Anda di halaman 1dari 21

KEPERAWATAN KRITIS

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


DENGAN STEMI Pre PCI
oleh kelompok 1
A. Latar Belakang

Penyakit Kardiovaskular masih merupakan


pembunuh nomor satu di Indonesia maupun
di dunia. Dari data di Amerika setiap tahun
1,2 juta orang mengalami infark miokard dan
kira-kira sepertiganya merupakan infark
miokard dengan ST elevasi (Keeley EC,
Hillis LD, 2007)
A.Konsep Dasar Coronary Artery Disease
(CAD)

Coronary Artery Disease (CAD) adalah


merupakan gangguan yang terjadi pada arteri
koroner akibat penyempitan atau
penyumbatan lemak di dinding koroner
mengakibatkan kurangnya asupan oksigen
dan nutrisi ke miocardium yang berujung pada
iskemia otot jantung (Rahmi, 2013).
Coronary Artery Disease dapat
dikarakteristikkan sebagai akumulasi dari
plak yang semakin lama semakin
membesar, menebal dan mengeras di
dalam pembuluh darah arteri (Nactina,
2005).
Etiologi

Penyebab utama dari CAD adalah atherosclerosis, yang merupakan suatu


proses patologis yang menyebabkan ketidakteraturan dan penebalan dari
dinding pembuluh darah arteri. Atherosclerosis biasanya terjadi pada
lapisan intima atau lapisan paling dalam dari dinding pembuluh darah.

Proses pembentukan atherosclerosis ini dimulai pada awal kehidupan


dengan perkembangan lemak (lapisan lemak yang makin lama makin
menebal) terdiri dari sel-sel makrofag dan sel-sel otot yang lembut. Lama
kelamaan sel otot yang lembut tersebut berproliferase dan membentuk
jaringan matrik yang kaku, yang terakumulasi di intrasel dan ekstrasel
(Finkelmeier, 2000).
Faktor Resiko Terjadinya CAD

1. Usia
2. Jenis Kelamin
3. Riwayat Keluarga Positif Sakit Jantung
4. RAS (Suku Bangsa)
b.Faktor resiko yang dapat diubah :

1. Merokok
2. Hiperlipidemia
3. Hipertensi
4. Diabetes Millitus
5. Obesitas
6. Inaktifitas Fisik
7. Stress Psikologi berlebihan
B. PERCUTANEOUS CORONARY INTERVENTION

(PCI) terdiri dari tiga kata yakni


Percutaneous yang artinya melalui kulit,
Coronary adalah pada arteri koroner, dan
Intervention adalah tindakan yang dilakukan
dalam rangka pengobatan pada
kelainan/penyakit jantung koroner.
Percutaneous coronary intervention(PCI)
adalah intervensi atau tindakan non bedah
untuk membuka/dilatasi/melebarkan arteri
koroner yang mengalami penyempitan agar
aliran darah dapat kembali menuju ke otot
jantung (Davis, 2011).
2.Jenis Percutaneous Coronary Intervention (PCI)

Team Work Service Koroner PJNHK membagi Percutaneous Coronary


Intervention menjadi tiga :
a.Primary Percutaneous Coronary Intervention adalah tidakan yang
dilakukan pada Akut Coroner Infark dengan Onset gejala kurang dari 12
Jam, Keterlambatan door to needle atau door to balloon tiap 30 menit akan
meningkatkan risiko relative 1 tahun sebanyak 7.5%.Sehingga segala
usaha harus dilakukan untuk mempercepat reperfusi. (May MRL,2008)
b. Early Percutaneous Coronary Intervention adalah tidakan yang
dilakukan pada Akut Coroner Infark dengan Onset gejala lebih dari 12 Jam
c. Rescue Percutaneous Coronary Intervention adalah tidakan yang
dilakukan pada Akut Coroner Infark dengan Onset gejala kurang dari 12
Jam setelah mengalami kegagalan terapi Fibrinolitik
d. Percutaneous Coronary Intervention Elektif
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PRE PERCUTANEUS
CORONARY ANGIOGRAPHY

1. Pengkajian
a. Data Umum
b. Riwayat Penyakit
c. Pemfis
d. pemeriksaan penunjang
2. Diagnosa Keperawatan

a. Diagnosa Keperawatan Pra Tindakan


1)Ansietas berhubungan dengan informasi negatif tentang prosedur
tindakan, hasil dan kemungkinan komplikasi yang muncul.
2)Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mendapatkan
informasi yang adekuat mengenai tindakan yang akan dilakukan.
3)Risiko perdarahan berhubungan dengan penggunaan antikoagulan.
b. Diagnosa Keperawatan Intra Tindakan
(1)Aritmia berhubungan dengan penurunan suplai oksigen ke
miokardium, pemberian media kontras, ketidakseimbangan elektrolit.
(2)Penurunan cardiac output berhubungan dengan kehilangan
darah,tamponade jantung, aritmia, disfungsi miokardium.
a. Ansietas berhubungan dengan informasi negatif tentang prosedur
tindakan, hasil dan kemungkinan komplikasi yang muncul.
• Tujuan :pasien cemas menurun atau hilang dan pasien mampu
mengembangkan koping yang efektif.
• Kriteria :
• 1)Ekspresi rileks, tenang.
• 2)Tanda vital dalam batas normal.
• 3)Teknik relaksasi yang digunakan pasien dapat membantu
menurunkan kecemasan.
Tindakan :
1)Kaji tingkat kecemasan pasien.
2)Kaji efek yang muncul pada pasien akibat kecemasan yang dialami.
3)Kaji penyebab kecemasan pasien.
4)Kaji mekanisme koping yang digunakan pasien.
5)Gunakan teknik komunikasi terapeutik.
6)Berikan penjelasan yang mudah diterima kepada pasien mengenai
hal yang membuat pasien cemas (prosedur tindakan, situasi ruang
tindakan, komplikasi yang akan muncul, hal – hal yang harus pasien
lakukan di dalam ruang tindakan, dll)
7)Kolaborasi dengan medis bila memerlukan sedatif.
b.Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mendapatkan informasi
yang adekuat mengenai tindakan yang akan dilakukan.
Tujuan : pengetahuan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan meningkat
Kriteria :
1)Tingkat pengetahuan pasien meningkat.
2)Pasien tampak tenang, rileks.
Tindakan :
1)Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
2)Kaji kemampuan pasien dalam menerima edukasi.
3)Berikan edukasi mengenai tindakan yang akan dilakukan (pengertian,
prosedur, situasi ruang tindakan, hal – hal yang harus pasien lakukan selam
tindakan berjalan, perawatan pasien setelah selasai dilakukan tindakan rasa
nyeri yang mungkin muncul,
kemungkinan komplikasi dan cara penaganannnya serta pencegahannya).
4)Berikan edukasi setelah tindakan selesai (bagimana cara perawatan area
puncture, kapan sheat bisa dilepas, bagimana aktivitas pasien setelah sheat
dilepas, aktivitas yang boleh dan tidak boleh dilakukan).
5)Gunakan bahasa yang mudah dipahami pasien saat memberikan edukasi.
6)Berikan edukasi mulai dari hal – hal yang ringan terlebih dahulu.
7)Gunakan media yang disukai pasien.
c.Aritmia berhubungan dengan ketidakmampuan untuk suplai oksigen ke
miokardium, pemberian zat kontras, ketidakseimbangan elektrolit.
Tujuan : pasien tidak terjadi aritmia selama dan setelah dilakukan tindakan
angiografi koroner.

Kriteria :
1)Irama EKG Normal Sinus Rhytm
2)Tidak ada perubahan irama jantung dari irama awal.
Tindakan :
1)Kaji tanda – tana vital.
2)Kaji tingkat kesadaran pasien.
3)Berikan oksigen seusai dengan kebutuhan.
4)Istirahatkan pasien.
5)Kaji pulsasi pasien.
6)Kaji perfusi pasien.
7)Kaji irama jantung pasien.
Kolaborasi dengan medis untuk pemberian oabta anti aritmia.
d.Penurunan cardiac output berhubungan dengan kehilangan darah,
tamponade jantung, aritmia, disfungsi miokardium.
Tujuan : pasien dapat memenuhi cardiac output secara adekuat.

Kriteria :
1)tanda cardiac oupt adekuat terpenuhi.
2)Kulit teraba hangat.
3)Tanda vital dalam batas normal.
4)Urine output lebih dari 0,5 cc/KgBB/jam
Tindakan :
1)Monitoring hemodinamik pasien dengan ketat.
2)Kaji kesadran pasien dan status mental.
3)Monitor irama jantung pasien.
4)Monitor perfusi jaringan di perifer (saturasi, capillary refile time, saturasi
oksigen, warna kulit dan ujung kuku)
5)Berikan oksigen sesaui dengan kebutuhan.
6)Pantau intake dan output.
7)Pantau diuresis pasien.
8)Istirahatkan pasien.
9)Kolaborasikan dengan medis utuk pemberian obat – obatan (nitrat, calcim
antagonist, beta blocker, heparin diuretic, inotropic,dll)

Anda mungkin juga menyukai