Anda di halaman 1dari 98

SKRIPSI

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT IKAN NILA

DENGAN METODE BACKWARD CHAINING DAN

CERTAINTY FACTOR

Oleh:
SOLEH HUDIN
NIM. H171600603

PROGRAM DIPLOMA 4

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA PERANGKAT

LUNAK JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2021
ii

SKRIPSI

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS PENYAKIT IKAN NILA

DENGAN METODE BACKWARD CHAINING DAN

CERTAINTY FACTOR

Oleh:
SOLEH HUDIN
NIM. H171600603

PROGRAM DIPLOMA 4

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA PERANGKAT

LUNAK JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

2021
iii

@ Hak cipta milik Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, tahun 2021 Hak

cipta dilindungi undang-undang


1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa
mencantumkan atau menyebutkan sumber
a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penulisan karya
ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu
masalah
b. Pegutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi Politeknik
Pertanian Negeri Samarinda
2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh
karya tulis dalam bentuk apapun tanpa seijin Politeknik Pertanian
Negeri Samarinda
iv

SURAT PENYATAAN KEASLIAN SKIRPSI DAN SUMBER


INFORMASI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Soleh Hudin


NIM : H171600603
Perguruan Tinggi : Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
Jurusan : Manajemen Pertanian
Program Studi : Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak
Alamat Rumah : Jl. KH. Harun Nafsi, RT 19, Kel. Rapak Dalam, Kec.
Loa Janan Ilir

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah saya buat dengan judul “SISTEM
PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS PENYAKIT IKAN NILA
MENGGUNAKAN METODE BACKWARD CHAINING DAN CERTAINTY
FACTOR BERBASIS WEB” adalah asli dan bukan plagiat (jiplakan) dan belum
pernah diajukan, diterbitkan/duplikasikan dimanapun dan dalam bentuk apapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir dri skripsi ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun juga. Apabila dikemudian hari ternyata saya memberikan
keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang mengklaim bahwa tugas akhir yang telah
saya buat adalah hasil karya milik seseorang atau badan tertentu, saya bersedia diproses
baik secara pidana maupun perdata dan kelulusan saya dari Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda dicabut/dibatalkan.

Dibuat : Samarinda
Pada Tanggal : 27 September 2021
Yang menyatakan,

Soleh hudin
v

HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Soleh Hudin


NIM : H171600603
Program Studi : Teknologi Rekayasa Perangkat Lunak
Jurusan : Manajemen Pertanian

Mengajukan Proposal SISTEM PAKAR UNTUK


Skripsi dengan judul:
MENDIAGNOSIS PENYAKIT IKAN NILA MENGGUNAKAN METODE
BACKWARD CHAINING DAN CERTAINTY FACTOR BERBASIS WEB,
dengan kerangka penelitian terlampir bersama ini.
Atas persetujuan dan pengesahannya disampaikan ucapan terima kasih.

Samarinda, 2021
Disetujui, Pada
tanggal:
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2 Pemohon

Ida Maratul Khmidah,S.Kom.,M.Cs Annafi franz S.kom., M.Kom. Soleh Hudin


NIP. 199101132019032023 NIP. 198504122019031010 NIM. H171600603

Disahkan, Pada
Tanggal:
Ketua Program Studi Tekonlogi Rekayasa Perangkat Lunak

Dr. Suswanto, S. Pd, M. Pd NIP.


19680525 199512 1 001
vi

ABSTRAK

Soleh Hudin. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Ikan Nila Menggunakan
Metode Backward Chaining Dan Certainty Factor Berbasis Web (di bawah bimbingan
Ida Maratul Khmidah,S.Kom.,M.Cs dan Annafi franz S.kom., M.Kom.).
Budidaya ikan nila sangat diminati para peternak karena pasarnya yang terus
berkembang. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, budidaya ikan nila dilakukan
secara intensif. Disamping itu juga terdapat masalah yang timbul pada budidaya ikan nila.
Masalah tersebut adalah gagalnya kegiatan pemeliharaan ikan nila ini. Penyebab
gagalnya kegiatan ini adalah karena faktor penyakit. Munculnya penyakit ini merupakan
hasil interaksi kompleks atau tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem
perairan ikan yang lemah, patogen yang ganas serta kualitas lingkungan yang
memburuk.
Berdasarkan studi kasus dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penulis
akan membuatkan sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit ikan nila
menggunakan metode backward chaining dan certainty factor berbasis web.
Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang web sebagai solusi penanggulangan

penyakit pada ikan nila dan mengimplementasikan metode BC dalam mendiagnosis

penyakit ikan nila berbasis web.?

Kata Kunci : Diagnosa, Backward Chaining, Certainty Factor, Ikan Nila


vii

RIWAYAT HIDUP

Soleh Hudin, Lahir pada tanggal 03 November 1998 di kota

Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur. Merupakan anak ke

Tiga dari bapak Amaragun Dan Ibu Erna. Memulai

Pendidikan di SDN 017 Negeri Samarinda pada Tahun 2005

dan melanjutkan ke SMP Negeri 09 Samarinda pada Tahun

2011 kemudian

memperoleh ijasah SMK dengan jurusan Administrasi Perkantoran di SMK Negeri 20

Samarinda pada Tahun 2017. Pendidikan Tinggi di mulai pada Politeknik Pertanian

Negeri Samarinda, Jurusan Manajemen Pertanian, Program Studi Teknologi Rekayasa

Perangkat Lunak tahun 2017. Bulan Juni – Juli 2020 melaksanakan program PKN

(Praktek Kerja Nyata) di Desa Jongkang Kecamatan Tenggarong Sebrang, Kota

Tenggarong, Provinsi Kalimantan Timur. Bulan Maret – Mei 2021 mengikuti program

PKL (Praktek Kerja Lapang) Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi, Kecamatan

Samarinda Kota, Kota Samarinda, Provinisi Kalimantan Timur.


viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat Rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penelitian dan penyusunan skripsi
dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu bulan Agustus 2021, yang merupakan syarat untuk
menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat gelar
Sarjana Terapan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Ibu Maratul Khmidah,S.Kom.,M.Cs, selaku Dosen Pembimbing I.
2. Bapak Annafi franz S.kom., M.Kom, selaku dosen pembimbing II.
3. Bapak Dr. Suswanto, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknologi Rekayasa
Perangkat Lunak.
4. Ibu Dr.Ir. Budi Winarni, M.Si, selaku ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
5. Bapak Hamka, S.TP, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
6. Bapak/Ibu Dosen, Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) dan seluruh Staff
Politeknik Pertanian Samarinda.
7. Segenap anggota keluarga yang telah mendukung penulis serta semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu hingga terselesaikannya
skripsi ini.

Walaupun sudah berusaha dengan sungguh-sungguh, Penulis menyadari masih


banyak terdapat kekurangan dan kelemahan dalam penulisan ini, namun semoga skripsi
ini dapat bermanfaat bagi siapa saja memerlukannya.

Kampus Politani Samarinda, September 2021

Soleh Hudin
i

DAFTAR ISI

SKRIPSI............................................................................................................................ii

SURAT PENYATAAN KEASLIAN SKIRPSI DAN SUMBER INFORMASI...............iv

HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................v

ABSTRAK........................................................................................................................vi

RIWAYAT HIDUP.........................................................................................................vii

KATA PENGANTAR....................................................................................................viii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................ix

DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xii

DAFTAR TABEL...........................................................................................................xiv

I. PENDAHULUAN......................................................................................................1

A. Latar Belakang......................................................................................................1

B. Rumusan Masalah.................................................................................................4

C. Batasan Masalah....................................................................................................4

D. Tujuan Penelitian...................................................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................................5

A. Studi Literatur.......................................................................................................5

B. Kecerdasan Buatan................................................................................................9

C. Sistem Pakar........................................................................................................11

D. Backward Chaining.............................................................................................13
x

E. Metode Certainty Factor......................................................................................14

F. Ikan Nila..............................................................................................................15

G. Jenis-jenis Ikan Nila............................................................................................17

H. Penyakit Ikan Nila Dan Cara Penanggulanagan..................................................23

I. Xampp.................................................................................................................39

J. Hypertext markup language (HTML).............................................................41

K. Hypertext Preprocessor (PHP).............................................................................41

L. Data Flow Diagram (DFD)..................................................................................43

M. Entity Relationship Diagram (ERD)....................................................................45

III. METODE PENELITIAN.....................................................................................48

A. Waktu dan tempat penelitian...............................................................................48

B. Alat dan bahan.....................................................................................................48

C. Prosedur Penelitia................................................................................................51

D. Perancangan Aplikasi..........................................................................................52

E. Pemodelan Sistem...............................................................................................55

F. User Interface......................................................................................................60

G. Pengujian Data....................................................................................................64

H. Contoh perhitungan menggunakan metode Backward Chaining.........................66

I. Contoh Perhitungan menggunakan metode certainty factor.................................67

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................................72

A. Hasil....................................................................................................................72
x

B. Pembahasan........................................................................................................75

V. KESIMPULAN DAN SARAN................................................................................82

A. Kesimpulan..........................................................................................................82

B. Saran....................................................................................................................82

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................83
x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Nila Larasati...................................................................................................17

Gambar 2. Nila Best........................................................................................................18

Gambar 3. Nila Gesit.......................................................................................................19

Gambar 4. Nila Hitam......................................................................................................20

Gambar 5. Nila Merah.....................................................................................................20

Gambar 6. Nila Gift.........................................................................................................21

Gambar 7. Nila Get..........................................................................................................22

Gambar 8. Nila Jica.........................................................................................................22

Gambar 9. Penyakit Lernea..............................................................................................23

Gambar 10.Penyakit ingsan dan kulit..............................................................................25

Gambar 11. Penyakit trichodina.......................................................................................26

Gambar 12. Penyakit saprolegniasis................................................................................28

Gambar 13. Penyakit epistylis.........................................................................................29

Gambar 14. Penyakit bercak merah.................................................................................30

Gambar 15. Penyakit bintik putih....................................................................................31

Gambar 16. Penyakit penducle........................................................................................33

Gambar 17. Penyakit edward siella..................................................................................34

Gambar 18. Penyakit kutu ikan........................................................................................35

Gambar 19. Penyakit stereptococcosis.............................................................................36

Gambar 20. Penyakit tilapia like virus(TiLV)..................................................................38

Gambar 21. Prosedur Penelitian.......................................................................................51

Gambar 22. Diagram konteks..........................................................................................53

Gambar 23. DFD Level 1................................................................................................54


x

Gambar 24. ERD Diagram...............................................................................................55

Gambar 25. Pohon Keputusan..........................................................................................58

Gambar 26. Proses Backward Chaining...........................................................................59

Gambar 27. Rancangan halaman index utama..................................................................60

Gambar 28. Halaman jenis-jenis ikan nila........................................................................61

Gambar 29. halaman diagnosis........................................................................................61

Gambar 30. Halaman data penyakit.................................................................................62

Gambar 31. Halaman tentang...........................................................................................63

Gambar 32. Halaman masuk............................................................................................64

Gambar 33. Penyakit Lernea............................................................................................68

Gambar 34. Penyakit Cacing Ingsang..............................................................................69

Gambar 35. Penyakit Bercak Merah................................................................................70

Gambar 36. Penyakit Saprolegniasis................................................................................70

Gambar 37. Penyakit Bintik Putih....................................................................................71

Gambar 38. Tampilan Beranda.........................................................................................72

Gambar 39. Tampilan kosultasi........................................................................................72

Gambar 40. Tampilan Tentang Kami...............................................................................73

Gambar 41. Tampilan Hasil Konsultasi............................................................................73

Gambar 42. Tampilan Login............................................................................................74

Gambar 43. Tampilan Data Penyakit...............................................................................74

Gambar 44. Tampilan Data Gejala...................................................................................75

Gambar 45. Tampilan Data Pengetahuan.........................................................................75


x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Perbandingan.......................................................................................................9

Tabel 2. DFD...................................................................................................................44

Tabel 3. Notasi Entity Relationship Diagram (ERD).......................................................46

Tabel 4. Penyakit.............................................................................................................49

Tabel 5. Gejala.................................................................................................................49

Tabel 6. Rumusan masalah penyakit................................................................................56

Tabel 7. Rule Base...........................................................................................................59

Tabel 8.Pohon keputusan.................................................................................................64

Tabel 9. Pengujian Website.............................................................................................79

Tabel 10. Hasil Perhitungan Data Responden SUS..........................................................80


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Budidaya ikan nila sangat diminati para peternak karena pasarnya yang terus

berkembang. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, budidaya ikan nila dilakukan

secara intensif. Disamping itu juga terdapat masalah yang timbul pada budidaya ikan

nila. Masalah tersebut adalah gagalnya kegiatan pemeliharaan ikan nila ini. Penyebab

gagalnya kegiatan ini adalah karena faktor penyakit. Munculnya penyakit ini

merupakan hasil interaksi kompleks atau tidak seimbang antara tiga komponen dalam

ekosistem perairan ikan yang lemah, patogen yang ganas serta kualitas lingkungan

yang memburuk. Peranan komputer sangat diperlukan untuk menyediakan informasi

dengan cepat, tepat dan akurat. Salah satunya adalah perkembangan sistem pakar

(Expert System) yang merupakan terobosan terbaru dalam dunia computer.

Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keaneragaman hayati,

misalnya ikan nila. Budidaya ikan nila sangat diminati para peternak karena pasarnya

yang terus berkembang. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, budidaya ikan nila

sebaiknya tidakdilakukan secara sampingan atau sekedar kegiatan subsisten. Ikan nila

sanggup hidup dalam kepadatan tebar yang tinggi. Oleh karena itu, usaha budidaya

ikan nila akan memberikan keuntungan lebih apabila dilakukan secara intensif. Namun

ada juga masalah yang timbul pada ikan nila. Masalah tersebut adalah gagalnya

kegiatan pemeliharaan ikan nila ini. Salah satu penyebab gagalnya kegiatan ini

adalah

karena faktor penyakit. Munculnya gangguan penyakit pada ikan nila


2

merupakan resiko yang harus selalu diantisipasi. Munculnya penyakit ini merupakan

hasil interaksi kompleks atau tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem

perairan ikan yang lemah, patogen yang ganas serta kualitas lingkungan yang

memburuk. Penyakit ikan nila hampir sama dengan penyakit yang ditemui pada ikan

tawar lainnya. Penyakit pada ikan nila biasanya akan terjadi pada kolam yang minim

perawatannya, tetapi bukan berarti bahwa kolam yang terawat akan bebas dari

penyakit. Ha ini dapat terjadi karena sumber penyakit pada ikan nila dapat berasal dari

luar (faktor eksternal) maupun dari dalam (internal) yang lambat laun akan

mempengaruhi keadaan lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, lebih baik

melakukan tindakan pencegahan dengan perawatan yang baik pada kolam. Dengan

pembuatan aplikasi ini masyarakat mengetahui tentang cara menangani masalah

penyakit pada ikan nila, untuk itu dengan adanya aplikasi ini masalah kekurangan

tenaga pakar dapat diselesaikan, dengan sistem pakar ini user dapat berinteraksi dengan

system seperti berinteraksi dengan pakar. Aplikasi ini menggunakan metode backward

chaining. backward chaining di gunakan jika pengguna sudah mengetahui dugaan

penyakit dan untuk mengetahui kebenaran penyakitnya.

Ikan Nila dengan nama latin Oreochromis nilotica merupakan salah satu ikan

konsumsi air tawar yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Ikan Nila memiliki

kandungan protein sebesar 17,5%, lemak 4,7%, dan air 74,8% (Ardita, dkk, 2015). Ikan

Nila termasuk dalam makanan alternatif bergizi tinggi yang harganya terjangkau oleh

masyarakat. Rasa dagingnya yang tidak kalah dengan ikan konsumsi lain juga

membuatnya populer (Khairuman, dkk, 2013).

Sehingga, dengan mengkonsumsi ikan Nila masyarakat dapat memenuhi gizi


3

yang dibutuhkan. Ikan Nila memiliki prospek pasar yang bagus dilihat dari banyaknya

permintaan ikan Nila tidak hanya untuk konsumsi, tetapi juga untuk benih (Khairuman,

dkk, 2013). Sehingga untuk memenuhi permintaan pasar, banyak peternak berpacu

dalam pembudidayaan ikan Nila Berdasarkan hasil dari data statistik perikanan tahun

2013, menyatakan ikan Nila berada diurutan pertama dalam pembudidayaan di

Indonesia dengan 260.642 rumah tangga usaha budidaya (BPS, 2013). Ikan Nila

mempunyai banyak strain (varietas). Varietas- varietas tersebut dihasilkan dari

perkawinan silang antar spesies dalam genus Oreochromis, terutama untuk

menghasilkan ikan Nila unggul. Ada beberapa varietas ikan Nila yang beredar di

Indonesia yaitu Nila Japan for International Cooperation Agency (JICA), Nila

Genetically Supermale Indonesian Tilapia (GESIT), Nila Nirwarna, Nila Merah, Nila

Hitam, Nila Genetic Improvement of Rarmed Tilapias (GIFT), dan Nila Genetically

Enchanced Tilapia (GET) (Ghufran, dkk, 2010). Varietas lain menurut Khairuman,

dkk, (2013), Nila Bogor Enchanced Strain Tilapia (BEST) dan Nila Larasati.

Metode backward chaining merupakan kebalikan dari forward chaining dimana

dimulai dengan sebuah hipotesa sebuah objek dan meminta informasi untuk meyakinkan

atau mengabaikan backward chaining inference engine sering disebut

Objek-Driven/Goal-Driven.

Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan sebelumnya maka dapat diketahui

rumusan masalah yang dihadapi yaitu membuat sistem pakar yang dapat menagani

penyakit pada ikan nila secara cepat dengan mengetahui gejala- gejalanya dan bagaimana

cara merancang aplikasinya dengan menggunakan


4

metode Backward Chaining Berbasis Web agar dapat diakses dan dimanfaatkan

masyarakat secara luas.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari pemaparan ini adalah :

1. Bagaimana alur kerja sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit ikan nila dengan

metode backward chaining ?

2. Bagaimana cara membuat program system pakar untuk mendiagnosis penyakit ikan

berbasis web dengan menggunakan NATIVE PHP / PHP murni ?

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Penelitian ini dibatasi hanya melakukan pendeteksi penyakit pada ikan nila.

2. Penelitian ini dibatasi hanya mengunakan metode backward chaining.

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Merancang web sebagai solusi penanggulangan penyakit pada ikan nila.

2. Mengimplementasikan metode BC dalam mendiagnosis penyakit ikan nila

berbasis web.?
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Studi Literatur

Penelitian di lakukan oleh Nurmala Mukhtar dari universitas islam negeri indagiri

yang berjudul ”sistem pakar diagnosa dampak penggunaan softlens menggunakan

motode backward chaining”. Pada penelitian tersebut menjelaskan bahwa Softlens

adalah sejenis lensa yang dibuat dari bahan yang bersifat “lunak”, yaitu silicon

hydrogen. Penggunaan softlens dalam jangka waktu lama dapat berpotensi

menyebabkan iritasi mata, mata merah dan infeksi. Untuk itu diperlukan sebuah sistem

pakar untuk membantu mendiagnosa dampak penggunaan softlens. Pembangunan

sistem pakar diagnosa dampak penggunaan softlens ini menggunakan metode

backward chaining atau runut balik. Metode runut balik bekerja dengan cara

menentukan penyakit yang diderita oleh pengguna softlens kemudian akan dijabarkan

sebab-sebab penyakit tersebut. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem

pakar ini mempermudah pengguna soflens untuk melakukan diagnosa dampak

penggunaan softlens berdasarkan gejala yang dialami, dan mengetahui cara

penanggulangannya.

Penelitian di lakukan oleh siska iriani dari STKIP PGRI pacitan, yang berjudul

“Penerapan Metode Backward Chaining pada Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tulang

Manusia”. Pada penelitian tersebut menjelaskan Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa

Penyakit Tulang Pada Manusia merupakan aplikasi yang berguna untuk mengetahui

jenis penyakit pada tulang manusia, beserta gejala yang dialami pemakai. Pembahasan

utama dalam sistem ini adalah


6

perancangan dan pembuatan sistem pakar untuk melakukan diagnosa dan memberikan

informasi – informasi mengenai penyakit tulang, gejalagejala pada penyakit tersebut

serta cara pencegahan, pengobatan dan penyebabnya.

Model inferensi yang digunakan dalam pembuatan sistem pakar ini adalah penalaran

mundur (Backward Chaining) sedangkan teknik pencarian menggunakan Depth First

Search. Penentuan diagnosa dalam sistem pakar ini dilakukan melalui proses konsultasi

antara sistem dan pemakai. Jawaban disesuaikan dengan aturan yang berada di dalam

sistem, jika jawaban yang dimasukkan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka sistem

ini akan memberikan hasil diagnosa berupa informasi penyakit. Diharapkan dengan

dibuatnya Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Tulang Pada Manusia ini dapat

memberikan hasil diagnosa, penyebab, pengobatan,serta pencegahan terhadap suatu

penyakit. Sistem ini disebut dengan Sistem Pakar ( Expert Sistem ).

Penelitian di lakukan oleh mardi turnip dari universitas prima indonesia yang bejudul

“Sistem Pakar Diagnosa Penyakit THT Menggunakan Metode Backward Chaining”. Pada

penelitian tersebut memaparkan tentang Penyakit THT (Telinga, Hidung dan

Tenggorokan) merupakan masalah kesehatan pada masyarakat, karena sering terjadi tanpa

mengenal musim. Penyakit ini bisa menyerang berbagai usia. Proses pengembangan

sistem pakar ini dilakukan dengan menggunakan mesin inferensi backward chaining

dimana proses pencarian dimulai dari fakta-fakta untuk selanjutnya menuju pada suatu

konklusi. Selain berfungsi untuk meringankan kerja dokter, sistem pakar yang

dikembangkan juga akan sangat bermanfaat bagi masyarakat umum dalam


7

mengakses informasi tentang penyakit THT berupa diagnosa dan terapinya. Dengan

adanya aplikasi ini akan membantu para pengguna maupun dokter THT dalam

melakukan pelayanan dan akses informasi terkait diagnosa penyakit THT.

Penelitian di lakukan oleh sandy kosasi dari sekolah tinggi menajemen informatika

dan komputer Pontianak yang bejudul “SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT

IKAN KOMET MENGGUN AKAN FORWARD CHAINING” Pada

penelitian tersebut menjelaskan tentang Diagnosis merupakan stadium awal yang

digunakan untuk mengetahui gejala yang diderita carassius auratus; oleh karena itu,

penyakit bisa disembuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat aplikasi sistem pakar

yang berkaitan terhadap perikanan, terutama penyakit yang diderita carassius auratus.

Adanya sistem pakar Penggunaan untuk mendiagnosis carassius auratus dapat

memberikan banyak kemudahan bagi siapa saja yang mau mengolah atau hanya

menyimpannya. Perancangan aplikasi sistem pakar menggunakan metode prototype

sedangkan forward chaining diterapkan dengan menggunakan metode inferensi. Metode

rantai maju dimulai dengan tempat atau masukan informasi (jika) terlebih dahulu dan

dilanjutkan dengan kesimpulan (kemudian). Sistem pakar Penerapan diagnosis penyakit

carassius auratus dapat menghemat biaya pengguna. Pengguna yang memiliki file hak

akses karena seorang administrator dapat menambah, mengubah, atau menghapus data

gejala, hama dan penyakit, dan solusi sehinga sistem terus dapat berkembang untuk

mendapatkan yang lebih akurat hasilnya, kita dapat menggabungkannya dengan teorema

CF (Faktor Kepastian).

Penelitian dilakukan oleh Muhammad Burhannudin dari universitas


8

brawijaya yang bejudul “Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Tanaman Apel

Manalagi Dengan Metode Backward Chaining Menggunakan Certainty Factor”. Pada

penelitian tersebut memaparkan tentang Apel merupakan tanaman buah yang dapat

hidup dengan baik di dataran tinggi. Tanaman ini ada di indonesia sejak tahun 1934.

Sebagaimana tanaman buah lainnya, apel juga rentan terhadap penyakit. Memelihara

tanaman dari penyakit juga merupakan usaha untuk melestarikan lingkungan. Salah

satu bentuk perusakan tersebut adalah kelalaian petani dalam memelihara tanaman dari

serangan penyakit. Pembuatan sistem ini merupakan upaya untuk menjalankan peran

manusia. Sistem ini diharapakan dapat membantu para petani, khususnya, untuk dapat

mengidentifikasi penyakit tanaman apel secara tepat dan tepat. Sehingga bisa

meminimalisi dampak yang ditimbulkan. Aplikasi ini dikembangkan dengan

menggunakan bahasa pemrogaman PHP dan database MySQL. Keduanya merupakan

kombinasi yang paling populer dalam pembuatan aplikasi berbasis web. Sedangkan

metode inferensi yang digunakan adalah Backward chaining dimana pelacakan

didasarkan atas data atau fakta kemudian menuju pada konklusi berupa kesimpulan

jenis hama atau penyakit yang menyerang tanaman apel. Pengujian yang dilakukan

dengan membandingkan kesesuaian hasil keluaran sistem dengan hasil diagnosa pakar.

Dan dari pengujian 30 data kasus didapatkan tingkat akurasi pengujian pemodelan

system pakar menggunakan metode Certainty Factor pada sistem diagnosa penyakit

tanaman apel sebesar 93,3%. Dengan hasil akurasi tersebut menunjukkan bahwa

sistem mampu menggantikan peran pakar.


9

Tabel 1. Perbandingan
Nama Peneliti Judul Keterangan

Nurmala Mukhtar sistem pakar diagnosa dampak Penelitian ini berbeda dengan

penggunaan softlens menggunakan penelitian yang saya teliti

motode backward

chaining

siska iriani Penerapan Metode Backward menjelaskan Sistem Pakar Untuk

Chaining pada Sistem Pakar Mendiagnosa Penyakit Tulang Pada

Diagnosa Penyakit Tulang Manusia Manusia merupakan aplikasi yang

berguna untuk mengetahui jenis

penyakit pada tulang

manusia,

mardi turnip Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Penelitian ini berbeda dengan

THT Menggunakan Metode penelitian yang saya teliti

Backward Chaining Penelitian ini hanya meneliti THT

sandy kosasi Sistem pakar diagnosa penyakit ikan Penelitian ini hanya meneliti pada

komet menggunakan forward pertumbuhan apel berbeda dengan

chaining saya

Muhammad Burhannudin Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penelitian ini membahan penyakit

Penyakit Tanaman Apel Manalagi pada tanaman apel atau gejala

Dengan Metode Backward Chaining serangan apel berbeda dengan

Menggunakan penelitian saya

Certainty Factor

B. Kecerdasan Buatan

Kecerdasan buatan (Artifical intelligence) merupakan kecerdasan yang ditunjukkan

oleh suatu entitas buatan kecerdasan dicipta dan dimasukkan ke dalam suatu mesin

(komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia

(Gaskin,2008).

Kecerdasan atau kepandaian itu dapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman

untuk itu agar perangkat lunak yang dikembangkan dapat mempunyai kecerdasan maka

perangkat lunak tersebut harus diberi suatu


1

pengetahuan dan kemampuan untuk menalar dari pengetahuan yang telah didapat dalam

menemukan solusi atau kesimpulan layaknya seorang pakar dalam bidang tertentu yang

bersifat spesifik. Kecerdasan buatan menawarkan media dan uji teori kecerdasan. Teori

ini dapat dinyatakan dalam bahasa program komputer dan dibuktikan melalui

eksekusinya pada komputer nyata.

Implementasi dari kecerdasan buatan saat ini dapat ditemui dalam bidang- bidang

antara lain:

Kecerdasan atau kepandaian itu dapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman

untuk itu agar perangkat lunak yang dikembangkan dapat mempunyai kecerdasan maka

perangkat lunak tersebut harus diberi suatu pengetahuan dan kemampuan untuk menalar

dari pengetahuan yang telah didapat dalam menemukan solusi atau kesimpulan layaknya

seorang pakar dalam bidang tertentu yang bersifat spesifik. Kecerdasan buatan

menawarkan media dan uji teori kecerdasan. Teori ini dapat dinyatakan dalam bahasa

program komputer dan dibuktikan melalui eksekusinya pada komputer nyata.

Implementasi dari kecerdasan buatan saat ini dapat ditemui dalam bidang- bidang

antara lain:

1. FUZZY logic: suatu metode kecerdasan buatan yang banyak terdapat pada alat elektronik

dan robot. Dimana alat-alat elektronik dan robot tersebut mampu berpikir dan bertingkah

laku layaknya manusia.

2. Speech recognition: suatu metode kecerdasan buatan manusia dapat berkomunikasi

dengan komputer menggunakan suara. Contohnya memberikan instruksi kekomputer

dengan suara.

3. Artificial intelligence dalam game: suatu metode kecerdasan buatan diciptakan dan

dimasukkan ke dalam suatu mesin


1

4. komputer agar dapat meniru cara berpikir seperti yang dilakukan manusia dalam bermain

game.

Contohnya program Deep Blue yang mampu berpikir setara dengan seorang

Grandmaster catur.

5. Expert system: suatu metode kecerdasan buatan yang berguna untuk meniru cara

berpikir dan penalaran seorang ahli dalam mengambil keputusan berdasarkan situasi yang

ada.

6. General Problem Solving: yaitu suatu metode Artificial intelligence yang berhubungan

dengan pemecahan suatu masalah terhadap suatu situasi yang akan diselesaikan oleh

komputer

Contohnya adalah program Eureka yang dapat memecahkan model linier

programming

C. Sistem Pakar

Sistem pakar adalah bagian dari cabang dari Artificial Intelligence (AI) yang

membuat penggunaan secara luas knowledge yang khusus untuk penyelesaian masalah

tingkat manusia yang pakar (Arhami, 2005). Menurut Kusrini (2006), sistem pakar adalah

sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran

dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar

dalam bidang tersebut, sistem pakar memberikan Nilai tambah pada teknologi untuk

membantu dalam menangani era informasi yang semakin canggih. Sistem pakar ialah

sistem yang berusaha mengadopsi pengetahuan manusia ke komputer, agar komputer

dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli
1

(Kusumadewi, 2003). Menurut Sibagariang (2015), 8 sistem pakar merupakan program

Artificial Intellegence yang menggabungkan pangkalan pengetahuan (Knowledge Base)

dengan sistem inferensi. Pengetahuan yang disimpan didalam sistem pakar umumnya

diambil dari seorang yang pakar dalam masalah tersebut. Seorang pakar dengan sistem

pakar mempunyai banyak perbedaan. Darkin dikutip dalam Desiani dan Arhami (2006)

mengemukakan perbandingan kemampuan antara seorang pakar dengan sebuah

Komponen-komponen yang biasanya terdapat dalam sebuah sistem pakar terdiri

dari:

1. Antarmuka Pengguna (user interface)

Sistem pakar berisi prosesor bahasa untuk komunikasi berorientasi- persoalan yang

mudah antara pengguna dan komputer.

2. Basis pengetahuan (knowledge base)

Basis pengetahuan berisi pengetahuan relevan yang diperlukan untuk memahami,

merumuskan dan memecahkan persoalan. Basis tersebut mencangkup dua elemen dasar:

a. Fakta misalnya situasi persoalan dan teori area persoalan.

b. Heuristik atau aturan khusus yang mengarahkan penggunaan pengetahuan untuk

memecahkan persoalan dalam domain tertentu.

3. Akuisis Pengetahuan (knowledge acqusition)


1

Akuisis pengetahuan adalah akumulasi,transfer, dan transformasi keahlian

pemecahan masalah dari pakar atau sumber pengetahuan terdokumendasi ke program

komputer, untuk membangun atau memperluas basis pengetahuan.

4. Mesin Interface

Mesin Inferface adalah program komputer yang memberikan metodologi untuk

penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace,

dan untuk memformulasikan kesimpulan.

D. Backward Chaining

adalah pelacakan kebelakang yang memulai penalarannya dari kesimpulan (goal),

dengan mencari sekumpulan hipotesis-hipotesis menuju fakta-fakta yang mendukung

sekumpulan hipotesis-hipotesis tersebut.

Metode backward Chaining merupakan kebalikan dari forward chaining dimana

dimulai dengan sebuah hipotesis (sebuah objek) dan meminta informasi untuk

meyakinkan atau mengabaikan. Backward chaining inference engine sering disebut:

‘Object-Driven/Goal-Driven‘.

inference engine adalah bagian dari sistem pakar yang mencoba menggunakan

informasi yang diberikan untuk menemukan objek yang sesuai.

Inference engine mempunyai dua kategori yaitu deterministic dan probabilistik.

Sedangkan dasar untuk membentuk inference engine di antaranya: forward chaining,

backward chaining, dan rule value (merupakan pendahulu dari forward dan

backward chaining).

Langkah Penerapkan Metode Backward Chaining Pada sistem Pakar


1

1. knowledge Base (basis pengetahuan). Jadi kita harus memiliki basis pengetahuan dari

keparang seseorang, misal dokter kita membutuhkan data penyakit paru dan gejala-

gejala nya.

2. Menentukan Rule(aturan) atau inference Engine untuk memulai penalaran

mendapatkan kesimpulan(goals) dari hipotesa(objek) untuk mendapatkan fakta.

misalnya penyakit DBD sebagai kesimpulan dan demam sebagai gejala nya.

3. membuat Output(hasil) dalam bentuk solusi dari hasil penalaran. Misalkan penyakit yg

di derita migran, maka solusi penanganan nya adalah minum obat ini atau itu.

E. Metode Certainty Factor

Faktor Kepastian (Certainty Factor) menyatakan kepercayaan dalam sebuah kejadian

(atau fakta atau hipotesis) berdasarkan bukti atau penilaian pakar (Turban, 2009).

Certainty Factor menggunakan suatu nilai untuk mengasumsikan derajad keyakinan

seorang pakar terhadap suatu data. Certainty Factor memperkenalkan konsep keyakinan

dan ketidakyakinan yang kemudian diformulakan dalam rumusan dasar sebagai berikut :

CF [P,E] = MB [P,E] – MD [P,E]

Keterangan :

CF : Certainty Factor MB

: Measure of Belief

MD : Measure of Disbelief

P : Probability

E : Evidence (Peristiwa/Fakta)
1

Berikut ini adalah deskripsi beberapa kombinasi Certainty Factor terhadap berbagai

kondisi :

1. Certainty Factor untuk kaidah dengan premis tunggal (single premis rules): CF(H,E) =

CF(E)*CF

= CF(user)*CF(pakar)

2. Certainty Factor untuk kaidah dengan premis majemuk (multiple premis rules): CF (A

AND B ) = Minimum (CF (a),CF (b)) * CF (rule)

CF (A OR B ) = Maximum (CF (a),CF (b)) * CF (rule)

3. Certainty Factor untuk kaidah dengan kesimpulan yang serupa (similarly concluded

rules) :

CFCOMBINE (CF1, CF2) = CF1 + CF2*(1-CF1)

F. Ikan Nila

Pada awalnya, ikan Nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari

golongan Tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam mulut induknya.

Akhirnya, diketahui bahwa yang mengerami telur dan larva di dalam mulut hanya

induk betina. Para pakar perikanan kemudian memustuskan bahwa nama ilmiah yang

tepat untuk ikan ini adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Berikut

klasifikasi ikan Nila selengkapnya.

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Pisces

Subkelas : Acanthopterigii
Bangsa : Perciformes

16 Suku : Cichlidae
1

Marga : Oreochromis

Spesies : Oreochromis niloticus Nama asing : Nile tilapia

Nama lokal : Nila

Morfologi Secara umum, bentuk tubuh ikan Nila memanjang dan ramping, dengan

sisik berukuran besar. Bentuk matanya besar dan menonjol dengan tepi yang berwarna

putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian tengah tubuh kemudian berlanjut

lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan dengan letak garis yang memanjang

di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi sebanyak 34 buah. Sirip punggung, sirip

perut, dan sirip duburnya memiliki jari- jari lemah, tetapi keras dan tajam seperti duri.

Sirip punggung dan sirip dada tampak lebih hitam. Pinggir sirip punggung berwarna

abu-abu atau hitam. Jika dibedakan berdasarkan jenis kelamin, ikan Nila jantan

memiliki ukuran sisik yang lebih besar dibandingkan dengan ikan Nila betina. Alat

kelamin ikan Nila jantan terletak di depan anus. Bentuknya berupa tonjolan agak

runcing, berfungsi sebagai saluran urine dan saluran sperma. Jika perut ikan Nila jantan

diurut, akan mengeluarkan cairan bening. Sementara itu, alat kelamin ikan Nila betina

juga terletak di depan anus, tetapi memiliki lubang genital yang terpisah dengan lubang

saluran urine.

Habitat hidup ikan Nila cukup beragam, mulai dari sungai, danau, waduk, rawa,

sawah, kolam, hingga tambak. Untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan, suhu

optimum bagi ikan Nila sekitar 25-30°C. Pertumbuhan ikan Nila biasanya akan terganggu

jika suhu habitatnya lebih


1

rendah dari 14°C atau di atas 38°C. Pada suhu 6°C atau 42°C, ikan Nila akan mengalami

kemantian. Selain suhu, faktor lain yang bisa mempengaruhi kehidupan ikan Nila adalah

salinitas atau kadar garam. Ikan Nila bisa tumbuh dan berkembang biak di 17 perairan

dengan salinitas 0-29‰ (promil). Ikan ini masih tumbuh, tetapi tidak bisa berproduksi di

perairan dengan salinitas 29-35‰. Ikan Nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih

cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas dibandingkan dengan ikan Nila yang

berukuran besar

G. Jenis-jenis Ikan Nila

a. Nila Larasati

Ikan nila larasati dapat dilihat pada gambar 1 di bawah ini:

Gambar 1. Nila Larasati


(sumber : satkerpbiatjantiklaten.wordpress.com)

Ikan Nila Janti dihasilkan oleh Balai Benih Ikan Sentral Janti, yang terletak di Desa

Janti, Kecematan Polan Harjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Akhirnya, pada tahun

2008 dihasilkan ikan Nila merah yang pertumbuhannya cepat, ketebalan daging yang

sangat baik, dan disukai masyarakat. Ikan ini


1

kemudian dikenal dengan sebutan Nila “Larasati” (Nila Merah Strain Janti). Ikan Nila

Merah Janti dapat dipelihara di berbagai media budidaya, seperti di kolam air 19

tenang, kolam air deras, keramba jaring apung, bahkan tambak

b. Nila Best

Ikan nila best dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini:

Gambar 2. Nila Best

(sumber : majalahikan.com)

Ikan Nila Bogor Enhanced Strain Tilapia (BEST) merupakan salah satu jenis ikan

Nila hasil pemuliaan menggunakan metode seleksi. Pemuliaan tersebut dilaksanakan

dalam kurun waktu empat tahun (2004-2008) di instalasi penelitian di Cijeruk, Bogor.

Ikan Nila BEST dapat dilihat pada Gambar 2.5. Berdasarkan hasil uji coba atau

penelitian, ikan Nila BEST memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut: 1. Mampu

menghasilkan telur yang lebih banyak, sekitar 1.500- 2.800 butir per ekor dengan berat

induk 280-400 gram. Sementara itu, ikan Nila lain pada umunya hanya mampu

menghasilkan 900-1.600 butir telur per ekor induk dengan kisaran berat 300 gram. 2.

Ukuran telur ikan Nila BEST juga relatif lebih besar dan seram dibanding dengan ikan

Nila yang ada di masyarakat. 20 3. Pertumbuhan cepat. Benih ikan Nila BEST
1

dapat mencapai ukuran 2-3 cm hanya dalam 8-10 hari,sedangkan ikan Nila lain

umumnya lebih lama, yaitu 10 hari. 4. Ikan Nila BEST relatif tahan dan tumbuh baik di

media bersalinitas atau di tambak. 5. Ikan Nila BEST memiliki ketahanan terhadap

serangan beberapa jenis penyakit.

c. Nila Gesit

Ikan nila gesit dapat dilihat pada gambar 3 di bawah ini:

Gambar 3. Nila Gesit

(sumber : Khasiat.co.id)
Ikan Nila Gesit merupakan ikan Nila Hitam jantan YY (YY supermale) hasil

pemuliaan Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional (PPIINN) yang bekerja

sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Institut

Pertanian Bogor (IPB). Ikan Nila Gesit dapat dilihat pada Gambar

2.6. Ada beberapa keunggulan ikan Nila Gesit sebagai berikut: 1. Benih hasil

pemijahan 96% berkelamin jantan. Ikan Nila jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan

dengan ikan Nila betina. 2. Respon terhadap pakan dan tahan terhadap serangan

penyakit, jika kegiatan budi daya dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis.
2

d. Nila Hitam (lokal)

Ikan nila hitam dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini:

Gambar 4. Nila Hitam


(sumber : ilmuhewan.com)

Ikan ini berasal dari Taiwan. Awalnya, ikan Nila ini memiliki laju pertumbuhan

yang cukup baik, tetapi akhir-akhir ini kualitas menurun akibat keterbatasan

pengetahuan masyarakat dalam mengendalikan potensi genetis. Dengan keunggulan

dan kelemahan yaitu umumnya, tergolong jenis ikan yang adaptif, yakni bisa hidup di

air payau dan tahan terhadap serangan penyakit. Sayangnya, jika pembudidaya

ceroboh dalam memijah bisa terjadi perkawinan sedarah (inbreeding) menyebabkan

benih yang dihasilkan kerdil, cacat, dan lemah atau rentan terhadap penyakit.

e. Nila Merah

Ikan nila merah dapat dilihat pada gambar 5 di bawah ini:

Gambar 5. Nila Merah

(sumber : bang-isman.com)

Nila Merah adalah hasil persilangan antara Oreochromis mossambicus (Mujair) atau

Oreochromis niloticus (Nila) dengan Oreochromis honorum,


2

Orechromis aureus, atau Oreochromis zii. Dalam perkembangannya, ikan Nila Merah

disebut juga dengan Nila Hibrida. Dengan keunggulan dan kelemahan, ikan Nila

Merah memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, tahan terhadap penyakit, warnanya

menarik, dan dagingnya gurih. Namun, pemijahan yang ceroboh pada ikan ini

menyebabkan perkawinan sedarah (inbreeding) yang menyebabkan benih yang

dihasilkan kerdil, cacat, dan lemah atau rentan terhadap penyakit

f. Nila Gift

Ikan nila gift dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini:

Gambar 6. Nila Gift

(sumber : superperikanan.com)

Ikan Nila Genetic Improvement of Rarmed Tilapias (GIFT) didatangkan ke

Indonesia pada tahun 1994 merupakan generasi keempat yang dikembangkan di

Philipina. Kemudian didatangkan lagi pada tahun 1997 merupakan generasi keenam.

Ikan Nila GIFT dapat dilihat pada Gambar 2.9. Ada beberapa keunggulan ikan Nila

GIFT sebagai berikut: 1. Jumlah telur 20-30 % lebih banyak. 2. Bobot benih mencapai

17,5 gr dan pertumbuhannya 300-400% lebih cepat. 3. Bisa dipelihara di perairan

payau.
2

g. Nila Get

Ikan nila get dapat dilihat pada gambar 7 di bawah ini:

Gambar 7. Nila Get

(sumber : superperikanan.com)

Ikan Nila Genetically Enchanced Tilapia (GET) yang dibawa langsung dari

Philipina. Ikan Nila ini didatangkan ke Indonesia oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat

pada tahun 2002. Pengenalan ikan Nila ini dalam upaya memperbanyak

keanekaragaman jenis dan genetiknya

h. Nila Jica

Ikan nila jica dapat dilihat pada gambar 8 di bawah ini:

Gambar 8. Nila Jica

(Sumber: Majalahikan.com)

Ikan Nila Japan for International Cooperation Agency (JICA) merupakan hasil

rekayasa genetika yang dilakukan sejak tahun 2002. Proyek ini sepenuhnya dibantu oleh

JICA (Japan for International Cooperation Agency) sebuah lembaga donor Pemerintah

Jepang, karena itu pula jenis Nila ini dinamakan Nila JICA. Jenis Nila ini didapat dari

hasil pengembangan lembaga riset Kagoshima Fisheries Research Station di Jepang.

Kemudian, oleh BBAT Jambi, ikan ini


2

dikembangkan lagi, hingga akhirnya muncul varietas Nila Jica di tahun 2004

H. Penyakit Ikan Nila Dan Cara Penanggulanagan

Berikut ini merupakan berberapa jenis penyakit yang sering menyerang ikan nila

yang wajib di ketahui para peternak dan metode pengobatanya :

Penyakit ikan Nila dan penanggulangannya Penyakit dalam budidaya pembesaran ikan

air tawar sering kali menjadi kendala utama yang merugikan peternak. Hal ini juga bisa

terjadi pada budidaya ikan Nila. Untuk itu, kita harus mengetahui jenis-jenis penyakit

sehingga kita sesegera mungkin dapat mencegahnya. Berikut adalah macam-macam

penyebab terjadinya penyakit ikan budidaya.

a. Lernea

Penyakt lernea dapat dilihat pada gambar 9 di bawah ini:

Gambar 9. Penyakit Lernea

(Sumber: superperikanan.com, 2017)

1. Karakteristik

Parasit lernea berbentuk seperti cacing. Parasit ini hidup di tubuh ikan Nila dengan

menghujam kepalanya yang berbentuk jangkar ke dalam daging ikan. Parasit lernea

mudah sekali berkembang biak pada kondisi lingkungan yang


2

banyak mengandung bahan organik, seperti sisa pemupukan, sampah atau sisa makanan

2. Gejala

a. Parasit berbentuk jangkar/kail menempel pada permukaan tubuh, lubang hidung,

pangkal sirip, insang, dan rongga pipi.

b. Pendarahan di area menempelnya parasite

3. Pengobatan

a. Pisahkan ikan yang terjangkit, lalu rendam ikan di kolam isolasi yang menggunakan

2,5 ml Formalin yang dicampur 100 liter air bersih, lakukan 10 menit. 25

Jika pengobatan dilakukan di dalam kolam pemeliharaan, gunakan insektisida dari

golongan Organofosfat dengan dosis 0,5 mg/l. Insektisida

b. tersebut disemprotkan sebanyak 4 kali berturut-turut.

c. Tangkap ikan yang terjangkit secara hati-hati, kemudian menggunting parasit yang

menancap ditubuh ikan tersebut.

4. Pencegahan

a. Ikan yang terserang diisolasi dari ikan yang lain.

b. Manajemen pakan (kebersihan dan frekuensi pemberian makannya).

c. Pengendapan dan penyaringan air masuk.


2

b. Cacing Ingsang Dan Kulit

Penyakit caing ingsang dan kulit dapat dilihat pada gambar 10 di bawah ini:

Gambar 10.Penyakit ingsan dan kulit

(Sumber: superperikanan.com, 2017)

1. Karakteristik

Penyakit ini umumnya ditemui pada insang dan kulit ikan Nila. Parasit

Dactylogyrus menyerang insang dan kulit ikan Nila. Sementara itu, Gyrodactylus

menyerang bagian kulit saja.

2. Gejala

a. Warna tubuh ikan keputihan dan pucat.

b. Nafsu makan menurun,ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau makan.

c. Ikan sulit bernafas, sering megap-megap dan muncul ke permukaan.

d. Lendir berlebihan, ikan terlihat mengkilap dan licin.

e. Insang berwarna pucat dan membengkak.

f. Ikan sering berkumpul di saluran air masuk.

g. Ikan mengosok-gosokkan badannya pada benda keras.

h. Bercak merah atau hitam di badan ikan.

i. Sisik terkelupas.
2

j. Ikan berenang dengan cara melonjak-lonjak.

3. Pengobatan

a. Pisahkan ikan yang terjangkit, lalu rendam ikan di kolam isolasi menggunakan 2,5 ml

Formalin yang di campur 100 liter air bersih, lakukan 10 menit.

b. Selain Formalin, rendam ikan dengan garam dapur 20 g/1.000 ml selama 15 menit

atau dengan Kalium Permanganat (PK) 0,01 g/100 ml air selama 10 menit dan bisa

juga menggunakan Neguvon 2-3,5 % untuk merendam ikan selama 30 detik.

4. Pencegahan

a. Frekuensi pergantian air lebih sering dengan suhu air >29

b. Berikan vitamin C untuk meningkatkan ketahanan tubuh.

c. Trichodina

Penyakit trichodina dapat dilihat pada gambar 11 di bawah ini:

Gambar 11. Penyakit trichodina (Sumber:

superperikanan.com, 2017)
1. Karateristik

Trichodina sp merupakan parasit yang menyerang kulit dan sirip ikan Nila.

Parasit ini menyebabkan luka atau kerusakan di organ yang diserang

2. Gejala
2

a. Warna tubuh ikan keputihan dan pucat.

b. Nafsu makan menurun, ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau makan

c. Ikan sulit bernafas, sering mengap- mengap dan muncul ke permukaan

d. Lendir berkurang, ikan terlihat kusam dan kasat

e. Infeksi skunder

f. Ikan menggosok- gosok badanya pada benda keras

g. Ikan lemah dan berenang lambat

h. Bintik ke abu-abuan dan disertai pendarahan di permukaan tubuh dan sirip

3. Pengobatan

Rendam ikan nila yang terserang di kolam isolasi dengan larutan garam 500- 1000

mg/liter selama 24 jam atau dalam larutan formalin 25 mg/liter selama 24 jam

4. Pencegahan

a. Mengurangi kepadatan tebar ikan dan menjaga kebersihan wadah.

b. Menjaga kualitas air dan menambah frekuensi pergantian air

c. Pertahankan suhu air tidak kurang dari 28°C


2

d. Saprolegniasis

Penyakit saprolegniasis dapat dilihat pada gambar 12 di bawah ini:

Gambar 12. Penyakit saprolegniasis

(Sumber: superperikanan.com, 2017)

1. Karateristik

Saprolegniasis disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. Jamur ini menyerang organ

luar ikan, seperti bagian kepala, tutup insang, sirip, dan bagian luar lainnya.

2. Gejala

a. Ikan mengosok-gosokkan badannya pada benda keras.

b. Benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada kulit, sirip, kepala,

dan tutup insang ikan.

3. Pengobatan

Rendam ikan yang terserang di kolam isolasi dengan larutan Melachyte Green 1

mg/liter air selama 1 jam atau dalam larutan Formalin 100-200 mg/liter selama 3 jam.

Bisa juga direndam dengan larutan gaaram 5 gr/liter selama 15 menit.


2

4. Pencegahan

Frekuensi pergantian air lebih sering dengan suhu air 28°C.

e. Epistylis

Penyakit epistylis dapat dilihat pada gambar 13 di bawah ini:

Gambar 13. Penyakit epistylis

(Sumber: superperikanan.com, 2017)

1. Karateristik

Epistylis sp. Merupakan parasit dari filum Ciliophora yang menyerang ikan mulai

stadiah benih

2. Gejala

a. Ikan sulit bernafas, sering megap-megap dan muncul ke permukaan.

b. Ikan lemah dan berenang lambat.

c. Insang berwarna merah kecoklatan.

d. Adanya putih seperti kapas yang tumbuh di kulit, sisik, dan sirip.

e. Pendarahan pada area tempat munculnya kapas.


3

3. Pengobatan

Rendam ikan yang terjangkit di kolam isolasi dengan larutan Chloroquin Diphospat 1,1

mg/liter selama dua hari. Cara ini diulangi sebanyak tiga kali.

4. Pencegahan

a. Pemberian vitamin C dan antibiotik pada pakan.

b. Jaga kualitas air.

c. Bercak merah

Penyakit berak merah dapat dilihat pada gambar 14 di bawah ini:

Gambar 14. Penyakit bercak merah

(Sumber: superperikanan.com, 2017)

1. Karateristik

Penyakit bercak merah disebut juga penyakit Aeromonas, karena yang

menyerang ikan Nila yaitu Aeromonas sp.

2. Gejala

a. Ikan sulit bernafas, sering megap-megap dan muncul ke permukaan.

b. Lendir berlebihan, ikan terlihat mengkilap.

c. Sisik terkelupas.

d. Ikan lemah dan berenang lambat.


3

e. Warna tubuh jadi gelap kehitaman.

f. Bercak merah berbentuk bulat atau tidak teratur terdapat pada tubuh, pangkal

sirip, dan dubur.

g. Ikan berkumpul di saluran pembuangan.

h. Perut buncit.

i. Eksopthalmia atau mata menonjol.

3. Pengobatan

a. Oleskan obat di bagian luka meggunakan obat merah yang diencerkan terlebih

dahulu 10 kali

b. Lakukan penyuntikan, tindakan ini biasanya dilakukan untuk ikan nila yang

berukuran besar.

4. Pencegahan

a. Melakukan manajemen kesehatan terpadu (inang, lingkungan dan patogen).

b. Berikan vaksin anti-Aeromonas hydrophilla (Hydrovac)

d. Bintik putih

Penyakit bitnik putih dapat dilihat pada gambar 15 di bawah ini:

Gambar 15. Penyakit bintik putih

(Sumber: superperikanan.com, 2017)


3

1. Karateristik

Penyebab penyakit bintik putih adalah Protozoa incthyrius multifilis. Faktor

penyebab penyakit ini adalah kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu rendah, pakan

yang buruk, dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit bintik putih.

2. Gejala

a. Nafsu makan menurun,ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau makan.

b. Ikan sulit bernafas sering mengap-engap dan muncul di permukaan

c. Ikan menggosok-gosokan badanya pada benda keras

d. Ikan lemah dan lambat berenang

e. Warna tubuh pada ikan berwarna keputihan dan coklat

f. Eksopthalmia atau mata menonjol

g. Muncul bintik putih pada kulit

3. Pegobatan

Buat larutan garam 1-3 g/100 cc air selama 5-10 menit atau Methylene Blue (MB 1

%) sebanyak 1 gr dilarutkan degan 100 cc air. Ambil 2-4 cc larutan tersebut dan

encerkan kembali dengan 4 liter air ke dalam kolam isolasi. Ikan yg sakit selanjutnya

direndam di kolam isolasi selama 24 jam dilakukan 3-5 kali dengan selang waktu sehari.

4. Pencegahan

a. Menggunakan alat yang bersih dan steril.


3

b. Mempertahankan kualitas air tetap baik, dan mempertahankan suhu air agak

tidak kurang 28°C.

c. Berikan Immunostimulan, seperti vitamin C, untuk meningkatkan ketahan tubuh

ikan Nila.

h. Penducle

Penyakit penducle dapat dilihat pada gambar 16 di bawah ini:

Gambar 16. Penyakit penducle

(Sumber: majalahikan.com, 2017)

1. Karateristik

Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingain (cold water descareases)

yang bisa terjadi pada suhu 16°C. Penyebabnya adalah bakteri Flexbacter

psychropahila yang berukuran sekitar enam mikron.

2. Gejala

a. Saat suhu air mencapai 16°C, ikan malas bergerak.

b. Terdapat luka pada ekor

3. Pengobatan

a. Merendam ikan yang sakit di kolam isolasi dengan larutan Oxytetracycline 10 ppm

selama 30 menit (100 mg/l)

b. Memalui makan yang dicampur dengan Sulfixazole. Dosis yang digunakan


3

adalah 100 mg Sulfixazole untuk setiap 1 kg berat ikan. Pencampuran dilakukan

dengan cara mengencerkan Sulfixazole di dalam 15 cc air dan

c. menyemrpotkannya ke pakan. Pakan tersebut kemudian dianginkan. Setelah kering,

pakan diberikan berturut– turut selama 10-20 hari.

4. Pencegahan

a. Menjaga kualitas air dan menambah frekuensi pergantian air.

b. Pemberian vitamin C dan antibiotik pada pakan.

i. Edward siella

Penyakit Edward siella dapat dilihat pada gambar 17 di bawah ini:

Gambar 17. Penyakit edward siella

(Sumber: majalahikan.com, 2017)

1. Karateristik

Penyebabnya adalah bakteri Edward siella yang berukuran 0,5-0,75 mikron.

2. Gejala

a. Nafsu makan menurun,ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau makan.

b. Ikan lemah dan berenang lambat.

c. Luka pada hati dan ginjal.

d. Luka luka pada bagian kulit dan meluas ke seluruh tubuh.

e. Ada nanah disekitar luka disertai bau busuk.


3

3. Pengobatan

Mencampurkan sulfamerazine ke dalam pakan. Dosis yang digunakan adalah 100-200

mg Sulfamerazine untuk setiap 1 kg berat. Sulfamerazine diencerkan didalam 1m3 air

bersih dan disemprotkan ke pakan. Pakan dianginan hingga kering dan diberikan kepada

ikan berturut-turut selam 3 hari.

4. Pencegahan

a. Menghindari stress pada ikan.

b. Menjaga kualitas air dan menambah frekuensi pergantian air.

c. Ikan yang sakit dikarantina.

j. Kutu ikan

Penyakit kutu ikan dapat dilihat pada gambar 18 di bawah ini:

Gambar 18. Penyakit kutu ikan

(Sumber:majalahikan.com , 2017)

1. Karateristik

Penyebab penyakit ini adalah Argulus sp, yang termasuk udang renik. Parasit

penghisap darah ini sering dijumpai menempel pada insang, kulit, dan sirip ikan yang

sakit.

2. Gejala

a. Nafsu makan menurun,ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau makan.

b. Lendir berlebih,ikan terlihat mengkilap


3

c. Ikan menggosok-gosokan badanya pada benda kasar

d. Ikan berenang dengan cara melojak-lonjak

e. Ikan lemah dan berenang lambat

f. Pada badan ikan di tempeli oleh kutu ikan.

g. Ikan nila kurus, berat ikan kurag dari 400 gr selama 4 bulan

3. Pengobatan

Merendam ikan yang sakit ke dalam kolam isolasi dengan larutan garam 20 g/liter

selama 5 menit atau pada garam amonia sebanyak 12,3 g/liter air selam 5- 20 menit.

4. Pencegahan

Pengapuran kolam, pertama kolam dikeringkan, setelah benar-benar kering lalu kapur

ditabur dengan takaran 200 g/m3 luas kolam.

k. Stereptococcosis

Penyakit stereptooccosis dapat dilihat pada gambar 19 di bawah ini:

Gambar 19. Penyakit stereptococcosis

(Sumber: majalahikan.com, 2017)


3

1. Karateristik

Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Steretococcus inae. Sebuah penelitian tahun

2002 menunjukkan bahwa ikan Nila sangat rentan terhadap infeksi penyakit bakterial

antara lain akibat infeksi bakteri Steretococcus inae ini.

2. Gejala

. Nafsu makan menurun, ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau makan

b. Ikan sulit bernafas dan sering mengap-mengap muncul ke permukaan

c. Eksopthlmia atau mata menonjol

d. Adanya pendarahan pada bagian perut bawah

e. Garis vertikal tubuh menghitam

f. Berenang berputar

g. Badan bengkok berbentuk “C”

h. Warna tubuh menjadi gelap kehitaman

3. Pengobatan

a. Menyuntikan Oxytetracycline 20-40 mg/kg ikan atau Streptomycine 20-60

mg/kg ikan.

b. Melalui pakan dengan mencapuri Oxytetracycline 50 mg/kg selama 10 hari

berturut-turut.

4. Pencegahan

a. Melakukan manajemen kesehatan terpadu (inang, lingkungan dan patogen).

b. Berikan vaksin anti-Stretococcus (AQUAVAC TM GERTIL).


3

L. Tilapia like virus (TiLV)

Penyakit tilapia like virus dapat dilihat pada gambar 20 di bawah ini:

Gambar 20. Penyakit tilapia like virus(TiLV)


(Sumber: majalahikan.com, 2017)

1. Karateristik

Merupakan virus baru dalam budidaya perikanan yang secara signifikan

menyebabkan kematian pada ikan Nila. Benua Asia, Afrika dan negara Amerika

Selatan telah menyebut TILV ini sebagai ancaman besar dalam industri global ikan

Nila.

2. Gejala

a. Nafsu makan menurun, ikan tidak mau makan.

b. Sisik terkelupas.

c. Eksopthalmia atau mata menonjol.

d. Ikan lemah dan berenang lambat

e. Warna tubuh jadi gelap kehitaman.

f. Kornea mata menyusut (mata ikan seperti menghilang).

g. Rongga perut atau perut bagian bawah terlihat membengkak.

h. Adanya bisul di permukaan kulit.


3

3. Pengobatan

a. Dilakukan isolasi.

b. Dilakukan vaksinasi.

4. Pencegahan

a. Biosekuriti.

b. Sanitasi.

c. Membatasi perpindahan ikan dari peternakan satu ke peternakan yang lain.

I. Xampp

XAMPP merupakan perangkat lunak bebas, yang mendukung banyak operasi dan

merupakan komilasi dari beberapa program, Xampp merupakan kepanjangan dari

hurufnya yaitu :

X : Program ini dapat dijalankan dibanyak sistem, seperti Windows, Linuk, Mac

OS dan Solaris.

A : Apache, merupakan aplikasi web server. Tugas utama dari Apache adalah

menghasilkan halaman web yang benar kepada user baerdasar kode PHP yang

dituliskan oleh pembuatan web atau user.

M : MySql, merupakan aplikasi data server. Perkembangannya disebut juga Sdl yang

merupakan kepanjangan dari Structured Query Language. Sdl merupakan bahasa

terstruktur yang digunakan untuk mengolah database.

P : PHP, merupakan bahasa pemograman web, dimana user dapat menggunakan

bahasa pemograman ini untuk membuat web yang bersifat server-side scripting

P : Perl, yaitu merupakan bahasa pemograman untuk segala keperluan, dan


4

dikembangkan pertama kali oleh Larry Wall di mesin Unix


4

J. Hypertext markup language (HTML)

HTML atau Hypertext Markup Language merupakan salah satu format yang

digunakan dalam pembuatan dokumen (web page) dan aplikasi yang berjalan di halaman

web. Dokumen HTML merupakan dokumen yang disajikan pada web browser. Eksetensi

dari file HTML umumnya *.htm atau *.html. HTML juga bersifat Multi Platform (dapat

berjalan pada sistem operasi apapun).

HTML disebut sebagai Markup Language karena dalam text HTML mengandung tag

tertentu yang digunakan untuk menentukan tampilan suatu teks dan tingkat kepentingan

dari teks tersebut dalam suatu dokumen. Tag adalah kode yang digunakan untuk memark

up teks ASCII menjadi file HTML. Setiap tag diapit dengan tanda kurung runcing. Ada

tag pembuka yaitu <HTML> dan ada tag penutup </HTML> yang ditandai dengan tanda

slash (garis miring) di depan awal tulisannya. Tag tersebut memberikan kaidah bahwa

yang ditulis di antara kedua tag tersebut adalah isi dari dokumen HTML. Dalam membaca

teks HTML tidak harus membaca dokumen tersebut secara berurutan dari atas kebawah,

tetapi dapat secara langsung ke topik tertentu dengan mengunakan Link(Fajaryati, 2008).

K. Hypertext Preprocessor (PHP)

PHP atau kependekan dari Hypertext Preprocessor adalah salah satu bahasa

pemrograman open source yang sangat cocok atau dikhususkan untuk pengembangan

web dan dapat ditanamkan pada sebuah skripsi HTML. Bahasa PHP dapat dikatakan

menggambarkan beberapa bahasa pemrograman seperti C, Java, dan Perl serta mudah

untuk dipelajari. PHP merupakan bahasa scripting server–side, dimana pemrosesan

datanya dilakukan pada sisi server. Sederhananya, serverlah yang akan menerjemahkan

skrip program, baru


4

kemudian hasilnya akan dikirim kepada client yang melakukan permintaan (Firman,

2016)

PHP juga dapat dilihat sebagai pilihan lain dari ASP.NET/C#/VB.NET Microsoft,

ColdFusion Macromedia, JSP/Java Sun Microsystems, dan CGI/Perl Contoh

aplikasi lain yang lebih kompleks berupa CMS yang dibangun menggunakan PHP adalah

Wordpress, Mambo, Joomla, Postnuke, Xaraya, dan lain-lain.

1. Sisi lain dari PHP

a. Bahasa pemrograman PHP adalah sebuah bahasa script yang tidak perlu untuk

dikompilasi (compile).

b. Mudah diinstall kedalam web server yang mendukung PHP seperti apache dengan

konfigurasi yang mudah.

c. Dalam sisi pengembangan lebih mudah karena banyaknya milis-milis ataupun tutorial

yang membahas tentang PHP

d. PHP dapat dijalankan diberbagai sistem operasi, baik Windows, Linux, Macintosh.

2. Penulisan bahasa

Dalam beberapa referensi penulisan tag pembuka untuk dituliskan secara lengkap

yaitu tag pembuka. Karena apabila short_open_tag pada php ini bernilai off maka akan

banyak error yang akan ditemukan pada website nantinya. PHP dapat dijalankan melalui

file HTML yang kemudian dipanggil melalui Web Browser seperti Mozilla Firefox,

Netscape, atau Internet Explorer. Program dalam PHP ditulis dengan diberi ekstensi

‘.php’ (Rasjid, 2014).


4

L. Data Flow Diagram (DFD)

Data Flow Diagram adalah suatu diagram yang menggunakan simbol-simbol untuk

mencerminkan proses, sumber-sumber data, arus data dan entitas dalam sebuah sistem

(James A. Hall).

Tingkat Level DFD

Didalam DFD terdapat 3 level, yaitu :

1. Diagram Konteks : mengambarkan suatu lingkaran besar yang dapat mewakili seluruh

proses yang terdapat di dalam suatu sistem. Merupakan tingkat tertinggi dalam DFD dan

biasanya diberikan nomor

0 (nol). Semua entitas eksternal yang ditunjukkan pada diagram konteks berikut aliran-

aliran data utama menuju dan dari sistem. Diagram ini sama sekali tidak memuat

penyimpanan data dan tampak sederhana untuk diciptakan.

2. Diagram Nol (diagram level-1) : merupakan satu lingkaran besar yang mewakili

lingkaran-lingkaran kecil yang ada di dalamnya. Merupakan pemecahan dari diagram

Konteks ke diagram Nol. di dalam diagram ini memuat penyimpanan data.

3. Diagram Rinci : merupakan diagram yang menguraikan proses apa yang ada dalam

diagram Nol.
4

Simbol DFD

Tabel 2. DFD

Notasi Keterangan

Proses atau fungsi atau prosedur; Pada

pemodelan perangkat lunak yang akan

diimplementasikan dengan

pemrograman terstruktur maka pemodelan

notasi inilah yang harusnya menjadi fungsi

atau prosedur di dalam kode program.

Catatan: Nama yang diberikan pada

sebuah proses biasanya berupa kata kerja.

File atau basisdata atau penyimpanan

(storage); pada pemodelan perangkat lunak

yang akan diimplementasikan dengan

pemrograman terstruktur, maka pemodelan

notasi inilah yang harusnya dibuat menjadi

tabel-tabel basis data yang dibutuhkan, tabel-

tabel ini juga harus sesuai dengan perancangan

tabel-tabel pada basis data (Entity

Relationship Diagram (ERD), Conceptual

Data Model (CDM), Physical Data Model

(PDM)).

Catatan: Nama yang diberikan pada

sebuah penyimpanan biasanya kata benda.


4

Notasi Keterangan

Entitas luar (external entity) atau masukan

(input) atau keluaran (output) atau orang

yang memakai/berinteraksi dengan perangkat

lunak yang dimodelkan atau sistem lain yang

terkait dengan aliran data dari sistem yang

dimodelkan.

Catatan: Nama yang menggunakan pada

masukan (input) atau keluaran (output)

biasanya berupa kata benda.

Aliran data; merupakan data yang dikirim antar

proses, dari penyimpanan ke proses, atau dari

proses ke masukan (input) atau keluaran

(output)

Catatan: Nama yang digunakan pada aliran data

biasanya berupa kata benda, dapat diawali

dengan kata data misalnya “data siswa” atau

tanpa kata data misalnya

“siswa”.

M. Entity Relationship Diagram (ERD)


Menurut Fatta dalam (Taufik, 2017) Entity Relationship Diagram (ERD) adalah

gambar atau diagram yang menunjukan informasi dibuat, disimpan, dan digunakan dalam

sistem bisnis.

Sedangkan menurut Rosa dan Shalahuddin (2014) “ERD digunakan untuk pemodelan

basis data relasional sehingga jika penyimpanan basis data menggunakan OODMS maka

perancangan basis data tidak perlu menggunakan


4

ERD. ERD memiliki beberapa aliran notasi seperti notasi Chen (dikembangkan oleh Peter

Chen), Barker (dikembangkan oleh Richard Baker,Ian palmer, Harry Ellis), notasi Crow’s

Foot, dan beberapa notasi lainnya. Namun yang banyak digunakan adalah notasi dari

Chen, berikut adalah simbol-simbol yang digunakan ERD dengan notasi Chen :

Tabel 3. Notasi Entity Relationship Diagram (ERD)

Simbol Deskripsi

Entitas / entity Entitas merupakan data inti yang akan disimpan;

bakal tabel pada basis data; benda yang memiliki


nama_entitas
data dan harus disimpan datanya agar dapat diakses

oleh aplikasi komputer; penamaan entitas biasanya

lebih ke kata benda

dan belum merupakan nama tabel

Atribut Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam


suatu entitas
nama_atribut

Atribut kunci primer Field atau kolomdata yang butuh disimpan dalam suatu

entitas dan digunakan sebagai kunci sukses record yang


nama_kunci primer
diinginkan; biasanya berupa id; kunci primer dapat lebih

dari satu kolom, asalkan kombinasi dari beberapa kolom

tersebut dapat bersifat unik

(berbeda tanpa ada yang sama)

Atribut multinilai / multivalue Field atau kolom data yang butuh disimpan
dalam suatu entitas yang dapat memiliki nilai
nama_atribut
lebih dari satu
4

Simbol Deskripsi

Relasi Relasi yang menghubungkan antar etintas; biasanya


diawali dengan kata kerja
nama_relasi

Asosiasi / association Penghubung antara relasi dan entitas di mana di

kedua ujungnya memiliki multiplicity kemungkinan

jumlah pemakaian Kemungkinan jumlah maksimum

keterhubungan antara entitas satu dengan entitas

yang lain disebut dengan kardinalitas. Misalkan ada

kardinalitas 1 ke N atau sering disebut dengan one

to many

menghubungkan entitas A dan entitas B.


III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan tempat penelitian


Penelitian ini akan di laksanakan di dinas perikanan Kalimantan Timur atau opsi

kedua di fakultas perikanan Universitas Mulawarman Kalimantan Timur pada tanggal 10

mei 2021 sebagai tempat yang di teliti. Penelitian ini akan di lakukan selama meliputi

penyusunan proposal skipsi, data, pembuatan aplikasi dan penyusunan laporan.

B. Alat dan bahan

Alat bantu dalam penelitian di butuhkan beberapa perangkat, yang di butuhkan

sebagai berikut.

1. Alat yang di butuhkan

a. Laptop Ram 4.

b. Processor AMD.

c. Akses Internet.

d. Alat Dokumentasi.

e. Xampp.

f. Printer.

2. Bahan

a. Data penyakit dan gejala pada ikan nila

b. Data-data penyakit pada ikan nila. Data tersebut dapat di lihat pada tabel 3.

Tabel penyakit dan tabel 5. Data gejala. Serta tabel keputusan


4

Tabel 4. Penyakit

No Nama Penyakit

P001 Lernea

P002 Cacing Insang dan Kulit

P003 Bercak Merah

P004 Saprolegniasis

P005 Bintik Putih

P006 Trichodiniasis/penyakit gatal

P007 Epistylis

P008 Penducle/ penyakit air dingin

P009 Edward siella

P010 Kutu Ikan

P011 Stereptococcosis

P012 Tilapia Lake Virus (TiLV)

Tabel 5. Gejala

No Nama Gejala

G001 Parasit berbentuk jangkar/kail menempel pada permukaan tubuh, lubang


hidung, pangkal sirip, insang, dan rongga pip

G002 Pendarahan di area menempelnya parasit berbentuk jangkar

G003 Warna tubuh ikan pucat atau memudar

G004 Nafsu makan menurun,ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau
makan

G005 Ikan sulit bernafas, sering megap-megap dan muncul ke


Permukaan
5

No Nama Gejala

G006 Lendir berlebihan, ikan terlihat mengkilap

G007 Ikan sering berkumpul di saluran air masuk

G008 Ikan mengosok-gosokkan badannya pada benda keras

G009 Bercak merah atau hitam di badan ikan

G010 Sisik terkelupas

G011 Ikan berenang dengan cara melonjak-lonjak

G012 Ikan lemah dan berenang lambat

G013 Warna tubuh jadi gelap kehitaman

G014 Bercak merah berbentuk bulat atau tidak teratur terdapat pada tubuh,
pangkal sirip, dan dubur
G015 Ikan berkumpul di saluran pembuangan

G016 Perut buncit

G017 Eksopthalmia atau mata menonjol dan mata rusak seperti katarak

G018 Benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada Kulit

G019 Muncul bintik putih pada kulit, ekor, dan sirip

G020 Bintik putih ke abu-abuan dan disertai pendarahan di permukaan tubuh


dan sirip
G021 Adanya putih seperti kapas yang tumbuh di kulit, sisik, dan sirip

G022 Pendarahan pada area tempat munculnya kapas

G023 Suhu air mencapai 16°C dan ikan malas bergerak atau berenang
sehingga daya tahan tubuh lemah dan menyendiri
G024 Terdapatnya luka pada area ekor (penducle)

G025 Luka-luka pada bagian kulit dan meluas ke seluruh tubuh

G026 Ada bisul atau nanah disekitar luka disertai bau busuk

G027 Pada badan ikan di tempeli oleh kutu ikan

G028 Ikan nila kurus, berat ikan kurang dari 400 gr selama 4 bulan

G029 Adanya pendarahan pada bagian perut bawah


5

No Nama Gejala

G030 Garis vertikal tubuh menghitam

G031 Berenang berputar

G032 Badan bengkok berbentuk “C”

G033 Ada bisul di atas kepala ikan

G034 Kornea mata menyusut dan cekung ke dalam

G035 Rongga perut atau perut bagian bawah terlihat membengkak

G036 Adanya bisul di permukaan kulit

C. Prosedur Penelitia

Prosedur penelitian pada penelitian yang akan dilakukan leh penulis dapat dilihat

pada gambar 21 dibawah ini:

Gambar 21. Prosedur Penelitian


5

1. Analisi masalah

Analisis Masalah merupakan suatu awal sebelum menemukan rumusan masalah

dalam suatu penelitian. Menurut Amien Silalahi, Analisis Masalah adalah sebagai

usaha mendaftar sebanyak-banyaknya pertanyaan terhadap suatu masalah yang

sekiranya bisa ditemukan jawabannya.

2. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara yaitu studi literature dan wawancara.

Studi literature adalah mencari refrensi teori yang relefan dengan kasus atau

permasalahan yang ditemukan. Referensi ini dapat di cari dari buku, jurnal artikel,

laporan penelitian, dan situs-situ di internet. Output dari situs literatur ini adalah

terkoleksinya referensi yang relefan dangan perumusan masalah. Sedangkan

wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan

tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan teknologi

metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media tertentu, misalnya

telepon, email, atau skype, Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni wawancara

terstrukur dan tidak terstruktur.

D. Perancangan Aplikasi

Perancangan sistem dilakukan untuk memberikan gambaran atau perencanaan sistem

dalam pembuatan aplikasi sistem pakar penyakit pada tanaman cabai menggunakan

metode forward chaining dan certainty factor berbasis Web. Perancangan sistem pakar

penyakit tanaman cabai berbasis web dengan pemodelan Diagram Konteks yang terdiri

dari DFD LEVEL 1 serta perancangan interface aplikasi.


5

1. Diagram Konteks

Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan

ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang

menggambarkan gambaran tentang keseluruhan sistem.

Gambar 22. Diagram konteks

Pada gambar di atas dapat disimpulkan bahwa diagram konteks terdapat dua aktor

didalam system yaitu user dan admin dimana user dapat melakukan konsultasi pada

sistem dan akan menerima hasil dari sistem berupa hasil konsultasi user. Sedangkan

admin dapat memasukan atau menginput data solusi data penyakit ikan nila, data gejala

dan dapat menerima laporan hasil diagnosis.


5

2. DFD LEVEL 1

DFD Level 1 merupakan suatu lingkaran besar yang mewakili lingkaran- lingkaran

kecil yang ada didalamnya. Merupakan pemecahan dari diagram konteks ke diagram Nol.

didalam diagram ini dapat menyimpan data.

Gambar 23. DFD Level 1

3. Perancangan basis data

Perancangan basis data, (Nugroho 2011), perancangan basis data di bagi menjadi dua

yaitu :

a. Perancangan basis data secara logika, yaitu melakukan pendekatan basis data melalui

dua cara pandang yaitu menerjemahkan atau mentransformasikan model data

konseptual ke bentuk relasi-relasi berdasarkan teori basis data relasional dan teori

objek.
5

b. Perancangan basis data secara fisik, yaitu mengorganisasikan basis data di tempat

penyimpanan komputer serta mendifinisikan struktur fisik dari DBMS.

Gambar 24. ERD Diagram

E. Pemodelan Sistem

1. Penelusuran Rule menggunakan metode Backward Chaining

a. Akusisi pengatahuan

Pengatahuan ini di peroleh dalam sistem melalui media internet atau buku- buku yang

memuat tentang penyakit dan hama pada tanaman cabai. Setelah melakukan akusisi

pengatahuan kemudian di buat perumusan masalah seperti pada table di bawah ini.
5

Tabel 6. Rumusan masalah penyakit.


Penyakit Ikan Gejala

Lernea Parasit lernea berbentuk seperti cacing. Parasit ini hidup di

tubuh ikan Nila dengan menghujam kepalanya yang

berbentuk jangkar ke dalam daging

ikan.

Cacing ingsan dan kulit Penyakit ini umumnya ditemui pada insang
dan kulit ikan Nila. Warna tubuh ikan keputihan dan

pucat. Nafsu makan menurun,ikan tidak seperti

biasanya dan ikan tidak mau makan.

Trichodina Trichodina merupakan parasit yang menyerang kulit dan

sirip ikan Nila. Parasit ini menyebabkan luka atau

kerusakan di organ yang diserang.

Saprolegniasis Saprolegniasis disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. Jamur

ini menyerang organ luar ikan, seperti bagian

kepala, tutup insang, sirip, dan bagian luar lainnya.

Epistaylis Epistylis sp. Merupakan parasit dari filum Ciliophora

yang menyerang ikan mulai stadiah benih

Bercak Merah penyakit bercak disebut juga penyakit Aeromonas, karena

yang menyerang ikan Nila yaitu Aeromonas sp. Ikan sulit

bernafas, sering megap-megap dan muncul ke permukaan.

Sisik terkelupas. Bercak merah berbentuk bulat atau tidak

teratur terdapat

pada tubuh, pangkal sirip, dan dubur.

Bintik Putih Penyebab penyakit bintik putih adalah

Protozoa incthyrius multifilis.

Faktor penyebab penyakit ini adalah kualitas air yang

buruk, suhu yang terlalu rendah, pakan yang buruk, dan

kontaminasi ikan lain yang sudah terkena

penyakit bintik putih.

Penduncle Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingain

(cold water descareases) yang bisa terjadi pada suhu 16°C.

Penyebabnya adalah bakteri Flexbacter

psychropahila yang berukuran sekitar enam mikron.


5

Penyakit Ikan Gejala

Edward Siella Penyebabnya adalah bakteri Edward siella yang berukuran

0,5-0,75 mikron. Nafsu makan menurun,ikan tidak seperti

biasanya dan ikan tidak mau makan. Luka luka pada bagian

kulit dan meluas ke seluruh tubuh. Ada nanah disekitar

luka disertai

bau busuk.

Kutu Ikan Penyebab penyakit ini adalah Argulus sp, yang

termasuk udang renik. Parasit

penghisap darah ini sering dijumpai

menempel pada insang, kulit, dan sirip ikan yang

sakit.

Stereptococcosis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Steretococcus inae.

Sebuah penelitian tahun 2002 menunjukkan bahwa ikan

Nila sangat rentan terhadap infeksi penyakit bakterial antara

lain akibat infeksi bakteri Steretococcus inae ini.

Tilapia Like Virus


Merupakan virus baru dalam budidaya perikanan yang

secara signifikan menyebabkan kematian pada ikan

Nila. Benua Asia, Afrika dan negara Amerika Selatan

telah menyebut TILV ini sebagai

ancaman besar dalam industri global ikan Nila.


5

b. Pohon Keputusan

Meskipun kaidah secara langsung dapat dihasilkan dari tabel keputusan tetapi

untuk menghasilkan kaidah yang efisien terdapat suatu langkah yang harus ditempuh

yaitu membuat pohon keputusan. Pohon keputusan yang dibuat harus sesuai dengan

metode yang digunakan yaitu Backward Chaining. Terlihat pada gambar berikut.

Gambar 25. Pohon Keputusan


5

Tabel 7. Rule Base

NO IF THEN
1 G3, G5, G8 P1
2 G6, G13, G17 P2
3 G4, G9, G12, G18 P3
4 G1, G2, G10, G16, G20 P4
5 G6, G4, G21 P5
6 G2, G8, G15, G23 P6
7 G1, G7, G13 P7
8 G2, G6, G12 P8
9 G12, G13, G14 P9
10 G12, G19, G23, G30 P10
11 G14, G31, G36 P11
12 G,18, G24, G32, G36, P12

1. Mesin Infrance sistem pakar

Runut balik (Backward Chaining) merupakan strategi pencarian yang arahnya

kebalikan dari runtun maju (Forward Chaining) yang dapat dilihat pada gambar 26

dibawah ini:

Gambar 26. Proses Backward Chaining


6

F. User Interface

1. Halaman indeks utama

Halaman indeks utama merupakan halaman yang pertama kali di akses oleh user.

Halaman ini berisi form multiuser sehingga pengakses dapat melakukan proses login

melalui halaman ini. Dapat dilihat di gambar 27 dibawah ini:

Gambar 27. Rancangan halaman index utama

2. Halaman jenis-jenis ikan nila

Halaman jenis-jenis ikan nila yang akan di akses oleh user. Halaman ini berisi

tentang jenis-jenis ikan nila. Dapat di lihat di gambar 28 dibawah ini:


6

Gambar 28. Halaman jenis-jenis ikan nila

3. Halaman Diagnosis

Halaman diagnosis adalah halaman yang akan diakses oleh user, halaman ini berisi

keterangan tentang diagnosis penyakit ikan nila. Dapat dilihat di gambar 29 dibawah ini

Gambar 29. halaman diagnosis


6

4. Halaman data penyakit

Halaman data penyakit berisi penyakit-penyakit ikan nila dan keterangannya yang

akan diakses oleh user. Dapat dilihat di gambar 30.

Gambar 30. Halaman data penyakit


6

5. Halaman tentang

Halamam tentang adalah halaman yang menjelaskan biodata si pembuat website yang

akan di akses oleh user. Dapat dilihat di gambar 31 dibawah ini:

Gambar 31. Halaman tentang

6. Halaman masuk

Halaman masuk adalah suatu proses untuk masuk kedalam sebuah layanan online

yang berisi username dan pasword yang akan di akses oleh user. Bisa dilihat di gambar

32 di bawah ini:
6

Gambar 32. Halaman masuk

G. Pengujian Data

Pengujian data dilakukan dengan mengambil contoh gejala dari G3, G5 dan G8, G6,

G13 yang diambil dari data penyakit tanaman lada beserta gejalanya. Data penyakit

tanaman lada adalah seperti pada tabel 8 berikut.

Tabel 8.Pohon keputusan


Kode Gejala Kode Gangguan

P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12

G1  

G2   

G3 

G4  

G5 

G6   

G7 

G8  
6

Kode Gejala Kode Gangguan


P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10 P11 P12

G9 

G10 

G11

G12    

G13   

G14  

G15 

G16 

G17 

G18  

G19 

G20 

G21 

G22

G23  

G24 

G25

G26

G27

G28

G29

G30 

G31 

G32 

G33

G34

G35

G36  
6

H. Contoh perhitungan menggunakan metode Backward Chaining

Perhitungan manual sistem pakar Diagnosis penyakit ikan nila dimulai dari kasus

sebagai berikut:

Apakah Ikan Nila memiliki tanda-tanda seperti ini pada tubuhnya:

Langkah pertama

Fakta :

G6 = Lendir berlebihan, ikan terlihat mengkilap

G13 = Warna tubuh jadi gelap kehitaman

G17 = Eksopthalmia atau mata menonjol dan mata rusak seperti katarak

Langkah kedua menentukan rule

Rule :

R1= IF X (G3, G5,) G8 P01 R2=

IF X (G6, G13,) G17 P02

R3= IF X ( G4, G9) dan ( G12, G18) P03 R4

=IF( G1, G2,)dan (G10,G16)G20 P04

Penyelesaian :

Mencocokan kode fakta dan rule

Kode Fakta = G6,G13,G17,

Kode Rule R2= IF X (G6, G13,) G17 P02

Dan ternyata faktanya sama maka premis di simpan menjadi fakta baru

Premis baru adalah diagnosa awal sesuai dengan diagnosa tersebut dan hasilnya sama

Fakta = G6,G13,G17,yang di dapat dari rule

Terbukti sekarang bahwa fakta ikan nila G6,G13,G17,menderita Cacing Insang dan

Kulit
6

I. Contoh Perhitungan menggunakan metode certainty factor

Perhitungan manual sistem pakar diagnosis Ikan Nila dimulai dengan user memilih

gejala penyakit yang dialami oleh Ikan Nila. sebagai contoh ada lima gejala yang dipilih

oleh user, yaitu:

1. Warna tubuh ikan pucat atau memudar (G3)

2. Ikan sulit bernafas (G5)

3. Ikan mengosok-gosokkan badannya (G8)

4. Lendir berlebihan, ikan terlihat mengkilap (G6)

5. Warna tubuh jadi gelap kehitaman (G13)

Langkah pertama, pertama pakar menentukan nilai CF masing-masing gejala Adapun

nilai CF yang diberikan pakar Ikan Nila yaitu:

CFpakar1(G03) = 0.7

CFpakar2(G05) = 0.3

CFpakar3(G8) =1

CFpakar4(G6) = 0.5

CFpakar5(G13) = 0.7

Selanjutnya user memilih jawaban untuk setiap gejala yang dipilih dan setiap

jawaban tersebut memilih nilai CF user. Adapun jawaban dari user yaitu:

CF user 1(G03) = 0.6

CF user 2(G05) = 0.2

CF user 3(G8) = 0.2

CF user 4(G6) = 0.2

CF user 5(G13) = 0.2

Proses perhitungan manual untuk nilai CF user CF pakar yaitu: CF1-

G3 = CF(user) x CF(pakar)
6

= 0.7 x 0.6

= 0.42

CF2-G5 = CF(user) x CF(pakar)

= 0.3 x 0.2

= 0.6

CF3-G8 = CF(user) x CF(pakar)

= 1 x 0.2

= 0.2

CF4-G6 = CF(user) x CF(pakar)

= 0.5 x 0.2

= 0.2

CF5-G13 = CF(user) x CF(pakar)

= 0.7 x 0.2

= 0.14

1. Lernea (G03, G8 dan G6)

Penyakit learnea dapat dilihat pada gambar 33 . yang akan dihitung menggunakan

rumus CF berikut:

Gambar 33. Penyakit Lernea

CFcombine1(CF1, CF3) = CF1, CF3 * (1 – CF1)

= (0.42 + 0.2) * (1- 0.42)


6

= 0.62 * 0.58

CF old1 = 0.35

Nilai CF Lernea adalah 0.29 x 100% = 29%

2. Cacing Insang dan Kulit (G05, G8,G6 dan G13)

Penyakit cacing ingsang dan kulit dapat dilihat pada gambar 34 . yang akan

dihitung menggunakan rumus CF berikut:

Gambar 34. Penyakit Cacing Ingsang

CFcombine1(CF2, CF3) = CF2, + CF3 * (1 – CF2)

= (0.6 + 0.2) * (1- 0.6)

= 0.8 * 0.4

CF old1 = 0.32

CFcombine2(CF1, CF4) = CFold1, + CF4 * (1 – CFold1)

= (0.32 + 0.1) * (1- 0.32)

= 0.42 * 0.68

CF old2 = 0.30

Nilai CF Penyakit Cacing Insang dan Kulit adalah 0,30 x 100% = 30%
7

3. Bercak Merah (G8,G6)

Penyakit berak merah dapat dilihat pada gambar 35 yang akan dihitung menggunakan

rumus CF berikut:

Gambar 35. Penyakit Bercak Merah

CFcombine1(CF3, CF4) = CF3 + CF4 * (1 – CF3)

= (0.2 + 0.1) * (1- 0.2)

= 0.3 * 0.8

= 0.24

Nilai CF Bercak Merah adalah 0.24 x 100% = 24%

4. Saprolegniasis

Penyakit saprolegniasis dapat dilihat pada gambar 36 yang akan dihitung

menggunakan rumus CF berikut:

Gambar 36. Penyakit Saprolegniasis

(G8 dan G6)

CFcombine1(CF3, CF4) = CF3 + CF4 * (1 – CF4)


7

= (0.2 + 0.1) * (1- 0.2)

= 0.3 * 0.8

= 0.24

Nilai CF Saprolegniasis adalah 0.24 x 100% = 24%

5. Bintik Putih (G3)

Penyakit bitnik putih dapat dilihat pada gambar 37 yang akan dihitung

menggunakan rumus CF berikut:

Gambar 37. Penyakit Bintik Putih

CF4 = 0.1

Nilai CF Bintik Putih adalah 0.1 x 100% = 10%

Berdasarkan hasil penelusuran aturan sistem pakar dengan menggunakan metode

Certainty Factor (CF) maka jenis penyakit Penyakit Cacing Insang dan Kulit adalah

dengan persentase terbesar adalah Cacing Insang dan Kulit sebesar 30%.
7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Tampilan Beranda

Tampilan beranda merupakan tampilan awal dari website sistem pakar ini

yang menampilkan judul dari sistem pakar yang diangkat oleh penulis, yang dapat

dilihat pada gambar 38 di bawah ini:

Gambar 38. Tampilan Beranda

2. Tampilan Konsultasi

Tampilan konsultasi merupakan tampilan untuk konsultasi pengguna sistem pakar

untuk mengetahui penyakit ikan nila yang dialami oleh ikan nila, yang dapat dilihat

pada gambar 39 di bawah ini:

Gambar 39. Tampilan kosultasi


7

3. Tampilan Tentang Kami

Tampilan tentang kami merupakan tampilan untuk menjelaskan fungsi dari di

bangunnya sistem pakar diagnosa penyakit ikan nila menggunakan metode backward

chaining dan certainty factor, yang dapat dilihat pada gambar 40 di bawah ini:

Gambar 40. Tampilan Tentang Kami

4. Tampilah Hasil Konsultasi

Tampilan hasil konsultasi merupakan tampilan yang menampilkan hasil

konsultasi yang telah dilakukan oleh user, yang dapat dilihat pada gambar 41 di

bawah ini:

Gambar 41. Tampilan Hasil Konsultasi


7

5. Tampilan login admin

Tampilan login admin merupakan tampilan login yang hanya dilakukan

oleh admin yang berfungsi untuk mengelola data yang ada di dalam website sistem

pakar diagnosa penyakit ikan nila menggunakan metode backward chaining dan

certainty factor, yang dapat dilihat pada gambar 42 di bawah ini:

Gambar 42. Tampilan Login

6. Tampilan Data Penyakit

Tampilan data penyakit merupakan tampilan data penyakit yang dapat di

kelolah oleh admin, yang dapat dilihat pada gambar 43 di bawah ini:

Gambar 43. Tampilan Data Penyakit


7

7. Tampilan Data Gejala

Tampilan data gejala merupakan tampilan data gejala yang dapat di kelolah oleh

admin, yang dapat dilihat pada gambar 44 di bawah ini:

Gambar 44. Tampilan Data Gejala

8. Tampilan Data Pengetahuan

Tampilan data pengetahuan merupakan tampilan data pengetahuan yang dapat di

kelolah oleh admin, yang dapat dilihat pada gambar 45 di bawah ini:

Gambar 45. Tampilan Data Pengetahuan


7

B. Pembahasan

1. Source Code
a. Beranda

<h1>Backward Chaining dan Certainty Factor</h1>


</div>
</div>
<div class="span8">
<div class="navbar navbar-static-top">
<div class="navigation">
<nav>
<ul class="nav topnav">
<li class="active">
<ahref="<?php
echo
base_url('beranda')?>">Beranda</a>
</li>
<li>
<ahref="<?phpecho base_url('konsultasi')?>">Konsultasi</a>
</li>
<li>
<ahref="<?phpechobase_url('tentang')?>">Tentang
Kami</a>
</li>
<li>
<a href="<?php echo base_url('auth')?>">Masuk</a>
</li>
</ul>
</nav>
</div>
7

b. Konsultasi

<section id="content">
<div class="container">
<div class="row">
<div class="col-lg-12">
<div class="panel panel-success">
<div class="panel-heading">Mulai Konsultasi</div>
<div class="panel-body">
<div class="col-md-9">
<div class="form-group">
<formaction="<?php
echo
site_url("konsultasi/pertanyaan/") ?>" method="get">
<select name="kd_penyakit"
class="form-control" required>
<option value="">--Pilih Penyakit--</option>
<?php
foreach ($data_penyakit as $k) { echo "<option value='$k->kd_penyakit'>$k->kd_penyakit
- $k->nama_penyakit</option>";
}
?>

c. Tentang kami

<section id="intro">
<div class="intro-content">
<div class="container">
<h2>Tentang</h2>
<h3>Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Ikan Nila</h3>
<h3>Metode Backward Chaining Dan Certainty Factor</h3>
<h4>Website ini merupakan salah satu Aplikasi yang menggunakan
Sistem Pakar dengan menggunakan metode Backward Chaining Dan
Certainty Factor, fitur yang disediakan meliputi
menentukan kemungkinan penyakit yang diderita oleh ikan nila
berdasarkan kemungkinan penyakit yang disertai gejala - gejala yang dialami.
</div>
</div>
</section>
<footer>
7

d. Login admin

<section id="content">
<div class="container">
<div class="row">
<div class="span8">
<h4>Halaman Masuk</h4>
<form role="form" method="post" action="<?php echo site_url('auth');?>">
<fieldset>
<div class="row">
<div class="span4 field form-group">
<labelfor="username"class="control-labelcol-lg- 2">Username</label>
<inputtype="text"name="username" placeholder="Masukkan username"/>
<div class="validation"></div>
</div>
</div>
<div class="row">
<div class="span4 field form-group">

<label for="password" class="control-label col-lg-


2">Password</label>
<inputtype="password"
name="password"placeholder="Masukkan password" data-
rule="password" data-msg="Username/password yang anda masukkan salah" />
<div class="validation"></div>
</div>
</div>
<buttonclass="btnbtn-colormargintop10pull-left" name="submit" type="submit">Masuk</button>
</fieldset>
</form>
</div>
</div>
</div>
</section>
7

2. Pengujian website

Dari hasil pembuatan website sistem pakar diagnosa penyakit ikan nila maka

perlu dilakukan pengujian terhadap website untuk menguji apakah semua fitur yang ada

di dalam website dapat berjalan sesuai dengan fungsinya.

Tabel 9. Pengujian Website

No Pengujian Keluaran yang dihasilkan Status

Halam login menampilkan menu

login untuk Admin dengan


1 Halaman Masuk Berhasil
memasukkan userename dan

password.

Profil menampilkan nama dan

2 Beranda beranda merupakan tampilan Berhasil

depan dari website.

Konsultasi merupakan menu untuk

user/pengguna melakukan konsultasi


3 Konsultasi Berhasil
mengenai penyakit

ikan nila.

Tentang berisi mengenai penjelasan

singkat tentang kugunaan sistem


4 Tentang Kami Berhasil
yang telah di

buat

Pada tabel 9. Dapat dilihat pengujian websitem yang telah dilakukan berjalan

dengan baik. Dimana semua menu dapat berjalan sesuai dengan fungsinya dan sesuai dari

rancangan sistem yang telah dirancang.


8

3. Pengujian responden

Pengujian responden ini dilakukan dengan membuat kuisioner yang telah

dibagikan kepada pengguna dan kuisioner ini menggunakan metode SUS (System

Usability Sale), dan hasil dari responden dapat dihitung menggunakan perhitungan SUS

yang dapat dilihat pada tabel 10. Dibawah ini:

Tabel 10. Hasil Perhitungan Data Responden SUS

Skor
P P P P P P P P P P
Responden Jumlah SUS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

R1 1 1 4 2 5 1 5 1 4 1 25 62.5

R2 4 4 4 4 4 2 5 3 5 5 40 100

R3 5 3 4 5 5 3 5 2 5 5 42 105

R4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39 97.5

R5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38 95

R6 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 36 90

R7 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 32 80

R8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2.5

R9 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 37 92.5

R10 4 1 5 2 5 2 5 1 5 2 32 80

R11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 75

R12 4 2 4 5 4 2 5 2 5 4 37 92.5

R13 2 4 2 3 4 4 4 4 3 4 34 85

R14 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 34 85

R15 2 1 4 2 4 2 4 2 4 2 27 67.5

R16 4 4 4 2 4 2 4 2 3 4 33 82.5
8

R17 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 33 82.5

R18 5 2 4 3 4 2 4 2 3 4 33 82.5

R19 4 2 5 3 4 2 5 2 4 5 36 90

R20 3 2 4 2 4 2 3 3 3 3 29 72.5

R21 5 4 4 2 4 2 4 2 4 3 34 85

R22 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 30 75

R23 4 2 4 2 4 2 4 2 4 3 31 77.5

R24 2 2 4 2 4 2 4 2 4 3 29 72.5

R25 3 2 4 2 4 2 4 2 4 3 30 75

R26 5 2 5 5 5 2 5 2 5 5 41 102.5

R27 5 1 5 4 5 2 4 1 5 2 34 85

R28 4 3 4 5 4 2 3 3 4 4 36 90

R29 4 1 5 3 4 2 4 2 2 4 31 77.5

R30 4 3 3 2 4 2 4 2 2 4 30 75

Skor Rata - Rata 81,17

Setelah melakukan perhitungan data dari hasil yang telah diperoleh dari

responden , dimana akan dilakukan perhitungan nilai skor SUS untuk setiap jumlah nilai

pertanyaan akan di kalikan 2.5 setelah itu dilakukan perhitungan nilai rata-rata skor SUS

yaitu 81.17. dari hasil tersebut membuktikan bahwa pengujian dari aplikasi nada

ruzandah misic dapat diterima oleh pengguna dengan sangat baik karena nilai yang

didapatkan tersebut memiliki diatas rata-rata dan mendapat nilai grade scale B dan

mendapatkan rating excellent (sangat baik)


8

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pengujian dan analisis pada sistem, maka dapat diambil sebuah

kesimpulan sebagai berikut:

1. Pada penelitian ini berhasil membangun website sistem pakar yang mampu

mendiagnosa penyakit ikan nila menggunakan metode backward chaining dan

certainty factor

2. Dari hasil pengujian menggunakan kuisioner website sistem pakar ini dapat

diterima dan berjalan dengan baik dan menghasilkan output sesuai yang

diharapkan.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka ada beberapa saran yang

dapat diberikan untuk pengembangan sistem lebih lanjut adalah sebagai berikut:

1. Basis pengetahuan pada sistem ini dapat ditambahkan lagi agar dapat lebih

diperkaya dalam mendiagnosa jenis penakit ikan nila.

2. Menambahkan menu login untuk pengguna agar lebih mempermudah admin

mendata pengguna dari website sistem pakar tersebut.


8

DAFTAR PUSTAKA

A.S., R. (2014). Rekayasa Perangkat Lunak dan Terstruktur dan Berrientasi Objek.

Informatika Bandung.

Burhannudin, M. (2017). Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Tanaman Apel

Manalagi Dengan Metode Backward Chaining Menggunakan Certainty Factor.

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer.

Dahria, M. (2008). Kecerdasan Buatan. Artificial Intelligence.

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, e. b. (2019, Maret 26). Retrieved from Wikipedia:

https://id.wikipedia.org/wiki/Backward_chaining

Ermawati, T. &. (2017). Perancangan Sistem Informasi Pemesanan Pentas Seni Berbasis

Web Pada Sanggar Seni Getar Pakuan Bogor. Ijse - Indonesian Journal on

Software Engineering.

Firman, A. (2016). Sistem Informasi Perpustakaan Online Berbasis Web. E- Journal

Teknik Elektro Dan Komputer.

Iriani, S. (2015). Penerapan Metode Backward Chaining pada Sistem Pakar Diagnosa

Penyakit Tulang Manusia. IJNS – Indonesian Journal on Networking and

Security.

KOSASI, S. (2014). SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT IKAN KOMET

MENGGUNAKAN FORWARD CHAINING. Sekolah Tinggi Manajemen

Informatika dan Komputer Pontianak.

Kusumadewi. (2003). jenis sistem pakar. jenis sitem pakar.

Mukhtar, N. (2015). Sistem Pakar Diagnosa Dampak Penggunaan Softlens Menggunakan

Metode Backward Chaining. Jurnal Buana Informatika.


8

Nugroho, A. (2011). Siklus Hidup Pengembangan Sistem. Perancangan dan

Implementasi Sistem Basis Data.

Ratnasari, E. (2018). Pengertian Dan Fungsi Xampp. Ilmuti.Org.

Rosnelly, R. (2008). Sistem Pakar: Konsep dan Teori.

Sibagariang, S. (2015). SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT SAPI DENGAN

METODE CERTAINTY FACTOR BERBASIS ANDROID. Jurnal TIMES.

Turnip, M. (2015). Sistem Pakar Diagnosa Penyakit THT Menggunakan Metode

Backward Chaining Mardi. Jurnal Buana Informatika.

www.Majalah Ikan.com (2017)

www.Dunia Ikan.com (2017)

Anda mungkin juga menyukai