Anda di halaman 1dari 26

LOGBOOK TUTOR SKENARIO I

BLOK KEPERAWATAN MENJELANG AJAL & PALIATIF

Dosen Pengampu :

Ns. Nurhusna, S.Kep.,M.Kep

Disusun Oleh :

Dewi Mentari G1B120002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS JAMBI

2022

1
SKENARIO 1

Tuan D usia 65 thn dirawat di rumah sakit dengan diagnose gagal jantung stadium akhir. 12
tahun yang lalu pasien didiagnosa mengalami infark miokard akut dan menjalani operasi CABG.
Tn.D juga memiliki riwayat hiperkolesterolemia serta penyakit hipertermi. Kondisi tn. D ini
mengalami kaheksia. tn. D juga mengeluh sesak nafas meskipun dalam kondisi istirahat. Saat ini
Tn. D menolak untuk dilakukan perawata di RS dan menginginkan rawat di rumah saja.
Keluarga merasa bingung dengan keputusan yang harus diambil.

STEP 1

(ISTILAH SULIT)

1. Hiperkolesterolemia : Sherli Aprilia


2. Kaheksia : Indah Ahsya Putri
3. Operasi CABG : Sovia Marsa Fadhilah
4. Infark miokard akut : Rida Septiani
5. Gagal jantung stadium akhir : Ellysha Azzahra Ummami

JAWABAN

1. Hiperkolesterolemia
1) Rida Septiani
Hiperkolesterolemia merupakan salah satu kelainan kadar lemak dalam darah
(dyslipidemia) berupa peningkatan kadar kolesterol total puasa di dalam darah.
Kelainan kadar lemak bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan faktor risiko bagi
penyakit lainnya, terutama penyakit jantung dan pembuluh darah (Ruslianti, 2014).
2) Reren Gianovanza
Hiperkolesterolemia merupakan istilah umum yang digunakan untuk kondisi
kelebihan kolesterol dalam darah. Secara umum, terdapat tiga jenis kolesterol utama
di dalam darah, yaitu kolesterol jenis high density lipoprotein (HDL), kolesterol jenis
low density lipoprotein (LDL), dan trigliserida.
3) Niken Ayu Ristiana

2
Hiperkolesterolemia didefinisikan sebagai keadaan dengan peningkatan kadar
kolesterol lebih dari nilai rujukan. Hiperkolesterolemia dianggap sebagai faktor
risiko tinggi untuk penyakit jantung koroner apabila terdapat peningkatan kadar
kolesterol ≥ 240 mg/dL. Peningkatan kadar kolesterol plasma umumnya terjadi
peningkatan kadar kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL) tanpa disertai
peningkatan Trigliserida (TG) (Rosid, 2009).
2. Kaheksia
1) Sovia Marsa Fadhilah
Kaheksia berasal dari kata Yunani kakos. Ini berarti buruk. Hexis artinya kondisi.
Anoreksia berarti kehilangan nafsu makan dan kadang-kadang dikaitkan dengan
cachexia. Kaheksia juga disebut sindrom wasting atau sindrom kaheksia anoreksia.
Dilansir dari cancer research United Kingdom, kaheksia lebih dari sekedar kehilangan
nafsu makan. Ini adalah masalah yang kompleks. Ini melibatkan perubahan dalam
cara tubuh menggunakan protein, karbohidrat, dan lemak.
2) Dewi Mentari
Kaheksia . Kondisi kelainan konstitusional yang nyata dan menonjol ; kesehatan
umum yang buruk dan malnutrisi.
3) Ellysha Azzahra Ummami
Kaheksia adalah gangguan kesehatan yang menyebabkan penurunan berat badan
secara ekstrem yang disertai dengan penyusutan otot. Kondisi ini biasanya terjadi
pada pasien yang menderita penyakit kronis, seperti kanker, gagal jantung, gagal
ginjal, serta HIV dan AIDS.
3. Operasi CABG
1) Birgitta Arta Milawati
Operasi CABG atau Coronary Artery Bypass Graft adalah prosedur operasi untuk
mengobati penyakit jantung coroner bagi pasien yang mengalami penyumbatan atau
penyempitan arteri dengan membuat rute baru di sekitar arteri yang menyempit atau
tersumbat agar aliran darah lancar sehingga otot jantung tetap mendapatkan cukup
oksigen dan nurisi
2) Dewi Aryani

3
Operasi jantung CABG adalah prosedur yang dilakukan untuk menangani penyakit
jantung koroner dalam kondisi tertentu. Penyakit jantung koroner terjadi ketika arteri
koroner (pembuluh darah yang memasok oksigen dan nutrien ke otot jantung)
menyempit atau tersumbat. Penyebab sumbatan itu adalah tumpukan plak yang
berasal dari lemak atau kolesterol dan zat lain
3) Ellysha Azzahra Ummami
Coronary Artery Bypass Grafting (CABG) adalah tindakan bedah yang memperbaiki
aliran darah ke otot jantung dengan membuat jalur pintas (bypass) baru dari bagian
pembuluh darah yang tersumbat ke otot jantung. Jalur baru itu menggunakan
pembuluh darah sehat yang diambil dari kaki, lengan atau dada pasien. dan
menghubungkannya ke luar arteri yang tersumbat di jantung. Rute baru ini
dibutuhkan agar aliran darah tetap lancar sehingga otot jantung tetap mendapatkan
cukup oksigen dan nutrisi.
4. Infark Miokard Akut
1) Ravia Gustina
Infark Miokard Akut atau yang biasa di kenal dengan IMA adalah suatu
nekrosis miokardium yang diakibatkan oleh ketidakadekuatan pasokan darah
akibat dari sumbatan akut pada arteri koroner
2) Reren Gianovanza
Infark miokard akut adalah istilah medis dari serangan jantung. Kondisi ini terjadi
saat aliran darah ke arteri koroner jantung mengalami penyempitan. Kedua hal ini
akan membuat otot jantung kekurangan oksigen dan mengalami kerusakan.
3) Sherli Aprilia
Infark miokard akut kondisi yang terjadi saat aliran darah ke arteri coroner jantung
mengalami penyempitan.arteri coroner adalah pembuluh darah yang sangat penting
dalam system kardiovaskuler.
5. Gagal Jantung Stadium Akhir
1) Dewi Mentari
Gagal jantung stadium akhir adalah bentuk paling parah dari gagal jantung. Seseorang
dengan gagal jantung mengalami kelemahan jantung dari waktu ke waktu. Pada gagal

4
jantung stadium akhir, tubuh tidak dapat lagi mengompensasi kekurangan darah yang
dipompa jantung.
2) Indah Ahsya Putri
Gagal jantung stadium akhir adalah bentuk paling parah dari gagal jantung. Seseorang
dengan gagal jantung mengalami kelemahan jantung dari waktu ke waktu.
3) Rida Septiani
Gagal jantung stadium akhir, tubuh tidak dapat lagi mengompensasi kekurangan
darah yang di pompa jantung

STEP 2

(IDENTIFIKASI MASALAH)

1. Perawatan paliatif seperti apa yang dapat diberikan kepada pasien untuk rawat dirumah?
(Birgita Arta Milawati)
2. Apa tindakan perawat yang dapat diberikan ke pasien dengan kondisi yang sekarang?
bagaimana cara komunikasinya ? (Reren Gianovanza)
3. Adakah komplikasi terhadap pasien bila menolak perawatan dari RS? (Sherli Aprilia)
4. Apa ada diagnose untuk kasus ini, kalau ada apa diagnose keperawatan yang tepat untuk
kasus ini? (Dewi Aryani)
5. Bagaimana peran dukungan keluarga yang diperlukan dalam keperawatan paliatif pasien
dengan gagal jantung stadium akhir? (Indah Ahsya Putri)
6. Apakah terapi komplementer dapat diberikan kepada pasien tersebut? Jika iya, jenis
terapi seperti apa yang cocok diberikan kepada pasien berdasarkan kasus tersebut dan
bagaimana efektivitas dari pemberian terapi tersebut? (Rida Septiani)
7. Pada kasus dikatakan kondisi tn d sekarang mengalami koheksia dan juga tn d mengeluh
sesak nafas meskipun kondisi istirahat, dengan kondisi seperti itu bukankah lebih baik
jika tn d tetap dirawat di RS, akan tetapi tn d menginginkan perawatan dirumah saja
sedangkan keluarganya saja bingung dengan keputusan yang harus diambil. Lalu
solusi/saran yang tepat apa yang harus kita berikan kepada tn d dan keluarganya? Apakah
harus menghormati keputusan pasien dan meyakinkan keluarga dengan keinginan pasien
yang ingin dirawat dirumah atau bagaimana? (Ravia Gustina)

5
STEP 3

(ANALISIS MASALAH)

1. Pertanyaan Birgita Arta Milawati


1) Dewi Aryani
Ketika pasien menginginkan untuk dirawat di rumah saja kita sebagai perawat harus
menerapkan prinsip dari perawatan paliatif itu sendiri yaitu salah satunya menghargai
keinginan pasien dan mengambil keputusan yang diambil oleh pasien, pasien dapat
memilih tempat dilakukannya perawatan . perawatan paliatif yang dapat diberikan
adalah perawatan paliatif melalui program home care atau PHC agar perawatan yang
diberikan tidak terputus sehingga pengobatan dapat mencapai hasil yang diinginkan.
perawatan paliatif di rumah memiliki peran memberikan dukungan serta pendidikan
kesehatan pada pasien serta memberikan status fungsional pasien, sistem pendukung
yang merawat pasien, serta kepatuhan pasien terhadap pengobatan yang masih
dilakukan dan memonitor kaheksia dan sesak napas pasien.
2) Ellysha Azzahra Ummami
Untuk pasien yg menginginkan perawatan dirumah seperti pada kasus bisa dilakukan
Palliative home care. Palliative home care ini merupakan pelayanan palliative care
yang dilakukan dirumah pasien oleh tenaga palliative dan atau keluarga atas
bimbingan dan pengawasan tenaga palliative. Berbagai manfaat pelayanan palliative
home care yang dapat dirasakan oleh pasien ataupun keluarga diantaranya merasa
lebih nyaman, bermartabat dan juga dapat menghemat biaya dari pada meninggal
dirumah sakit. Pelayanan Keperawatan Home Care ini memiliki prinsip yaitu:
a. Dilakukan oleh perawat atau tim yang memiliki keahlian khusus dibidang tersebut
b. Mengaplikasikan konsep sebagai dasar dalam mengambil keputusan praktik
c. Mengumpulkan dan mencatat data dengan sitematik, akurat dan komperhensip
secara terus menerus
d. Menggunakan data hasil pengkajian untuk menetapkan diagnose keperawatan e
e. Mengembangkan rencana keperawatan berdasarkan diagnose keperawatan
dikaitkan dengan pencegahan, terapi dan pemulihan

6
f. Memberikan pelayanan keperawatan dengan menjaga kenyamanan, penyembuhan
dan pencegahan komplikasi (Depkes, 2006)

Disini keluraga juga berperan dalam paliatif home care ini dengan cara mensupport
pasien dengan cara menghabiskan waktu bersama, Pemenuhan kebutuhan dasar
pasien di rumah (makan,minum, kebersihan diri, oksigen, dsb), Pengukuran dan
observasi tekanan darah, nadi, dan pernapasan, Pemberian terapi medikasi (oral,
invasif), Manajemen nutrisi , Latihan gerak dan mobilisasi pasien, Pemenuhan
kebutuhan spiritual pasien dan dukungan keluarga di akhir kehidupan

2. Pertanyaan Reren Gianovanza


1) Ellysha Azzahra Ummami
Dari kasus yang sudah kita ketehui Tn.D menolak untuk dilakukan perawatan RS dan
menginginkan untuk dirawat di rumah saja. Namun keluarga merasa bingung dengan
keputusan yang harus diambil. Nah perawat disini bisa melakukan Perawatan end of
life Perawatan end of life ini merupakan perawatan yang membantu semua orang
dengan pernyakit lanjut, progresif, tidak dapat disembuhkan untuk dapat bertahan
hidup sebaik mungkin sampai menghadapi kematian. Perawatan end of life diberikan
ketika sesorang telah terdiagnosis menghadapi penyakit lanjut oleh profesional
kesehatan (Sadler, 2015)
Namun pada kasus Tn.D menolak untuk dilakukan perawatan RS dan menginginkan
untuk dirawat di rumah saja. Disini perawat bisa melakukan komunikasi terapeutik
dalam pelayanan paliatif untuk dapat mengambil keputusan yg terbaik bagi pasien.
Yang 1 itu perawat
a. Menunjukan rasa empati dan dukungan emosional
Komunikasi terapeutik cara menunjukan empati dan dukungan emosi yaitu
dengan cara membantu mereka merasa dipahami dan didukung bisa dengan cara
mengakui emosi pasien contohnya : “saya juga ikut merasakan apa yg kamu
rasakan pasti sangat sakit”
b. Menghargai pasien atau rasa hormat
c. Perawat mampu menjaga privasi pasien dan menghormati keputusan pasien
tentang keinginan dia mendiskusikan topik yang sensitif, seperti diagnose atau

7
kabar buruk. Nah pada kasus perawat bisa menjelaskan atau bertanya kepada
pasien apakah pasien tahu tentang penyakitnya dan apa dampak penyakit yg ia
alami jika tidak ditangani dalam perawatan di Rs. Dalam proses pengambilan
keputusan yang terkait dengan masalah end of life, terdapat beberapa prinsip etika
yang harus ditekankan, pertama nonmaleficience yaitu memastikan pasien
terhindar dari bahaya baik itu fisik maupun emosional, kedua beneficience yaitu
melakukakn sesuatu yang baik terhadap pasien dan menguntungkan seperti
mendengarkan keluhan pasien dengan penuh perhatian, memperlakukan pasien
seperti manusia seutuhnya, dan terus berusaha meringankan beban pasien baik itu
fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Ketiga autonomy yaitu pasien memiliki hak
tentang pengambilan keputusan terkait perawatan dengan menggunakan inform
konsen yang menekankan terhadap hak katas kerahasian, privasi, dan hak untuk
menolak pengobatan (Qualls and Kasl-Godley, 2011; Zerwekh, 2006).
Jadi untuk pengambilan hak dan keputusan kita kembalikan kepada pasien dan
keluarga
d. Memberikan informasi yang jelas, terbuka dan jujur
Untuk membantu pasien dalam memahami maksud tindakan perawat dan
informasi tersebut dapat membuat pasien merasakan kemudahan dan mengurangi
harapan yang tidak realistis. sebelum informasi diberikan maka terlebih dahulu
diklarifikasi sejauh mana pemahaman pasien dan keinginan akan informasi
tersebut, sehingga ada koneksi informasi dan kebutuhan pasien.
a) Menghindari pemberian harapan palsu and eupemisme
b) Fokus pada informasi yang dibutuhkan dan diinginkan
c) Fokus mendengarkan apa yang disampaikan oleh pasien
3. Pertanyaan Sherli Aprilia
1) Ravia Gustina
Bisa saja ada, baik itu komplikasi yang telah dialami tn d yaitu kaheksia, kaheksia
merupakan gangguan kesehatan yang menyebabkan penurunan berat badan secara
ekstrem yang disertai dengan penyusutan otot nah hal ini perlu dilakukan perawatan
yang hati-hati dan tepat, selain kaheksia tn.d juga mengeluh sesak napas meskipun
dalam kondisi istirahat hal ini juga berbahaya jika tn.d dirawat dirumah misalnya

8
hanya ada keluarga yang merawat dan dibatasi dengan alat medis dan pengetahuan
seadanya, bagaimana jika pasien sesak napas yang parah dan perlu ditangani
perawatan secara medis sedangkan dirumah tn. D tidak memadai bisa jadi tn. D
mengalami penurunan kesadaran karena sesak napas tadi, lebih parah lagi dapat
terjadi komplikasi yang lebih serius seperti :hipoksemia maupun hipoksia.
2) Birgitta Arta Milawati
Ada, jika pasien menolak perawatan di rumah sakit maka beberapa hal yang dapat
terjadi, yakni fungsi jantung akan semakin memburuk, pompa jantung dapat semakin
berkurang dengan gejala dan tanda semakin berat serta keluhan sesak yang dapat
dirasakan saat istirahat. Selain itu dapat membuat berat badan semakin turun,
komplikasi ke ginjal dan liver serta gangguan irama jantung (aritmia).
3) Dewi Aryani
Komplikasi yang terjadi adalah gagal jantung,infark miokard berulang,henti jantung
mendadak,aritmia yaitu Suatu pembengkakan dan iritasi pada membran seperti
kantung tipis yang membungkus jantung (pericardium),serta perikarditis : Detak
jantung yang tidak normal, apakah tidak beraturan, terlalu cepat, atau terlalu lambat.
4. Pertanyaan Dewi Aryani
1) Indah Ahsya Putri
Diagnosa keperawatan pada pasien terminal ditegakkan berdasarkan analisa data yg
disusun dengan data objektif dan subjektif. Pada kasus kurang dikaji mengenai data
tersebut. Namun untuk dilihat secara umum itu bisa ditegakkan seperti
1. Intoleransi aktifitas atau bisa pola nafas tidak efektif ditandai dispnea
2. Nutrisi tidak adekuat (dikarenakan pasien kaheksia)
3.Cemas yg berhubungan dg perubahan status kesehatan
Namun untuk data objektif dan subjektif pada kasus itu sangat kurang dijelaskan
sehingga sepertinya sulit untuk menegakkan diagnosa tsb.
5. Pertanyaan Indah Ahsya Putri
1) Birgitta Arta Milawati
Peran keluarga pada penderita gagal jantung melibatkan disfungsi fisik dan psikologis
sehingga mempengaruhi self-efficacy akan perawatan diri pasien. Diperlukan peran
keluarga dalam bentuk dukungan sosial seperti dukungan emosional, empati dan

9
informasi kesehatan dalam kelangsungan hidup sehari-hari. Dukungan tersebut
diberikan oleh keluarga sebagai bentuk kolaborasi dengan tim kesehatan untuk
perawatan pasien.
Adapun manfaat peran keluarga dalam perawatan pasien untuk meningkatkan self-
efficacy pasien dengan hasil rasa sakit dan kelelahan pasien mengalami penurunan,
pasien dan keluarga mampu mengelola stres pada penyakit yang dialami pasien dan
keluarga siap siaga memberi perawatan pada pasien.
2) Niken Ayu Ristiana
Menurut Bararah dan Jauhar (2013) peningkatan harapan hidup pasien
gagal jantung yaitu dengan pemberian dukungan dari keluarga dalam
pengobatan. Dukungan keluarga merupakan sikap penerimaan terhadap
keluarga yang sakit, dalam keluarga memiliki beberapa jenis dukungan antara
lain dukungan informasional, dukungan emosional, dukungan penghargaan,
dukungan instrumental (Friedman, 2010).
3) Sherli Aprilia
Peran dukungan keluarga yg di perlukan dalam perawatan paliatif pasien dg gagal
jantung stadium akhir ialah sangat penting karena untuk pasien dengan penyakit
tersebut sangat rentan dengan keadaan tertentu jadi sangat di butuhkan suport dan
dukungan dari keluarga untuk membuat pasien selalu semangat dan tidak pasrah
untuk berjuang dalam melawan penyakit yg di deritanya.Walaupun kesempatan
untuk sembuh sangat kecil setidaknya dapat menghibur pasien dan membuat harapan
menjadi hidup kembali. Jadi, peran keluarga sangat penting dalam keadaan dan
kondisi tersebut.
4) Dewi Mentari
Peran dukungan keluarga. keluarga sangat berperan dalam mendukung klien disaat ia
menderita gagal jantung dimana selain butuh perawatan dari seorang perawat klien
juga membutuhkan dukungan keluarga yang bisa meningkatkan kualitas hidup dan
keluarga bisa memberikan dukungan psikologis,sosial maupun spiritual pasien
bersama perawat
6. Pertanyaan Rida Septiani
1) Indah Ahsya Putri

10
Peran utama terapi komplementer adalah menjadi terapi pendukung yang
menyediakan konsep secara holistik. Dari segi biologis, pasien dapat dibantu untuk
mengatasi gejala klinis yang dirasakan, mulai dari nyeri, mual, muntah, perubahan
diri. Dari segi psikologis, pasien dapat diberikan hypnosis dan perubahan pikiran
untuk lebih relaks dan tidak stress, sehingga mencegah depresi pada pasien kronik.
Dari segi social, terapi ini juga bias diterapkan pada keluarga atau care giver yang
memberikan perawatan pasien penyakit kronik. Dari segi spiritual terapi ini dapat
menjadi pendamping dalam mempersiapkan pasien di akhir hayat perawatan,
sehingga pasien akan memiliki koping positif atas penyakit yang mereka rasakan.
Semua itu tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
penyakit kronik, karena jika pasien penyakit kronik tidak dibarengi dengan terapi dari
sudut lain dan hanya medis, maka tingkat harapan hidup pasien penyakit kronik juga
akan menurun. Sehingga kematian akan lebih cepat terjadi
7. Pertanyaan Rida Septiani
1) Niken Ayu Ristiana
Perawat bisa mengajak pasien tersebut bicara baik-baik mengenai status
kesehatan pasien yang mengharuskan pasien dilakukan rawat inap dan tanyakan
alasan mengapa menolak prosedur penyembuhan. Gunakan tutur kata yang lembut
dan sopan, diikuti dengan intonasi yang tenang. Bersikaplah perhatian dan dengarkan
apa alasan pasien menolak pengobatan.
Jangan memaksa pasien ataupun keluarga .perawat harus memahami bahwa
anggota keluarga sedang mengalami masa sulit. Memaksa hanya akan membuatnya
marah dan merengganggakan hubungan. Untuk itulah, perawat harus sabar di
samping terus membujuknya untuk mengikuti pengobatan.
Berikan informasi yang jelas pada pasien dan keluarga mengenai pengobatan
yang dilakukan untuk meningkatkan status kesehatan atau kesembuhan pasien dan
Utarakan mengapa rawat inap di anjurkan bagi pasien untuk menghindari resiko
kondisi kesehatan pasien yang memburuk atau menurun jika tidak dilakukan
perawatan yang tepat.
2) Ellysha Azzahra Ummmi

11
Pada kasus perawat bisa menjelaskan atau bertanya kepada pasien apakah pasien
tahu tentang penyakitnya dan apa dampak penyakit yg ia alami jika tidak ditangani
dalam perawatan di Rs. Dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan
masalah end of life, terdapat beberapa prinsip etika yang harus ditekankan untuk
mengambil keputusan, pertama nonmaleficience yaitu memastikan pasien terhindar
dari bahaya baik itu fisik maupun emosional, kedua beneficience yaitu melakukakn
sesuatu yang baik terhadap pasien dan menguntungkan seperti mendengarkan keluhan
pasien dengan penuh perhatian, memperlakukan pasien seperti manusia seutuhnya,
dan terus berusaha meringankan beban pasien baik itu fisik, psikologis, sosial dan
spiritual. Ketiga autonomy yaitu pasien memiliki hak tentang pengambilan keputusan
terkait perawatan dengan menggunakan inform konsen yang menekankan terhadap
hak katas kerahasian, privasi, dan hak untuk menolak pengobatan (Qualls and Kasl-
Godley, 2011; Zerwekh, 2006).
Jadi untuk pengambilan hak dan keputusan kita kembalikan kepada pasien dan
keluarga, jika pasien tetap ingin dilakukan perawatan dirumah kita sebagai perawat
mencari solusi agar perawatan dirumah tetap bisa dilakukan dengan cara meminta
bantu kepada keluarga dengan cara memberi dukungan kepada pasien, mengatur pola
makan dan memantau keadaaan pasien untuk minum obat.

3) Dewi Aryani
Ada dua kutipan pertanyaan dari saudari rafia yang pertama solusi dan saran dan
yang kedua adalah apakah kita harus menghargai dari keputusan pasien. Yang
pertama solusi dan saran untuk pasien yaitu tetap melanjutkan perawatan yaitu
perawatan paliatif home care yaitu perawatan yang dilakukan di rumah dengan tujuan
agar kita bisa terus memberikan dukungan kepada pasien dan keluarga memonitor
status kesehatan pasien monitor penyakit yang dialami pasien dan bisa menangani
sesak napas pasien dengan memberikan oksigen dan untuk pertanyaan yang kedua
yaitu apakah kita harus menghormati keputusan pasien jawabannya iya kita harus
menghargai keputusan pasien sebagaimana prinsip dari peralatan paliatif itu sendiri
dengan menjelaskan kepada keluarga bahwa kalau memang ini yang diinginkan

12
pasien kita harus tetap menghargainya dan masalah peralatan masih bisa kita
lanjutkan melalui program home care

13
STEP 4
(MIND MAPPING)

G1B120018_Sherli Aprilia
Tn. D (65 Tahun)

Dirawat di RS

Diagnosa medis :
Gagal jantung stadium akhir

Riwayat Kesehatan Dahulu Riwayat Kesehatan Sekarang


- 12 tahun yang lalu didiagnosa infark - Saat ini mengalami kaheksia
miokard akut dan menjalani operasi - Mengeluh sesak napas meskipun dalam
CABG. kondisi istirahat.
- Memiliki riwayat Hiperkolesterolemia
serta penyakit hipertensi

Tn.D Menolak untuk dirawat diRS dan menginginkan


dirawat dirumah. Saja. Keluarga Tn.D merasa bingung
dengan keputusan yang diambil.

Paliatif care pada pasien


terminal Gagal Jantung

14
STEP 5
(LEARNING OBJEKTIF)
A. Konsep Gagal Jantung
1. Definisi gagal jantung
2. Klasifikasi gagal jantung
3. Pathway gagal jantung
4. Patofisiologi gagal jantung
5. Penatalaksanaan gagal jantung

B. Perawatan Paliatif
1. Definisi perawatan paliatif
2. Perawatan paliatif pada pasien gagal jantung
3. Peran perawatan paliatif pada pasien gaagal jantung
4. Asuhan keperawatan paliatif pada pasien gagal jantung

STEP 6
(HASIL BELAJAR MANDIRI)
KONSEP GAGAL JANTUNG & PERAWATAN PALIATIF
A. Konsep gagal jantung
1. Definisi gagal jantung
Gagal jantung (Heart Failure) adalah sindrom klinis progresif yang disebabkan oleh
ketidakmampuan jantung memompa darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
metabolisme tubuh. Gagal jantung terjadi akibat adanya gangguan yang mengurangi
pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan/atau kontraktilitas miokard (disfungsi
sistolik).
Gagal jantung diartikan sebagai ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen sehingga
metabolism mengalami penurunan (Bachrudin & Najib, 2016).
Gagal jantung dapat diartikan sebagai abnormalitas dari fungsi struktural jantung atau
sebagai kegagalan jantung dalam mendistribusikan oksigen sesuai dengan yang
dibutuhkan pada metabolisme jaringan, meskipun tekanan pengisian normal atau adanya
peningkatan tekanan pengisian (Mc Murray, JJV., dkk., 2012).
2. Klasifikasi gagal jantung
Klasifikasi gagal jantung menurut ACC (The American College of Cardiologi) atau AHA
(American Heart Association) dilihat berdasarkan struktur dan kerusakan otot jantung
dibagi menjadi 4 kelas yaitu:

15
a. Kelas A: pasien memiliki resiko tinggi untuk berkembangnya gagal jantung tetapi
belum menunjukkan adanya kelainan struktural dan fungsional jantung serta belum
terdapat gejala gagal jantung

b. Kelas B: pasien dengan kelainan struktural jantung yang berhubungan dengan


berkembangnya gagal jantung, tetapi tanda atau gejala gagal jantung belum tampak

c. Kelas C: pasien yang memiliki gejala gagal jantung yang berhubungan dengan
kerusakan struktural jantung yang dideritanya

d. Kelas D: pasien yang memiliki gejala gagal jantung dan terdapat kerusakan jantung
yang parah. Pasien ini sulit diterapi (Lainscak, M., dkk., 2017).

3. Pathway gagal jantung

16
4. Patofisiologi gagal jantung
Kondisi patofisiologis umum yang menyebabkan progresifitas gagal jantung sangat
kompleks terlepas dari faktor pencetusnya. Mekanisme kompensasi terjadi pada setiap
derajat, dari subseluler sampai dengan interaksi 7 antar organ. Ketika rangkaian adaptasi
ini tidak mampu mengkompensasi lagi maka gagal jantung akan terjadi (Pusat informasi
ilmiah FK UNPAD, 2015).

Patofisiologi gagal jantung akut didasari oleh adanya kegagalan pompa jantung yang
menyebabkan terjadinya akumulasi dan redistribusi cairan.

5. Penatalaksanaan gagal jantung

1. Terapi Non Farmakologis

a) Istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung

b) Oksigenasi, tujuan pemberian oksigenasi untuk menurunkan kerja nafas dan


menurunkan kerja miokard

c) Dukungan diet : pembatasan natrium untuk mencegah, mengontrol atau


menghilangkan oedema.

2. Terapi Farmakologis

a) Glimosida jantung Digitalis, meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan


memperlambat frekuensi jantung. Efek yang dihasilkan : peningkatan curah jantung,
penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan diurisi dan mengurangi
oedema.

b) Terapi diuretik, diberikan untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal.
Penanganan harus hati-hati karena efek samping hiponatremia dan hipokalemia.

c) Terapi vasodilator, obat-obat vasoaktif digunakan untuk mengurangi impadasi tekanan


terhadap penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan
ventrikel dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan (Padila, 2012).

17
B. Perawatan Paliatif
1. Definisi perawatan paliatif

Perawatan paliatif merupakan pendekatan yang meningkatkan kualitas hidup pasien


(orang dewasa dan anak-anak) dan keluarga yang menghadapi masalah yang terkait
dengan penyakit yang mengancam jiwa. Perawatan paliatif merupakan pencegahan dan
penanggulangan dari penderitaan fisik, psikologi, sosial maupun spiritual yang dialami
oleh orang dewasa atau anak-anak yang mengalami terminal illness. Hal ini dapat
menjadi promosi mengenai martabat, kualitas hidup dan penyesuaian terhadap penyakit
progresif (WHO, 2016).

Pelayanan paliatif diberikan secara tim multidisiplin yang bekerjasama untuk


memberikan pelayanan personal pada pasien paliatif. Tim paliatif ini terdiri dari dokter,
perawat, psikolog, ahli gizi, apoteker, pekerja sosial dan pemberi pelayanan spiritual.
Pendekatan dengan cara tim multidisiplin ini memungkinkan tim perawatan paliatif
untuk mengatasi masalah fisik, emosional, spiritual, dan sosial yang ditumbulkan oleh
penyakit terminal (Effendy, 2014).

2. Perawatan paliatif pada pasien gagal jantung


a. Home Based Exercise Training (HBET)
Selama periode akut pasien dengan gagal jantung disarankan untuk bed rest yang
bertujuan untuk memperbaiki status hemodinamik. Setelah fase akut terlewati, pasien
berada pada fase recovery. Pada fase ini, bed rest menjadi suatu saran yang kontroversial
karena dapat memicu menurunnya level toleransi aktivitas dan memperberat gejala gagal
jantung seperti sesak disertai batuk. Semua otot perlu dilatih untuk mempertahankan
kekuatannya termasuk dalam hal ini adalah otot jantung. Pasien gagal jantung biasanya
berpikiran bahwa melakukan aktivitas termasuk latihan fisik akan menyebabkan pasien
dengan gagal jantung sesak dan timbul kelelahan, sehingga mereka lebih memilih untuk
bed rest pada fase pemulihan. Oleh karena itu, pasien perlu untuk diajarkan melakukan
aktivitas secara bertahap dengan tujuan toleransi aktivitas dapat meningkat pula.
Home-based exercise training (HBET) dapat menjadi salah satu pilihan latihan fisik dan
alternatif solusi rendahnya partisipasi pasien mengikuti latihan fisik. Pasien yang stabil

18
dan dirawat dengan baik dapat memulai program home based exercise training setelah
mengikuti tes latihan dasar dengan bimbingan dan instruksi. Tindak lanjut yang sering
dilakukan dapat membantu menilai manfaat program latihan di rumah, menentukan
masalah yang tidak terduga, dan akan memungkinkan pasien untuk maju ke tingkat
pengerahan yang lebih tinggi jika tingkat kerja yang lebih rendah dapat ditoleransi
dengan baik (Piepolli, 2011). Menurut Suharsono (2013), intervensi yang dilakukan
berupa home based exercise training berupa jalan kakiselama 30 menit, 3 kali dalam
semingguselama 4 minggu dengan intensitas 40-60% heart rate reserve, dan peningkatan
kapasitas fungsional dilakukan dengan SixMinute Walk Test (6MWT).
b. Terapi Penyekat Beta sebagai Anti-Remodelling pada Gagal Jantung
Gagal jantung merupakan sindrom kompleks yang ditunjukkan dengan gejala seperti
sesak napas saat beraktivitas dan membaik saat beristirahat, tanda retensi cairan berupa
kongesti pulmoner, edema ekstremitas, serta abnormalitas struktur dan fungsi jantung.
Keadaan tersebut berhubungan dengan penurunan fungsi pompa jantung. Penurunan
fungsi pompa jantung dapat terjadi akibat infark miokard, hipertensi kronis, dan
kardiomiopati. Berdasarkan pedoman tatalaksana gagal jantung oleh (Siswanto dkk,
2015) bahwa penyekat β harus diberikan pada semua pasien gagal jantung simtomatik
dan fraksi ejeksi ventrikel kiri ≤ 40 %. Penyekat β memperbaiki fungsi ventrikel dan
kualitas hidup, mengurangi perawatan rumah sakit karena perburukan gagal jantung, dan
meningkatkan kelangsungan hidup Indikasi pemberian penyekat β yaitu:
a) Inisiasi pemberian penyekat β
b) Penyekat β dapat dimulai sebelum pulang dari rumah sakit pada pasien dekompensasi
secara hati-hati
c) Naikan dosis secara titrasi
d) Pertimbangkan menaikan dosis secara titrasi setelah 2 – 4 minggu. Jangan naikan
dosis jika terjadi perburukan gagal jantung, hipotensi simtomatik atau bradikardi (nadi <
50 x/menit)
e) Jika tidak ada masalah diatas, gandakan dosis penyekat β sampai dosis target atau
dosis maksimal yang dapat di toleransi
c. Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Sensitivitas Barofleks Baroreflek arteri
merupakan mekanisme dasar yang terlibat dalam pengaturan tekanan darah. Hasil

19
penerapan evidance based nursing, latihan nafas dalam dapat memberikan pengaruh
terhadap sensitivitas barorefleks. Hasil setelah diberikan intervensi selama seminggu
terdapat peningkatan tekanan darahsistolik dari 80 mmHg menjadi 100 mmHg, nilai
denyut nadi mengalami penurunan dari 88 kali/menit menjadi 80 kali/menit dan pada
frekuensi pernafasan terjadi penurunan dari 24 kali/menit menjadi 18 kali/menit.
sensitivitas baroreflek dapat ditingkatkan secara signifikan dengan bernafas lambat.
Metode latihan relaksasi nafas dalam adalah dalam sistem saraf manusia terdapat
sistemsaraf pusat dan sistem saraf otonom. Fungsi sistem saraf pusat adalah
mengendalikan gerakan yang dikehendaki, misalnya gerakantangan, kaki, leher, dan jari-
jari.

3. Peran perawatan paliatif pada pasien gagal jantung


Pelayanan Paliatif adalah pelayanan yang diberikan kepada pasien dengan penyakit yang
secara medis tidak dapat disembuhkan dan dalam kondisi terminal. Dalam
perkembangannya, pelayanan holistik ini berevolusi juga menjadi dukungan pelayanan
pada berbagai kondisi penyakit kronis progresif maupun degeneratif termasuk beberapa
penyakit kardiovaskular didalamnya. Gagal jantung kronis tahap lanjut (advanced heart
failure) dan penyakit jantung koroner dengan nyeri dada menetap yang tidak dapat
dilakukan tindakan definitif serta sindroma eisen menger merupakan beberapa contoh
kondisi kardiovaskular yang relevan bagi integrasi pelayanan paliatif.
Perawatan paliatif adalah perawatan pada seorang pasien dan keluarganya yang memiliki
penyakit yang tidak dapat disembuhkan dengan cara memaksimalkan kualitas hidup
pasien serta mengurangi gejala yang mengganggu, mengurangi nyeri dengan
memperhatikan aspek psikologis dan spiritual. Perawatan ini juga menyediakan sistem
pendukung untuk menolong keluarga pasien menghadapi kematian dari anggota keluarga
yang dicintai sampai pada proses perkabungan. Dimulai sejak penyakit terdiagnosis.

20
4. Asuhan keperawatan paliatif pada pasien gagal jantung

Asuhan Keperawatan

I. Pengkajian
a. Data Umum
Nama : Tn.D
Umur : 65 thn
Jenis kelamin : laki - laki
Diagnosa medis : Gagal Jantung Stadium Akhir
b. Riwayat Penyakit Masa Lalu
12 tahun lalu pasien di diagnosa mengalami Infark Miokard akut dan menjalani
operasi CABG. Tn.D juga memiliki riwayat Hiperkolesterolemia dan Hipertensi.
c. Riwayat Kesehatan Saat Ini
Tn.D mengalami Kaheksia dan mengeluh sesak nafas meskipun dalam kondisi
istirahat.
d. Pemeriksaan Fisik
- Kesadaran : komposmentis
- Tanda - tanda Vital : tidak terkaji
- Pemeriksaan head to toe : tidak terkaji
e. Pemeriksaan Penunjang
Tidak terkaji
f. Psikososial
Tidak terkaji
g. Spiritual
Tidak terkaji

21
II. Analisa Data
No Data Etilogi Masalah
1. DS : Perubahan afterload Penurunan curah jantung

- Tn.D juga memiliki


riwayat
hiperkolesterolemia
serta penyakit
hipertermi
DO :

- tn d mengalami
kaheksia
2. DS : Kelemahan Intolernsi aktivitas
- Klien mengeluh sesak
nafas meskipun dalam
keadaan istirahat
DO :
- Klien menderita
dispnea

3. DS : Penurunan kondisi Keputusasaan


- Klien menolak fisioloogis
melakukan perawatan
di RS, dan meminta
dirawat di rumah saja
DO :
-

III. Diagnosa
1. Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload
2. Intoleransi aktivitas b.d kelelahan dan dispnea

22
3. Keputusasaan b.d penurunan kondisi fisiologis

IV. Intervensi Keperawatan


No Diagnosa keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Penurunan curah Setelah dilakukan asuhan Perawatan jantung
jantung b.d perubahan keperawatan selama Observasi
afterload 3x24 jam diharapkan - Identifikasi tanda/gejala
dengan kriteria hasil : primer Penurunan curah
jantung
-perfusi perifer 3 sedang
- Identifikasi tanda /gejala
-status cairan 4 baik
sekunder penurunan curah
-status sirkulasi 3 sedang jantung
-tingkat keletihan 3 - Monitor berat badan setiap
sedang hari pada waktu yang sama
- Monitor EKG 12 sadapoan
Terapeutik
- Posisikan pasien semi-
fowler atau fowler dengan
kaki kebawah atau posisi
nyaman
- Berikan diet jantung yang
sesuai
- Berikan dukungan
emosional dan spiritual
- Berikan oksigen untuk
memepertahankan saturasi
oksigen >94%
Edukasi
- Anjurkan beraktivitas fisik
sesuai toleransi
- Anjurkan berhenti
merokok
- Ajarkan pasien dan
keluarga mengukur berat

23
badan harian
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu
-Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
2. Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
b.d kelelahan dan perawatan selama 3x24 Observasi
dispnea jam, diharapkan toleransi - Identifikasi gangguan
terhadap aktivitas fungsi tubuh yang
meningkat, dengan mengakibatkan kelelahan
kriteria hasil : - Monitor kelelahan fisik
1. Kelelahan dan emosional
menurun - Monitir lokasi
2. Dispnea saat ketidaknyamanan selama
aktifitas menurun melakukan aktivitas
3. Dispnea setelah Terapeutik
aktivitas menurun - Sediakan lingkungan yang
Perasaan lemah nyaman dan rendah
menurun stimulus
- Berikan aktivitas distraksi
yang nyaman
Edukasi
- Anjurkan tirah baring
- Anjurkan melakukan
aktivias bertahap
- Ajarkan strategi koping
untuk mengurangi
kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi

24
tentang meningkatkan
asupan makanan.
3. Keputusasaan b.d Setelah diberikan asuhan Dukungan emosional
penurunan kondisi keperawatan selama Observasi
fisiologis 3x24 jam didapatkan - Identifikasi fungsi marah,
kriteria hasil: frustasi, dan amuk bagi
-ketahanan personal pasien
meninngkat Terapeutik
-penerimaan mengingkat - Buat pernyataan suportif
-tingkat depresi menurun atau empati selama fase
berduka
-Lakukan sentuhan untuk
memberikan dukungan
- Kurangi tuntutan berfikir
saat sakit atau lelah
edukasi
- njurkan mengungkapkan
perasaan yang dialami
- Anjurkan mengungkapkan
pengalaman emosional
sebelumnya dan pola respon
yang biasa digunakan
-Ajarkan penggunaan
mekanisme pertahanan yang
tepat
Kolaborasi
- Rujuk untuk konseling,
jika perlu

25
DAFTAR PUSTAKA

1. Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
2. Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), Edisi
1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
3. Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI),
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
4. Kurmani S, Squire I. Acute Heart Failure: Definition, Classification and Epidemiology.
Current heart failure reports. 2017;14(5):385-92.
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28785969
5. Arrigo M, Rudiger A. Acute heart failure: from pathophysiology to optimal treatment.
Cardiovascular Medicine. 2017;20(10):229-35.
https://cardiovascmed.ch/en/article/doi/cvm.2017.00520/
6. Mebazaa A, Arrigo M, Parissis JT, Akiyama E. Understanding acute heart failure:
pathophysiology and diagnosis. European Heart Journal Supplements.
2016;18(suppl_G):G11-G8. https://dx.doi.org/10.1093/eurheartj/suw044
7. McMurray, J.J.V., Adamopoulos, S., Anker, S.D., Auricchio, A., Bohm, M., Dickstein, K.,
et al (2012). ESC Guidelines For The Diagnosis And Treatment Of Acute And Chronic
Heart Failure 2012 : The Task Force For The Diagnosis And Treatment Of Acute And
Chronic Heart Failure 2012 Of The European Society Of Cardiology. Developed In
Collaboration With The Heart Failure Association (HFA) Of The ES. European Heart
Journal, 33 , 1787-1847.

26

Anda mungkin juga menyukai