosial dunia sehari-hari dimana klien belajar untuk menjalani
hidup dengan kehidupan mereka.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Kehilangan dan Berduka
3.1.1 Pengertian Kehilangan
Kehilangan dan berduka merupakan bagian integral dari kehidupan. Kehilangan
adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau memulai sesuatu tanpa hal yang berarti
sejak kejadian tersebut. Kehilangan mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa
tanpa kekerasan atau traumatik, diantisispasi atau tidak diharapkan/diduga, sebagian atau
total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang berpisah dengan sesuatu yang
sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi sebagian atau keseluruhan
(Lambert dan,1985,h.35). Kehilangan merupakan pengalaman yang pernah dialami oleh
setiap individu dalam rentang kehidupannya. Sejak lahir individu sudah mengalami
kehilangan dan cenderung akan mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang
berbeda.
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan
atau tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki.
3.1.2 Pengertian Berduka
Berduka adalah respon emosi yang diekspresikan terhadap kehilangan yang
dimanifestasikan adanya perasaan sedih, gelisah, cemas, sesak nafas, susah tidur, dan lain-
lain.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA
merumuskan ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipeini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
contoh – conoh pasien ini adalah pasien dengan keganasan metastasik disertai
penyulit infeksi pericardial tamponade,atau sumbatan jalan napas atau pasien
menderita penyakit jantung atau paru terminal disertai komplikasi penyakit akut
berat.pasien – pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif untuk mengatasi
penyakit akut berat.pasien – pasien prioritas 3 mungkin mendapat terapi intensif
untuk mengatasi penyakit akut,tetapi usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan
intubasi dan resusitasi kardio pulmoner.
Dulu perawatan ini hanya diberikan kepada pasien kanker yang secara medis sudah
tidak dapat disembuhkan lagi, tetapi kini diberikan pada semua stadium kanker, bahkan juga
pada penderita penyakit-penyakit lain yang mengancam kehidupan seperti HIV/AIDS dan
berbagai kelainan yang bersifat kronis.
Menurut dr. Maria A. Witjaksono, dokter Palliative Care Rumah Sakit Kanker Dharmais,
Jakarta, prinsip-prinsip perawatan paliatif adalah sebagai berikut:
1. Menghargai setiap kehidupan.
2. Menganggap kematian sebagai proses yang normal.
3. Tidak mempercepat atau menunda kematian.
4. Menghargai keinginan pasien dalam mengambil keputusan.
5. Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang menganggu.
6. Mengintegrasikan aspek psikologis, sosial, dan spiritual dalam perawatan pasien dan
keluarga.
7. Menghindari tindakan medis yang sia-sia.
8. Memberikan dukungan yang diperlukan agar pasien tetap aktif sesuai dengan kondisinya
sampai akhir hayat.
9. Memberikan dukungan kepada keluarga dalam masa duka cita.
3.3.2 Sejarah perawatan paliatif
Perawatan paliatif mulai dikenalkan pada tahun 60-an di Inggris oleh Cicely
Saunders. Dia adalah peletak konsep dasar perawatan paliatif. Sebagai perawat, pekerja sosial
dan kemudian dokter, Cicely banyak menghadapi pasien yang sakit parah dan tergerak untuk
melakukan sesuatu bagi mereka. Filosofi dasar perawatannya adalah bahwa kematian adalah
fenomena yang sama alaminya dengan kelahiran, sehingga melihat kematian sebagai proses
yang harus meneguhkan hidup dan bebas dari rasa sakit.
Berkat jasanya, saat ini ada sekitar 220 panti perawatan paliatif (hospis) di Inggris dan
lebih dari 8.000 di seluruh dunia. Di Indonesia, perawatan paliatif baru mulai berkembang
akhir-akhir ini. Perawatan paliatif pertama dimulai pada tahun 1992 oleh RS Dr. Soetomo
(Surabaya), yang disusul oleh RS Cipto Mangunkusumo (Jakarta), RS Kanker Dharmais
(Jakarta), RS Wahidin Sudirohusodo (Makassar), RS Dr. Sardjito (Yogyakarta), dan RS
Sanglah (Denpasar).
3.3.3 Karakteristik perawatan paliatif
Perawatan paliatif sangat luas dan melibatkan tim interdisipliner yang tidak hanya
mencakup dokter dan perawat tetapi mungkin juga ahli gizi, ahli fisioterapi, pekerja sosial,
psikolog/psikiater, rohaniwan, dan lainnya yang bekerja secara terkoordinasi dan melayani
sepenuh hati. Perawatan dapat dilakukan secara rawat inap, rawat jalan, rawat rumah (home
care), day caredan respite care. Rawat rumah dilakukan dengan kunjungan ke rumah pasien,
terutama mereka yang tidak dapat pergi ke rumah sakit. Kunjungan dilakukan oleh tim untuk
memantau dan memberikan solusi atas masalah-masalah yang dialami pasien dan
keluarganya, baik masalah medis maupun psikis, sosial, dan spiritual. Day care adalah
menitipkan pasien selama jam kerja jika pendamping atau keluarga yang merawatnya
memiliki keperluan lain (sepertiday care pada penitipan anak). Sedangkan respite care adalah
layanan yang bersifat psikologis melalui konseling dengan psikolog atau psikiater,
bersosialisasi dengan penderita kanker lain, mengikuti terapi musik, dll.
Beberapa karakteristik perawat paliatif adalah:
Mengurangi rasa sakit dan keluhan lain yang mengganggu.
Menghargai kehidupan dan menyambut kematian sebagai proses yang normal.
Tidak berusaha mempercepat atau menunda kematian.
Mengintegrasikan aspek psikologis dan spiritual dalam perawatan pasien.
Membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai akhir hayat.
Membantu keluarga pasien menghadapi situasi selama masa sakit dan setelah
kematian.
Menggunakan pendekatan tim untuk memenuhi kebutuhan pasien dan keluarganya,
termasuk konseling masa duka cita, jika diindikasikan.
Meningkatkan kualitas hidup, dan mungkin juga secara positif memengaruhi
perjalanan penyakit.
Bersamaan dengan terapi lainnya yang ditujukan untuk memperpanjang usia, seperti
kemoterapi atau terapi radiasi, dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk lebih
memahami dan mengelola komplikasi klinis yang berat.
3.3.4 Perbedaan Perawatan Palliatif treatment dan paliatif care
Perawatan palliatif itu sendiri yaitu pendekatan dokter atau perawat kepada pasien
dengan tujuan mensupport,mengurangi rasa sakit pada pasien,meyakinkan pasien agar tidak
takut akan kematian bahwasannya kematian itu adalah proses yang normal.
Sedangkan pengobatan palliatif itu sendiri bias dilakukan dengan memberikan meringankan
gejala,mengecilkan tumor,mengurangi tekanan pada saraf atau jaringan sekitarnya dengan
cara:kemoterapi,radioterapi,terapi hormon,terapi biologi,dll
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Kehilangan merupakan suatu kondisi dimana seseorang mengalami suatu kekurangan atau
tidak ada dari sesuatu yang dulunya pernah ada atau pernah dimiliki. Kehilangan merupakan
suatu keadaan individu berpisah dengan sesuatu yang sebelumnya ada menjadi tidak ada,
baik sebagian atau seluruhnya.
Berduka merupakan respon normal pada semua kejadian kehilangan. NANDA merumuskan
ada dua tipe dari berduka yaitu berduka diantisipasi dan berduka disfungsional.
Berduka diantisipasi adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang aktual ataupun yang dirasakan seseorang, hubungan/kedekatan,
objek atau ketidakmampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan. Tipe ini masih dalam
batas normal.
Berduka disfungsional adalah suatu status yang merupakan pengalaman individu yang
responnya dibesar-besarkan saat individu kehilangan secara aktual maupun potensial,
hubungan, objek dan ketidakmampuan fungsional. Tipe ini kadang-kadang menjurus ke
tipikal, abnormal, atau kesalahan/kekacauan.
Peran perawat adalah untuk mendapatkan gambaran tentang perilaku berduka, mengenali
pengaruh berduka terhadap perilaku dan memberikan dukungan dalam bentuk empati.
4.2 Saran
Demikain lah makalah yang kami buat apabila ada kesalahan dalam penulisan
diharapkan kepada pembaca untuk berkenan memberikan pendapat dan saran, supaya
makalah ini mendekati kesempurnaan. Atas pendapat dan sarannya kami ucapkan terima
kasih.
DAFTAR PUSTAKA
Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia: Kehilangan, Kematian
danBerduka dan Proses keperawatan. Jakarta: Sagung Seto.
Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri, Pedoman
UntukPembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.
stikes.fortdekock.ac.id
Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta: ECG.
www.Titah Rahayu/rumahkanker.com
http://fadilahnursolehati.blogspot.co.id/2014/05/makalah-kematian-dan-perawatan-paliatif.html