Anda di halaman 1dari 61

RESUME TUGAS

Disusun untuk memenuhi tugas


Mata Kuliah : Asuhan Kebidanan KB dan Kespro
Dosen Pengampu : Ni Luh Putu Sri Erawati., S.Si.T., MPH

Oleh :

I Gusti Agung Mas Dhiana Dewi

P07124220033

Sarjana Terapan Jurusan Kebidanan Semester 5

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES DENPASAR

SARJANA TERAPAN JURUSAN KEBIDANAN

2022/2023

1
DAFTAR ISI

PEMBAHASAN
1.1. Pelayanan Kesehatan Sebelum Hamil ……………………………………………… 1

1.2. Konsep Dasar Keluarga Berencana ………………………..……………………….. 10

1.3. Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi ……………………………………………………. 25

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………… 59

2
1.1.Pelayanan Kesehatan Sebelum Hamil
Pelayanan Kesehatan Pranikah
Definisi Premarital screening/skrining pranikah
Pemeriksaan awal sebelum menikah untuk segera dilakukan agar tidak terjadi
kerusakan pada penyakit darah, penyakit infeksi dan penyakit lainnya yang bisa
mentransmisi pada pasangan lainnya atau anak di di masa depan. Pre marital screening
check up atau tes pranikah merupakan serangkaian tes yang harus dilakukan pasangan
sebelum menikah. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan genetik, penyakit
menular dan infeksi melalui darah. Pemeriksaan bertujuan untuk mencegah agar penyakit
tersebut tidak menurun pada keturunannya di kemudian hari sehingga hidup sehat bersama
keluarga bisa tercapai. Waktu pelaksanaan pre marital screening yang disarankan adalah 6
bulan sebelum calon mempelai menikah.
Manfaat melakukan premarital check up, yaitu :
1. Mengetahui status kesehatan pasangan
2. Mendeteksi penyakit menular, seperti hepatitis B dan HIV/AIDS
3. Mendeteksi penyakit atau kelainan genetik, seperti anemia sel sabit, thalasemia, dan
hemofili
4. Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing calon mempelai.
5. Mengetahui kondisi pasangan serta proyeksi pernikahan yang berkaitan dengan
masalah kesehatan reproduksi (fertilitas) dan genetika (keturunan).
6. Memperoleh kesiapan mental karena sudah mengetahui benar kondisi kesehatan
calon pasangan hidupnya.

Jenis Skrining Pranikah

1. Skrining Pranikah Komprehensif


Skrining komprehensif adalah mengidentifikasi secara lengkap pada individu
tanpa tanda atau gejala. Ini dapat termasuk individu dengan gejala simtomatik atau
penyakit gejala yang tidak dikenali. Pada kategori skrining komprehensif adalah
pemeriksaan laboratorium lengkap, fisik dan psikis dengan lengkap dibuktikan
anamnesa, KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) dan hasil pemeriksaan
laboratorium yang lengkap serta imunisasi Tetanus Toxoid (TT) calon pengantin.
2. Skrining Pranikah Partial
Skrining partial adalah mengidentifikasi sebagian pemeriksaan pada individu
dengan gejala simtomatik atau penyakit gejala yang tidak dikenali. Skrining partial

1
terdiri dari anamnesa, pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan PP test, HIV
rapid test, Sifilis rapid test, KIE (Komunikasi Informasi Edukasi) untuk calon
pengantin dan TT calon pengantin.
Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah
Pemeriksaan kesehatan pranikah (premaritalcheck up) adalah sekumpulan pemeriksaan
untuk memastikan status kesehatan kedua calon mempelai laki-laki dan perempuan yang
hendak menikah, terutama untuk mendeteksi adanya penyakit menular, menahun, atau
diturunkan yang dapat mempengaruhi kesuburan pasangan maupun kesehatan janin.
Beberapa tahap yang perlu dilakukan dalam tes kesehatan pra-nikah menurut Kemenkes :
1. Pemeriksaan fisik secara lengkap.
Pemeriksaan pre marital yang pertama terdiri atas pemeriksaan umum, yakni uji
pemeriksaan fisik secara lengkap. Hal ini dilakukan karena umumnya status
kesehatan dapat dilihat lewat tekanan darah. Umumnya, tekanan darah tinggi
dapat berbahaya bagi kandungan sebab membuat tumbuh kembang janin dalam
kandungan terhambat. Selain itu, pemeriksaan pre marital juga dapat mengetahui
apakah pasangan tersebut mempunyai beberapa riwayat penyakit ataukah tidak,
misalnya diabetes.
2. Pemeriksaan penyakit hereditas
Penyakit hereditas biasanya diturunkan dari kedua orang tua, misalnya
gangguan kelainan darah yang membuat penderitanya tidak bisa memproduksi
hemoglobin (sel darah merah) secara normal.
3. Pemeriksaan penyakit menular
Pemeriksaan yang ketiga meliputi pemeriksaan terhadap penyakit menular,
diantaranya seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HIV-AIDS. Pemeriksaan tersebut
penting sekali dilakukan, mengingat penyakit-penyakit menular tersebut sangat
berbahaya dan mengancam jiwa.
4. Pemeriksaan organ reproduksi
Pemerikaan ini berkaitan dengan kesuburan serta organ reproduksi untuk pria
maupun wanita. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa kondisi kesehatan
organ reproduksi diri sendiri dan pasangan.
5. Pemeriksaan alergi
Walaupun seringkali dianggap sepele, melakukan pemeriksaan alergi sangatlah
penting karena alergi yang tidak disadari dari awal dan tidak ditangani dengan
tepat dapat berakibat fatal.

2
Jenis-jenis Pemeriksaan Kesehatan Pranikah
1. Analisa Hematologi (Hb, leukosit, eritrosit, trombosit). Ini bertujuan untuk
mendiagnosis penyakit infeksi dan penyakit darah.
2. Urine Aanalisis. Bertujuan untuk memantau kondisi fungsi ginjal atau saluran
kemih.
3. Golongan darah dan rhesus. Bertujuan untuk mengetahui kecocokan rhesus.
4. Glukosa puasa. Bertujuan untuk mengetahui penyakit kencing manis.
Program Skrining Pranikah
1. Pertama, pemeriksaan kesehatan secara umum
Pemeriksaan kesehatan umum ini terdiri dari :
a) Pemeriksaan fisik / klinis lengkap
Di antara manfaat pemeriksaan fisik lengkap adalah untuk mengetahui status
tekanan darah seseorang. Tekanan darah yang normal adalah salah satu kunci
kesehatan. Tekanan darah tinggi atau hipertensi berbahaya saat perempuan hamil,
karena dapat menyebabkan pertumbuhan janin terhambat. Pemeriksaan fisik juga
bisa mendeteksi gejala obesitas, karena obesitas dapat mempengaruhi tingkat
kesuburan. Obesitas selama kehamilan dapat menyebabkan munculnya beberapa
resiko seperti diabetes, pre-eklampsia, infeksi saluran kemih, sulit untuk
melahirkan tepat waktu, juga meningkatkan resiko keguguran dan kesulitan saat
melahirkan.
b) Pemeriksaan darah rutin
Pemeriksaan darah rutin ini meliputi kadar hemoglobin (hb), hematokrit, sel
darah putih (leukosit) dan faktor pembekuan darah (trombosit). Para calon ibu
perlu mengetahui kadar hb-nya untuk mendeteksi gejala anemia, juga perlu
mengetahui adanya ganguan faktor pembekuan darah. Dari hasil pemeriksaan
darah dapat diketahui kondisi kadar kolesterol tinggi yang meningkatkan resiko
penyakit jantung koroner dan stroke.
Pemeriksaan gula darah yang dilakukan sewaktu puasa dan tidak puasa, dapat
mengetahui adanya diabetes mellitus, atau adanya kelainan yang dapat
berkembang menjadi diabetes mellitus, seperti intoleransi glukosa. Ibu hamil
yang menderita diabetes tidak terkontrol dapat mengalami beberapa masalah
seperti janin yang tidak sempurna atau cacat, hipertensi, hydramnions atau
meningkatnya cairan ketuban, meningkatkan resiko kelahiran prematur, serta

3
macrosomia yaitu bayi menerima kadar glukosa yang tinggi dari Ibu saat
kehamilan sehingga janin tumbuh sangat besar.
c) Golongan darah dan rhesus
Rhesus adalah sebuah penggolongan atas ada atau tiadanya substansi antigen-
D pada darah. Rhesus positif berarti ditemukan antigen-D dalam darah dan rhesus
negatif berarti tidak ada antigen-D. Kebanyakan warga bangsa Asia memiliki
rhesus positif (+), sedangkan kebanyakan warga bangsa Eropa memiliki negatif
(-). Banyak pasangan suami istri tidak mengetahui rhesus darah pasangan masing-
masing. Padahal, jika rhesus mereka bersilangan, bisa mempengaruhi kualitas
keturunan. Jika seorang perempuan (rhesus negatif) menikah dengan laki-laki
(rhesus positif), bayi pertamanya memiliki kemungkinan untuk memiliki rhesus
negatif atau positif.
Jika bayi mempunyai rhesus negatif, tidak ada masalah. Tetapi, jika bayi
memiliki rhesus positif, masalah mungkin timbul pada kehamilan berikutnya.
Bila ternyata kehamilan yang kedua merupakan janin yang memiliki rhesus
positif, kehamilan ini berbahaya. Karena antibodi antirhesus dari ibu dapat
memasuki sel darah merah janin. Sebaliknya, tidak masalah jika perempuan
memiliki rhesus positif dan lelaki rhesus negatif. Apabila ibu bergolongan darah
O sedangkan bayi bukan bergolongan darah O adalah salah satu faktor resiko
jaundice atau kuning pada bayi (ABO Incompatibility). Bila diketahui janin
memiliki rhesus positif (+) sedangkan ibu memiliki rhesus negatif (-), akan
menimbulkan inkompatibilitas rhesus yang bisa mengakibatkan kematian pada
janin. Dengan mengatahui rhesus sebelum hamil, dokter dapat segera
mengatasinya.
d) Urinalisis lengkap
Pemeriksaan urin penting dilakukan agar bisa diketahui adanya infeksi saluran
kemih (ISK) dan adanya kondisi darah, protein, dan lain-lain yang menunjukkan
adanya penyakit tententu. Penyakit ISK saat kehamilan beresiko baik bagi ibu
maupun bayi, seperti kelahiran prematur, berat janin yang rendah, bahkan resiko
kematian saat persalinan.
2. Kedua, pemeriksaan penyakit hereditas
Yang dimaksud dengan penyakit hereditas adalah yang diturunkan dari orangtua.
Calon pengantin harus memiliki pemahaman bahwa bila orangtua atau garis

4
keturunannya mengidap penyakit genetik, maka anak yang akan lahir nanti bisa
beresiko mengidap penyakit yang sama. Pemeriksaan ini meliputi :
a) Thalasemia
Thalasemia adalah salah satu penyakit kelainan darah. Penderita penyakit ini
tidak mampu memproduksi hemoglobin yang normal. Talasemia mayor
merupakan jenis talasemia yang disebabkan "sifat" darah yang dibawa kedua
orang tua. Penyakit ini membuat seseorang menjadi tergantung pada transfusi
darah dan kesempatan hidupnya terbatas. Di sisi lain, talasemia minor tidak
menyebabkan gejala berat dan penderitanya dapat hidup normal, tapi ia tetap
membawa "sifat" penyakit talasemia dalam tubuhnya.
b) Hemofilia
Darah pada seorang penderita hemofilia tidak dapat membeku dengan
sendirinya secara normal. Proses pembekuan darah pada seorang penderita
hemofilia tidak secepat dan sebanyak orang lain yang normal. Penderita hemofilia
lebih banyak membutuhkan waktu untuk proses pembekuan darahnya.
c) Sickle Cell Disease
Sickle Cell Disease (SCD) disebut juga penyakit sel sabit, merupakan penyakit
kelainan sel darah merah yang mudah pecah sehingga menyebabkan anemia.
Secara statistik penyakit ini lebih banyak ditemukan pada ras Afrika, Timur
Tengah dan beberapa kasus di Asia, terutama India.
3. Ketiga, pemeriksaan penyakit menular
Beberapa penyakit menular bisa terdeteksi melalui pemeriksaan pranikah, di
antaranya adalah :
a) HIV, Hepatitis B (HBV) dan Hepatitis C (HCV)
Penyakit HIV, Hepatitis B dan C adalah penyakit yang mengancam jiwa
manusia. Infeksi virus ini dapat ditularkan melalui darah, hubungan seksual dan
cairan tubuh. Penularan HIV juga bisa melalui transfusi darah dan transplantasi
organ tubuh.
Sedangkan penularan virus Hepatitis B dan C rentan terjadi pada pemakai obat-
obatan terlarang melalui jarum suntik. Pemeriksaan tiga jenis penyakit infeksi ini
sangat penting karena virus-virus ini dapat 'diam' atau 'tidur' dalam jangka waktu
yang lama tanpa menunjukkan gejala apapun. Menikah dengan seseorang
yangmembawa virus ini beresiko membahayakan pasangan dan juga calon bayi.
Jika seorang laki-laki mengidap hepatitis B dan akan menikah, calon istrinya

5
harus memiliki kekebalan terhadap penyakit ini. Caranya adalah dengan
mendapatkan imunisasi hepatitis B. Inilah manfaat pemeriksaan kesehatan
pranikah.
b) TORCH (Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus)
Tes TORCH berfungsi untuk menguji adanya infeksi penyakit yang bisa
menyebabkan gangguan pada kesuburan laki-laki maupun perempuan. Tubuh
yang terinfeksi TORCH dapat mengakibatkan cacat atau gangguan janin dalam
kandungan. Infeksi TORCH saat kehamilan dapat menyebabkan keguguran, bayi
lahir prematur, atau bahkan kelainan bawaan pada bayi.
c) Venereal Disease Screen (pemeriksaan untuk penyakit syphilis) dan IMS
Pemeriksaan untuk penyakit syphilis dan penyakit-penyakit lain yang ditularkan
melalui hubungan seksual --sexually transmitted infections (STI), infeksi saluran
reproduksi (ISR) atau infeksi menular seksual (IMS)-- selain dapat mendeteksi
adanya penyakit tersebut, juga sekaligus bisa melakukan pengobatan sekaligus
mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat. Penyakit seperti chlamydia,
gonorrhea, dan HPV atau Human papillomavirus, herpes, penyakit ini semua
dapat menimbulkan masalah kesuburan dan masalah saat kehamilan.
4. Keempat, pemeriksaan yang berhubungan dengan organ reproduksi dan kesuburan
Pemeriksaan kesehatan yang berhubungan dengan organ reproduksi dan kesuburan ini
dilakukan baik untuk laki-laki maupun untuk perempuan.
a) Untuk perempuan
Pemeriksaan untuk perempuan meliputi USG, agar diketahui kondisi rahim,
saluran telur dan indung telur. Pemeriksaan lebih lanjut seperti HSG
(Hysterosalpingogram) untuk mengetahui kondisi tuba falopii dan adakah
sumbatan akibat kista, polip endometrium, tumor fibroid, dan lain-lain.
Pemeriksaan selanjutnya diperlukan untuk perempuan yang siklus haidnya tidak
teratur atau sebaliknya berlebihan. Hormon yang diperiksa misalnya hormon FSH
(follicle stimulating hormone), LH (lutenizing hormone) dan Estradiol (hormone
estrogen).
b) Untuk laki-laki
Selain dilakukan pemeriksaan fisik seperti pemeriksaan penis, skrotum, prostat
juga dilakukan pemeriksaan hormon FSH yang berperan dalam proses
pembentukan sperma serta kadar hormon testosteron. Dapat dilakukan juga
analisis semen dan sperma.

6
5. Kelima, pemeriksaan tambahan
Selain berbagai jenis pemeriksaan di atas, diperlukan juga beberapa pemeriksaan dan
tindakan kesehatan lainnya, seperti :
a) Alergi
Alergi adalah system kekebalan tubuh yang bereaksi di luar normal terhadap
beberapa substansi (alergen) yang tidak berbahaya bagi sebagian besar manusia.
Kecenderungan seseorang memiliki alergi adalah karena faktor keturunan,
walaupun tidak selalu orang tua yang memiliki bakat alergi akan menurunkannya
kepada anak-anaknya. Penting untuk membuat daftar hal-hal yang memicu alergi
dari kedua pasangan terutama bila pasangan ada yang pernah mengalami reaksi
anafilaksis yang dapat menyebabkan kematian.
b) Vaksinasi Dewasa
Vaksin yang berkaitan langsung dengan kehamilan adalah vaksin hepatitis B,
tetanus, MMR (Measles, Mumps, Rubella), varisela (cacar air), influenza, serta
vaksin dewasa lainnya sesuai jadwal imunisasi yang dikeluarkan oleh petugas
Satgas Imunisasi Dewasa.
6. Keenam, pemeriksaan kesehatan untuk ibu dan calon ibu
Selain pemeriksaan di atas, ada lima pemeriksaan yang juga direkomendasikan untuk
dilakukan oleh calon pengantin perempuan karena mereka akan menjadi calon ibu, juga
penting dilakukan oleh para ibu yang sudah memiliki anak, yaitu :
a) Pemeriksaan periodontal
Pemeriksaan ini meliputi pembersihan rutin dan pemeriksaan gusi untuk
menjaga gigi dan gusi agar tetap sehat dan bebas dari infeksi serta penyakit.
Bagian yang diperiksa adalah sambungan antara gusi dan gigi serta kemungkinan
adanya peradangan di sekitar gusi. Hal ini menjadi penting karena perempuan
yang memiliki penyakit gusi berisiko 7 kali lipat lebih tinggi melahirkan
prematur. Selain itu pada ibu hamil lebih rentan mengalami peradangan gusi
akibat adanya perubahan hormon. Karenanya ibu hamil harus lebih sering
memeriksakan diri ke dokter yaitu setiap 3-4 bulan sekali, terutama jika sering
mengalami gusi berdarah.
b) Pemeriksaan thyroid stimulating hormone (TSH)
Pemeriksaan ini akan menunjukkan apakah kadar hormon tiroid seseorang
kurang aktif (hipotiroid) atau justru terlalu aktif (hipertiroid), karena kadar
hormon ini bisa mempengaruhi kesehatan perempuan. Pemeriksaan ini penting

7
karena gangguan tiroid dapat mengganggu kesempatan seseorang untuk hamil,
misalnya perempuan yang mengalami hipotiroid akan terganggu proses
ovulasinya sedangkan hipertiroid bisa meningkatkan risiko keguguran atau
kelahiran prematur.
c) Pemeriksaan hitung darah lengkap (complete blood count/CBC)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengevaluasi seberapa baik sumsum tulang
belakang dan sistem kekebalan tubuh bekerja. Jika sel darah putihnya tinggi, hal
ini menunjukkan adanya infeksi. Jika kadar hemoglobin rendah, menunjukkan
adanya anemia, dan jika kadar platelet rendah menunjukkan adanya masalah
dalam pembekuan darah. Setelah seseorang perempuan memiliki anak, cenderung
memiliki periode menstruasi yang berat sehingga membuat seseorang rentan
terhadap anemia. Selain itu untuk mengetahui apakah ada gangguan dalam jumlah
komponen darahnya.
d) Pap smear
Pap smear dilakukan untuk mendeteksi perubahan prakanker atau kanker pada
leher rahim. Biasanya dokter akan mengambil sedikit sampel cairan di leher
rahim dan memeriksakannya di laboratorium. Pemeriksaan ini penting dilakukan
oleh perempuan yang sudah menikah. Deteksi dini bisa menjegah kondisi yang
lebih serius seperti kanker leher rahim.
e) Pemeriksaan kepadatan mineral tulang
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kepadatan mineral tulang yang
dapat memicu osteoporosis. Kondisi ini terjadi saat tulang mulai tipis dan lemah.
Untuk memeriksanya biasanya digunakan mesin yang disebut dengan dual energy
photon absorptiometer (DEXA). Pemeriksaan ini lebih penting lagi untuk
dilakukan bagi perempuan yang memiliki riwayat osteoporosis, atau
mengkonsumsi obat tiroid dan steroid.
Pelayanan Kesehatan Prakonsepsi
Skrining prakonsepsi adalah sebuah cara yang dilakukan untuk mengetahui risiko
medis, perilaku, dan kondisi sosial kesehatan seorang perempuan atau luaran kehamilan
melalui cara-cara tertentu secara medis.
Ada beberapa tujuan dari skrining prakonsepsi itu sendiri, antara lain :
 Agar pasangan memiliki pengetahuan, sikap, dan perilaku yang baik terkait
kesehatan sebelum kehamilan.

8
 Agar calon ibu memasuki kehamilan dalam kondisi kesehatan yang optimal, dan
untuk menurunkan risiko kehamilan yang tidak diharapkan dari riwayat kehamilan
sebelumnya dengan melakukan persiapan sebelum kehamilan.
Manfaat tes kesehatan sebelum prakonsepsi antara lain :
a. Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi timbulnya
penyakit keturunan dan penyakit berbahaya lain yang kesehatan anak yang akan
dilahirkan termasuk soal genetik, penyakit kronis, penyakit infeksi yang dapat
mempengaruhi kondisi kesehatan keturunan bukan karena kecurigaan dan juga
bukan untuk mengetahui keperawanan.
b. Sebagai tindakan pencegahan yang sangat efektif untuk mengatasi timbulnya
penyakit keturunan dan penyakit berbahaya lain yang berpotensi menular.
c. Sebagai tindakan pencegahan yang efektif untuk membendung penyebaran
penyakit-penyakit menular yang berbahaya di tengah masyarakat. Hal ini juga
akan berpengaruh positif bagi kehidupan ekonomi dan sosial masyarakat.
d. Sebagai upaya untuk menjamin lahimya keturunan yang sehat dan berkualitas
secara fisik dan mental. Sebab, dengan tes kesehatan ini akan diketahui secara
dini tentang berbagai penyakit keturunan yang diderita oleh kedua pasangan.
e. Mengetahui tingkat kesuburan masing-masing pasangan.
f. Memastikan tidak adanya berbagai kekurangan fisik maupun psikologis pada diri
masing-masing pasangan yang dapat menghambat tercapainya tujuantujuan
mulia pernikahan.
g. Memastikan tidak adanya penyakit-penyakit berbahaya yang mengancam
keharmonisan dan keberlangsungan hidup pemikahan terjadi.
Konseling prakonsepsi ini sebaiknya dilakukan dengan melibatkan beberapa ahli terkait
seperti dokter spesialis kandungan, penyakit dalam, dan dokter anak untuk mengetahui
riwayat kehamilan sebelumnya, riwayat medis, riwayat penyakit genetik, risiko
penggunaan zat berbahaya, serta permasalahan status gizi.

Langkah- langkah yang dilakukan dalam Pra Konsepsi

1. Melakukan medical chek up sebelum terjadi konsepsi, sehingga tenaga kesehatan


dapat menilai keadaan kesehatan perempuan dan mengidentifikasi faktor resikonya.
2. Pemeriksan laboratorium rutin. Pemeriksaan laboratorium rutin artinya bahwa
pemeriksaan ini dilakukan pada setiap wanita yang akan hamil antara lain :

9
pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, titer virus Rubella, hepatitis B, pap
smear, clamidia, HIV, dan GO.
3. Pemberian imunisasi sebelum konsepsi.
4. Usahakan BB ideal karena underweight dan overweight merupakan penyebab
banyak masalah dalam kehamilan.
5. Identifikasi riwayat kesehatan keluarga (kesulitan dalam kehamilan, persalinan,
nifas maupun kecacatan)
6. Anjurkan untuk melakukan gaya hidup sehat sebelum terjadinya konsepsi (olah
raga, hindari minum alcohol, merokok atau penggunaan obat-obat terlarang/
hentikan bila ibu sudah terbiasa)
7. Identifikasi masalah kesehatan (DM, epilepsy,hipertensi dll), berikan penanganan
dan observasi sebelum terjadi konsepsi.
8. Diet makanan bergizi seimbang. Jangan makan makanan setengah matang, dan
yang mengandung kotoran kucing karena dapat menyebabkan toxoplasmosis yang
dapat mempengaruhi tumbuh kembang janin.
9. Membersihkan lingkungan dari bahan kimia.
1.2.Konsep Dasar Keluarga Berencana

Definisi Keluarga Berencana

KB menurut World Health Organization (WHO) adalah tindakan yang membantu


individu atau pasangan suami-istri untuk menghindari kelahiran tidak diinginkan,
mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval diantara kelahiran, mengontrol
waktu kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri, serta menentukan jumlah
anak dalam keluarga (Setyani, 2019).

Sejarah Keluarga Berencana

A. Periode Perintisan Dan Kepeloporan Sebelum th 1957


Salah satu usaha untuk mengatasi pengendalian bertambahnya penduduk yang
telah dikemukakan oleh para pengikut Maltus adalah Birth Control. Disamping itu
Birth Control ini juga telah dikembangkan oleh Margareth Sanger di dalam usahanya
untuk membatasi kelahiran sehingga kesehatan ibu dan anak dapat dipelihara dengan
baik. Usaha membatasi kelahiran (Birth Control) sebenarnya secara individual telah
banyak dilakukan di Indonesia.

10
Diantaranya yang paling banyak diketahui adalah cara-cara yang banyak
digunakan di kalangan masyarakan Jawa. Oleh karena penelitian mengenai hal ini
banyak dilakukan di Jawa. Tetapi bukan berarti daerah-daerah diluar Jawa tidak
melakukannya, misalnya seperti di Irian Jaya, Kalimantan Tengah dan sebagainya.
Jamu-jamu untuk menjarangkan kehamilan juga banyak dikenal oleh orang, meskipun
ada usaha untuk menyelidiki secara ilmiah ramuan-ramuan tradisional itu. Salah satu
diantaranya yang banyak dipakai dipedesaan di Jawa adalah air kapur yang dicampur
jeruk nipis. Khususnya di daerah Temanggung dikenal ramuan yang terdiri dari laos
pantas yang dicampur gula aren dan garam, jambu sengko dan sebagainya. Dari
penelitian di Temanggung, diperoleh keterangan-keterangan tentang cara-cara
pencegahan kehamilan lainnya seperti absistensi (asal dan juga cara semacam doucke
atau mobilas liang senggama setelah persenggamaan yang disebut wisuh. Namun
dikenal juga cara seperti urut, yang dimaksud untuk menggugurkan kandungan,
pantang). Juga semacam ramuan seperti ragi, tape, pil kina atau minuman keras yang
dikenal sebagian ramuan-ramuan untuk menggugurkan. Sementara itu ilmu
pengetahuan berkembang terus. Termasuk juga ilmu kedokteran. Apabila tidak
menghendaki lagi kelahiran bayi, maka proses kehamilan itulah yang harus lebih
dahulu dicegah. Angka kematian bayi di Indonesia tergolong tinggi. Begitu pula
dengan kematian ibu-ibu pada waktu melahirkan, hal mana kiranya tak akan terjadi
seandainya orang sudah mulai merencanakan keluarganya dan mengatur kelahiran.
Inilah yang telah menyebabkan sejumlah tokoh-tokoh social menjadi lebih bertekad
untuk berusaha mangatasi keadaan yang menyedihkan itu. Dan niat itu memang sudah
lama terkandung dalam hati banyak orang di kalangan masyarakat Indonseia,
terutama para ibu rumah tangga, yang menganggap penjarangan kehamilan itu sangat
penting demi kesehatan mereka.
 Latar belakang berdirinya PKBI
Pada awal tahun 1957, Mrs. Dorothy Brush, seorang sahabat Mrs.
Margareth Sanger datang ke Indonesia untuk mengadakan peninjauan tentang
kemungkinan didirikannya organisasi keluarga berencana di Indonesia. Mrs
Brush seorang anggota Field Service IPPF dan juga aktif dalam Ford Foundation.
Dr. Suharto pada saat itu menjabat sebagai ketua Ikatan Dokter Indonesia
yang telah dijabatnya tiga kali berturut-turut. Mrs Brush banyak sekali
mengutarakan pendapatnya tentang masalah-masalah Birth Control serta melihat
suasana yang cukup mendesak bagi Indonesia untuk segera memikirkan masalah
11
tersebut secara lebih sungguh-sungguh, dr Suharto sendiri menjadi semakin
tertarik oleh masalah-masalah tersebut dan sekaligus telah melihat pula
kemungkinan-kemungkinan untuk mendirikan sebuah perkampungan keluarga
berencana di Indonesia. Untuk lebih mempercepat pematangan keadaan, Mrs
Brush segera menghubungi Dr. Abraham Stone yang ketika itu sedang mengikuti
konperensi IPPF di London. Dr Abraham Stone adalah kepala Margareth Sanger
Research Institute di New York. Beliau adalah salah seorang sahabat Mrs.
Margareth Sanger, Dr. Stone segera datang ke Jakarta dan juga menginap di
rumah Dr. Suharto.
Dari kedua tokoh inilah Dr. Suharto mendapat lebih banyak pengertian di
bidang Birth Control bukan saja dari segi medis akan tetapi juga dari segi social
dan budaya. Hal inilah yang mendorong keinginan beliau menjadi semakin kuat
untuk segera mendirikan sebuah perkumpulan keluarga berencana. Pada waktu
itu Dr. Abraham Stone memberikan filmnya yang berjudul “Birth Control” yang
dibuat di Margareth Sanger Research Bureau. Film tersebut adalah film pertama
yang selalu diputar dalam kuliah-kuliah keluarga berencana di bagian kebidanan
Fakultas.
Dengan tujuan tersebut maka PKBI mulai menggariskan programnya
meliputi 3 macam usahanya yaitu :
1) Mengatur kehamilan atau menjarangkan kehamilan
2) Mengobati kemandulan
3) Memberi nasehat perkawinan
Setelah berdirinya PKBI pada tanggal 23 Desember 1957, maka usaha-
usaha PKBI mulai lebih dikembangkan sesuai dengan tujuan dan program yang
telah ditetapkan. Tugas PKBI makin berat mengingat sebagi satu-satunya
organisasi social yang bergerak didalam bidan KB masih mendapat banyak
kesulita-kesulitan dan hambatan terutama dengan adanya KUHP pasal nomor 283
yang melarang demikian penyebar-luasan gagasan KB masih secara terselubung.
B. Periode Persiapan dan Pelaksanaan
a) L.K.B.N (Lembaga Keluarga Berencana Nasional)
Setalah sejak berdirinya PKBI pada tahun 1957 melaksanakan usaha-
usahanya dengan segala kesulitan-kesulitan yang dihadapi baik di dalam
menyebar luaskan gagasannya kepada masyarakat maupun didalam menghadapi

12
reaksi-reaksi pemerintah maka pada akhirnya kongres Nasional I PKBI
mengeluarkan pernyataan sebagai berikut :
 PKBI menyatakan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada pemerintah
yang telah mengambil kebijaksanaan mengenai keluarga berencana yang
akan menjadikan program pemerintah
 PKBI mengharapkan agar keluarga berencana sebagai program pemerintah
segera dilaksanakan
 PKBI sanggup untuk membantu Pemerintah dalam melaksanakan program
keluarga berencana sampai di pelosok-pelosok supaya faedahnya dapat
dirasakan seluruh lapisan masyarakat
Pernyataan ini disampaikan oleh suatu delegasi PKBI kepada pemerintah
yang diwakili oleh Menteri Kesejahteraan Rakyat, Dr. K.H. Idham Cholid
rupanya pernyataan PKBI ini disampaikan tepat pada waktunya dimana suasana
sudah lebih menguntungkan untuk perkembangan keluarga berencana sebagai
Program Nasional yaitu dimana tahun tersebut 1967 Indonesia menandatangani
Declaration of Human Rights. Declarasi tersebut antara lain telah menerima
revolusi yang pada pokoknya mendukung gagasan bahwa adalah hak lain telah
menerima revolusi yang pada pokoknya mendukung gagasan bahwa adalah hak
asasi manusia untuk menentukan jumlah anak yang dikehendakinya. Suatu negara
yang turut menandatangani Dokumen International harus dengan sendirinya
mentaati segala ketentuannya. Jiwa Declarasi tersebut tercakup dalam pidato
yang diucapkan Presiden Soeharto pada tanggal 16 Agustus 1968 di depan siding
DPRGR. Dalam pidato itu dinyatakan juga bahwa pertambahan penduduk di
Indonesia adalah sedemikian rupa sehingga dikhawatirkan tidak seimbang lagi
dengan persediaan pangan, baik yang dihabiskan sendiri maupun yang diperoleh
dari luar negeri. Sebagai langkah pertama, oleh Menteri Kesejahteraan Rakyat,
Dr. K.H. Idham Cholid, dibentuk suatu panitia Ad Hoc yang bertugas
mempelajari kemungkinan-kemungkinan keluarga berencana dijadikan Program
Nasional. Dalam pertemuan antara presiden Soeharto dengan panitia Ad Hoc
pada bulan Februari 1986, Presiden menyatakan bahwa pemerintah menyetujui
Program Nasional Keluarga Berencana yang diselenggarakan oleh masyarakat
dengan bantuan dan bimbingan Pemerintah. Sehubungan dengan itu pada tanggal

13
7 September 1968, keluarlah instruksi Presiden No.26 tahun 1968 kepada Menteri
Kesejahteraan Rakyat yang isinya antara lain :
1) Untuk membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspek yang
ada didalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana
2) Mengusahakan segera terbentuknya suatu badan atau lembaga yang dapat
menghimpun segala kegiatan di bidan Keluarga Berencana serta terdiri atas
unsur-unsur Pemerintah dan masyarakat
Berdasarkan instruksi Presiden tersebut Menteri Kesejahteraan Rakyat
pada tanggal 11 Oktober 1968 mengeluarkan Surat Keputusan nomor
36/Kpts/Kesra/X/1968 tentang pembentukan team yang akan mengadakan
persiapan bagi pembentukan sebuah lembaga keluarga berencana. Dalam team
ini, PKBI diwakili oleh (Ny) RABS Sjamsjuridjai, (Ny) O Djoewari dan Prof
Soewono. Sebelumnya pada tanggal 3 Oktober 1968 di Jakarta telah diadakan
pertemuan oleh Menteri Kesejahteraan Rakyat dengan beberapa Menteri lainnya
serta tokoh-tokoh masyarakat yang terlibat dalam usaha keluarga berencana.
Dalam pertemuan ini PKBI pun mengirimkan wakilnya. Sebagai hasil dari
pertemuan itu, dikeluarkan Surat Keputusan Menteri Kesejahteraan Rakyat pada
tanggal 17 Oktober 1968 tentang pembentukan Lembaga Keluarga Berencana
Nasional (LKBN) yang mempunyai tugas pokok mewujudkan kesejahteraan
social, keluarga dan rakyat pada umumnya dengan cara :
 Menjalankan koordinasi-integrasi, sinkronisasi dan simplikasi usaha-usaha
keluarga berencana.
 Mewujudkan saran-saran yang diperlukan kepada Pemerintah mengenai
keluarga berncana sebagai program nasional.
 Mengadakan/membina kerjasama antara Indonesia dan negeri dalam
bidang Keluarga Berencan, selaras dengan kepentingan Nasional.
 Mengusahakan perkembangan keluarga berencana atas dasar sukarela
dalam arti seluas-luasnya termasuk pengobatan kemandulan, nasehat
perkawinan dan sebagainya.
Wakil PKBI yang duduk dalam pimpinan LKBN ialah Prof. Soewono
sebagai wakil ketua I, (Ny) O. Djoewari sebagai sekretaris umum dan (Ny) RABS
Sjamsjurdijal sebagai bendahara. Pada tanggal 17 Oktober 1968 itu juga, Menteri
Kesejahteraan Rakyat mengangkat anggota Badan Pertambangan Keluarga

14
Berencana Nasional yang terdiri dari 16 orang, dimana PKBI diwakili oleh nani
Soewondo SH. Tampaknya dengan jelas bahwa mulai 1968 kegiatan keluarga
berencana sudah didukung sepenuhnya oleh pemerintah dan dengan demikian
PKBI dalam kegiatannya tidak lagi diliputi keragu-raguan.
b) Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
Keputusan Presiden Nomor 8 Tahun 1970 tentang pembentukan badan
untuk mengelola program KB yang telah dicanangkan sebagai program nasional.
Penanggung jawab umum penyelenggaraan program ada pada presiden dan
dilakukan sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat yang dibantu
Dewan Pembimbing Keluarga Berencana.

Dasar pertimbangan pembentukan BBKBN :

1) Program keluarga berencana nasional perlu ditingkatkan dengan jalan lebih


memanfaatkan dan memperluas kemampuan fasilitas dan sumber yang
tersedia.
2) Program perlu digiatkan pula dengan pengikut sertaan baik masyarakat
maupun pemerintah secara maksimal.
3) Program keluarga berencana ini perlu diselenggarakan secara teratur dan
terencana kearah terwujudnya tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.

Tugas pokok BBKBN :

1) Menjalankan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi terhadap usaha-usaha


pelaksanaan program keluarga berencana nasional yang dilakukan oleh unit-
unit pelaksana.
2) Mengajukan saran-saran kepada pemerintah mengenai pokok kebijaksanaan
dan masalah-masalah penyelenggaraan program Keluarga Berencana
Nasional.
3) Menyusun Pedoman Pelaksanaan Keluarga Berencana atas dasar pokok-
pokok kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah.
4) Mengadakan kerja sama antara Indonesia dengan negara-negara asing
maupun badan-badan internasional dalam bidang keluarga berencana selaras
dengan kepentingan Indonesia dan sesuai dengan prosedur yang berlaku.

15
5) Mengatur penampungan dan mengawasi penggunaan segala jenis bantuan
yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri sesuai
dengan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh pemerintah.
Pelita I yaitu tahun 1969-1974 daerah program Keluarga Berencana
meliputi 6 propinsi yaitu Jawa Bali (DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali). Merupakan daerah perintis dari BKKBN.
Ditiap provinsi telah terbentuk BKKBN Propinsi, serta secara berangsur-angsur
pula dibentk BKKBN Kabupaten/ Kotamadya. Penyelenggaraan program di
daerah berjalan sangat lancer, dan dapat menggerakkan seluruh potensi daerah.
Hal ini adalah berkat kebijaksanaan BKKBN Pusat, yang menitipkan program
nasional itu kepada para Gubernur, di mana Gubernur dinyatakan sebagai
Penanggung Jawab Program. Demikian pula para Bupati untuk Kabupaten
didaerahnya masing-masing. Dengan demikian secara organisatoris nampak
adanya pendelegasian dari Pusat ke Daerah-Daerah. Oleh karena itu dalam
menyelenggarakan program di daerah, BKKBN Propinsi maupun Kabupaten
mendapat dukungan dari semua Aparat Pemerintah Daerah. Faktor ini kiranya
yang merupakan kunci dan keberhasilan program. Dari segi ketenagaan maka
pada periode tahun 1970-1972 (periode Keppres nomor 8 tahun 1970). Tenaga-
tenaga yang merupakan motor penggerak dalam mengkoordinasikan program KB
adalah tenaga-tenaga dari departemen/ instansi lain yang diperbantukan pada
BKKBN, baik di pusat maupun di daerah. Tenaga-tenaga perbantuan tersebut
mulai dari tingkat Pimpinan, Pejabat-pejabat teras dan beberapa tenaga staf, ada
yang sudah full time tetapi ada pula yang masih part time bertugas di BKKBN.
Beberapa tenaga administrasi di kantor BKKBN seperti tenaga usaha, juru tik,
pengemudi dan pesuruh, banyak sudah merupakan tenaga yang diadakan oleh
BKKBN sendiri tetapi statusnya masih merupakan tenaga honorer karena saat itu
BKKBN belum mempunyai formasi Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Pada masa permulaan program pendekatan keluarga berencana umumnya
masih bersifat klinis. Namun kemudian dirasakan perlunya pendekatan
kemasyarakat dengan motivasi secara masssal, kelompook maupun individual.
Maka pada tahun 1972 proyek PLKB dialihkan dari PKBI ke BKKBN dan diolah
oleh BKKBN dengan SK Ketua BKKBN nomor : 02/Kpts/BKKBN/I/73 pada
tanggal 8 Januari 1973. Dengan demikian proyek tersebut dapat diperluas untuk
seluruh Jawa Bali.

16
Dalam salah satu pasal DK nomor 02/Kpts/BKKBN/I/73 menyebutkan
bahwa pada dasarnya sasaran keluarga berencana ditujukan pada masyarakat
banyak dengan harapan agar mereka merubah sikap hidup dengan keluarga besar
kea rah kebiasaan hidup dengan keluarga yang direncanakan dengan rasa penuh
tanggung jawab. Untuk memenuhi sasaran tersebut perlu adanya usaha-usaha
penyebaran ide-ide KB yang menyeluruh, antara lain melalui Petugas Lapangan
KB yang secara intensif dan sistimatis melakukan kegiatan motivasi dari rumah
ke rumah para pasangan usia subur untuk menjadi akseptor KB. Biro Proyek
PLKB BKKBN dari tahun ke tahun meningkatkan terus usahanya untuk
mendapatkan status yang lebih mantap.
Pada bulan Juli 1975 keluarlah surta keputusan ketua BKKBN nomor
200/Kpts/VII/1975. Nama Biro Proyek PLKB berubah dengan nama Biro Proyek
Khusus, sesuai dengan nama Biro yang tercantum dalam Keppres 33/ 1972. Pada
tahun 1972 terbitlah keputusan Presiden nomor 22 tahun 1972 telah diperjelas
yaitu Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan dibawah
Presiden, dengan fungsi :
1) Membantu Presiden dalam menetapkan kebijaksanaan Pemerintah di bidang
Keluarga Berencana Nasional
2) Mengkoordinir pelaksanaan program Keluarga Berencana Nasional.
Sedangkan tugas pokoknya mencakup :
a) Memberikan saran-saran kepada Pemerintah mengenai masalah-
masalah penyelenggaraan Program Keluarga Berencana Nasional
b) Menyusun Program Keluarga Berencana Nasional dan Pedoman
Pelaksanaan atas dasar kebijaksanaan Pemerintah
c) Menjalankan koordinasi dan supervise terhadap usaha-usaha
Pelaksanaan Keluarga Berencana Nasional yang dilakukan oleh Unit-
unit Pelaksana
d) Menjalankan koordinasi dan supervise terhadap segala jenis bantuan dari
dalam maupun dari luar negeri sesuai dengan kebijaksanaan Pemerintah
e) Mengadakan kerja sama dengan negara-negara Asing maupun badan-
badan Internasional dan bidang keluarga berencana selaras dengan
kepentingan Indonesia menurut prosedur yang berlaku
Sedangkan tata kerjanya ialah bahwa Penanggung Jawab umum
penyelenggaraan Program KB Nasional ada ditangan Presiden dan dilakukan

17
sehari-hari oleh Menteri Negara Kesejahteraan Rakyat. Dalam melaksanakan
tugasnya presided dibantu oleh Dewan Pembimbing KB Nasional, yang
anggotanya terdiri dari beberapa Menteri. Koordinasi penyelenggaraan Program
KB nasional dilakukan oleh Unit-unit Pelaksana yang terdiri atas Departement-
Departemen/ Instansi pemerintah dan organisasi masyarakat. Unit Pelaksana
mempunyai tugas menjalankan, menyerasikan dan mengembangkan usaha-usaha
KB sesuai dengan garis-garis kebijaksanaan yang ditetapkan oleh Pemerintah
dalam ruang lingkup serta bidannya masing-masing, dan berkewajiban
menyampaikan laporan-laporan tentang kegiatan-kegiatan kepada ketua
BKKBN. Ketua BKKBN dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab
langsung kepada Presiden. Untuk dapat membantu kelancaran pelaksanaan
tugasnya sehari-hari Ketua BKKBN didampingi oleh Team Pertimbangan
Pelaksanaan Program atau TP3 yang anggotanya terdiri atas sekretaris Jenderal
dan beberapa Departemen. Dengan organisasi dan tata kerja baru tersebut
program yang mula-mula berorientasi pada klinik dan sekitarnya telah
berkembang kearah pendekatan kemasyarakatan, terutama pendekatan dengan
munculnya pos KB, Sub Klinik, system Banjar dan sebagainya yang kesemuanya
dengan keseragaman nama Pembantu Pembina KB Desa (PPKBD). Disamping
itu telah bemunculan pula adanya kelompok-kelompok KB. Hal ini merupakan
perwujudan perpaduan kerjasama antara pemerintah dan masyarakat.
Dalam garis-garis besar halauan negara (GBHN) menurut TAP MPR 1973
telah ditetapkan garis kebijaksanaan umum kependudukan yang antara lain isinya
:
1) Agar pembangunan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan rakyat dapat
terlaksana dengan cepat, harus dibarengi dengan pengaturan pertumbuhan
jumlah penduduk melalui Program KB, yang mutlak harus dilaksanakan
dengan berhasil karena kegagalan pelaksanaan keluarga berencana akan
mengakibatkan hasil usaha pembangunan menjadi tidak berarti dan dapat
membahayakan generasi yang akan datang. Pelaksanaan KB ditempuh
dengan cara-cara sukarela, dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama
dan kepercayaan, terhadap Tuhan Yang Maha Esa
2) Pelaksanaan Program KB terutama di Jawa dan Bali perlu ditingkatkan,
khususnya agar dapat mencapai masyarakat pedesaan seluas-luasnya.
Disamping kesempatan untuk melaksanakan KB didaerah-daerah lain perlu

18
mulai dikembangkan sehingga membantu fasilitas-fasilitas KB. Sasaran
KB hendaknya meliputi seluruh lapisan masyarakat atas dasar sukarela.
Oleh karena itu kesediaan untuk melakukan KB pada akhirnya adalah suatu
proses perubahan sikap hidup masyarakat, maka dalam Pelita III kegiatan
pendidikan dan latihan KB tidak lagi hanya terbatas pada pendidikan dan
latihan para tenaga pelaksana teknis program KB, melainkan akan makin
dikembangkan pada usaha-usaha pendidikan masalah kependudukan.
3) Guna mendukung tercapainya tujuan dan sasaran-sasaran program KB
dalam Pelita II, koordinasi antara Departemen, kegiatan-kegiatan
penerangan, penelitian mengenai motivasi dan sebagainya, serta kegiatan-
kegiatan lainnya yang menunjang pelaksanaan program KB perlu lebih
ditingkatkan lagi. Untuk mencapai tujuan tersebut ditempuh dengan dua
pendekatan yang intergral, yaitu :
 Untuk menurunkah tingkat kelahiran secara langsung melalui
pendekatan KB dengan menggunakan kontrasepsi
 Usaha menurunkan tingkat kelahiran secara tidak langsung melalui
pola kebijaksanaan kependudukan yang intergral (beyond family
planning). Program-program integral sejak tahun 1974 dengan
dimulainya program terpadu KB- Gizi, KB- Cacing di Serpong dan
Sawahlunto. Program-program integral ini terutama muncul setelah
Rakernas th 1974 di Hotel Horison Jakarta, Dr. Haryono, Deputi III
Ketua mencetuskan 3 fase program berdasarkan atas pencapaian
peserta aktif yaitu :
1) Fase I. perluasan jangkauan dengan pencapaian perserta aktif
dibawah 15 %
2) Fase II. Pembinaan dan pencapaian peserta aktif diatas 15 %
kurang dari 35 %
3) Fase III. Pelembagaan dengan pencapaian peserta aktif diatas 35
%
Pada fase III ini dimana para peserta KB telah sedemikian banyak perlu
didukung dengan program-program yang dapat menunjang kehhidupan mereka,
agar tidak menjadi dropout.

19
Pada akhir 1974 telah tumbuh di berbagai daerah Jawa Timur, Jawa
Tengah, Jawa Barat dan DIY kelompok-kelompok akseptor KB. Hal ini mula-
mula disebabkan dibutuhkan depot atau pos untuk member re-supply kontrasepsi
non IUD dan juga jauhnya Puskesmas dan Klinik KB dari tempat tinggal para
akseptor KB. Pada program review di Surabaya tahun 1975 kelompok-kelompok
akseptor tersebut disatukan namanya dengan Pembantu Pembina KB Desa
(PPKBD). Namun identitas daerah tetap hidup, maka di Bali terdapat PPKBN
Sistim Banjar, di Jawa Timur PKBD (Pembina KB Desa) di Jawa Tengan Sub
Klinik Desa, di Jawa Barat dan DKI Jakarta Pos KB Desa dan di DIY PPKBD
APSARI (Akseptor Setahun Lestari). Hal ini merupakan perwujuadan perpaduan
kerjasama antara Pemerintah dan masyarakat.
Demikianlah pula perluasan program telah mencakup daerah luar Jawa Bali
dengan dibukanya BKKBN disepuluh propisnsi luar Jawa Bali I yaitu : di Aceh,
Sumatra Utara, Sumatra Barat, Sumatra Selatan, Lampung, Kalimantan Barat,
Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan dan NTB. Program yang
makin pesat, pengelolaan terasa semakin kompleks, hubungan tata cara kerja
semakin rumit, maka terulanglah kembali sejarah, mulai timbul pendapat-
pendapat bahwa organisasi yang ada telah tidak lagi menampung perkembangan
program. Maka oleh Ketua BKKBN dibentuk Team Penyempurnaan Organisasi
dan Tata cara Kerja. Setelah diadakan pembahasan lebih lanjut dengan Menteri
Negara Penerbitan Aparatur Negara (Menpan), maka akhirnya pada tanggal 6
November 1978 tentang Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional.
Kedudukan BKKBN dalam Keppres tersebut adalah Lembaga Pemerintah Non
Departemen yang berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Presiden,
dengan tugas pokok mempersiapkan kebijaksanaan umum dan mengkoordiknis
pelaksanaan program KB Nasional dan kependudukan yang mendukungnya baik
ditingkat Pusat maupun di tingkat Daerah, serta mengkoordinir pelaksanaannya
dilapangan. Dengan Keppres 38 tahun 1978 BKKBN bertambahbesar jangkauan
programnya tidak lagi terbatas hanya KB tetapi juga program Kependudukan.
Maka dalam organisasi BKKBN ditambah satu Deputy Kepala Bidan
Kependudukan. Pada tahun I Pelita III tahun 1979/1980 jangkauan BKKBN
ditambah ke seluruh Indonesia dengan memasukkan 11 Propinsi Luar Jawa Bali
II yaitu : Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi
Tengah, NTT, Maluku, Irian Jaya, Timor-Timur, Riau, Jambi dan Bengkulu.

20
Tujuan Keluarga Berencana

Tujuan Keluarga Berencana meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta


mewujudkan keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera melalui pengendalian kelahiran
dan pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Di samping itu KB diharapkan dapat
menghasilkan penduduk yang berkualitas, sumber daya manusia yang bermutu dan
meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Sasaran Keluarga Berencana

Sasaran dari program KB, meliputi sasaran langsung, yaitu pasangan usia subur
yang bertujuan untuk menurunkan tingkat kelahiran dengan cara penggunaan kontrasepsi
secara berkelanjutan, dan sasaran tidak langsung yang terdiri dari pelaksana dan pengelola
KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan
kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas dan keluarga
sejahtera.

Ruang Lingkup Keluarga Berencana

Ruang lingkup keluarga berencana, meliputi :

1) Komunikasi informasi dan edukasi


2) Konseling
3) Pelayanan infertilitas
4) Pendidikan seks
5) Konsultasi pra perkawinan dan konsultasi perkawinan
6) Konsultasi genetik

Akseptor Keluarga Berencana

Akseptor keluarga berencana adalah proses yang disadari oleh pasangan untuk
memutuskan jumlah dan jarak anak serta waktu kelahiran. Akseptor adalah peserta KB,
pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan salah satu alat atau obat kontrasepsi
(BKKBN, 2010). Adapun jenis - jenis akseptor KB, yaitu :

1) Akseptor Aktif
Akseptor aktif adalah kseptor yang ada pada saat ini menggunakan salah satu
cara / alat kontrasepsi untuk menjarangkan kehamilan atau mengakhiri kesuburan.
2) Akseptor aktif Kembali

21
Akseptor aktif kembali adalah pasangan usia subur yang telah menggunakan
kontrasepsi selama 3 (tiga) bulan atau lebih yang tidak diselingi suatu kehamilan,
dan kembali menggunakan cara alat kontrasepsi baik dengan cara yang sama
maupun berganti cara setelah berhenti / istirahat kurang lebih 3 (tiga) bulan berturut-
turut dan bukan karena hamil.
3) Akseptor KB Baru
Akseptor KB baru adalah akseptor yang baru pertama kali menggunakan
alat/obat kontrasepsi atau pasangan usia subur yang kembali menggunakan alat
kontrasepsi setelah melahirkan atau abortus.
4) Akseptor KB dini
Akseptor KB dini merupakan para ibu yang menerima salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 2 minggu setelah melahirkan atau abortus.
5) Akseptor KB langsung
Akseptor KB langsung merupakan para istri yang memakai salah satu cara
kontrasepsi dalam waktu 40 hari setelah melahirkan atau abortus.
6) Akseptor KB dropout
Akseptor KB dropout adalah akseptor yang meng- hentikan pemakaian
kontrasepsi lebih dari 3 bulan.

Kontrasepsi

Istilah kontrasepsi berasal dari kata kontra dan konsepsi. Kontra berarti “melawan”
atau “mencegah”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang
dengan sperma yang mengakibatkan kehamilan. Kontrasepsi adalah usaha-usaha untuk
mencegah terjadinya kehamilan, usaha itu dapat bersifat sementara dapat bersifat
permanen. Adapun akseptor KB menurut sasarannya, meliputi :

1) Fase Menunda Kehamilan


Masa menunda kehamilan pertama sebaiknya dilakukan oleh pasangan yang
istrinya belum mencapai usia 20 tahun. Karena usia di bawah 20 tahun adalah usia
yang sebaiknya menunda untuk mempunyai anak dengan berbagai alasan. Kriteria
kontrasepsi yang diperlukan yaitu kontrasepsi dengan pulihnya kesuburan yang tinggi,
artinya kembalinya kesuburan dapat terjamin 100%. Hal ini penting karena pada masa
ini pasangan belum mempunyai anak, serta efektifitas yang tinggi. Kontrasepsi yang
cocok dan yang disarankan adalah pil KB, AKDR.

22
2) Fase Mengatur/Menjarangkan Kehamilan
Periode usia istri antara 20 - 30 tahun merupakan periode usia paling baik
untuk melahirkan, dengan jumlah anak 2 orang dan jarak antara kelahiran adalah 2-4
tahun. Kriteria kontrasepsi yang diperlukan yaitu efektifitas tinggi, reversibilitas
tinggi karena pasangan masih mengharapkan punya anak lagi. Kontrasepsi dapat
dipakai 3-4 tahun sesuai jarak kelahiran yang direncanakan.
3) Fase Mengakhiri Kesuburan
Sebaiknya keluarga setelah mempunyai 2 anak dan umur istri lebih dari 30
tahun tidak hamil. Kondisi keluarga seperti ini dapat menggunakan kontrasepsi yang
mempunyai efektifitas tinggi, karena jika terjadi kegagalan hal ini dapat menyebabkan
terjadinya kehamilan dengan resiko tinggi bagi ibu dan anak. Di samping itu jika
pasangan akseptor tidak mengharapkan untuk mempunyai anak lagi, kontrasepsi yang
cocok dan disarankan adalah metode kontap, AKDR, implan, suntik KB dan pil KB.

Adapun syarat-syarat kontrasepsi, yaitu :

1) Aman pemakaiannya dan dapat dipercaya.


2) Efek samping yang merugikan tidak ada.
3) Kerjanya dapat diatur menurut keinginan.
4) Tidak mengganggu hubungan persetubuhan.
5) Tidak memerlukan bantuan medik atau kontrol ketat selama pemakaian.
6) Cara penggunaannya sederhana.
7) Harganya murah supaya dapat dijangkau oleh masyarakat luas.
8) Dapat diterima oleh pasangan suami istri.

Jenis-jenis dari akseptor, yaitu :

1) Metode Kontrasepsi Sederhana


2) Metode Kontrasepsi Hormonal
3) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
4) Metode Kontrasepsi Mantap

Pendekatan Kb Berbasis Hak

Strategi ini menggunakan pendekatan berbasis hak, yang artinya langkah-langkah


strategis yang dijelaskan di dalam dokumen ini bertujuan untuk memastikan terpenuhinya
prinsipprinsip hak asasi manusia sehingga masyarakat mendapatkan pelayanan dan

23
informasi keluarga berencana dan kesehatan reproduksi yang dibutuhkannya untuk
menjalani kehidupan reproduksi yang sehat dan aman.

Strategi berbasis hak ini berlandaskan pada prinsip hak asasi manusia yang meliputi :

1) Hak terhadap akses ke informasi KB dan pelayanan dengan standar tertinggi


2) Keadilan dalam akses
3) Pendekatan sistem kesehatan yang dapat diterapkan disektor pemerintah dan swasta :
a. Integrasi KB dalam kontinuum pelayanan kesehatan reproduksi
b. Standar etika dan professional dalam memberikan pelayanan keluarga berencana
4) Perencanaan program berbasis bukti
5) Transparansi dan akuntabilitas
6) Pelayanan yang sensitif gender
7) Sensitivitas budaya
8) Kemitraan

Empat tujuan strategis dalam Strategi KB Berbasis Hak meliputi:

 Tujuan strategis 1: Tersedianya Sistem penyediaan pe- layanan KB merata dan


berkualitas di sektor pemerintah dan swasta untuk menjamin agar setiap warga
negara dapat memenuhi tujuan reproduksi mereka.
 Tujuan strategis 2: Meningkatnya permintaan atas metode kontrasepsi modern
yang terpenuhi dengan penggunaan yang berkelanjutan.
 Tujuan strategis 3: Meningkatnya bimbingan dan penge- lolaan di seluruh jenjang
pelayanan serta lingkungan yang mendukung untuk program KB yang efektif, adil,
dan berkelanjutan pada sektor publik dan swasta untuk memung- kinkan semua
pihak memenuhi tujuan-tujuan reproduksi mereka.
 Tujuan strategis 4: Berkembang dan diaplikasikannya ino- vasi dan bukti untuk
meningkatkan efisiensi dan efektifitas program, dan berbagi pengalaman melalui
kerjasama Selatan-Selatan.

Tujuan-tujuan strategis di atas disusun dengan mengacu kepada arah kebijakan


RPJMN. Kegiatan, output dan dampak strategi KB yang berbasis hak mengintegrasikan
prinsip hak asasi manusia dan pendekatan berbasis kesehatan masyarakat yang sangat
berpengaruh dalam keberhasilan mencapai tujuan demografis.

24
1.3.Jenis-Jenis Metode Kontrasepsi
1. Metode KB Sederhana
a. Dengan Alat
1. Metode Barier pada Pria (Kondom)
Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan di antaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami
(produksi alami) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Cara
kerjanya yaitu dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang
dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam
saluran reproduksi perempuan.
Macam-macam Kondom :
a) Kulit
Dibuat dari membran usus biri biri (caecum), tidak meregang atau
mengkerut, menjalarkan panas tubuh sehingga dianggap tidak
mengurangi sensitivitas selama sanggama namun lebih mahal.
b) Lateks
Paling banyak dipakai, murah, elastis.
c) Plastik
Sangat tipis, menghantarkan panas tubuh namun lebih mahal dari
kondom lateks.
a. Indikasi
Semua pasangan usia subur yang ingin berhubungan sekual dan belum
menginginkan kehamilan. Selain itu, untuk perlindungan maksimum
terhadap infeksi menular seksual (IMS).
b. Kontra Indikasi
1. Absolut
 Pria dengan ereksi yang tidak baik
 Riwayat syok septic
 Tidak bertanggung jawab secara sexual
 Interupsi sexual foreplay menghalangi minat sexual
 Alergi terhadap karet atau lubrikan pada partner sexual
2. Relatif
 Interupsi foreplay yang mengganggu ekspresi sexual

25
c. Efektivitas
Kondom cukup relative bila dipakai secara benar pada setiap kali
berhubungan seksual. Pada beberapa pasangan, pemakaian kondom tidak
efektif karena tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah didapatkan hanya
sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2 -12 kehamilan per 100 perempuan
pertahun. Sebab-sebab kegagalan :
1) Memakai kondom yang sudah bocor.
2) Kondom robek waktu coitus.
3) Semen tertumpah melalui leher kondom.
4) Kondom tertinggal di dalam vagina oleh karena penis baru dikeluarkan
setelah kendor.
5) Tidak memakai kondom sejak permulaan.
6) Hanya memakai kondom bila istri disangka berada dalam masa subur.
d. Keuntungan
Keuntungan sebagai alat kontrasepsi :
1) Efektif bila digunakan dengan benar
2) Tidak mengganggu kesehatan klien.
3) Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
4) Murah dan dapat dibeli secara umum.
5) Mudah dipakai
6) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan khusus.
7) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus
ditunda
Keuntungan sebagai alat non kontrasepsi :
1) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB.
2) Dapat mencegah penularan IMS.
3) Mencegah ejakulasi dini.
4) Membantu mencegah terjadinya kanker serviks (mengurangi iritasi
bahan karsinogenik eksogen pada serviks).
5) Saling berinteraksi sesama pasangan.
e. Kekurangan
1) Efektifitas tidak terlalu tinggi.
2) Cara penggunaan sangat mempengaruhi keberhasilan kontrasepsi

26
3) Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi sentuhan
langsung).
4) Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan untuk
mempertahankan ereksi.
5) Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan seksual.
6) Beberapa klien malu untuk membeli kondom ditempat umum.
7) Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan masalah dalam hal
limbah
f. Efek Samping
1) Keluhan utama dari akseptor adalah berkurangnya sensitivitas glans
penis.
2) Alergi terhadap karet
g. Cara Pemakaian Kondom
1) Gunakan kondom setiap akan melakukan hubungan seksual.
2) Agar efek kontrasepsinya lebih baik, tambahkan spermisida dalam
kondom.
3) Jangan menggunakan gigi, benda tajam seperti pisau, silet, gunting atau
benda tajam lainnya pada saat membuka kemasan.
4) Pasang kondom saat penis sedang ereksi, tempelkan ujungnya pada
glans penis dan tempatkan bagian penampung sperma pada ujung
uretra. Lepaskan gulungan karetnya dengan jalan menggeser gulungan
tersebut kearah pangkal penis. Pemasangan ini harus dilakukan
penetrasi penis ke vagina.
5) Bila kondom tidak mempunyai tempat penampungan sperma pada
bagian ujungnya, maka pada saat memakai, longgarkan sedikit bagian
ujungnya agar tidak terjadi robekan pada saat ejakulasi.
6) Kondom dilepas sebelum penis melembek.
7) Pegang bagian pangkal kondom sebelum mencabut dan melepaskan
kondom di luar vagina agar tidak terjadi tumpahan cairan sperma di
sekitar vagina.
8) Gunakan kondom hanya satu kali pakai.
9) Buang kondom bekas pakai pada tempat yang aman.

27
10) Sediakan kondom dalam jumlah yang cukup di rumah dan jangan
disimpan di tempat yang panas karena hal ini dapat menyebabkan
kondom menjadi rusak atau robek saat digunakan.
11) Jangan gunakan kondom apabila kemasannya robek atau kondom
tampak rapuh atau kusut.
12) Jangan gunakan minyak goreng, minyak mineral, atau pelumas dari
bahan petrolatum karena akan segera merusak kondom.
2. Metode Barier Wanita (Intra-Vaginal)
Menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita
dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya.
Keuntungan Metode Barier Intra-vaginal :
1) Mencegah kehamilan
2) Mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks.
Kerugian Metode Barier Intra-vaginal :
1) Angka kegagalan relatif tinggi.
2) Aktivitas hubungan seks harus dihentikan sementara untuk memasang alatnya.
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati hati, selalu pada setiap senggama.
Macam-macam Barier Intra-Vaginal :
1) Diafragma (Diaphragma)
2) Kap Serviks (Cervical cap)
3) Spons (Sponge)
4) Kondom Wanita
Untuk mendapatkan efektivitas yang lebih tinggi, metode Barier Intra-vaginal
harus dipakai bersama dengan spermisid. Faktor yang dapat mempengaruhi
efektifitas metode ini, antara lain :
a) Paritas
b) Frekuensi sanggama
c) Kemampuan untuk memakainya dengan benar
d) Kebiasaan dan motivasi akseptor dalam pencegahan kehamilan
Ada satu hal sangat penting yang harus mendapat perhatian akseptor yang
menggunakan metode Barrier Intra-vaginal yaitu kemungkinan timbulnya Sindrom
Syok Toksik (Toxic Shock Syndrom) (TSS) bila terjadi kelalaian dalam
pemakaiannya. Calon akseptor metode Barier Intra-vaginal harus diberi instruksi-
instruksi untuk mengurangi/mencegah risiko timbulnya Sindrom Syok Toksik :

28
1) Cuci tangan dengan sabun sebelum memasang atau mengeluarkan alatnya.
2) Jangan biarkan Barier Intra-vaginal insitu lebih lama dari 24 jam
3) Jangan menggunakan Barier Intra-vaginal pada saat haid, atau bila ada
perdarahan per-vaginam.
4) Setelah melahirkan bayi aterm, tunggu 6-12 minggu sebelum menggunakan
metode Barier Intra-vaginal.
5) Wanita harus diajari tanda-tanda bahaya TSS :
a) Demam, muntah
b) Diarrhoe
c) Nyeri otot tubuh, rash (sunburn/seperti tersengat sinar matahari)
6) Bila menduga TSS, keluarkan alat kontrasepsinya dan hubungi petugas medis
7) Bila pernah mengalami TSS, pilih metode kontrasepsi lain.
Sindrom Syok Toksik disebabkan oleh toxin yang dihasilkan bakteri
Staphylococcus aureus. Sindrom Syok Toksik sering terjadi pada wanita yang
memakai tampon (intra-vaginal) selama haid.

Berikut penjelasan dari macam-macam metode barier wanita (intra-vaginal) :

1) Diafragma (Tangkup Vagina)


Diafragma terbuat dari lateks atau karet dengan cincin yang fleksibel
dengan bentuk seperti topi yang menutupi mulut rahim. Diafragma diletakkan
posterior dari simfisis pubis sehingga serviks (leher rahim) tertutupi semuanya.
Diafragma dapat dipasang 6 jam atau lebih sebelum melakukan sanggama.
Bila sanggama dilakukan berulang kali pada saat yang sama, maka perlu
ditambahkan spermisid setiap sebelum sanggama berikutnya. Diafragma tidak
boleh dikeluarkan selama 6-8 jam setelah sanggama selesai, pembilasan
(douching) tidak diperkenankan, diafragma dapat dibiarkan didalam vagina
selama 24 jam setelah sanggama selesai, lebih lama dari itu kemungkinan dapat
timbul infeksi.

Jenis diafragma antara lain :

 Flat spring (flat metal band)


Pinggir alas diafragma mempunyai lempengan logam yang pipih,
diafragma ini dapat dipakai oleh wanita dengan : otot-otot vagina yang kuat,
ukuran dan kontur vagina normal, arcus pubis yang dangkal dibelakang

29
simpisis pubis, multigravida, uterus anteflexi, serviks yang panjang yang
mengarah ke belakang.
 Coil spring (coiled wire)
Pinggir alas diafragma mempunyai kawat logam dengan pegas/per spiral
yang bundar dan dilapisi karet, diafragma ini terutama berguna untuk wanita
dengan : otot-otot vagina yang kuat, arcus pubis yang dalam dibelakang os
pubis tidak ada perubahan posisi uterus, ukuran dan kontur vagina normal.
 Arching spring (kombinasi metal spring)
Pinggir alas diafragma mempunyai pegas logam rangkap, diafragma ini
cocok dengan wanita dengan : tonus otot vagina yang jelek, sistokel/rektokel
sedang, prolapsus uteri ringan, serviks yang panjang yang mengarah ke
depan.
a. Cara Kerja
1) Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan
saluran telur (tuba falopi)
2) Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
b. Indikasi
1) Tidak menyukai metode kontrasepsi hormonal, seperti perokok, atau di
atas usia 35 tahun
2) Tidak menyukai penggunaan akdr.
3) Menyusui dan perlu kontrasepsi
4) Memerlukan proteksi terhadap IMS
5) Memerlukan metode sederhana sambil menunggu metode yang lain.
c. Kontraindikasi
1) Kelainan anatomis dari vagina, serviks dan uterus :
Prolapsus uteri, cystocele/rectocele yang besar, retroversi atau
anteflexi uterus yang berlebihan, septum vagina.
2) Infeksi traktus urinarius yang berulang ulang
3) Alergi terhadap latex atau spermisid
4) Riwayat Sindrom Syok Toksik (Toxic Shock Syndrome)
5) Nyeri pelvis/nyeri introitus yang sementara oleh sebab apapun (PID,
Herpes, baru mengalami episiotomi, introitus yang sangat sempit/ketat)
6) Postpartumn (bayi aterm) 6-12 minggu

30
7) Ketidakmampuan calon akseptor atau pasangannya untuk mempelajari
dan melaksanakan teknik insersi yang benar.
d. Efektivitas
Tingkat kegagalan 6-16 kehamilan per 100 perempuan per tahun
pertama, bila tidak digunakan dengan spermisida.
e. Kelebihan
Kelebihan kontrasepsi :
1) Efektif bila digunakan dengan benar.
2) Tidak mengganggu produksi ASI.
3) Tidak mengganggu kesehatan klien.
4) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan
sebelumnya.
5) Dapat dipakai selama haid

Kelebihan non kontrasepsi :

1) Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual.


2) Kemungkinan mempunyai efek perlindungan terhadap timbulnya
displasia cervical.
f. Kekurangan
1) Memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai
2) Wanita perlu memegang/manipulasi genitalia nya sendiri
3) Menjadi mahal bila sering dipakai, disebabkan oleh biaya untuk
spermisidnya.
4) Insersi relatif sukar
5) Pada kasus tertentu, dapat terasa oleh suami saat senggama
6) Beberapa wanita mengeluh kebasahan yang disebabkan oleh
spermisidnya
g. Efek Samping
Efek samping yang serius umumnya tidak ada, bilamana diafragma
dipakai sebagaimana semestinya. Kadang kadang reaksi alergi dan iritasi
vagina, infeksi. Sebab sebab kegagalan :
1) Ketidaktauan cara pemasangan yang benar
2) Ukuran diafragma tidak tepat
3) Terjadinya perubahan letak diafragma selama sanggama

31
4) Adanya cacat/kerusakan pada diafragma

Perlu diperhatikan :

Jika ada kemungkinan terjadi sindrom syok keracunan, rujuk segera


pasien ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih lengkap. Apabila terjadi
panas lebih dari 38 derajat Celcius maka berikan rehidrasi per oral dan
analgesi.

h. Cara Pemakaian
1) Gunakan diafragma setiap kali melakukan hubungan seksual.
2) Pertama kosongkan kandung kemih dan cuci tangan.
3) Pastikan diafragma tidak berlubang (tes dengan mengisi diafragma
dengan air atau melihat menembus cahaya).
4) Oleskan sedikit spermisida krim atau jelly pada cap diafragma (untuk
memudahkan pemasangan tambahkan krim atau jelli, remas bersamaan
dengan pinggirannya).
5) Posisi saat pemasangan diafragma :
a) Satu kaki diangkat ke atas kursi atau dudukan toilet.
b) Sambil berbaring
c) Sambil jongkok
6) Lebarkan kedua bibir vagina
7) Masukkan diafragma kedalam vagina jauh ke belakang, dorong bagian
depan pinggiran ke atas di balik tulang pubis.
8) Masukkan jari kedalam vagina sampai menentuh serviks, sarungkan
karetnya dan periksa serviks telah telindungi.
9) Diafragma dipasang di vagina sampai 6 jam sebelum berhubungan
seksual. Jika hubungan seksual berlangsung diatas 6 jam setelah
pemasangan, tambahkan spermisida di dalam vagina. Diafragma berada
dalam vagina paling tidak 6 jam setelah terlaksananya hubungan seksual.
Jangan tinggalkan diafragma lebih dari 24 jam sebelum diangkat.
10) Mengangkat dan mencabut diafragma dengan menggunakan jari telunjuk
dan tengah.
11) Cuci dengan sabun dan air, keringkan sebelum disimpan kembali di
tempatnya.

32
2) Kap Serviks (Cervical Cap)
Suatu alat kontrasepsi yang hanya menutupi serviks saja. Dibandingkan dengan
diafragma, kap serviks lebih dalam/tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih
kecil, umumnya lebih kaku, menutupi serviks karena hisapan (suction), bukan
karena pegas. Zaman dahulu kap serviks terbuat dari logam/plastik, sekarang
yang banyak adalah dari karet.

Syarat pemakaian kap serviks :

1. Serviks harus dapat dicapai


2. Serviks cukup panjang untuk menahan kap
3. Serviks tidak luka

Macam – macam Kap serviks :

1. Prentif Cavity Rim Cap


Paling sering dipakai. Tersedia dalam 4 ukuran, diameter dalam 22, 25,
28, dan 31 mm.
2. Dumas atau Vault Ca
Relatif dangkal, berbentuk mangkuk dengan pinggir alas yang tebal dan
bagian tengah yang tipis. Tersedia dalam 5 ukuran, dari 50 – 75 mm. Cocok
untuk wanita yang tidak dapat memakai diafragma oleh karena tonus otot
vagina yang kurang baik atau wanita dengan seviks yang terlalu pendek.
3. Vimule Cap
Berbentuk lonceng panjang dengan pinggir yang menonjol (flanged)
untuk memperkuat hubungan dengan sekitarnya. Cocok untuk wanita dengan
:
a) Tonus otot vagina kurang baik
b) Cystocele
c) Serviks yang lebih panjang dari rata-rata
d) Tersedia dalam ukuran 42 – 55 mm
a. Cara Kerja
Cervical caps akan menutupi pembukaan serviks sehingga menahan
sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi
bagian atas (uterus& tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida senjata

33
sperma tambahan untuk membunuh sperma-sperma yang tidak tertahan pada
kaps serviks.
b. Indikasi
Cervical caps dapat digunakan untuk wanita atau pasangan yang ingin
menunda untuk mempunyai anak.
c. Kontraindikasi
1. Bentuk serviks yang abnormal (ukuran, posisi)
2. Postpartum 6-12 minggu
3. Radang serviks (cervicitis) yang kronis, infeksi adneksa atau neoplasma
serviks
4. Otot vagina yang sensitive, erosi atau laserasi serviks
5. Perdarahan pada vagina, termasuk ketika sedang menstruasi
6. Riwayat TSS, Riwayat PID, atau alergi dengan karet atau spermiside
d. Efektivitas
Pada 100 wanita yang menggunakan metode ini selama satu tahun,
terdapat sebanyak 7 orang yang hamil.
e. Kelebihan
1. Dapat digunakan selama menyusui.
2. Efektif, meskipun tanpa spermiside, bila dibiarkan di serviks untuk
waktu > 24 jam, pemberian spermiside sebelum bersenggama
menambah efektifitasnya.
3. Tidak terasa oleh suami pada saat sanggama.
4. Dapat dipakai oleh wanita sekalipun ada kelainan anatomis/fungsional
dari vagina misalnya sistokel, rektokel, prolapsus uteri, tonus otot vagina
yang kurang baik.
5. Jarang terlepas selama sanggama.
f. Kekurangan
1. Angka kegagalan tinggi
2. Peningkatan risiko infeksi (cervisitis, cystitis)
3. Ketidaknyamanan ketika pemakaian, penggunaannya cukup sulit.
4. Ukuran cervical caps yang digunakan sewaktu-waktu harus diubah
tergantung pada kehamilan, abortus/keguguran, operasi pelvic atau
perubahan berat badan.
5. Tidak boleh digunakan pada wanita yang sedang menstruasi.

34
6. Beberapa wanita merasa nyeri dan pasangannya merasa tidak nyaman.
7. Tidak dapat mencegah penyebaran IMS (infeksi menular seksual), HIV
AIDS.
g. Efek Samping
1. Timbulnya sekret yan sangat berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu
lama didalam vagina.
2. Menyebabkan iritasi pada daerah vagina, serviks karena kontak yang
terlalu lama dengan karet (kap) dan spermisidenya.
3. Menyebabkan infeksi pada saluran kemih.
4. Berisiko terjadi Toxic Shock Syndrom (TSS). Hal ini terjadi jika
pemakaian cervical caps dilakukan pada saat menstruasi.
5. Bertambahnya abnormalitas serviks yang berhubungan dengan HPV.
h. Cara Pemakaian
1. Tahap pertama untuk memasukkan atau mengeluarkan kap serviks
adalah mencuci tangan. Pemakai memasukkan kap serviks saat
seksualitasnya bangkit dan sebelum melakukan hubungan seksual.
2. Sebelum memasukkan, isi sepertiga kubah kap serviks dengan
spermisida. Pisahkan labia dengan kedua tangan. Tangan yang lain
menjangkau sekeliling pinggiran kap diantara ibu jari dengan jari
telunjuk.
3. Masukkan kap ke dalam vagina dan dorong kap sepanjang dinding
vagina sejauh kap itu bisa masuk. Cara ini bisa dilakukan dengan cara
berdiri, mengangkat satu kaki ke atas, posisi jongkok, berbaring.
4. Gunakan jari untuk menempatkan kap di serviks, tekan pinggiran kap di
sekitar serviks sampai serviks sudah tertutup dengan kap tersebut.
Periksa posisi kap dengan cara mendorong kubah kap untuk memastikan
bahwa serviks sudah tertutupi.
5. Usap dengan jari mengelilingi pinggiran kap.
6. Pemakai harus mempertahankan kap serviks selama 6 jam setelah
ejakulasi intravagina terakhir untuk memastikan bahwa sperma yang
tertinggal di dalam vagina tidak memasuki ke dalam rongga uterus.
7. Namun, untuk mengeluarkan kap serviks harus dilakukan dalam kurun
waktu 48 jam. Setelah itu kap serviks dilepaskan, lalu bersihkan kap

35
dengan sabun dan air hangat dan diangin-anginkan, setelah itu disimpan
dengan benar agar dapat digunakan kembali.
8. Dengan perawatan yang tepat, kap dapat bertahan selama 2 tahun, tapi
harus diperiksa secara teratur untuk memastikan apakah ada lubang, atau
bocor. Bila terjadi kerusakan pada kap, maka pemakai diinstruksikan
untuk segera menggantinya
3) Spons
Berbentuk bantal, terbuat dari polyurethane yang mengandung spermiside (1
gram nonoxynol -9).
Cara Kerja :
Spons mempunyai efek kontraseptif karena :
1. Melepaskan spermisid yang terkandung di dalamnya.
2. Merupakan barrier antara sperma dan serviks.
3. Menjebak spermatozoa ke dalam spons.
4) Kondom Wanita
Dasarnya : kombinasi antara Diafragma dan Kondom. Alat ini terdiri dari 2
cincin polyurethane yang lentur berbentuk diafragma yang terdapat pada masing-
masing ujung dari suatu selubung lunak polyurethane yang longgar. Sebelum
dipasang, biasanya ditambahkan spermisid pada alatnya.

Kondom wanita yang telah tersedia saat ini :

1. Reality Vaginal kondom


Berupa “tabung” polyuretnane, panjang 17 cm, dengan 2 cincin
polyuretnane lentur pada masing-masing ujungnya, insersi alat ini seperti
insersi diafgrama.
2. Women’s Choice Female Condomme = Condomme
Bentuknya seperti kondom pria, dengan ujung-dalam yang lebih tebal
yang berada pada bagian atas vagina, dan suatu cincin-luar yang menutupi
labia, condomme terbuat dari lateks, dan 30% lebih tebal daripada kondom
pria agar supaya lebih kuat, insersi Condomme dilakukan dengan suatu
aplikator plastik yang dapat dipakai ulang.
3. Kondom vagina ketiga
Yang masih dalam taraf uji-coba, berupa suatu celana-dalam lateks
dengan suatu kantong-tergulung yang “built-in” dan berada tepat pada

36
mulut vagina, Sebelum sanggama, wanita mendorong kantong tersebut
kedalam vagina. Alat ini menutupi seluruh perineum dan genitalia eksterna,
sehingga dapat memberikan perlindungan maksimal terhadap PHS.

Cara Pemakaian Kondom Wanita :

Cincin yang terbuka berada di luar vagina, sedangkan cincin tertutup berada di
bawah simfisis. Cincin-dalam dipasang tinggi di dalam vagina, dan tidak perlu
dipasang tepat menutupi serviks karena akan terdorong keatas selama sanggama
; cincin-luar menutupi labia dan dasar dari penis, keatas selama sanggama, cincin-
luar menutupi labia dan dasar dari penis.

3. Kimiawi
1) Spermisida
Spermisida adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di
dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia interna.
Dan sebagai dasar mekanis yaitu sebagai menghalangi spermatozoa dan sebagai
dasar kimiawi sebagai imobilisasi/mematikan spermatozoa.
Jenis-jenis spermisida :
1. Zat pembawa/pengangkut ( vehicle, carrier ) yang inert
a) Jelly
 Dibuat dari bahan yang larut dalam air, misalnya gelatin.
 Akan mencair pada suhu badan dan dengan cepat menyebar di
dalam vagina.
 Daya perlindungan di capai segera setelah pemberian.
b) Cream
 Dibuat dari lemak yang tidak larut dalam air, misalnya gliserin,
steara.
 Setelah di masukkan ke dalam vagina, cream tetap berada pada
tempatnya dan tidak menyebar lebih.
 Daya perlindungan di capai segera setelah pemberian.
c) Foam/Busa
 Akan mengisi vagina dengan gelembung-gelembung busa yng
mengandung spermisid-nya
d) Tablet Busa (Foam table)

37
 Dengan adanya secret vagina, tablet busa akan menghasilkan CO2
yang selanjutnya akan menyebarkan spermisid-nya.
 Memerlukan waktu 10 menit sebelum boleh bersenggama.
 Tablet busa yang terkenal : Tablet Neo Sampoo
a. Cara Kerja
1. Menyebabkan sel selaput sel sperma pecah
2. Memperlambat motilitas sperma.
3. Menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
b. Indikasi
1. Tambahan/Adjuvan pada metode barier (kondom, diafragma)
2. Tambahan/Adjuvan pada metode rhythm
3. Tambahan/Adjuvan pada IUD selama masa subur
4. Tambahan/Adjuvan pada kontrasepsi hormonal pada saat awal dari
siklus pertama atau bila lupa minum 2 tablet atau lebih
5. Sebagai metode temporer sebelum menggunakan metode sistematik atau
sebelum insersi IUD
6. Fertilitas rendah atau tersanka infertile pada wanita yang telah
dapat/bersedia menggunakan metode barrier
7. Senggama yang jarang.
c. Kontraindikasi
1. Absolut
 Kebutuhan akan suatu metode dengan efektivitas yang tinggi karena
alasan kesehatan, pribadi atau social.
 Penghentian Sexual foreplay akan menghambat/menghalangi minat
seksual.
 Ketidakmampuan penerimaan estetik pada salah satu partner.
 Alergi terhadap isi spermisid.
 Alergi local kronis, kontak dermatitis genitalia, eksema genetalia,
psoriasis dan lain – lain dermatosis genitalia.
2. Relative
 Penghentian sexual foreplay akan mengganggu senggama
 Fertilisassi tinggi
 Dispareunia

38
 Vaginismus
d. Efektivitas
Angka kegagalan : 11-31 %
e. Keuntungan
1. Aman
2. Sebagai kontrasepsi pengganti/cadangan untuk wanita dengan kontra-
indikasi pemakaian pil oral, IUD, dan lain-lain
3. Efek pelumas pada wanita yang mendekati menopause disamping efek
proteksi terhadap kemungkinan menjadi hamil
4. Tidak memerlukan supervise medik
f. Kerugian
1. Angka kegagalan relative tinggi (umumnya kegagalan di sebabkan oleh
pemakaian yang tidak konsisten)
2. Harus digunakan segera sebelum senggama, bahkan ada spermisid
vaginal yang perlu waktu 5 – 30 menit agar spermisid-nya sudah bekerja,
sehingga mengganggu senggama pasangan tersebut
3. Karena harus di letakkan dalam – dalam / tinggi di vagina, ada wanita
yang segan untuk melakukannya
4. Harus di berika berulang kali untuk senggama yang berturut-turut
5. Dapat menimbulkan iritasi atau rasa panas/terbakar pada beberapa
wanita
g. Efek Samping
1. Belum pernah di laporkan terjadinya efek samping yang serius
(spermisid telah di pakai selama > 60 tahun)
2. Yang mungkin terjadi :
 Reaksi alergi, baik pada wanita maupun pria
 Supossitoriatidak meleleh atau tidak membentuk busa di dalam
vagina
3. Yang masih menjadi kontroversi adalah kemungkinan terjadinya :
 Kelainan congenital janin (efek teratogenik)
 Perubahan air susu ibu
 Efek sistemik (masuknya spermisid ke dalam aliran darah)
h. Cara Pemakaian

39
Agar supaya mendapatkan efektifitas yang sebesar-besarnya, spermasid
harus di gunakan dengan benar pada setiap senggama.
1. Letakkan spermisidnya setinggi/ sedalam mungkin didalam vagina,
sehingga akan menutupi serviks
2. Tunggulah waktu yang di tentukan/diperlukan sebelum mulai
bersenggama, agar supaya spermisidnya telah tersebar dengan baik
didalam vagina bagian ats dan sekeliling serviks
3. Gunakan spermisid tambahan setiap kali mengulangi senggama
pada saat yang sama
4. Jangan melakukan pembilasan vagina (douching) paling sedikit 6-8
jam setelah senggama selesai.

b. Tanpa Alat
1) Metode Amenorea Laktasi (MAL)
Metode Amenorea Laktasi (MAL) adalah kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian ASI secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI
tanpa tambahan makanan atau minuman apapun lainnya.

MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :

1. Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian > 8 x sehari.


2. Belum haid.
3. Umur bayi kurang dari 6 bulan
a. Cara Kerja
Dengan menunda atau menekan terjadinya ovulasi. Pada saat menyusui,
hormon yang berperan adalah prolaktin dan oksitosin. Semakin sering
menyusui, maka kadar prolaktin dan hormon gonadotrophin melepaskan
hormon penghambat (inhibitor). Hormon penghambat akan mengurangi
kadar estrogen, sehingga tidak terjadi ovulasi.
Proses menyusui dapat menjadi metode kontrasepsi alami karena
hisapan bayi pada puting susu dan aerola akan merangsang ujung
ujung ujung saraf sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus,
hipotalamus akan menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat
sekresi prolaktin namun sebaliknya akan merangsang faktor-faktor tersebut
merangsang hipofise anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin.

40
Hormon prolaktin akan merangsang sel–sel alveoli yang berfungsi untuk
memproduksi susu.
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin, rangsangan yang berasal
dari isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise anterior yang
kemudian dikeluarkan oksitosin melalui aliran darah, hormon ini diangkut
menuju uterus yang dapat menimbulkankontraksi pada uterus sehingga
terjadilah proses involusi. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan
merangsang kontraksi dari sel akan memeras ASI yang telah terbuat keluar
dari alveoli dan masuk ke sistem duktulus yang selanjutnya mengalirkan
melalui duktus laktiferus masuk ke mulut bayi. (Anggraini, 2010, hal. 11-
12).
b. Efektivitas
Efektivitas MAL sangat tinggi sekitar 98 % apabila digunakan secara
benar dan memenuhi persyaratan seperti digunakan selama enam bulan
pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid pasca melahirkan dan
menyususi secara eksklusif (tanpa memberikan makanan atau minuman
tambahan). Efektifitas dari metode ini juga sangat tergantung pada frekuensi
dan intensitas menyusui.
Beberapa catatan dari konsensus Bellagio (1988) untuk mencapai
keefektifan 98%.
1. Ibu harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali
diberi 1-2 teguk air/minuman pada upacara adat/agama).
2. Perdarahan sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum
dianggap haid).
3. Bayi menghisap secara langsung.
4. Menyusui dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
5. Pola menyusui on demand (menyusui setiap saat bayi membutuhkan)
dan dari kedua payudara.
6. Sering menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.
7. Hindari jarak menyusui lebih dari 4 jam.
c. Manfaat Metode Amenorea Laktasi (MAL)
1. Keuntungan kontrasepsi MAL
a) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan
pascapersalinan).

41
b) Tidak mengganggu senggama.
c) Tidak ada efek samping secara sistemik.
d) Tidak perlu pengawasan medis.
e) Tidak perlu obat atau alat.
f) Tanpa biaya.
g) Dapat segera dimulai setelah melahirkan
h) Mudah digunakan
i) Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama
2. Keuntungan non kontrasepsi MAL
Untuk bayi :
a) Mendapatkan kekebalan pasif (mendapatkan antibody perlindungan
lewat ASI).
b) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal.
c) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air dan susu
formula.

Untuk ibu :

a) Mengurangi perdarahan post partum.


b) Membantu proses involusi uteri.
c) Mengurangi resiko anemia.
d) Meningkatkan hubungan psikologik ibu dan bayi.
d. Kekurangan
1. Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam
30 menit pasca persalinan.
2. Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
3. Efektifitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai dengan 6
bulan setelah melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui secara
ekskluisif.
4. Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus hepatitis B/HBV dan
HIV/AIDS.
5. Tidak menjadi pilihan bagi wanita yang tidak menyusui
6. Kesulitan dalam mempertahankan pola menyusui secara eksklusif

42
e. Pengguna Metode Amenorea Laktasi (MAL)
1. Yang dapat menggunakan MAL
a. Ibu yang menyusui secara eksklusif.
b. Bayinya berumur kurang dari 6 bulan.
c. Belum mendapat haid setelah melahirkan.

Wanita yang menggunakan MAL, harus menyusui dan memperhatikan


hal-hal dibawah ini :

a. Dilakukan segera setelah melahirkan


b. Frekuensi menyusui sering dan tanpa jadwal
c. Pemberian ASI tanpa botol atu dot
d. Tidak mengonsumsi suplemen
e. Pemberian ASI tetap dilakukan baik ketika ibu dan bayi sedang sakit
2. Yang tidak dapat mengguanakan MAL
a. Sudah mendapat haid setelah bersalin.
b. Tidak menyusui secara eksklusif.
c. Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
d. Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
e. Harus mengguanakan metode kontrasepsi tambahan
f. Mengguakan obat yang mengubah suasana hati
g. Menggunakan obat-obatan jenis ergotamine, anti metabolism,
cyclosporine, bromocriptine, obat radio aktif, lithium atau anti
koagulan
h. Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme
f. Hal Yang Harus Disampaikan Kepada Klien Pengguna Metode Amenorea
Laktasi (MAL)
Sebelum menggunakan metode amenorea laktasi (MAL), ada beberapa
hal yang harus disampaikan.
1. Seberapa sering harus menyusui.
Bayi disusui sesuai kebutuhan bayi (on demand). Biarkan bayi
menyelesaikan hisapan dari satu payudara sebelum memberikan
payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak susu akhir. Bayi
hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara berikut atau
memberikan payudara lain pada waktu menyusui

43
berikutnyasehingga kedua payudara memproduksi banyak susu.
Waktu antara 2 pengosongan payudara tidak lebih dari 4 jam.
2. Biarkan bayi menghisap sampai dia sendiri yang melepas
hisapannya.
3. Susui bayi ibu juga pada malam hari karena menyusui waktu malam
membantu pertahanan kecukupan persediaan ASI.
4. Bayi terus disusukan walau ibu/bayi sedang sakit.
5. ASI dapat disimpan dalam lemari pendingin
6. Kapan mulai memberikan makanan padat sebagai makanan
pendamping ASI. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan
baik serta kenaikan berat badan cukup, bayi tidak memerlukan
makanan selain ASI sampai dengan umur 6 bulan. (Berat Badan
naik sesuai umur, sebelum BB naik minimal 0,5kg, ngompol
sedikitnya 6 kali sehari)
7. Apabila ibu menggantikan ASI dengan minuman atau makanan lain,
bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya menyusui tidak
lagi efektif sebagai metode kontrasepsi.
8. Haid
Ketika ibu mulai dapat haid lagi, itu pertanda ibu sudah subur
kembali dan harus segera mulai menggunakan metode KB lainnya.
9. Untuk kontrasepsi dan Kesehatan
Bila menyusui tidak secara eksklusif atau berhenti menyusui
maka perlu ke klinik KB untuk membantu memilihkan atau
memberikan metode kontrasepsi lain yang sesuai. Jika suami atau
pasangan beresiko tinggi terpapar infeksi menular seksual, harus
menggunakan kondom walaupun sudah menggunakan metode KB
MAL.
10. Yang harus dilakukan bila pemberian ASI tidak ekslusif atau
berhenti menyusui.
2) Metode Kalender
a. Pengertian
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara atau metode
kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan

44
tidak melakukan senggama atau hubungan seksual pada masa subur atau
ovulasi.
b. Manfaat
Metode kalender atau pantang berkala dapat bermanfaat sebagai
kontrasepsi maupun konsepsi.
 Manfaat kontrasepsi
Sebagai alat pengendalian kelahiran atau mencegah kehamilan.
 Manfaat konsepsi
Dapat digunakan oleh para pasangan untuk mengharapkan bayi
dengan melakukan hubungan seksual saat masa subur/ovulasi
untuk meningkatkan kesempatan bisa hamil
c. Keuntungan
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan
sebagai berikut.
1) Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2) Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
3) Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam
penerapannya.
4) Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
5) Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat
menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan
kontrasepsi.
6) Tidak memerlukan biaya.
7) Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
d. Keterbatasan
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang
berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain.
1) Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
2) Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
3) Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual
setiap saat.
4) Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
5) Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.

45
6) Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
7) Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
e. Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan
benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri
harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita
tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam
kali siklus menstruasi. Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila
digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan
penelitian dr. Johnson dan kawankawan di Sidney, metode kalender akan
efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal.
Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita
per tahun.
f. Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif.
1) Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup
sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan
selama 3 hari).
2) Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan
ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini
menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah
ovulasi menjadi tidak tepat.
3) Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus
menstruasi sendiri.
4) Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi
dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang
menyertainya.
5) Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari
berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan
penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
g. Penerapan
Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada
tiga tahapan :

46
1) Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum
ovulasi).
2) Fertility phase (masa subur).
3) Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah
ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya
normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus
menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian
hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.
 Bila haid teratur (28 hari) Hari pertama dalam siklus haid
dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12
hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh: Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9
Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari
ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada
tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret
hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan
masa pantang untuk melakukan senggama. Apabila ingin
melakukan hubungan seksual harus menggunakan kontrasepsi.
 Bila haid tidak teratur Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus
haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa
subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11.
Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
- Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
- Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh : Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus
terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 30 hari (mulai hari
pertama haid sampai haid berikutnya). Langkah 1: 25 – 18 = 7
Langkah 2: 30 – 11 = 19 Jadi masa suburnya adalah mulai hari
ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini, suami istri tidak
boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama
harus menggunakan kontrasepsi.

47
3) Metode Suhu Basal
Suhu tubuh basal adalah suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama
istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Pengukuran suhu basal
dilakukan pada pagi hari segera setelah bangun tidur dan sebelum melakukan
aktivitas lainnya.
Tujuan pencatatan suhu basal untuk mengetahui kapan terjadinya masa
subur/ovulasi. Suhu basal tubuh diukur dengan alat yang berupa termometer
basal. Termometer basal ini dapat digunakan secara oral, per vagina, atau
melalui dubur dan ditempatkan pada lokasi serta waktu yang sama selama 5
menit.
Suhu normal tubuh sekitar 35,5-36 derajat Celcius. Pada waktu ovulasi,
suhu akan turun terlebih dahulu dan naik menjadi 37-38 derajat kemudian
tidak akan kembali pada suhu 35 derajat Celcius. Pada saat itulah terjadi masa
subur/ovulasi. Kondisi kenaikan suhu tubuh ini akan terjadi sekitar 3- 4 hari,
kemudian akan turun kembali sekitar 2 derajat dan akhirnya kembali pada
suhu tubuh normal sebelum menstruasi. Hal ini terjadi karena produksi
progesteron menurun.
Apabila grafik (hasil catatan suhu tubuh) tidak terjadi kenaikan suhu
tubuh, kemungkinan tidak terjadi masa subur/ovulasi sehingga tidak terjadi
kenaikan suhu tubuh. Hal ini terjadi dikarenakan tidak adanya korpus luteum
yang memproduksi progesteron. Begitu sebaliknya, jika terjadi kenaikan
suhu tubuh dan terus berlangsung setelah masa subur/ovulasi kemungkinan
terjadi kehamilan. Karena, bila sel telur/ovum berhasil dibuahi, maka korpus
luteum akan terus memproduksi hormon progesteron. Akibatnya suhu tubuh
tetap tinggi.
a. Manfaat
Metode suhu basal tubuh dapat bermanfaat sebagai konsepsi maupun
kontrasepsi.
 Manfaat konsepsi
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang
menginginkan kehamilan.
 Manfaat kontrasepsi

48
Metode suhu basal tubuh berguna bagi pasangan yang
menghindari atau mencegah kehamilan.
b. Efektifitas
Metode suhu basal tubuh akan efektif bila dilakukan dengan benar
dan konsisten. Suhu tubuh basal dipantau dan dicatat selama beberapa
bulan berturut-turut dan dianggap akurat bila terdeteksi pada saat
ovulasi. Tingkat keefektian metode suhu tubuh basal sekitar 80 persen
atau 20-30 kehamilan per 100 wanita per tahun. Secara teoritis angka
kegagalannya adalah 15 kehamilan per 100 wanita per tahun. Metode
suhu basal tubuh akan jauh lebih efektif apabila dikombinasikan dengan
metode kontrasepsi lain seperti kondom, spermisida, ataupun metode
kalender (calender method or periodic abstinence).
c. Faktor yang Mempengaruhi Keandalan Metode Suhu Basal Tubuh
Adapun faktor yang mempengaruhi keandalan metode suhu basal
tubuh antara lain :
1) Penyakit
2) Gangguan tidur
3) Merokok dan atau minum alkohol
4) Penggunaan obat-obatan ataupun narkoba
5) Stres
6) Penggunaan selimut elektrik
d. Keuntungan
Keuntungan dari penggunaan metode suhu basal tubuh antara lain :
1) Meningkatkan pengetahuan dan kesadaran pada pasangan suami
istri tentang masa subur/ovulasi.
2) Membantu wanita yang mengalami siklus haid tidak teratur
untuk mendeteksi masa subur/ovulasi.
3) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi ataupun meningkatkan
kesempatan untuk hamil.
4) Membantu menunjukkan perubahan tubuh lain pada saat
mengalami masa subur/ovulasi seperti perubahan lendir serviks.
5) Metode suhu basal tubuh yang mengendalikan adalah wanita itu
sendiri.
e. Keterbatasan

49
Sebagai metode KBA, suhu basal tubuh memiliki keterbatasan
sebagai berikut.
1) Membutuhkan motivasi dari pasangan suami istri.
2) Memerlukan konseling dan KIE dari tenaga medis.
3) Suhu tubuh basal dapat dipengaruhi oleh penyakit, gangguan
tidur, merokok, alkohol, stres, penggunaan narkoba maupun
selimut elektrik.
4) Pengukuran suhu tubuh harus dilakukan pada waktu yang sama.
5) Tidak mendeteksi awal masa subur.
6) Membutuhkan masa pantang yang lama.
f. Petunjuk Bagi Pengguna Metode Suhu Basal Tubuh
Aturan perubahan suhu/temperatur sebagai berikut.
1) Suhu diukur pada waktu yang hampir sama setiap pagi (sebelum
bangun dari tempat tidur).
2) Catat suhu ibu pada kartu yang telah tersedia.
3) Gunakan catatan suhu pada kartu tersebut untuk 10 hari pertama
dari siklus haid untuk menentukan suhu tertinggi dari suhu yang
“normal dan rendah” dalam pola tertentu tanpa kondisi-kondisi
di luar normal atau biasanya.
4) Abaikan setiap suhu tinggi yang disebabkan oleh demam atau
gangguan lain.
5) Tarik garis pada 0,05 derajat celcius – 0,1 derajat celcius di atas
suhu tertinggi dari suhu 10 hari tersebut. Garis ini disebut garis
pelindung (cover line) atau garis suhu.
6) Periode tak subur mulai pada sore hari setelah hari ketiga
berturut-turut suhu tubuh berada di atas garis pelindung/suhu
basal.
7) Hari pantang senggama dilakukan sejak hari pertama haid hingga
sore ketiga kenaikan secara berurutan suhu basal tubuh (setelah
masuk periode masa tidak subur).
8) Masa pantang untuk senggama pada metode suhu basal tubuh
lebih panjang dari metode ovulasi billings.
9) Perhatikan kondisi lendir subur dan tak subur yang dapat diamati.
g. Catatan

50
1) Jika salah satu dari 3 suhu berada di bawah garis pelindung (cover
line) selama perhitungan 3 hari. Kemungkinan tanda ovulasi belum
terjadi. Untuk menghindari kehamilan tunggu sampai 3 hari
berturut-turut suhu tercatat di atas garis pelindung sebelum memulai
senggama.
2) Bila periode tak subur telah terlewati maka boleh tidak meneruskan
pengukuran suhu tubuh dan melakukan senggama hingga akhir
siklus haid kemudian kembali mencatat grafik suhu basal siklus
berikutnya.
4) Metode Lendir Serviks
Metode mukosa serviks atau metode ovulasi merupakan metode
keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari
siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada
vulva menjelang hari-hari ovulasi.
a. Esensi Metode Mukosa Serviks
Lendir/mukosa seviks adalah lendir yang dihasilkan oleh aktivitas
biosintesis sel sekretori serviks dan mengandung tiga komponen penting.
 Molekul lender.
 Air.
 Senyawa kimia dan biokimia (natrium klorida, rantai protein,
enzim, dll).
Lendir/mukosa serviks ini tidak hanya dihasilkan oleh sel leher rahim
tetapi juga oleh sel-sel vagina. Dalam vagina, terdapat sel intermediet
yang mampu berperan terhadap adanya lendir pada masa subur/ovulasi.
Ovulasi adalah pelepasan sel telur/ovum yang matang dari
ovarium/indung telur. Pada saat menjelang ovulasi, lendir leher rahim
akan mengalir dari vagina bila wanita sedang berdiri atau berjalan.
Ovulasi hanya terjadi pada satu hari di setiap siklus dan sel telur akan
hidup 12-24 jam, kecuali dibuahi sel sperma. Oleh karena itu, lendir pada
masa subur berperan menjaga kelangsungan hidup sperma selama 3-5
hari. Pengamatan lendir serviks dapat dilakukan dengan :
 Merasakan perubahan rasa pada vulva sepanjang hari.
 Melihat langsung lendir pada waktu tertentu.

51
Pada malam harinya, hasil pengamatan ini harus dicatat. Catatan ini
akan menunjukkan pola kesuburan dan pola ketidaksuburan.
Pola Subur adalah pola yang terus berubah, sedangkan Pola Dasar
Tidak Subur adalah pola yang sama sekali tidak berubah. Kedua pola ini
mengikuti hormon yang mengontrol kelangsungan hidup sperma dan
konsepsi/pembuahan. Dengan demikian, akan memberikan informasi
yang bisa diandalkan untuk mendapatkan atau menunda kehamilan.
b. Manfaat
Metode mukosa serviks bermanfaat untuk mencegah kehamilan yaitu
dengan berpantang senggama pada masa subur. Selain itu, metode ini
juga bermanfaat bagi wanita yang menginginkan kehamilan.
c. Efektifitas
Keberhasilan metode ovulasi billings ini tergantung pada instruksi
yang tepat, pemahaman yang benar, keakuratan dalam pengamatan, dan
pencatatan lendir serviks, serta motivasi dan kerjasama dari pasangan
dalam mengaplikasikannya.
Angka kegagalan dari metode mukosa serviks sekitar 3-4 perempuan
per 100 perempuan per tahun. Teori lain juga mengatakan, apabila
petunjuk metode mukosa serviks atau ovulasi billings ini digunakan
dengan benar maka keberhasilan dalam mencegah kehamilan 99 persen.
d. Kelebihan
Metode mukosa serviks ini memiliki kelebihan, antara lain :
1) Mudah digunakan.
2) Tidak memerlukan biaya.
3) Metode mukosa serviks merupakan metode keluarga berencana
alami lain yang mengamati tanda-tanda kesuburan.
e. Keterbatasan
Sebagai metode keluarga berencana alami, metode mukosa serviks ini
memiliki keterbatasan. Keterbatasan tersebut antara lain :
1) Tidak efektif bila digunakan sendiri, sebaiknya dikombinasikan
dengan metode kontrasepsi lain (misal metode simptothermal).
2) Tidak cocok untuk wanita yang tidak menyukai menyentuh alat
kelaminnya.

52
3) Wanita yang memiliki infeksi saluran reproduksi dapat
mengaburkan tanda-tanda kesuburan.
4) Wanita yang menghasilkan sedikit lendir.
f. Hal yang Mempengaruhi Pola Lendir Serviks
Pola lendir serviks pada wanita dapat dipengaruhi hal-hal berikut.
1) Menyusui.
2) Operasi serviks dengan cryotherapy atau electrocautery.
3) Penggunaan produk kesehatan wanita yang dimasukkan dalam
alat reproduksi.
4) Perimenopause.
5) Penggunaan kontrasepsi hormonal termasuk kontrasepsi darurat.
6) Spermisida.
7) Infeksi penyakit menular seksual.
8) Terkena vaginitis.
g. Instruksi kepada Pengguna/Klien
Petunjuk bagi pengguna metode ovulasi adalah sebagai berikut.
1) Cara mengenali masa subur dengan memantau lendir serviks
yang keluar dari vagina. Pengamatan dilakukan sepanjang hari
dan dicatat pada malam harinya.
2) Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu di luar vagina dan
perhatikan perubahan perasaan kering-basah. Tidak dianjurkan
untuk periksa ke dalam vagina.
3) Pengguna metode ovulasi harus mengenali pola kesuburan dan
pola dasar ketidaksuburan.
4) Pasangan dianjurkan tidak melakukan hubungan seksual paling
tidak selama satu siklus. Hal ini bertujuan untuk mengetahui jenis
lendir normal atau pola kesuburan maupun pola dasar tidak
subur.
5) Selama hari-hari kering (tidak ada lendir) setelah menstruasi,
senggama tergolong aman pada dua hari setelah menstruasi.
6) Lendir basah, jernih, licin dan elastis menunjukkan masa subur
(pantang bersenggama). Lendir kental, keruh, kekuningan dan
lengket menunjukkan masa tidak subur.

53
7) Berikan tanda (x) pada hari terakhir adanya lendir bening, licin
dan elastis. Ini merupakan hari puncak dalam periode subur (fase
paling subur).
8) Pantang senggama dilanjutkan hingga tiga hari setelah puncak
subur. Hal ini untuk menghindari terjadinya pembuahan.
(9)Periode tak subur dimulai pada hari kering lendir, empat hari
setelah puncak hari subur sehingga senggama dapat dilakukan
hingga datang haid berikutnya.
h. Contoh Kode yang Dipakai untuk Mencatat Kesuburan
Pakai tanda * atau merah untuk menandakan perdarahan (haid). Pakai
huruf K atau hijau untuk menandakan perasaan kering. Gambar suatu
tanda L dalam lingkaran atau biarkan kosong untuk memperlihatkan
lendir subur yang basah, jernih, licin dan mulur. Pakai huruf L atau
warna kuning untuk memperlihatkan lendir tak subur yang kental, putih,
keruh dan lengket.
5) Metode Sim To Termal
a. Pengertian Sim To Termal
Metode simptothermal merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus menstruasi
wanita. Metode simptothermal mengkombinasikan metode suhu basal
tubuh dan mukosa serviks. Tetapi ada teori lain yang menyatakan bahwa
metode ini mengamati tiga indikator kesuburan yaitu perubahan suhu
basal tubuh, perubahan mukosa/lendir serviks, dan perhitungan masa
subur melalui metode kalender.
b. Manfaat
Metode simptothermal memiliki manfaat sebagai alat kontrasepsi
maupun konsepsi.
1) Manfaat sebagai kontrasepsi : menghindari kehamilan dengan
tidak melakukan hubungan seksual ketika berpotensi subur
(pantang saat masa subur).
2) Manfaat sebagai konsepsi : digunakan sebagai konsepsi atau
menginginkan kehamilan dengan melakukan hubungan seksual
ketika berpotensi subur.
c. Efektifitas

54
Angka kegagalan dari penggunaan metode simptothermal adalah 10-
20 wanita akan hamil dari 100 pasangan setiap tahunnya. Hal ini
disebabkan kesalahan dalam belajar, saran atau tidak ada kerjasama
pasangan. Namun, studi lain juga menyatakan angka kegagalan dari
metode simptothermal mempunyai angka kegagalan hanya 3 persen
apabila di bawah pengawasan yang ketat.
d. Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Menjadi Efektif
Metode simptothermal akan menjadi efektif apabila :
1) Pencatatan dilakukan secara konsisten dan akurat.
2) Tidak menggunakan kontrasepsi hormonal, karena dapat
mengubah siklus menstruasi dan pola kesuburan.
3) Penggunaan metode barier dianjurkan untuk mencegah
kehamilan.
4) Kerja sama dengan pasangan perlu karena ia harus bersedia
membantu untuk menghindari kehamilan baik dengan tidak
melakukan hubungan seksual atau menggunakan beberapa
metode penghalang selama hari-hari paling subur.
e. Hal yang Mempengaruhi Metode Simptothermal Tidak Efektif
Metode simptothermal dipengaruhi oleh beberapa hal, antara lain :
1) Wanita yang mempunyai bayi, sehingga harus bangun pada
malam hari.
2) Wanita yang mempunyai penyakit.
3) Pasca perjalanan.
4) Konsumsi alkohol.
f. Pola Grafik Kesuburan pada Metode Simptothermal
Pola grafik kesuburan tidak sesuai digunakan wanita pada kasus
sebagai berikut.
1) Wanita yang memiliki pasangan seksual lebih dari satu.
2) Tidak ada komitmen antara pasangan suami istri untuk
menggunakan metode simptothermal.
3) Wanita yang tidak dapat mengamati hari suburnya karena sifat
wanita itu sendiri atau alasan lain.

55
4) Wanita yang ragu apakah dia mampu tidak melakukan hubungan
seksual tanpa alat kontrasepsi barier minimal 10 hari setiap bulan
atau menerapkan metode kontrasepsi lain di hari tidak amannya.
5) Wanita yang mempunyai resiko kesehatan/medis tertentu yang
membahayakan jika dia hamil.
6) Wanita yang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat
mempengaruhi suhu basal tubuh, keteraturan menstruasi maupun
produksi lendir serviks.
g. Keuntungan
Metode simptothermal mempunyai keuntungan.
1) Tidak ada efek fisik seperti obat-obatan, alat, bahan kimia, atau
operasi yang dibutuhkan.
2) Aman.
3) Ekonomis.
4) Meningkatkan hubungan kerjasama antarpasangan.
5) Dapat langsung dihentikan apabila pasangan menginginkan
kehamilan.
6) Tidak memerlukan tindak lanjut atau alat kontrasepsi lain setelah
belajar metode simptothermal dengan benar.
h. Keterbatasan
Metode simptothermal mempunyai keterbatasan.
1) Tidak cocok digunakan oleh wanita yang mempunyai bayi,
berpenyakit, pasca perjalanan maupun konsumsi alkohol.
2) Metode simptothermal kurang efektif karena pengguna harus
mengamati dan mencatat suhu basal tubuh maupun perubahan
lendir serviks.
3) Metode simptothermal memerlukan kerjasama antara pasangan
suami istri.
4) Pengguna harus mendapatkan pelatihan atau instruksi yang
benar.
i. Petunjuk bagi Pengguna Metode Simptothermal
Pengguna/klien metode simptothermal harus mendapat instruksi atau
petunjuk tentang metode lendir serviks, metode suhu basal tubuh,
maupun metode kalender. Hal ini bertujuan agar pengguna dapat

56
menentukan masa subur dengan mengamati perubahan suhu basal tubuh
maupun lendir serviks.
Klien dapat melakukan hubungan seksual hingga dua hari berikutnya
setelah haid berhenti (periode tidak subur sebelum ovulasi). Ovulasi
terjadi setelah periode tidak subur awal yang ditandai dengan mulai
keluarnya lendir dan rasa basah pada vagina sama dengan metode lendir
serviks. Lakukan pantang senggama karena ini menandakan periode
subur sedang berlangsung. Pantang senggama dilakukan mulai ada
kenaikan suhu basal 3 hari berurutan dan hari puncak lender subur.
Apabila dua gejala ini tidak menentukan periode tidak subur awal,
periode subur, periode tak subur akhir maka ikuti perhitungan periode
subur yang terpanjang dimana masa pantang senggama harus dilakukan.
6) Coitus Interuptus
a. Pengertian
Coitus interuptus atau senggama terputus adalah metode keluarga
berencana tradisional/alamiah, dimana pria mengeluarkan alat
kelaminnya (penis) dari vagina sebelum mencapai ejakulasi.
b. Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma
tidak masuk ke dalam vagina, maka tidak ada pertemuan antara sperma
dan ovum sehingga kehamilan dapat dicegah. Ejakulasi di luar vagina
untuk mengurangi kemungkinan air mani mencapai rahim.
c. Efektifitas
Metode coitus interuptus akan efektif apabila dilakukan dengan benar
dan konsisten. Angka kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan per
tahun. Pasangan yang mempunyai pengendalian diri yang besar,
pengalaman, dan kepercayaan dapat menggunakan metode ini menjadi
lebih efektif.
d. Manfaat
Coitus interuptus memberikan manfaat baik secara kontrasepsi
maupun non kontrasepsi, meliputi :
 Manfaat kontrasepsi
1) Alamiah.
2) Efektif bila dilakukan dengan benar.
57
3) Tidak mengganggu produksi ASI.
4) Tidak ada efek samping.
5) Tidak membutuhkan biaya.
6) Tidak memerlukan persiapan khusus.
7) Dapat dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
8) Dapat digunakan setiap waktu.
 Manfaat non kontrasepsi
1) Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan
kesehatan reproduksi.
2) Menanamkan sifat saling pengertian.
3) Tanggung jawab bersama dalam ber-KB.
e. Keterbatasan
Metode coitus interuptus ini mempunyai keterbatasan.
1) Sangat tergantung dari pihak pria dalam mengontrol ejakulasi
dan tumpahan sperma selama senggama.
2) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual (orgasme).
3) Sulit mengontrol tumpahan sperma selama penetrasi, sesaat, dan
setelah interupsi coitus.
4) Tidak melindungi dari penyakit menular seksual.
5) Kurang efektif untuk mencegah kehamilan.
f. Cara Coitus Interuptus
1) Sebelum melakukan hubungan seksual, pasangan harus saling
membangun kerjasama dan pengertian terlebih dahulu.
Keduanya harus mendiskusikan dan sepakat untuk menggunakan
metode senggama terputus.
2) Sebelum melakukan hubungan seksual, suami harus
mengosongkan kandung kemih dan membersihkan ujung penis
untuk menghilangkan sperma dari ejakulasi sebelumnya.
3) Apabila merasa akan ejakulasi, suami segera mengeluarkan
penisnya dari vagina pasangannya dan mengeluarkan sperma di
luar vagina.
4) Pastikan tidak ada tumpahan sperma selama senggama.
5) Pastikan suami tidak terlambat melaksanakannya.

58
DAFTAR PUSTAKA

Andriani, S. (2021). Manajemen Asuhan Kebidanan pada Wanita Fase Pra Konsepsi dengan
KEK (Kekerangan Energi Kronik)(Literatur Review) (Doctoral dissertation,
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar).

Kastowo, D., Huda, A. S., Saputra, A., & Setyowati, E. (2021). Skrining pranikah untuk
pencegahan thalassemia mayor yang efektif dan efisien. JNANALOKA, 45-52.

Purwati, A. N., & Purwati, P. (2019). KESEHATAN REPRODUKSI UNTUK


PRAKONSEPSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN PUTRI MUHAMMADIYAH
PURWOKERTO. Proceeding of The URECOL, 639-643.

Priyanti, S., & Syalfina, A. D. (2017). Buku ajar kesehatan reproduksi dan keluarga berencana.
E-Book Penerbit STIKes Majapahit.

Yulivantina, E. V., Mufdlilah, M., & Kurniawati, H. F. (2021). Pelaksanaan Skrining


Prakonsepsi pada Calon Pengantin Perempuan. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 8(1), 47-
53.

59

Anda mungkin juga menyukai