Anda di halaman 1dari 4

Tugas 6 Studi Kawasan 2021 – Critical Review

Nama : Ledis sixti nauli


NIM : 2070750072
Sumber: Castelss, Manuel. 2010. The Power Of Identity. English: Blackwell Publishing.

Konstruk Identitas dan Konstelasi Politik kawasan


Latar Belakang
Identitas merupakan sumber makna dan pengalaman individu, kelompok ataupun
kawasan yang tidak terlepas dari persamaan unsur sejarah. Dengan identitas, dapat mengacu
pada aktor sosial, maka dapat dipahami sebagai proses konstruksi makna atas dasar atribut
budaya yang diprioritas kan di atas sumber makna lainnya. Untuk individu tertentu, atau
untuk aktor kolektif, mungkin ada pluralitas identitas. Namun, pluralitas seperti yang di
maksud merupakan sumber kontradiksi baik dalam representasi diri maupun tindakan sosial.
Hal ini dikarenakan identitas harus dibedakan dari apa yang, secara tradisional, disebut
sosiolog sebagai peran misalnya menjadi pekerja, ibu, tetangga, militan sosialis, anggota
serikat pekerja, pemain bola basket, pengunjung gereja, dan perokok pada waktu yang sama
ditentukan oleh norma-norma yang disusun oleh institusi dan organisasi masyarakat. Nilai
relatif mereka dalam mempengaruhi perilaku orang tergantung pada negosiasi dan
pengaturan antara individu, lembaga dan organisasi. Identitas merupakan sumber makna bagi
aktor itu sendiri, dan oleh dirinya sendiri yang dikonstruksi melalui proses individualisasi.
Identitas juga dapat berasal dari institusi dominan, dimana identitas hanya menjadi
identitas ketika aktor sosial menginternalisasi mereka, dan membangun makna mereka di
sekitar internalisasi kawasannya. Yang pasti, beberapa definisi diri juga bisa bertepatan
dengan peran sosial, misalnya kapan menjadi ayah adalah definisi diri yang paling penting
dari sudut pandang aktor. Namun, identitas merupakan sumber makna yang lebih kuat
daripada peran karena proses konstruksi diri dan individualisasi yang mereka libatkan.
Secara alami, identitas yang dimulai sebagai perlawanan dapat mendorong rencana,
menjadi dominan dalam institusi masyarakat, sehingga menjadi identitas yang melegitimasi
untuk merasionalisasi dominasi mereka. Memang, dinamika identitas di sepanjang urutan ini
menunjukkan bahwa, dari sudut pandang teori sosial, tidak ada identitas yang dapat menjadi
esensi, dan tidak ada identitas yang memiliki,sendiri, nilai progresif atau regresif di luar
konteks historisnya. Hal yang berbeda, dan sangat penting, adalah manfaat dari setiap
identitas bagi orang-orang yang menjadi bagiannya.
Analisis dalam Review Kritik
Konstruksi sosial identitas selalu terjadi dalam konteks yang ditandai oleh hubungan
kekuasaan, terdapat perbedaan antara tiga bentuk dan asal-usul pembangunan identitas yang
telah dicetuskan oleh Castells. Pertama, legitimasi identitas, diperkenalkan oleh institusi
masyarakat yang dominan untuk memperluas dan merasionalisasikan dominasi mereka yang
berhadapan dengan aktor sosial. Kedua, resistensi identitas, dihasilkan oleh aktor-aktor yang
berada dalam kondisi yang distigmatisasi oleh logika dominasi, sehingga membangun
gerakan perlawanan untuk kelangsungan hidup berdasarkan prinsip-prinsip yang berbeda
atau bertentangan dengan lembaga-lembaga masyarakat. Ketiga, proyek identitas, ketika
aktor sosial, atas dasar materi budaya apa pun yang tersedia bagi mereka, membangun
identitas baru yang mendefinisikan kembali posisi mereka dalam masyarakat dan
menstransformasikan struktur sosial secara keseluruhan.
Identitas yang muncul sebagai resistensi yang dapat memandu proyek, dan mungkin
juga, dalam perjalanan sejarah, identitas menjadi dominan dalam institusi masyarakat,
sehingga identitas melegitimasi dominasinya sendiri. Setiap jenis proses pembangunan
identitas mengacu pada hasil yang berbeda dalam membentuk masyarakat.. Hal itu karena
bagi para aktor sosial yang dikucilkan atau menolak individualisasi identitas yang melekat
pada kehidupan dalam jaringan global kekuasaan dan kekayaan, komunitas budaya landasan
agama, nasional, atau teritorial tampaknya memberikan alternatif utama untuk konstruksi
makna dalam masyarakat kita. Pada awalnya, identitas defensif berfungsi sebagai
perlindungan dan solidaritas, dimana mereka bergerak untuk melindungi dari dunia luar yang
bermusuhan. Mereka terbentuk secara budaya yaitu, diatur dalam seperangkat nilai tertentu
yang makna dan pembagiannya ditandai oleh kode identifikasi diri yang spesifik seperti
komunitas orang percaya, nasionalisme, geografi lokalitas.
Fundamentalisme agama merupakan sesuatu yang lain yang dianggap sebagai
"sesuatu yang asing" hal ini dimaknai sebagai sumber ter penting untuk membangun identitas
dalam masyarakat untuk alasan yang lebih jelas. Dasar sosial fundamentalisme dapat dilihat
di Iran, di mana ketika kekuatan revolusioner lainnya berpartisipasi dalam mobilisasi
panjang dan perjuangan keras untuk menggulingkan kediktatoran berdarah Pahlavi, para
pemimpinnya adalah ulama, dan masjid adalah tempat komite revolusioner yang
mengorganisir pemberontakan rakyat. Sedangkan untuk aktor sosial, kekuatan gerakan ada di
Teheran dan kota-kota besar lainnya, terutama di kalangan mahasiswa, intelektual, pedagang
bazar, dan perajin. Ketika gerakan itu turun ke jalan, ia bergabung dengan massa imigran
pedesaan yang menghuni kota-kota kumuh Teheran yang luas pada 1970-an, setelah
modernisasi pertanian mengusir mereka dari desa mereka.

Reaksi-reaksi defensif ini menjadi sumber makna dan identitas dengan membangun
kode-kode budaya baru dari sejarah. Bentuk pengembangan identitas ini pada hakikatnya
berkisar pada prinsip identitas resistensi yang melegitimasi identitas tampaknya telah
memasuki krisis fundamental karena cepatnya disintegrasi masyarakat sipil yang diwarisi dari
era industri, dan akibat merosotnya negara-bangsa. Sumber legitimasi utama dalam reaksi
tahap pertama, terlihat dari rekonstruksi makna dengan identitas defensif yang melepaskan
diri dari institusi masyarakat, dan berjanji untuk membangun kembali dari bawah ke atas,
sambil mengecilkan diri di surga komunal. Ada kemungkinan bahwa dari wilayah kecil ada
subjek baru, yaitu agen kolektif transformasi sosial, sehingga membangun makna baru di
sekitar identitas proyek. Mengingat krisis struktural masyarakat sipil dan negara-bangsa, ini
mungkin menjadi sumber potensial utama perubahan sosial dalam masyarakat.
Dalam memahami teori identitas yang telah dicetuskan oleh Castells dalam
memahami identitas kawasan, dapat kita lihat dari, legitimasi identitas, yakni ASEAN. Lalu
masuk pada teori pembentukan identitas kedua, yakni resistensi identitas dimana pada
awalnya ASEAN ini terbentuk karena negara-negara di kawasan Asia Tenggara
menginginkan kawasan Asia Tenggara ini menjadi kawasan yang damai dan aman serta dapat
mencapai stabilitas, karena pada dasarnya waktu itu kawasan Asia Tenggara ini mengalami
ketakutan terhadap paham komunisme yang dianggap akan mengancam identitas negara-
negara di kawasan Asia Tenggara dan membuat negara-negara di Asia Tenggara ini
melakukkan perlawanan terhadap paham komunis ini dengan cara bersatu membentuk
ASEAN. Maka dari hal inilah yang membuat project identitas yang pada akhirnya negara-
negara Asia Tenggara ini melalui ASEAN membangun ulang identitas mereka secara kolektif
dan menciptakan identitas baru yang akan mentransformasikan struktur kawasan Asia
Tenggara dan dengan terbentuknya ASEAN sebagai identitas baru di kawasan Asia Tenggara
memiliki tujuan untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas kawasan.

Kesimpulan
Kesimpulannya adalah dengan identitas, dapat mengacu pada aktor sosial, maka
dapat dipahami sebagai proses konstruksi makna atas dasar atribut budaya yang diprioritas
kan di atas sumber makna lainnya, Identitas juga dapat berasal dari institusi dominan, dimana
identitas hanya menjadi identitas ketika aktor sosial menginternalisasi mereka, dan
membangun makna mereka di sekitar internalisasi kawasannya. Kemudian konstruksi sosial
identitas selalu terjadi dalam konteks yang ditandai oleh hubungan kekuasaan, terdapat
perbedaan antara tiga bentuk dan asal-usul pembangunan identitas yakni legitimasi
identitas,resistensi identitas dan proyek identitas. Serta kaitan identitas defensif yang
berfungsi sebagai perlindungan dan solidaritas, dimana mereka bergerak untuk melindungi
dari dunia luar yang bermusuhan. Mereka terbentuk secara budaya yaitu, diatur dalam
seperangkat nilai tertentu.

Anda mungkin juga menyukai