Reaksi-reaksi defensif ini menjadi sumber makna dan identitas dengan membangun
kode-kode budaya baru dari sejarah. Bentuk pengembangan identitas ini pada hakikatnya
berkisar pada prinsip identitas resistensi yang melegitimasi identitas tampaknya telah
memasuki krisis fundamental karena cepatnya disintegrasi masyarakat sipil yang diwarisi dari
era industri, dan akibat merosotnya negara-bangsa. Sumber legitimasi utama dalam reaksi
tahap pertama, terlihat dari rekonstruksi makna dengan identitas defensif yang melepaskan
diri dari institusi masyarakat, dan berjanji untuk membangun kembali dari bawah ke atas,
sambil mengecilkan diri di surga komunal. Ada kemungkinan bahwa dari wilayah kecil ada
subjek baru, yaitu agen kolektif transformasi sosial, sehingga membangun makna baru di
sekitar identitas proyek. Mengingat krisis struktural masyarakat sipil dan negara-bangsa, ini
mungkin menjadi sumber potensial utama perubahan sosial dalam masyarakat.
Dalam memahami teori identitas yang telah dicetuskan oleh Castells dalam
memahami identitas kawasan, dapat kita lihat dari, legitimasi identitas, yakni ASEAN. Lalu
masuk pada teori pembentukan identitas kedua, yakni resistensi identitas dimana pada
awalnya ASEAN ini terbentuk karena negara-negara di kawasan Asia Tenggara
menginginkan kawasan Asia Tenggara ini menjadi kawasan yang damai dan aman serta dapat
mencapai stabilitas, karena pada dasarnya waktu itu kawasan Asia Tenggara ini mengalami
ketakutan terhadap paham komunisme yang dianggap akan mengancam identitas negara-
negara di kawasan Asia Tenggara dan membuat negara-negara di Asia Tenggara ini
melakukkan perlawanan terhadap paham komunis ini dengan cara bersatu membentuk
ASEAN. Maka dari hal inilah yang membuat project identitas yang pada akhirnya negara-
negara Asia Tenggara ini melalui ASEAN membangun ulang identitas mereka secara kolektif
dan menciptakan identitas baru yang akan mentransformasikan struktur kawasan Asia
Tenggara dan dengan terbentuknya ASEAN sebagai identitas baru di kawasan Asia Tenggara
memiliki tujuan untuk menciptakan perdamaian dan stabilitas kawasan.
Kesimpulan
Kesimpulannya adalah dengan identitas, dapat mengacu pada aktor sosial, maka
dapat dipahami sebagai proses konstruksi makna atas dasar atribut budaya yang diprioritas
kan di atas sumber makna lainnya, Identitas juga dapat berasal dari institusi dominan, dimana
identitas hanya menjadi identitas ketika aktor sosial menginternalisasi mereka, dan
membangun makna mereka di sekitar internalisasi kawasannya. Kemudian konstruksi sosial
identitas selalu terjadi dalam konteks yang ditandai oleh hubungan kekuasaan, terdapat
perbedaan antara tiga bentuk dan asal-usul pembangunan identitas yakni legitimasi
identitas,resistensi identitas dan proyek identitas. Serta kaitan identitas defensif yang
berfungsi sebagai perlindungan dan solidaritas, dimana mereka bergerak untuk melindungi
dari dunia luar yang bermusuhan. Mereka terbentuk secara budaya yaitu, diatur dalam
seperangkat nilai tertentu.