CERTAINTY FACTOR
Oleh:
SOLEH HUDIN
NIM. H171600603
PROGRAM DIPLOMA 4
SAMARINDA
2021
ii
SKRIPSI
CERTAINTY FACTOR
Oleh:
SOLEH HUDIN
NIM. H171600603
PROGRAM DIPLOMA 4
SAMARINDA
2021
iii
@ Hak cipta milik Politeknik Pertanian Negeri Samarinda, tahun 2021 Hak
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang telah saya buat dengan judul “SISTEM
PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS PENYAKIT IKAN NILA
MENGGUNAKAN METODE BACKWARD CHAINING DAN CERTAINTY
FACTOR BERBASIS WEB” adalah asli dan bukan plagiat (jiplakan) dan belum
pernah diajukan, diterbitkan/duplikasikan dimanapun dan dalam bentuk apapun.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar
Pustaka di bagian akhir dri skripsi ini.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa adanya paksaan
dari pihak manapun juga. Apabila dikemudian hari ternyata saya memberikan
keterangan palsu dan atau ada pihak lain yang mengklaim bahwa tugas akhir yang telah
saya buat adalah hasil karya milik seseorang atau badan tertentu, saya bersedia diproses
baik secara pidana maupun perdata dan kelulusan saya dari Politeknik Pertanian Negeri
Samarinda dicabut/dibatalkan.
Dibuat : Samarinda
Pada Tanggal : 27 September 2021
Yang menyatakan,
Soleh hudin
v
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
Samarinda, 2021
Disetujui, Pada
tanggal:
Dosen Pembimbing 1 Dosen Pembimbing 2 Pemohon
Disahkan, Pada
Tanggal:
Ketua Program Studi Tekonlogi Rekayasa Perangkat Lunak
ABSTRAK
Soleh Hudin. Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Penyakit Ikan Nila Menggunakan
Metode Backward Chaining Dan Certainty Factor Berbasis Web (di bawah bimbingan
Ida Maratul Khmidah,S.Kom.,M.Cs dan Annafi franz S.kom., M.Kom.).
Budidaya ikan nila sangat diminati para peternak karena pasarnya yang terus
berkembang. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, budidaya ikan nila dilakukan
secara intensif. Disamping itu juga terdapat masalah yang timbul pada budidaya ikan nila.
Masalah tersebut adalah gagalnya kegiatan pemeliharaan ikan nila ini. Penyebab
gagalnya kegiatan ini adalah karena faktor penyakit. Munculnya penyakit ini merupakan
hasil interaksi kompleks atau tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem
perairan ikan yang lemah, patogen yang ganas serta kualitas lingkungan yang
memburuk.
Berdasarkan studi kasus dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penulis
akan membuatkan sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit ikan nila
menggunakan metode backward chaining dan certainty factor berbasis web.
Tujuan penelitian ini adalah untuk merancang web sebagai solusi penanggulangan
RIWAYAT HIDUP
2011 kemudian
Samarinda pada Tahun 2017. Pendidikan Tinggi di mulai pada Politeknik Pertanian
Perangkat Lunak tahun 2017. Bulan Juni – Juli 2020 melaksanakan program PKN
Tenggarong, Provinsi Kalimantan Timur. Bulan Maret – Mei 2021 mengikuti program
PKL (Praktek Kerja Lapang) Dinas Tenaga Kerja Dan Transmigrasi, Kecamatan
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala, karena atas berkat Rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini. Penelitian dan penyusunan skripsi
dilaksanakan selama 1 bulan, yaitu bulan Agustus 2021, yang merupakan syarat untuk
menyelesaikan studi di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat gelar
Sarjana Terapan.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Ibu Maratul Khmidah,S.Kom.,M.Cs, selaku Dosen Pembimbing I.
2. Bapak Annafi franz S.kom., M.Kom, selaku dosen pembimbing II.
3. Bapak Dr. Suswanto, S.Pd, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Teknologi Rekayasa
Perangkat Lunak.
4. Ibu Dr.Ir. Budi Winarni, M.Si, selaku ketua Jurusan Manajemen Pertanian.
5. Bapak Hamka, S.TP, MP, selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
6. Bapak/Ibu Dosen, Pranata Laboratorium Pendidikan (PLP) dan seluruh Staff
Politeknik Pertanian Samarinda.
7. Segenap anggota keluarga yang telah mendukung penulis serta semua pihak yang
tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah membantu hingga terselesaikannya
skripsi ini.
Soleh Hudin
i
DAFTAR ISI
SKRIPSI............................................................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................................v
ABSTRAK........................................................................................................................vi
RIWAYAT HIDUP.........................................................................................................vii
KATA PENGANTAR....................................................................................................viii
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.......................................................................................................xii
DAFTAR TABEL...........................................................................................................xiv
I. PENDAHULUAN......................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................................4
C. Batasan Masalah....................................................................................................4
D. Tujuan Penelitian...................................................................................................4
A. Studi Literatur.......................................................................................................5
B. Kecerdasan Buatan................................................................................................9
C. Sistem Pakar........................................................................................................11
D. Backward Chaining.............................................................................................13
x
F. Ikan Nila..............................................................................................................15
I. Xampp.................................................................................................................39
C. Prosedur Penelitia................................................................................................51
D. Perancangan Aplikasi..........................................................................................52
E. Pemodelan Sistem...............................................................................................55
F. User Interface......................................................................................................60
G. Pengujian Data....................................................................................................64
A. Hasil....................................................................................................................72
x
B. Pembahasan........................................................................................................75
A. Kesimpulan..........................................................................................................82
B. Saran....................................................................................................................82
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................83
x
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan.......................................................................................................9
Tabel 2. DFD...................................................................................................................44
Tabel 4. Penyakit.............................................................................................................49
Tabel 5. Gejala.................................................................................................................49
A. Latar Belakang
Budidaya ikan nila sangat diminati para peternak karena pasarnya yang terus
secara intensif. Disamping itu juga terdapat masalah yang timbul pada budidaya ikan
nila. Masalah tersebut adalah gagalnya kegiatan pemeliharaan ikan nila ini. Penyebab
gagalnya kegiatan ini adalah karena faktor penyakit. Munculnya penyakit ini
merupakan hasil interaksi kompleks atau tidak seimbang antara tiga komponen dalam
ekosistem perairan ikan yang lemah, patogen yang ganas serta kualitas lingkungan
dengan cepat, tepat dan akurat. Salah satunya adalah perkembangan sistem pakar
Indonesia merupakan negara yang luas dan kaya akan keaneragaman hayati,
misalnya ikan nila. Budidaya ikan nila sangat diminati para peternak karena pasarnya
yang terus berkembang. Untuk mendapatkan keuntungan maksimal, budidaya ikan nila
sebaiknya tidakdilakukan secara sampingan atau sekedar kegiatan subsisten. Ikan nila
sanggup hidup dalam kepadatan tebar yang tinggi. Oleh karena itu, usaha budidaya
ikan nila akan memberikan keuntungan lebih apabila dilakukan secara intensif. Namun
ada juga masalah yang timbul pada ikan nila. Masalah tersebut adalah gagalnya
kegiatan pemeliharaan ikan nila ini. Salah satu penyebab gagalnya kegiatan ini
adalah
merupakan resiko yang harus selalu diantisipasi. Munculnya penyakit ini merupakan
hasil interaksi kompleks atau tidak seimbang antara tiga komponen dalam ekosistem
perairan ikan yang lemah, patogen yang ganas serta kualitas lingkungan yang
memburuk. Penyakit ikan nila hampir sama dengan penyakit yang ditemui pada ikan
tawar lainnya. Penyakit pada ikan nila biasanya akan terjadi pada kolam yang minim
perawatannya, tetapi bukan berarti bahwa kolam yang terawat akan bebas dari
penyakit. Ha ini dapat terjadi karena sumber penyakit pada ikan nila dapat berasal dari
luar (faktor eksternal) maupun dari dalam (internal) yang lambat laun akan
mempengaruhi keadaan lingkungan tempat tinggalnya. Oleh karena itu, lebih baik
melakukan tindakan pencegahan dengan perawatan yang baik pada kolam. Dengan
penyakit pada ikan nila, untuk itu dengan adanya aplikasi ini masalah kekurangan
tenaga pakar dapat diselesaikan, dengan sistem pakar ini user dapat berinteraksi dengan
system seperti berinteraksi dengan pakar. Aplikasi ini menggunakan metode backward
Ikan Nila dengan nama latin Oreochromis nilotica merupakan salah satu ikan
konsumsi air tawar yang digemari oleh masyarakat Indonesia. Ikan Nila memiliki
kandungan protein sebesar 17,5%, lemak 4,7%, dan air 74,8% (Ardita, dkk, 2015). Ikan
Nila termasuk dalam makanan alternatif bergizi tinggi yang harganya terjangkau oleh
masyarakat. Rasa dagingnya yang tidak kalah dengan ikan konsumsi lain juga
yang dibutuhkan. Ikan Nila memiliki prospek pasar yang bagus dilihat dari banyaknya
permintaan ikan Nila tidak hanya untuk konsumsi, tetapi juga untuk benih (Khairuman,
dkk, 2013). Sehingga untuk memenuhi permintaan pasar, banyak peternak berpacu
dalam pembudidayaan ikan Nila Berdasarkan hasil dari data statistik perikanan tahun
Indonesia dengan 260.642 rumah tangga usaha budidaya (BPS, 2013). Ikan Nila
menghasilkan ikan Nila unggul. Ada beberapa varietas ikan Nila yang beredar di
Indonesia yaitu Nila Japan for International Cooperation Agency (JICA), Nila
Genetically Supermale Indonesian Tilapia (GESIT), Nila Nirwarna, Nila Merah, Nila
Hitam, Nila Genetic Improvement of Rarmed Tilapias (GIFT), dan Nila Genetically
Enchanced Tilapia (GET) (Ghufran, dkk, 2010). Varietas lain menurut Khairuman,
dkk, (2013), Nila Bogor Enchanced Strain Tilapia (BEST) dan Nila Larasati.
dimulai dengan sebuah hipotesa sebuah objek dan meminta informasi untuk meyakinkan
Objek-Driven/Goal-Driven.
Berdasarkan latar belakang yang telah di paparkan sebelumnya maka dapat diketahui
rumusan masalah yang dihadapi yaitu membuat sistem pakar yang dapat menagani
penyakit pada ikan nila secara cepat dengan mengetahui gejala- gejalanya dan bagaimana
metode Backward Chaining Berbasis Web agar dapat diakses dan dimanfaatkan
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana alur kerja sistem pakar untuk mendiagnosis penyakit ikan nila dengan
2. Bagaimana cara membuat program system pakar untuk mendiagnosis penyakit ikan
C. Batasan Masalah
1. Penelitian ini dibatasi hanya melakukan pendeteksi penyakit pada ikan nila.
D. Tujuan Penelitian
berbasis web.?
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Studi Literatur
Penelitian di lakukan oleh Nurmala Mukhtar dari universitas islam negeri indagiri
adalah sejenis lensa yang dibuat dari bahan yang bersifat “lunak”, yaitu silicon
menyebabkan iritasi mata, mata merah dan infeksi. Untuk itu diperlukan sebuah sistem
backward chaining atau runut balik. Metode runut balik bekerja dengan cara
menentukan penyakit yang diderita oleh pengguna softlens kemudian akan dijabarkan
sebab-sebab penyakit tersebut. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sistem
penanggulangannya.
Penelitian di lakukan oleh siska iriani dari STKIP PGRI pacitan, yang berjudul
“Penerapan Metode Backward Chaining pada Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Tulang
Penyakit Tulang Pada Manusia merupakan aplikasi yang berguna untuk mengetahui
jenis penyakit pada tulang manusia, beserta gejala yang dialami pemakai. Pembahasan
perancangan dan pembuatan sistem pakar untuk melakukan diagnosa dan memberikan
Model inferensi yang digunakan dalam pembuatan sistem pakar ini adalah penalaran
Search. Penentuan diagnosa dalam sistem pakar ini dilakukan melalui proses konsultasi
antara sistem dan pemakai. Jawaban disesuaikan dengan aturan yang berada di dalam
sistem, jika jawaban yang dimasukkan sesuai dengan aturan yang berlaku, maka sistem
ini akan memberikan hasil diagnosa berupa informasi penyakit. Diharapkan dengan
dibuatnya Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit Tulang Pada Manusia ini dapat
Penelitian di lakukan oleh mardi turnip dari universitas prima indonesia yang bejudul
“Sistem Pakar Diagnosa Penyakit THT Menggunakan Metode Backward Chaining”. Pada
Tenggorokan) merupakan masalah kesehatan pada masyarakat, karena sering terjadi tanpa
mengenal musim. Penyakit ini bisa menyerang berbagai usia. Proses pengembangan
sistem pakar ini dilakukan dengan menggunakan mesin inferensi backward chaining
dimana proses pencarian dimulai dari fakta-fakta untuk selanjutnya menuju pada suatu
konklusi. Selain berfungsi untuk meringankan kerja dokter, sistem pakar yang
mengakses informasi tentang penyakit THT berupa diagnosa dan terapinya. Dengan
adanya aplikasi ini akan membantu para pengguna maupun dokter THT dalam
Penelitian di lakukan oleh sandy kosasi dari sekolah tinggi menajemen informatika
digunakan untuk mengetahui gejala yang diderita carassius auratus; oleh karena itu,
penyakit bisa disembuhkan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat aplikasi sistem pakar
yang berkaitan terhadap perikanan, terutama penyakit yang diderita carassius auratus.
memberikan banyak kemudahan bagi siapa saja yang mau mengolah atau hanya
rantai maju dimulai dengan tempat atau masukan informasi (jika) terlebih dahulu dan
carassius auratus dapat menghemat biaya pengguna. Pengguna yang memiliki file hak
akses karena seorang administrator dapat menambah, mengubah, atau menghapus data
gejala, hama dan penyakit, dan solusi sehinga sistem terus dapat berkembang untuk
mendapatkan yang lebih akurat hasilnya, kita dapat menggabungkannya dengan teorema
CF (Faktor Kepastian).
brawijaya yang bejudul “Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penyakit Tanaman Apel
penelitian tersebut memaparkan tentang Apel merupakan tanaman buah yang dapat
hidup dengan baik di dataran tinggi. Tanaman ini ada di indonesia sejak tahun 1934.
Sebagaimana tanaman buah lainnya, apel juga rentan terhadap penyakit. Memelihara
tanaman dari penyakit juga merupakan usaha untuk melestarikan lingkungan. Salah
satu bentuk perusakan tersebut adalah kelalaian petani dalam memelihara tanaman dari
serangan penyakit. Pembuatan sistem ini merupakan upaya untuk menjalankan peran
manusia. Sistem ini diharapakan dapat membantu para petani, khususnya, untuk dapat
mengidentifikasi penyakit tanaman apel secara tepat dan tepat. Sehingga bisa
kombinasi yang paling populer dalam pembuatan aplikasi berbasis web. Sedangkan
didasarkan atas data atau fakta kemudian menuju pada konklusi berupa kesimpulan
jenis hama atau penyakit yang menyerang tanaman apel. Pengujian yang dilakukan
dengan membandingkan kesesuaian hasil keluaran sistem dengan hasil diagnosa pakar.
Dan dari pengujian 30 data kasus didapatkan tingkat akurasi pengujian pemodelan
system pakar menggunakan metode Certainty Factor pada sistem diagnosa penyakit
tanaman apel sebesar 93,3%. Dengan hasil akurasi tersebut menunjukkan bahwa
Tabel 1. Perbandingan
Nama Peneliti Judul Keterangan
Nurmala Mukhtar sistem pakar diagnosa dampak Penelitian ini berbeda dengan
motode backward
chaining
manusia,
mardi turnip Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Penelitian ini berbeda dengan
sandy kosasi Sistem pakar diagnosa penyakit ikan Penelitian ini hanya meneliti pada
chaining saya
Muhammad Burhannudin Pemodelan Sistem Pakar Diagnosis Penelitian ini membahan penyakit
Certainty Factor
B. Kecerdasan Buatan
oleh suatu entitas buatan kecerdasan dicipta dan dimasukkan ke dalam suatu mesin
(komputer) agar dapat melakukan pekerjaan seperti yang dapat dilakukan manusia
(Gaskin,2008).
untuk itu agar perangkat lunak yang dikembangkan dapat mempunyai kecerdasan maka
pengetahuan dan kemampuan untuk menalar dari pengetahuan yang telah didapat dalam
menemukan solusi atau kesimpulan layaknya seorang pakar dalam bidang tertentu yang
bersifat spesifik. Kecerdasan buatan menawarkan media dan uji teori kecerdasan. Teori
ini dapat dinyatakan dalam bahasa program komputer dan dibuktikan melalui
Implementasi dari kecerdasan buatan saat ini dapat ditemui dalam bidang- bidang
antara lain:
untuk itu agar perangkat lunak yang dikembangkan dapat mempunyai kecerdasan maka
perangkat lunak tersebut harus diberi suatu pengetahuan dan kemampuan untuk menalar
dari pengetahuan yang telah didapat dalam menemukan solusi atau kesimpulan layaknya
seorang pakar dalam bidang tertentu yang bersifat spesifik. Kecerdasan buatan
menawarkan media dan uji teori kecerdasan. Teori ini dapat dinyatakan dalam bahasa
Implementasi dari kecerdasan buatan saat ini dapat ditemui dalam bidang- bidang
antara lain:
1. FUZZY logic: suatu metode kecerdasan buatan yang banyak terdapat pada alat elektronik
dan robot. Dimana alat-alat elektronik dan robot tersebut mampu berpikir dan bertingkah
dengan suara.
3. Artificial intelligence dalam game: suatu metode kecerdasan buatan diciptakan dan
4. komputer agar dapat meniru cara berpikir seperti yang dilakukan manusia dalam bermain
game.
Contohnya program Deep Blue yang mampu berpikir setara dengan seorang
Grandmaster catur.
5. Expert system: suatu metode kecerdasan buatan yang berguna untuk meniru cara
berpikir dan penalaran seorang ahli dalam mengambil keputusan berdasarkan situasi yang
ada.
6. General Problem Solving: yaitu suatu metode Artificial intelligence yang berhubungan
dengan pemecahan suatu masalah terhadap suatu situasi yang akan diselesaikan oleh
komputer
programming
C. Sistem Pakar
Sistem pakar adalah bagian dari cabang dari Artificial Intelligence (AI) yang
membuat penggunaan secara luas knowledge yang khusus untuk penyelesaian masalah
tingkat manusia yang pakar (Arhami, 2005). Menurut Kusrini (2006), sistem pakar adalah
sistem berbasis komputer yang menggunakan pengetahuan, fakta, dan teknik penalaran
dalam memecahkan masalah yang biasanya hanya dapat dipecahkan oleh seorang pakar
dalam bidang tersebut, sistem pakar memberikan Nilai tambah pada teknologi untuk
membantu dalam menangani era informasi yang semakin canggih. Sistem pakar ialah
dapat menyelesaikan masalah seperti yang biasa dilakukan oleh para ahli
1
dengan sistem inferensi. Pengetahuan yang disimpan didalam sistem pakar umumnya
diambil dari seorang yang pakar dalam masalah tersebut. Seorang pakar dengan sistem
pakar mempunyai banyak perbedaan. Darkin dikutip dalam Desiani dan Arhami (2006)
dari:
Sistem pakar berisi prosesor bahasa untuk komunikasi berorientasi- persoalan yang
merumuskan dan memecahkan persoalan. Basis tersebut mencangkup dua elemen dasar:
4. Mesin Interface
penalaran tentang informasi yang ada dalam basis pengetahuan dan dalam workplace,
D. Backward Chaining
dimulai dengan sebuah hipotesis (sebuah objek) dan meminta informasi untuk
‘Object-Driven/Goal-Driven‘.
inference engine adalah bagian dari sistem pakar yang mencoba menggunakan
backward chaining, dan rule value (merupakan pendahulu dari forward dan
backward chaining).
1. knowledge Base (basis pengetahuan). Jadi kita harus memiliki basis pengetahuan dari
keparang seseorang, misal dokter kita membutuhkan data penyakit paru dan gejala-
gejala nya.
misalnya penyakit DBD sebagai kesimpulan dan demam sebagai gejala nya.
3. membuat Output(hasil) dalam bentuk solusi dari hasil penalaran. Misalkan penyakit yg
di derita migran, maka solusi penanganan nya adalah minum obat ini atau itu.
(atau fakta atau hipotesis) berdasarkan bukti atau penilaian pakar (Turban, 2009).
seorang pakar terhadap suatu data. Certainty Factor memperkenalkan konsep keyakinan
dan ketidakyakinan yang kemudian diformulakan dalam rumusan dasar sebagai berikut :
Keterangan :
CF : Certainty Factor MB
: Measure of Belief
MD : Measure of Disbelief
P : Probability
E : Evidence (Peristiwa/Fakta)
1
Berikut ini adalah deskripsi beberapa kombinasi Certainty Factor terhadap berbagai
kondisi :
1. Certainty Factor untuk kaidah dengan premis tunggal (single premis rules): CF(H,E) =
CF(E)*CF
= CF(user)*CF(pakar)
2. Certainty Factor untuk kaidah dengan premis majemuk (multiple premis rules): CF (A
3. Certainty Factor untuk kaidah dengan kesimpulan yang serupa (similarly concluded
rules) :
F. Ikan Nila
Pada awalnya, ikan Nila dimasukkan ke dalam jenis Tilapia nilotica atau ikan dari
golongan Tilapia yang tidak mengerami telur dan larva di dalam mulut induknya.
Akhirnya, diketahui bahwa yang mengerami telur dan larva di dalam mulut hanya
induk betina. Para pakar perikanan kemudian memustuskan bahwa nama ilmiah yang
tepat untuk ikan ini adalah Oreochromis niloticus atau Oreochromis sp. Berikut
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Pisces
Subkelas : Acanthopterigii
Bangsa : Perciformes
16 Suku : Cichlidae
1
Marga : Oreochromis
Morfologi Secara umum, bentuk tubuh ikan Nila memanjang dan ramping, dengan
sisik berukuran besar. Bentuk matanya besar dan menonjol dengan tepi yang berwarna
putih. Gurat sisi (linea literalis) terputus dibagian tengah tubuh kemudian berlanjut
lagi, tetapi letaknya lebih ke bawah dibandingkan dengan letak garis yang memanjang
di atas sirip dada. Jumlah sisik pada gurat sisi sebanyak 34 buah. Sirip punggung, sirip
perut, dan sirip duburnya memiliki jari- jari lemah, tetapi keras dan tajam seperti duri.
Sirip punggung dan sirip dada tampak lebih hitam. Pinggir sirip punggung berwarna
abu-abu atau hitam. Jika dibedakan berdasarkan jenis kelamin, ikan Nila jantan
memiliki ukuran sisik yang lebih besar dibandingkan dengan ikan Nila betina. Alat
kelamin ikan Nila jantan terletak di depan anus. Bentuknya berupa tonjolan agak
runcing, berfungsi sebagai saluran urine dan saluran sperma. Jika perut ikan Nila jantan
diurut, akan mengeluarkan cairan bening. Sementara itu, alat kelamin ikan Nila betina
juga terletak di depan anus, tetapi memiliki lubang genital yang terpisah dengan lubang
saluran urine.
Habitat hidup ikan Nila cukup beragam, mulai dari sungai, danau, waduk, rawa,
optimum bagi ikan Nila sekitar 25-30°C. Pertumbuhan ikan Nila biasanya akan terganggu
rendah dari 14°C atau di atas 38°C. Pada suhu 6°C atau 42°C, ikan Nila akan mengalami
kemantian. Selain suhu, faktor lain yang bisa mempengaruhi kehidupan ikan Nila adalah
salinitas atau kadar garam. Ikan Nila bisa tumbuh dan berkembang biak di 17 perairan
dengan salinitas 0-29‰ (promil). Ikan ini masih tumbuh, tetapi tidak bisa berproduksi di
perairan dengan salinitas 29-35‰. Ikan Nila yang masih kecil atau benih biasanya lebih
cepat menyesuaikan diri terhadap kenaikan salinitas dibandingkan dengan ikan Nila yang
berukuran besar
a. Nila Larasati
Ikan Nila Janti dihasilkan oleh Balai Benih Ikan Sentral Janti, yang terletak di Desa
Janti, Kecematan Polan Harjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah. Akhirnya, pada tahun
2008 dihasilkan ikan Nila merah yang pertumbuhannya cepat, ketebalan daging yang
kemudian dikenal dengan sebutan Nila “Larasati” (Nila Merah Strain Janti). Ikan Nila
Merah Janti dapat dipelihara di berbagai media budidaya, seperti di kolam air 19
b. Nila Best
(sumber : majalahikan.com)
Ikan Nila Bogor Enhanced Strain Tilapia (BEST) merupakan salah satu jenis ikan
dalam kurun waktu empat tahun (2004-2008) di instalasi penelitian di Cijeruk, Bogor.
Ikan Nila BEST dapat dilihat pada Gambar 2.5. Berdasarkan hasil uji coba atau
penelitian, ikan Nila BEST memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut: 1. Mampu
menghasilkan telur yang lebih banyak, sekitar 1.500- 2.800 butir per ekor dengan berat
induk 280-400 gram. Sementara itu, ikan Nila lain pada umunya hanya mampu
menghasilkan 900-1.600 butir telur per ekor induk dengan kisaran berat 300 gram. 2.
Ukuran telur ikan Nila BEST juga relatif lebih besar dan seram dibanding dengan ikan
Nila yang ada di masyarakat. 20 3. Pertumbuhan cepat. Benih ikan Nila BEST
1
dapat mencapai ukuran 2-3 cm hanya dalam 8-10 hari,sedangkan ikan Nila lain
umumnya lebih lama, yaitu 10 hari. 4. Ikan Nila BEST relatif tahan dan tumbuh baik di
media bersalinitas atau di tambak. 5. Ikan Nila BEST memiliki ketahanan terhadap
c. Nila Gesit
(sumber : Khasiat.co.id)
Ikan Nila Gesit merupakan ikan Nila Hitam jantan YY (YY supermale) hasil
pemuliaan Pusat Pengembangan Induk Ikan Nila Nasional (PPIINN) yang bekerja
sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Institut
Pertanian Bogor (IPB). Ikan Nila Gesit dapat dilihat pada Gambar
2.6. Ada beberapa keunggulan ikan Nila Gesit sebagai berikut: 1. Benih hasil
pemijahan 96% berkelamin jantan. Ikan Nila jantan lebih cepat tumbuh dibandingkan
dengan ikan Nila betina. 2. Respon terhadap pakan dan tahan terhadap serangan
penyakit, jika kegiatan budi daya dilakukan sesuai dengan petunjuk teknis.
2
Ikan ini berasal dari Taiwan. Awalnya, ikan Nila ini memiliki laju pertumbuhan
yang cukup baik, tetapi akhir-akhir ini kualitas menurun akibat keterbatasan
dan kelemahan yaitu umumnya, tergolong jenis ikan yang adaptif, yakni bisa hidup di
air payau dan tahan terhadap serangan penyakit. Sayangnya, jika pembudidaya
benih yang dihasilkan kerdil, cacat, dan lemah atau rentan terhadap penyakit.
e. Nila Merah
(sumber : bang-isman.com)
Nila Merah adalah hasil persilangan antara Oreochromis mossambicus (Mujair) atau
Orechromis aureus, atau Oreochromis zii. Dalam perkembangannya, ikan Nila Merah
disebut juga dengan Nila Hibrida. Dengan keunggulan dan kelemahan, ikan Nila
Merah memiliki pertumbuhan yang relatif cepat, tahan terhadap penyakit, warnanya
menarik, dan dagingnya gurih. Namun, pemijahan yang ceroboh pada ikan ini
f. Nila Gift
(sumber : superperikanan.com)
Philipina. Kemudian didatangkan lagi pada tahun 1997 merupakan generasi keenam.
Ikan Nila GIFT dapat dilihat pada Gambar 2.9. Ada beberapa keunggulan ikan Nila
GIFT sebagai berikut: 1. Jumlah telur 20-30 % lebih banyak. 2. Bobot benih mencapai
payau.
2
g. Nila Get
(sumber : superperikanan.com)
Ikan Nila Genetically Enchanced Tilapia (GET) yang dibawa langsung dari
Philipina. Ikan Nila ini didatangkan ke Indonesia oleh Pemerintah Provinsi Jawa Barat
pada tahun 2002. Pengenalan ikan Nila ini dalam upaya memperbanyak
h. Nila Jica
(Sumber: Majalahikan.com)
Ikan Nila Japan for International Cooperation Agency (JICA) merupakan hasil
rekayasa genetika yang dilakukan sejak tahun 2002. Proyek ini sepenuhnya dibantu oleh
JICA (Japan for International Cooperation Agency) sebuah lembaga donor Pemerintah
Jepang, karena itu pula jenis Nila ini dinamakan Nila JICA. Jenis Nila ini didapat dari
dikembangkan lagi, hingga akhirnya muncul varietas Nila Jica di tahun 2004
Berikut ini merupakan berberapa jenis penyakit yang sering menyerang ikan nila
Penyakit ikan Nila dan penanggulangannya Penyakit dalam budidaya pembesaran ikan
air tawar sering kali menjadi kendala utama yang merugikan peternak. Hal ini juga bisa
terjadi pada budidaya ikan Nila. Untuk itu, kita harus mengetahui jenis-jenis penyakit
a. Lernea
1. Karakteristik
Parasit lernea berbentuk seperti cacing. Parasit ini hidup di tubuh ikan Nila dengan
menghujam kepalanya yang berbentuk jangkar ke dalam daging ikan. Parasit lernea
banyak mengandung bahan organik, seperti sisa pemupukan, sampah atau sisa makanan
2. Gejala
3. Pengobatan
a. Pisahkan ikan yang terjangkit, lalu rendam ikan di kolam isolasi yang menggunakan
2,5 ml Formalin yang dicampur 100 liter air bersih, lakukan 10 menit. 25
c. Tangkap ikan yang terjangkit secara hati-hati, kemudian menggunting parasit yang
4. Pencegahan
Penyakit caing ingsang dan kulit dapat dilihat pada gambar 10 di bawah ini:
1. Karakteristik
Penyakit ini umumnya ditemui pada insang dan kulit ikan Nila. Parasit
Dactylogyrus menyerang insang dan kulit ikan Nila. Sementara itu, Gyrodactylus
2. Gejala
b. Nafsu makan menurun,ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau makan.
i. Sisik terkelupas.
2
3. Pengobatan
a. Pisahkan ikan yang terjangkit, lalu rendam ikan di kolam isolasi menggunakan 2,5 ml
b. Selain Formalin, rendam ikan dengan garam dapur 20 g/1.000 ml selama 15 menit
atau dengan Kalium Permanganat (PK) 0,01 g/100 ml air selama 10 menit dan bisa
4. Pencegahan
c. Trichodina
superperikanan.com, 2017)
1. Karateristik
Trichodina sp merupakan parasit yang menyerang kulit dan sirip ikan Nila.
2. Gejala
2
b. Nafsu makan menurun, ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau makan
e. Infeksi skunder
3. Pengobatan
Rendam ikan nila yang terserang di kolam isolasi dengan larutan garam 500- 1000
mg/liter selama 24 jam atau dalam larutan formalin 25 mg/liter selama 24 jam
4. Pencegahan
d. Saprolegniasis
1. Karateristik
Saprolegniasis disebabkan oleh jamur Saprolegnia sp. Jamur ini menyerang organ
luar ikan, seperti bagian kepala, tutup insang, sirip, dan bagian luar lainnya.
2. Gejala
b. Benang-benang halus menyerupai kapas yang menempel pada kulit, sirip, kepala,
3. Pengobatan
Rendam ikan yang terserang di kolam isolasi dengan larutan Melachyte Green 1
mg/liter air selama 1 jam atau dalam larutan Formalin 100-200 mg/liter selama 3 jam.
4. Pencegahan
e. Epistylis
1. Karateristik
Epistylis sp. Merupakan parasit dari filum Ciliophora yang menyerang ikan mulai
stadiah benih
2. Gejala
d. Adanya putih seperti kapas yang tumbuh di kulit, sisik, dan sirip.
3. Pengobatan
Rendam ikan yang terjangkit di kolam isolasi dengan larutan Chloroquin Diphospat 1,1
mg/liter selama dua hari. Cara ini diulangi sebanyak tiga kali.
4. Pencegahan
c. Bercak merah
1. Karateristik
2. Gejala
c. Sisik terkelupas.
f. Bercak merah berbentuk bulat atau tidak teratur terdapat pada tubuh, pangkal
h. Perut buncit.
3. Pengobatan
a. Oleskan obat di bagian luka meggunakan obat merah yang diencerkan terlebih
dahulu 10 kali
b. Lakukan penyuntikan, tindakan ini biasanya dilakukan untuk ikan nila yang
berukuran besar.
4. Pencegahan
d. Bintik putih
1. Karateristik
penyebab penyakit ini adalah kualitas air yang buruk, suhu yang terlalu rendah, pakan
yang buruk, dan kontaminasi ikan lain yang sudah terkena penyakit bintik putih.
2. Gejala
a. Nafsu makan menurun,ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau makan.
3. Pegobatan
Buat larutan garam 1-3 g/100 cc air selama 5-10 menit atau Methylene Blue (MB 1
%) sebanyak 1 gr dilarutkan degan 100 cc air. Ambil 2-4 cc larutan tersebut dan
encerkan kembali dengan 4 liter air ke dalam kolam isolasi. Ikan yg sakit selanjutnya
direndam di kolam isolasi selama 24 jam dilakukan 3-5 kali dengan selang waktu sehari.
4. Pencegahan
b. Mempertahankan kualitas air tetap baik, dan mempertahankan suhu air agak
ikan Nila.
h. Penducle
1. Karateristik
Penyakit ini sering disebut dengan penyakit air dingain (cold water descareases)
yang bisa terjadi pada suhu 16°C. Penyebabnya adalah bakteri Flexbacter
2. Gejala
3. Pengobatan
a. Merendam ikan yang sakit di kolam isolasi dengan larutan Oxytetracycline 10 ppm
4. Pencegahan
i. Edward siella
1. Karateristik
2. Gejala
a. Nafsu makan menurun,ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau makan.
3. Pengobatan
bersih dan disemprotkan ke pakan. Pakan dianginan hingga kering dan diberikan kepada
4. Pencegahan
j. Kutu ikan
(Sumber:majalahikan.com , 2017)
1. Karateristik
Penyebab penyakit ini adalah Argulus sp, yang termasuk udang renik. Parasit
penghisap darah ini sering dijumpai menempel pada insang, kulit, dan sirip ikan yang
sakit.
2. Gejala
a. Nafsu makan menurun,ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau makan.
g. Ikan nila kurus, berat ikan kurag dari 400 gr selama 4 bulan
3. Pengobatan
Merendam ikan yang sakit ke dalam kolam isolasi dengan larutan garam 20 g/liter
selama 5 menit atau pada garam amonia sebanyak 12,3 g/liter air selam 5- 20 menit.
4. Pencegahan
Pengapuran kolam, pertama kolam dikeringkan, setelah benar-benar kering lalu kapur
k. Stereptococcosis
1. Karateristik
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Steretococcus inae. Sebuah penelitian tahun
2002 menunjukkan bahwa ikan Nila sangat rentan terhadap infeksi penyakit bakterial
2. Gejala
. Nafsu makan menurun, ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau makan
f. Berenang berputar
3. Pengobatan
mg/kg ikan.
berturut-turut.
4. Pencegahan
Penyakit tilapia like virus dapat dilihat pada gambar 20 di bawah ini:
1. Karateristik
menyebabkan kematian pada ikan Nila. Benua Asia, Afrika dan negara Amerika
Selatan telah menyebut TILV ini sebagai ancaman besar dalam industri global ikan
Nila.
2. Gejala
b. Sisik terkelupas.
3. Pengobatan
a. Dilakukan isolasi.
b. Dilakukan vaksinasi.
4. Pencegahan
a. Biosekuriti.
b. Sanitasi.
I. Xampp
XAMPP merupakan perangkat lunak bebas, yang mendukung banyak operasi dan
hurufnya yaitu :
X : Program ini dapat dijalankan dibanyak sistem, seperti Windows, Linuk, Mac
OS dan Solaris.
A : Apache, merupakan aplikasi web server. Tugas utama dari Apache adalah
menghasilkan halaman web yang benar kepada user baerdasar kode PHP yang
M : MySql, merupakan aplikasi data server. Perkembangannya disebut juga Sdl yang
bahasa pemograman ini untuk membuat web yang bersifat server-side scripting
HTML atau Hypertext Markup Language merupakan salah satu format yang
digunakan dalam pembuatan dokumen (web page) dan aplikasi yang berjalan di halaman
web. Dokumen HTML merupakan dokumen yang disajikan pada web browser. Eksetensi
dari file HTML umumnya *.htm atau *.html. HTML juga bersifat Multi Platform (dapat
HTML disebut sebagai Markup Language karena dalam text HTML mengandung tag
tertentu yang digunakan untuk menentukan tampilan suatu teks dan tingkat kepentingan
dari teks tersebut dalam suatu dokumen. Tag adalah kode yang digunakan untuk memark
up teks ASCII menjadi file HTML. Setiap tag diapit dengan tanda kurung runcing. Ada
tag pembuka yaitu <HTML> dan ada tag penutup </HTML> yang ditandai dengan tanda
slash (garis miring) di depan awal tulisannya. Tag tersebut memberikan kaidah bahwa
yang ditulis di antara kedua tag tersebut adalah isi dari dokumen HTML. Dalam membaca
teks HTML tidak harus membaca dokumen tersebut secara berurutan dari atas kebawah,
tetapi dapat secara langsung ke topik tertentu dengan mengunakan Link(Fajaryati, 2008).
PHP atau kependekan dari Hypertext Preprocessor adalah salah satu bahasa
pemrograman open source yang sangat cocok atau dikhususkan untuk pengembangan
web dan dapat ditanamkan pada sebuah skripsi HTML. Bahasa PHP dapat dikatakan
menggambarkan beberapa bahasa pemrograman seperti C, Java, dan Perl serta mudah
datanya dilakukan pada sisi server. Sederhananya, serverlah yang akan menerjemahkan
kemudian hasilnya akan dikirim kepada client yang melakukan permintaan (Firman,
2016)
PHP juga dapat dilihat sebagai pilihan lain dari ASP.NET/C#/VB.NET Microsoft,
aplikasi lain yang lebih kompleks berupa CMS yang dibangun menggunakan PHP adalah
a. Bahasa pemrograman PHP adalah sebuah bahasa script yang tidak perlu untuk
dikompilasi (compile).
b. Mudah diinstall kedalam web server yang mendukung PHP seperti apache dengan
c. Dalam sisi pengembangan lebih mudah karena banyaknya milis-milis ataupun tutorial
d. PHP dapat dijalankan diberbagai sistem operasi, baik Windows, Linux, Macintosh.
2. Penulisan bahasa
Dalam beberapa referensi penulisan tag pembuka untuk dituliskan secara lengkap
yaitu tag pembuka. Karena apabila short_open_tag pada php ini bernilai off maka akan
banyak error yang akan ditemukan pada website nantinya. PHP dapat dijalankan melalui
file HTML yang kemudian dipanggil melalui Web Browser seperti Mozilla Firefox,
Netscape, atau Internet Explorer. Program dalam PHP ditulis dengan diberi ekstensi
Data Flow Diagram adalah suatu diagram yang menggunakan simbol-simbol untuk
mencerminkan proses, sumber-sumber data, arus data dan entitas dalam sebuah sistem
(James A. Hall).
1. Diagram Konteks : mengambarkan suatu lingkaran besar yang dapat mewakili seluruh
proses yang terdapat di dalam suatu sistem. Merupakan tingkat tertinggi dalam DFD dan
0 (nol). Semua entitas eksternal yang ditunjukkan pada diagram konteks berikut aliran-
aliran data utama menuju dan dari sistem. Diagram ini sama sekali tidak memuat
2. Diagram Nol (diagram level-1) : merupakan satu lingkaran besar yang mewakili
3. Diagram Rinci : merupakan diagram yang menguraikan proses apa yang ada dalam
diagram Nol.
4
Simbol DFD
Tabel 2. DFD
Notasi Keterangan
diimplementasikan dengan
(PDM)).
Notasi Keterangan
dimodelkan.
(output)
“siswa”.
gambar atau diagram yang menunjukan informasi dibuat, disimpan, dan digunakan dalam
sistem bisnis.
Sedangkan menurut Rosa dan Shalahuddin (2014) “ERD digunakan untuk pemodelan
basis data relasional sehingga jika penyimpanan basis data menggunakan OODMS maka
ERD. ERD memiliki beberapa aliran notasi seperti notasi Chen (dikembangkan oleh Peter
Chen), Barker (dikembangkan oleh Richard Baker,Ian palmer, Harry Ellis), notasi Crow’s
Foot, dan beberapa notasi lainnya. Namun yang banyak digunakan adalah notasi dari
Chen, berikut adalah simbol-simbol yang digunakan ERD dengan notasi Chen :
Simbol Deskripsi
Atribut kunci primer Field atau kolomdata yang butuh disimpan dalam suatu
Atribut multinilai / multivalue Field atau kolom data yang butuh disimpan
dalam suatu entitas yang dapat memiliki nilai
nama_atribut
lebih dari satu
4
Simbol Deskripsi
to many
mei 2021 sebagai tempat yang di teliti. Penelitian ini akan di lakukan selama meliputi
sebagai berikut.
a. Laptop Ram 4.
b. Processor AMD.
c. Akses Internet.
d. Alat Dokumentasi.
e. Xampp.
f. Printer.
2. Bahan
b. Data-data penyakit pada ikan nila. Data tersebut dapat di lihat pada tabel 3.
Tabel 4. Penyakit
No Nama Penyakit
P001 Lernea
P004 Saprolegniasis
P007 Epistylis
P011 Stereptococcosis
Tabel 5. Gejala
No Nama Gejala
G004 Nafsu makan menurun,ikan tidak seperti biasanya dan ikan tidak mau
makan
No Nama Gejala
G014 Bercak merah berbentuk bulat atau tidak teratur terdapat pada tubuh,
pangkal sirip, dan dubur
G015 Ikan berkumpul di saluran pembuangan
G017 Eksopthalmia atau mata menonjol dan mata rusak seperti katarak
G023 Suhu air mencapai 16°C dan ikan malas bergerak atau berenang
sehingga daya tahan tubuh lemah dan menyendiri
G024 Terdapatnya luka pada area ekor (penducle)
G026 Ada bisul atau nanah disekitar luka disertai bau busuk
G028 Ikan nila kurus, berat ikan kurang dari 400 gr selama 4 bulan
No Nama Gejala
C. Prosedur Penelitia
Prosedur penelitian pada penelitian yang akan dilakukan leh penulis dapat dilihat
1. Analisi masalah
dalam suatu penelitian. Menurut Amien Silalahi, Analisis Masalah adalah sebagai
2. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara yaitu studi literature dan wawancara.
Studi literature adalah mencari refrensi teori yang relefan dengan kasus atau
permasalahan yang ditemukan. Referensi ini dapat di cari dari buku, jurnal artikel,
laporan penelitian, dan situs-situ di internet. Output dari situs literatur ini adalah
wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan melalui tatap muka dan
tanya jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan teknologi
telepon, email, atau skype, Wawancara terbagi atas dua kategori, yakni wawancara
D. Perancangan Aplikasi
dalam pembuatan aplikasi sistem pakar penyakit pada tanaman cabai menggunakan
metode forward chaining dan certainty factor berbasis Web. Perancangan sistem pakar
penyakit tanaman cabai berbasis web dengan pemodelan Diagram Konteks yang terdiri
1. Diagram Konteks
Diagram konteks adalah diagram yang terdiri dari suatu proses dan menggambarkan
ruang lingkup suatu sistem. Diagram konteks merupakan level tertinggi dari DFD yang
Pada gambar di atas dapat disimpulkan bahwa diagram konteks terdapat dua aktor
didalam system yaitu user dan admin dimana user dapat melakukan konsultasi pada
sistem dan akan menerima hasil dari sistem berupa hasil konsultasi user. Sedangkan
admin dapat memasukan atau menginput data solusi data penyakit ikan nila, data gejala
2. DFD LEVEL 1
DFD Level 1 merupakan suatu lingkaran besar yang mewakili lingkaran- lingkaran
kecil yang ada didalamnya. Merupakan pemecahan dari diagram konteks ke diagram Nol.
Perancangan basis data, (Nugroho 2011), perancangan basis data di bagi menjadi dua
yaitu :
a. Perancangan basis data secara logika, yaitu melakukan pendekatan basis data melalui
konseptual ke bentuk relasi-relasi berdasarkan teori basis data relasional dan teori
objek.
5
b. Perancangan basis data secara fisik, yaitu mengorganisasikan basis data di tempat
E. Pemodelan Sistem
a. Akusisi pengatahuan
Pengatahuan ini di peroleh dalam sistem melalui media internet atau buku- buku yang
memuat tentang penyakit dan hama pada tanaman cabai. Setelah melakukan akusisi
pengatahuan kemudian di buat perumusan masalah seperti pada table di bawah ini.
5
ikan.
Cacing ingsan dan kulit Penyakit ini umumnya ditemui pada insang
dan kulit ikan Nila. Warna tubuh ikan keputihan dan
teratur terdapat
biasanya dan ikan tidak mau makan. Luka luka pada bagian
luka disertai
bau busuk.
sakit.
Stereptococcosis
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Steretococcus inae.
b. Pohon Keputusan
Meskipun kaidah secara langsung dapat dihasilkan dari tabel keputusan tetapi
untuk menghasilkan kaidah yang efisien terdapat suatu langkah yang harus ditempuh
yaitu membuat pohon keputusan. Pohon keputusan yang dibuat harus sesuai dengan
metode yang digunakan yaitu Backward Chaining. Terlihat pada gambar berikut.
NO IF THEN
1 G3, G5, G8 P1
2 G6, G13, G17 P2
3 G4, G9, G12, G18 P3
4 G1, G2, G10, G16, G20 P4
5 G6, G4, G21 P5
6 G2, G8, G15, G23 P6
7 G1, G7, G13 P7
8 G2, G6, G12 P8
9 G12, G13, G14 P9
10 G12, G19, G23, G30 P10
11 G14, G31, G36 P11
12 G,18, G24, G32, G36, P12
kebalikan dari runtun maju (Forward Chaining) yang dapat dilihat pada gambar 26
dibawah ini:
F. User Interface
Halaman indeks utama merupakan halaman yang pertama kali di akses oleh user.
Halaman ini berisi form multiuser sehingga pengakses dapat melakukan proses login
Halaman jenis-jenis ikan nila yang akan di akses oleh user. Halaman ini berisi
3. Halaman Diagnosis
Halaman diagnosis adalah halaman yang akan diakses oleh user, halaman ini berisi
keterangan tentang diagnosis penyakit ikan nila. Dapat dilihat di gambar 29 dibawah ini
Halaman data penyakit berisi penyakit-penyakit ikan nila dan keterangannya yang
5. Halaman tentang
Halamam tentang adalah halaman yang menjelaskan biodata si pembuat website yang
6. Halaman masuk
Halaman masuk adalah suatu proses untuk masuk kedalam sebuah layanan online
yang berisi username dan pasword yang akan di akses oleh user. Bisa dilihat di gambar
32 di bawah ini:
6
G. Pengujian Data
Pengujian data dilakukan dengan mengambil contoh gejala dari G3, G5 dan G8, G6,
G13 yang diambil dari data penyakit tanaman lada beserta gejalanya. Data penyakit
G1
G2
G3
G4
G5
G6
G7
G8
6
G9
G10
G11
G12
G13
G14
G15
G16
G17
G18
G19
G20
G21
G22
G23
G24
G25
G26
G27
G28
G29
G30
G31
G32
G33
G34
G35
G36
6
Perhitungan manual sistem pakar Diagnosis penyakit ikan nila dimulai dari kasus
sebagai berikut:
Langkah pertama
Fakta :
G17 = Eksopthalmia atau mata menonjol dan mata rusak seperti katarak
Rule :
Penyelesaian :
Dan ternyata faktanya sama maka premis di simpan menjadi fakta baru
Premis baru adalah diagnosa awal sesuai dengan diagnosa tersebut dan hasilnya sama
Terbukti sekarang bahwa fakta ikan nila G6,G13,G17,menderita Cacing Insang dan
Kulit
6
Perhitungan manual sistem pakar diagnosis Ikan Nila dimulai dengan user memilih
gejala penyakit yang dialami oleh Ikan Nila. sebagai contoh ada lima gejala yang dipilih
CFpakar1(G03) = 0.7
CFpakar2(G05) = 0.3
CFpakar3(G8) =1
CFpakar4(G6) = 0.5
CFpakar5(G13) = 0.7
Selanjutnya user memilih jawaban untuk setiap gejala yang dipilih dan setiap
jawaban tersebut memilih nilai CF user. Adapun jawaban dari user yaitu:
G3 = CF(user) x CF(pakar)
6
= 0.7 x 0.6
= 0.42
= 0.3 x 0.2
= 0.6
= 1 x 0.2
= 0.2
= 0.5 x 0.2
= 0.2
= 0.7 x 0.2
= 0.14
Penyakit learnea dapat dilihat pada gambar 33 . yang akan dihitung menggunakan
rumus CF berikut:
= 0.62 * 0.58
CF old1 = 0.35
Penyakit cacing ingsang dan kulit dapat dilihat pada gambar 34 . yang akan
= 0.8 * 0.4
CF old1 = 0.32
= 0.42 * 0.68
CF old2 = 0.30
Nilai CF Penyakit Cacing Insang dan Kulit adalah 0,30 x 100% = 30%
7
Penyakit berak merah dapat dilihat pada gambar 35 yang akan dihitung menggunakan
rumus CF berikut:
= 0.3 * 0.8
= 0.24
4. Saprolegniasis
= 0.3 * 0.8
= 0.24
Penyakit bitnik putih dapat dilihat pada gambar 37 yang akan dihitung
CF4 = 0.1
Certainty Factor (CF) maka jenis penyakit Penyakit Cacing Insang dan Kulit adalah
dengan persentase terbesar adalah Cacing Insang dan Kulit sebesar 30%.
7
A. Hasil
1. Tampilan Beranda
Tampilan beranda merupakan tampilan awal dari website sistem pakar ini
yang menampilkan judul dari sistem pakar yang diangkat oleh penulis, yang dapat
2. Tampilan Konsultasi
untuk mengetahui penyakit ikan nila yang dialami oleh ikan nila, yang dapat dilihat
bangunnya sistem pakar diagnosa penyakit ikan nila menggunakan metode backward
chaining dan certainty factor, yang dapat dilihat pada gambar 40 di bawah ini:
konsultasi yang telah dilakukan oleh user, yang dapat dilihat pada gambar 41 di
bawah ini:
oleh admin yang berfungsi untuk mengelola data yang ada di dalam website sistem
pakar diagnosa penyakit ikan nila menggunakan metode backward chaining dan
kelolah oleh admin, yang dapat dilihat pada gambar 43 di bawah ini:
Tampilan data gejala merupakan tampilan data gejala yang dapat di kelolah oleh
kelolah oleh admin, yang dapat dilihat pada gambar 45 di bawah ini:
B. Pembahasan
1. Source Code
a. Beranda
b. Konsultasi
<section id="content">
<div class="container">
<div class="row">
<div class="col-lg-12">
<div class="panel panel-success">
<div class="panel-heading">Mulai Konsultasi</div>
<div class="panel-body">
<div class="col-md-9">
<div class="form-group">
<formaction="<?php
echo
site_url("konsultasi/pertanyaan/") ?>" method="get">
<select name="kd_penyakit"
class="form-control" required>
<option value="">--Pilih Penyakit--</option>
<?php
foreach ($data_penyakit as $k) { echo "<option value='$k->kd_penyakit'>$k->kd_penyakit
- $k->nama_penyakit</option>";
}
?>
c. Tentang kami
<section id="intro">
<div class="intro-content">
<div class="container">
<h2>Tentang</h2>
<h3>Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Pada Ikan Nila</h3>
<h3>Metode Backward Chaining Dan Certainty Factor</h3>
<h4>Website ini merupakan salah satu Aplikasi yang menggunakan
Sistem Pakar dengan menggunakan metode Backward Chaining Dan
Certainty Factor, fitur yang disediakan meliputi
menentukan kemungkinan penyakit yang diderita oleh ikan nila
berdasarkan kemungkinan penyakit yang disertai gejala - gejala yang dialami.
</div>
</div>
</section>
<footer>
7
d. Login admin
<section id="content">
<div class="container">
<div class="row">
<div class="span8">
<h4>Halaman Masuk</h4>
<form role="form" method="post" action="<?php echo site_url('auth');?>">
<fieldset>
<div class="row">
<div class="span4 field form-group">
<labelfor="username"class="control-labelcol-lg- 2">Username</label>
<inputtype="text"name="username" placeholder="Masukkan username"/>
<div class="validation"></div>
</div>
</div>
<div class="row">
<div class="span4 field form-group">
2. Pengujian website
Dari hasil pembuatan website sistem pakar diagnosa penyakit ikan nila maka
perlu dilakukan pengujian terhadap website untuk menguji apakah semua fitur yang ada
password.
ikan nila.
buat
Pada tabel 9. Dapat dilihat pengujian websitem yang telah dilakukan berjalan
dengan baik. Dimana semua menu dapat berjalan sesuai dengan fungsinya dan sesuai dari
3. Pengujian responden
dibagikan kepada pengguna dan kuisioner ini menggunakan metode SUS (System
Usability Sale), dan hasil dari responden dapat dihitung menggunakan perhitungan SUS
Skor
P P P P P P P P P P
Responden Jumlah SUS
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
R1 1 1 4 2 5 1 5 1 4 1 25 62.5
R2 4 4 4 4 4 2 5 3 5 5 40 100
R3 5 3 4 5 5 3 5 2 5 5 42 105
R4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 39 97.5
R5 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 38 95
R6 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 36 90
R7 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 32 80
R8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 2.5
R9 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 37 92.5
R10 4 1 5 2 5 2 5 1 5 2 32 80
R11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 75
R12 4 2 4 5 4 2 5 2 5 4 37 92.5
R13 2 4 2 3 4 4 4 4 3 4 34 85
R14 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 34 85
R15 2 1 4 2 4 2 4 2 4 2 27 67.5
R16 4 4 4 2 4 2 4 2 3 4 33 82.5
8
R17 3 2 4 3 4 3 4 3 4 3 33 82.5
R18 5 2 4 3 4 2 4 2 3 4 33 82.5
R19 4 2 5 3 4 2 5 2 4 5 36 90
R20 3 2 4 2 4 2 3 3 3 3 29 72.5
R21 5 4 4 2 4 2 4 2 4 3 34 85
R22 4 2 4 2 4 2 4 2 4 2 30 75
R23 4 2 4 2 4 2 4 2 4 3 31 77.5
R24 2 2 4 2 4 2 4 2 4 3 29 72.5
R25 3 2 4 2 4 2 4 2 4 3 30 75
R26 5 2 5 5 5 2 5 2 5 5 41 102.5
R27 5 1 5 4 5 2 4 1 5 2 34 85
R28 4 3 4 5 4 2 3 3 4 4 36 90
R29 4 1 5 3 4 2 4 2 2 4 31 77.5
R30 4 3 3 2 4 2 4 2 2 4 30 75
Setelah melakukan perhitungan data dari hasil yang telah diperoleh dari
responden , dimana akan dilakukan perhitungan nilai skor SUS untuk setiap jumlah nilai
pertanyaan akan di kalikan 2.5 setelah itu dilakukan perhitungan nilai rata-rata skor SUS
yaitu 81.17. dari hasil tersebut membuktikan bahwa pengujian dari aplikasi nada
ruzandah misic dapat diterima oleh pengguna dengan sangat baik karena nilai yang
didapatkan tersebut memiliki diatas rata-rata dan mendapat nilai grade scale B dan
A. Kesimpulan
Berdasarkan pengujian dan analisis pada sistem, maka dapat diambil sebuah
1. Pada penelitian ini berhasil membangun website sistem pakar yang mampu
certainty factor
2. Dari hasil pengujian menggunakan kuisioner website sistem pakar ini dapat
diterima dan berjalan dengan baik dan menghasilkan output sesuai yang
diharapkan.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka ada beberapa saran yang
dapat diberikan untuk pengembangan sistem lebih lanjut adalah sebagai berikut:
1. Basis pengetahuan pada sistem ini dapat ditambahkan lagi agar dapat lebih
DAFTAR PUSTAKA
A.S., R. (2014). Rekayasa Perangkat Lunak dan Terstruktur dan Berrientasi Objek.
Informatika Bandung.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, e. b. (2019, Maret 26). Retrieved from Wikipedia:
https://id.wikipedia.org/wiki/Backward_chaining
Ermawati, T. &. (2017). Perancangan Sistem Informasi Pemesanan Pentas Seni Berbasis
Web Pada Sanggar Seni Getar Pakuan Bogor. Ijse - Indonesian Journal on
Software Engineering.
Iriani, S. (2015). Penerapan Metode Backward Chaining pada Sistem Pakar Diagnosa
Security.