Anda di halaman 1dari 9

PENGANTAR MANAJEMEN & ADMINISTRASI PENGADILAN AGAMA

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
“Manajemen & Administrasi Pengadilan Agama”

Dosen Pengampu:
Khaidarullah, M.H.I

Disusun oleh:
Kelompok 1/ Kelas SA.A
Suqia Layyina Wahida 101180212
Winda Kholifatunnisa 101180227

JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PONOROGO
2021

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia adalah penduduknya yang mayoritas beragama Islam sehingga Negara pun
membentuk lembaga khusus yaitu lembaga pengadilan agama yang khususmenaungi masalah
perdata umat Islam, mengingat bahwasanya beratnya tugas dan fungsi peradilan Agama maka
perlu adanya manajemen dan administrasi peradilan Agama agar proses peradilan Agama
berjalan dengan baik. Manajemen adalah suatu proses dimana seseorang dapat mengatur
segala sesuatu baik yang dikerjakan secara indiidu maupun kelompok dan dilakukan guna
mencapai target dari individu/ kelompok dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
Sedangkan administrasi adalah proses kerjasama antara dua orang lebih dalam mencapai
tujuan dengan memanfaatkan saranap prasarana tertentu secara berdaya guna dan berhasil
guna.
Dalam peradilan Agama manajemen administrasi sangat diperlukan mengingat
pengadilan Agama adalah sebuah lembaga jalur hukum dimana membutuhkan proses yang
maksimal untuk menanggani kasusnya dan agar berjalan dengan baik dan terstruktur. Tanpa
adanya manajemen dan administrasi di peradilan Agama maka lembaga tersebut akan kurang
maksimal dalam bekerja menanggani masalah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian manajemen Pengadilan Agama?
2. Apa fungsi dan tujuan manajemen Pengadilan Agama?
3. Apa saja prinsip manajemen Pengadilan Agama?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui pengertian manajemen Pengadilan Agama.
2. Mengetahui fungsi dan tujuan manajemen Pengadilan Agama.
3. Mengetahui prinsip manajemen Pengadilan Agama.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen Pengadilan Agama


Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan suatu
organisasi dengan cara bekerja dalam team. Manajemen juga diartikan sebagai seni untuk
mengatur sesuatu, baik orang ataupun pekerjaan. Pada penerapannya manajemen memiliki
subyek dan obyek. Di mana Subyek adalah orang yang mengatur sedangkan obyek adalah
yang diatur.
Disini ada beberapa pengertian manajemen yang diungkap pula oleh para ahli,
diantaranya:
1. Menurut Mary Parker F, “Manajemen adalah suatu seni, tiap-tiap pekerjaan bisa
diselesaikan dengan orang lain.”
2. Menurut George R. Terry bahwa, “Manajemen ialah wadah didalam ilmu pengetahuan,
sehingga manajemen bisa dibuktikan secara umum kebenarannya.”
3. Menurut Stoner bahwa “Manajemen merupakan proses dalam membuat suatu
perencanaan, pengorganisisasian, pengendalian serta memimpin berbagai usaha dari
anggota entitas/organisasi dan juga mempergunakan semua sumber daya yang dimiliki
untuk mencapai tujuan yang ditetapkan”.
4. Menurut Manullang, bahwa “Manajemen merupakan seni dan ilmu pencatatan,
pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, pengawasan terhadap sumber daya manusia
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.”
5. Menurut James A.F Stoner, bahwa “Manajemen merupakan proses perencanaan,
pengorganisasian, dan penggunaan sumber daya organisasi yang lain dalam rangka
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.”1

Berdasarkan diuraikan diatas bahwa inti dari manajemen ialah mengatur orang lain
supaya tujuan yang telah ditentukan bisa tercapai dengan lebih cepat dan efisien. Jika tidak
ada manajemen yang baik maka tentu sangat sulit agar bias mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Karena itulah dalam ilmu manajemen, hal-hal yang perlu diatur (obyek)
manajemen itu seperti sumber daya manusianya, waktu, tenaga, alat, dan semua hal yang bisa
membantu pencapaian tujuan. Sedangkan pengertian pengadilan agama sendiri adalah salah

1
Muhammad Qustulani, Manajemen KUA dan Peradilan Agama. (Tangerang: PSP Nusantara Press, 2018), 4.

3
satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan yang beragama islam
mengenai perkara tertentu.2

Ketika kita membicarakan tentang manajemen peradilan agama, maka kita tidak bisa
terlepas dari penjelasan administrasi sendiri. Pengertian administrasi sendiri dalam arti sempit
merupakan penyusunan dan pencatatan data informasi secara sistematis dengan maksud untuk
menyediakan keterangan serta memudahkan memperolehnya kembali secara keseluruhan.
Sedangkan dalam arti luas pengertian administrasi menurut The Liang Gie adalah segenap
rangkaian kegiatan penataan terhadap pekerjaan pokok yang dilakukan oleh sekelompok
orang dalam kerjasama mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut John M. Pfiffner
administrasi dapat diartikan sebagai mengorganisasi dan menggerakkan sumber daya manusia
dan materiil untuk mencapai tujuan yang diharapkan.3

Dalam Undang-undang No 7 tahun 1989, sebagaimana telah dirubah dua kali dengan
undang-undang No 50 tahun 2009 tentang Peradilan Agama menyatakan bahwa mengingat
luas lingkup, tugas dan berat beban pekerjaan yang harus dilaksanakan pengadilan,
penyelenggaraan administrasi pengadilan dibedakan menurut jenisnya dan dipisahkan
penanganannya. Menurut jenisnya administrasi pengadilan dibedakan menjadi dua yakni
administrasi umum dan administrasi perkara/administrasi kepaniteraan, sedangkanmenurut
penanganannya dilakukan oleh sekretaris dan panitera.

B. Fungsi dan Tujuan Manajemen Pengadilan Agama


1. Fungsi Manajemen Pengadilan Agama
Adapun fungsi manajemen sebagai berikut:
a. Planning (Perencanaan): proses ini untuk menentukan tujuan dari
perusahaan/organisasi dalam bentuk visi dan misi baik jangka panjang dan jangka
pendek. Selain itu, strategi-strategi yang harus ditempuh juga sudah harus ditentukan
dari awal. Supaya, dalam pelaksanaannya akan mudah untuk mencapai tujuan
perusahaan.
b. Organizing (Mengorganisasi): Fungsi ini berguna untuk mengorganisasi/mengatur
orang-orang yang ada dalam organisasi/perusahaan tersebut. Supaya, mereka dapat
menjalankan peran dan fungsinya masing-masing dengan maksimal. Istilah kerennya
adalah the right man at the right place.

2
Undang-Undang No. 3 Tahun 2006.
3
Ulbert Silalahi, Studi tenteng Ilmu administrasi, (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 1989), 9-10.

4
c. Staffing (Penempatan): Tidak jauh berbeda dengan organizing, staffing ini lebih luas.
Kalau organizing lebih ke memanajemen sumber daya manusia sedangkan staffing
lebih ke sumber daya secara umum.
d. Coordinating (Mengkoordinasi): Coordinating ialah fungsi yang bertujuan untuk
meningkatkan efisensi dan efektifitas kinerja, membuat suasana dalam lingkungan
kerja menjadi dinamis, sehat, nyaman, dll. Fungsi ini diemban ditangan manajer, jadi
manajer memiliki fungsi utama untuk mengkoordinasi bawahannya supaya dapat
meningkatkan performa kerja masing-masing.
e. Controlling (Mengontrol): Controlling adalah fungsi terakhir manajemen, setelah
semuanya dilakukan maka langkah terakhir adalah mengontrolnya. Dalam fungsi ini
terdapat elemen- elemen penting, misalkan evaluasi dan pembuatan kebijakan baru.4

2. Tujuan Manajemen Pengadilan Agama


Setiap manajemen tentu ada tujuannya, tentunya untuk mencapai target yang ditentukan,
untuk lebih jelasnya berikut terdapat tujuan-tujuan diperlukannya manajemen yang baik:
a. Bisa menemukan strategi yang efektif dan efesien untuk mencapai tujuan yang
diperlukan.
b. Melakukan evaluasi kerja, dan mengkaji ulang akan situasi yang terjadi yang
bertujuan untuk melakukan penyesuaian strategi jika terjadi hal-halyang diluar
strategi.
c. Mengatur dan menjaga kesehatan emosi (personal), keuangan, dan semua sektor
perusahaan supaya perusahaan bisa mencapai profit yang maksimal.
d. Mengevaluasi dan meninjau kembali kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang maupun ancaman yang ada.

C. Prinsip Manajemen Pengadilan Agama


Setelah mengetahui definisi manajemen, maka yang perlu kita ketahui selanjutnya
adalah prinsip-prinsip dan manajemen Pengadilan Agama, Berikut ini adalah prinsip-prinsip
manajemen yang perlu diketahui:
1. Disiplin (Discipline): yaitu disiplin harus ditegakkan dalam suatu organisasi, namun setiap
organsasi memiliki cara yang berbeda dalam menegakkan kedisiplinan. Kedisiplinan
menjadi dasar keberhasilan suatu organisasi dalam menegakkan kedisiplinannya.
4
Muhammad Qustulani, Manajemen KUA dan Peradilan Agama. 7-9.

5
2. Wewenang dan tanggung jawab (Authorty and Resposibility ): yaitu para atasan memiliki
wewenang dalam memerintahkan bawahan dalam melakukan sesuatu.

3. Kesatuan pengarahan (Unity of Direction): karyawan yang harus bekerja dalam suatu
organisasi harus memiliki tujua yang sama dan bekerja pada rencana yang sama

4. Kesatuan perintah (Unity of Command): berdasarkan prinsip kesatuam perintah yang


dimana bawahan seharusnya hanya menerima perintah dari seorang atasan saja dan hanya
berfokus pada satu atasa saja, jika banyak atasan maka bawahan akan sulit menerima
mana yang prioritasnya.

5. Pengajuan yang adil (Renumeration): salah satu factor yang mempengaruhi kepuasan kerja
adalah gaji yang didasarkan pada beban pekerjaannya, hal ini dapat berupa financial
maupun non finasial.

6. Lebih mementingkan kepentingan umum/ organisasi daripada kepentingan pribadi:


kepentingan organisasi atau lembaga harus didahulukan dari kepentingan individu
bawahan termasuk kepentingan individu atasan.

7. Hirarki (Hierarchy)

8. Pemusatan (Centralisation): seorang pemimpin/ atasan harus mengadopsi prinsip


sentralisasi yang seimbang (bukan sentralisasi penuh atau desentralisasi penuh)hal ini
karena sentralisasi penuh akan mengurangi peranan bawahan dalam suatu lembaga atau
organisasi dan desentralisasi penuh akan menimbulkan kesimpangsiuran dalam
pengambilan putusan, wewenang harusnya sebanding dengan tanggung jawab yang
diberikan.

9. Keadilan (Equity): atasan bertindak seara adil terhadap bawahan. Peraturan dan perjanjian
yang telah diterapkan harus dilakukan secara adil sehingga moral bisa terjaga dengan baik.

10. Tata tertib (order): tata tertib memiliki peranan penting dalam bekerja karena pada
dasarnya orang tidak akan mampu bekerja dengan baik jika dalam kondisi kacau dan
tegang selain itu dapat meningkatkan efisiensi dalam bekerja

11. Inisiatif (inisiative): bawahan harus diberi kebebasan untuk berinisiatif dalam membuat
dan menjalankan perencanaan, tentunya harus dengan batasan wewenag dan tanggung
jawab yang diberikan.

6
12. Stabilitas kondisi karyawan: mempertahankan karyawan yang produktif merupakan
prioritas yang paling penting dalam manajemen, manager harus menciptakan karyawan
yang logalitas terhadap organisasi atau lembaga.

13. Semangat untuk bersatu: dalam hal ini atasan harus meningkatkan semangat kesatuan
dalam kesatuan tim.

14. Pembagian kerja ( Division of work)5: pembagian kerja harus dibagi menjadi unsure-
unsure kecil atau di spesialisasi sehingga output karyawan dan efektivitas akan meningkat
seiring dengan peningkatan kemampuan dan keahlian pada tugas yang diembannya.

Manajemen Pengadilan Agama dan pola Bindalmin6, telah dijelaskan didalam


Undang-undang No. 7/1089 tentang peradilan agama sebagaimana telah disinggung di bagian
pendahuluan, bahwa mengingat luasnya lingkup, tugas dan beban yang berat terhdap
pekerjaan di pengadilan , sehingga penyelenggaraan administrasi terbagi menurut jenisnya dan
dipisahkan berdasarkan penanggannya. Administrasi pengadilan dibedakan menjadi dua, yaitu
administrasi umum dan administrasi perkara/kepaniteraan, sedangkan menurut penangganya
dilakukan oleh sekretaris dan panitera.

5
Ibid, 22.
6
Wildan Suyuthi Mustafa, Manajemen Peradilan Agama, (Ketua Pengadilan Tinggi Agama Jakarta Pusat), 3.
http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24961/1/UUF%20ROUF-FSH.pdf, Diakses pada 25 Januari
2021 pukul 15:39.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Manajemen adalah sebuah proses yang dilakukan untuk mencapai sebuah tujuan suatu
organisasi dengan cara bekerja dalam team. Manajemen juga diartikan sebagai seni untuk
mengatur sesuatu, baik orang ataupun pekerjaan. Pada penerapannya manajemen memiliki
subyek dan obyek. Di mana Subyek adalah orang yang mengatur sedangkan obyek adalah
yang diatur.
2. Fungsi Manajemen Pengadilan agama:
a. Planning (Perencanaan)
b. Organizing (Mengorganisasi)
c. Staffing (Penempatan)
d. Coordinating (Mengkoordinasi)
e. Controlling (Mengontrol)
3. Tujuan Manajemen Pengadilan Agama:
a. Bisa menemukan strategi yang efektif dan efesien untuk mencapai tujuan yang
diperlukan.
b. Melakukan evaluasi kerja, dan mengkaji ulang akan situasi yang terjadi yang
bertujuan untuk melakukan penyesuaian strategi jika terjadi hal-halyang diluar
strategi.
c. Mengatur dan menjaga kesehatan emosi (personal), keuangan, dan semua sektor
perusahaan supaya perusahaan bisa mencapai profit yang maksimal.
d. Mengevaluasi dan meninjau kembali kekuatan (strength), kelemahan (weakness),
peluang maupun ancaman yang ada.

D. Saran
Dengan uraian singkat diatas semoga dapat menambah ilmu kita. Mari kita perbanyak
dalam membaca buku agar pengetahuan kita semakin luas. Terimakasih.

8
DAFTAR PUSTAKA

Mustafa, Wildan Suyuthi. Manajemen Peradilan Agama, (Ketua Pengadilan Tinggi Agama
Jakarta Pusat), http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/24961/1/
UUF%20ROUF-FSH.pdf, Diakses pada 25 Januari 2021 pukul 15:39.
Qustulani, Muhammad. 2018. Manajemen KUA dan Peradilan Agama. Tangerang: PSP
Nusantara Press.
Silalahi, Ulbert. 1989. Studi Tentang Ilmu Administrasi. Bandung: Sinar Baru Algesindo.
Undang-Undang No. 3 Tahun 2006.

Anda mungkin juga menyukai