Anda di halaman 1dari 4

Nama : M.

Nabil Risky Rialva


Prodi : Teknogi Informasi
Mata Kuliah : Agama I (AIK)
Dosen : Agung Pangeran Bungsu, S.Sos M.Sos

1. Pengertian Murji’ah
Nama Murji’ah berasal dari kata irja atau arja’a yang berarti penundaan, penangguhan,
dan pengharapan. Kata arja’a juga memiliki arti memberi harapan, yakni memberi harapan
kepada pelaku dosa besar untuk memperoleh pengampunan dan rahmat Allah. Oleh karena
itu, mereka tidak mengeluarkan pendapat siapa yang salah dan benar dan lebih baik menunda
penyelesaian hingga hari perhitungan di depan Allah. Dengan demikian, kaum Murji’ah
adalah kaum yang tidak ikut campur dalam pertentangan tersebut dan mengambil sikap
menyerahkan penentuan kafir atau tidaknya orang-orang yang bertentangan tersebut kepada
Allah. (Sobirin, Sahida, & Afrizal, 2020)

2. Pengertian Khawarij
Khawarij adalah identifikasi kesejarahan yang secara minor dinisbatkan untuk menyebut
kelompok teroris, dimana dalam sejarah politik Islam selalu bersanding dengan Sunni sebagai
kelompok penguasa dan Syiah sebagai kelompok oposisi. Khawarij mempunyai doktrin yang
khas, diantaranya adalah konsep al-takfir dan konsep hakimiyyah. Khawarij awal Islam telah
mengkafirkan Khalifah Ali b. Abi Thalib sebagai penguasa yang sah dan kemudian
memfatwakan untuk membunuhnya karena dianggap mendustakan hukum Allah. Khawarij
modern juga mengkafirkan lalu memerangi terhadap individu, masyarakat dan juga negara
yang tidak menegakkan hakimiyyah (kedaulatan hukum Alla) di muka bumi. Bahkan diantara
kelompok khawarij modern ada yang memfatwakan untuk membunuh Amerika dan
sekutunya baik sipil maupun militer kapan pun dan di mana pun menemukan mereka. Inilah
khawarij hadza al-ashr. (Anshori, 2009)

3. Pengertian Jabariyah
Kata Jabariyah berasal dari kata Jabara dalam bahasa Arab yang mengandung arti
memaksa dan mengharuskan melakukan sesuatu. Menurut Sirajuddin Abbas, Jabariyah
berarti tidak ada ikhtiar bagi manusia. Amin Nurdin dan Afifi Fauzi Abbas memaknai
Jabariyah berarti terpaksa. Dari pengertian secara etimologi di atas, dapat dipahami bahwa
kata jabara merupakan suatu paksaan di dalam melakukan setiap sesuatu. Atau dengan kata
lain ada unsur keterpaksaan. Kata Jabara setelah berubah menjadi Jabariyah (dengan
menambah huruf Ya nisbah) mengandung pengertian bahwa suatu kelompok atau suatu aliran
(isme). Mengenai asal usul dan akar kemunculan aliran Jabariyah ini tidak lepas dari
beberapa faktor, antara lain faktor politik dan faktor geografi. (Sumanto, 2016)

4. Pengertian Qadariah
Pengertian Qadariyah secara etimologi, berasal dari bahasa Arab, yaitu qadara yang
bemakna kemampuan dan kekuatan. Adapun secara termenologi istilah adalah suatu aliran
yang percaya bahwa segala tindakan manusia tidak diinrvensi oleh Allah. Aliran-aliran ini
berpendapat bahwa tiap-tiap orang adalah pencipta bagi segala perbuatannya, ia dapat berbuat
sesuatu atau meninggalkannya atas kehendaknya sendiri. Aliran ini lebih menekankan atas
kebebasan dan kekuatan manusia dalam mewujudkan perbutan- perbutannya. Harun Nasution
menegaskan bahwa aliran ini berasal dari pengertian bahwa manusia mempunyai kekuatan
untuk melaksanakan kehendaknya, dan bukan berasal dari pengertian bahwa manusia
terpaksa tunduk pada qadar Tuhan. Menurut Ahmad Amin sebagaimana dikutip oleh
Hadariansyah, orang-orang yang berpaham Qadariyah adalah mereka yang mengatakan
bahwa manusia memiliki kebebasan berkehendak dan memiliki kemampuan dalam
melakukan perbuatan. Manusia mampu melakukan per- buatan, mencakup semua perbuatan,
yakni baik dan buruk. (Sumanto, 2016)

5. Mu’tazilah
Kaum Mu`tazilah merupakan sekelompok manusia yang pernah menggemparkan dunia
Islam selama lebih dari 300 tahun akibat fatwa-fatwa mereka yang menghebohkan, selama
waktu itu pula kelompok ini telah menumpahkan ribuan darah kaum muslimin terutama para
ulama Ahlus Sunnah yang bersikukuh dengan pedoman mereka. Aliran mu‟tazilah
merupakan aliran teologi Islam yang terbesar dan tertua Kaum mu‟tazilah secara teknis
terdiri dari dua golongan dan masing-masing golongan mempunyai pandangan yang berbeda.
Golongan tersebut ialah golongan pertama, (disebut Mu‟tazilah I) muncul sebagai respon
politik murni dan golongan kedua, (disebut Mu‟tazilah II) muncul sebagai respon persoalan
teologis yang berkembang di kalangan Khawarij dan Mur‟jiah akibat adanya peristiwa
tahkim. Banyak sebutan mengenai kaum mu‟tazilah salah satunya Ahlul ‘Adl Wa atTauhid
(golongan yang mempertahankan keadilan dan keesaan Allah). Sedangkan ajaran pokok
mu‟tazilah yakni tentang: Keesaan (at-Tauhid), Keadilan Tuhan (AlAdlu), Janji dan ancaman
(al-Wa‟du wal Wa‟idu), Tempat di antara dua tempat (Al manzilatu bainal manzilatain),
Menyuruh kebaikan dan melarang keburukan („amar ma‟ruf nahi munkar). Dan yang paling
penting yakni kegiatan orang-orang mu‟tazilah baru hilang sama sekali setelah terjadi
serangan orang-orang mongolia atas dunia islam. (Rohidin, 2018)

6. Asy’ariyah
Al Asy’ari adalah nama sebuah kabilah Arab terkemuka di Bashrah, Irak. Dari kabilah ini
muncul beberapa orang tokoh terkemuka yang turut mempengaruhi dan mewarnai sejarah
peradaban umat Islam. Nama Al-Asy’ariyah diambil dari nama Abu Al-Hasan Ali bin
IsmailAl-Asy’ari yang dilahirkan dikota Bashrah (Irak) pada tahun 206 H/873 M. Pada
awalnya Al-Asy’ari ini berguru kepada tokoh Mu’tazilah waktu itu, yang bernama Abu Ali
Al-Jubai. Dalam beberapa waktu lamanya ia merenungkan dan mempertimbangkanantara
ajaran-ajaran Mu’tazillah dengan paham ahli-ahli fiqih dan hadist.
Ketika berumur 40 tahun, dia bersembunyi dirumahnya selama 15 hari untuk memikirkan
hal tersebut. Pada hari Jum’at dia naik mimbar di masjid Bashrah secara resmi dan
menyatakan pendiriannya keluar dari Mu’tazilah.
Al-Asy’ari sebagai orang yang pernah menganut paham Mu’tazillah, tidak dapat
menjauhkan diri dari pemakaian akal dan argumentasi pikiran. ia menentang dengan kerasnya
mereka yang mengatakan bahwa akal pikiran dalam agama atau membahas soal-soal yang
tidak pernah disinggung oleh Rasulullah merupakan suatu kesalahan. Dalam hal ini ia juga
mengingkari orang yang berlebihan menghargai akal pikiran, karena tidak mengakui sifat-
sifat Tuhan. (Hasnibuan, 2017)

7. Martudiyah
Lahirnya aliran Maturidiyah dilatarbelakangi oleh: rasa tidak puas al-Maturidi terhadap
metode Kalam kaum rasionalis, di satu sisi dan kaum tradisionalis di sisi lain, kekhawatiran
atas meluasnya paham Syiah Qaramithah yang banyak dipengaruhi oleh aliran Mazdakism
dan Manichaenism.
Pemikiran teologi al-Maturidi dipengaruhi oleh pemikiran Abu Hanifah serta kondisi
masyarakatnya yang heterogen, di samping itu, Samarqand sebagai tempat kediamannya
merupakan arena diskusi para ulama dari berbagai aliran mazhab fikih dan kalam. Sehingga
pemikiran-pemikiran teologi al-Maturidi kadang-kadang cenderung pada Mu‟tazilah.
Pemikiran teologi al-Maturidi tersebar melalui karyanya, dan setelah beliau wafat, ajaran
ajarannya yang kemudian dikenal sebagai aliran Maturidiyah, disebarkan melalui murid-
murid dan para pengikutnya, dari masa ke masa. Salah seorang pengikutnya yang terkemuka
adalah al-Bazdawi yang dalam pandangan kalamnya terdapat perbedaan dengan al-Maturidi,
sehingga lahirlah istilah golongan Maturidiyah Bukhara yakni pengikut al-Bazdawi, dan
Maturidiyah Samarqand, yakni pengikut al-Maturidi sendiri.
Aliran Maturidiyah banyak diikuti oleh umat Islam yang bermazhab Hanafi, terutama di
wilayah Asia Tengah. (Hamka, 2007)

PENDEKATAN

1. BAYANI
metode bayani (tafsir/takwil), Metode bayanidigunakanoleh kaum mufasir untuk menggali
ilmu dalam Alquran dan hadis. (Rangkuti, 2016)
2. BURHANI
metode burhani (logis), metode burhaniditerapkan kaum filsuf untuk memahami objek-objek
non-fisik. (Rangkuti, 2016)
3. IRFANI
metode ‘irfani (intuisi), metode ‘irfani diterapkan oleh sufi untuk menyaksikan objek-objek
non-fisik. (Rangkuti, 2016)

References
Anshori, A. Y. (2009). Khawarij, 43.

Hamka. (2007). MATURIDIYAH: KELAHIRAN DAN PERKEMBANGANNYA, 258-267.

Hasnibuan, H. R. (2017). MA. ALIRAN ASY'ARIYAH (Kajian Historis dan Pengaruh Aliran Kalam
Asy’ariyah), 434-435.

Rangkuti. (2016). IMPLEMENTASI METODE BAYANI, BURHANI, TAJRIBI DAN ‘IRFANI DALAM STUDI
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.

Rohidin. (2018). MU’TAZILAH: SEJARAH DAN PERKEMBANGANNYA, 10.

Sobirin, A. N., Sahida, B. A., & Afrizal, A. (2020). ALIRAN MURJI’AH, 5-6.

Sumanto, E. (2016). AKAL, WAHYU, DAN KASB MANUSIA, 81-82.

Anda mungkin juga menyukai