Anda di halaman 1dari 25

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA BY. NY. U. DENGAN NEONATUS PRETERM, BBLR, RESPIRATORY


DISTRESS SYNDROME
DI RUANG MELATI RS. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

STASE KEPERAWATAN ANAK

Oleh :
IKA KARTINI ANDRIYANI
I4B021049

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
PURWOKERTO
2022

1
PENGKAJIAN KEPERAWATAN BAYI

Nama Mahasiswa : Ika Kartini A Dx : Neonatus Preterm, BBLR, RDS


Tempat praktek/ujian : Ruang Melati RSMS MRS : 17 Juni 2022
Tanggal pengkajian : 20 Juni 2022 BB : 1575 gr

I. IDENTITAS
Nama : By. Ny. U
Jenis kelamin : Laki- laki
TTL/Usia : Purwokerto, 17 juni 2022
Nama ibu : Ny. U
Pekerjaan ayah/ibu : Ibu rumah tangga
Pendidikan ayah/ibu : SMA
Agama : Islam
Alamat : banyumas
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
II. KELUHAN UTAMA
Bayi mengalami retraksi saat bernafas
III. RIWAYAT KEHAMILAN DAN KELAHIRAN
A. Prenatal
Jumlah kunjungan : ± 4 kali
Periksa di bidan/dokter : Periksa di bidan dan ke dokter
Penkes yang didapat : Nutrisi ibu hamil, ASI eksklusif, dan
pencegahan primer preeklamsi.
Kenaikan BB selama hamil : 9 kg
Komplikasi kehamilan : Hipertensi
Komplikasi obat : Tidak ada
Obat-obatan yang didapat : Tidak ada
Riwayat hospitalisasi : Tidak ada
Golongan darah : O+
Pemeriksaan kehamilan/screening maternal
(-) rubella (-) hepatitis (-)CMV
(-) GO (-) herpes (-) HIV
(-) Lain-lain, sebutkan………
B. Natal
Awal persalinan : 17 juni 2022
Lama persalinan : 1 jam

2
Komplikasi persalinan : PEB, impending eklamsia, Riwayat Sc
Cara melahirkan
( ) pervaginam (√) caesar ( ) lain-lain
Tempat melahirkan
( ) rumah ( ) rumah bersalin (√) RS
C. Postnatal
Usaha bernafas : (√) dengan bantuan () spontan
Kebutuhan resusitasi : ya
Obat-obatan yang diberikan saat lahir : Vit K, Salep mata dan imunisasi
hepatitis
Interaksi bayi dengan orang tua : (√) ada ( ) tidak ada
Trauma lahir : ( ) ada (√) tidak ada
Keluarnya urin/BAB : (√) ada ( ) tidak ada
Respon fisiologis yang bermakna : Bayi bergerak aktif

IV. RIWAYAT KELUARGA

Keterangan:

= Laki-laki ------ = Keluarga inti

= Perempuan = Garis keturunan

= Pasien = Garis perkawinan

V. RIWAYAT SOSIAL
Sistem pendukung yang dapat dihubungi : Tn. A sebagai Ayah kandung pasien
Hubungan orangtua dan bayi : Ibu masih belum pulih sehingga belum berkunjung
ke ruang melati untuk menengok/memberikan ASI pada bayinya.

Anak yang lain :


Jenis kelamin anak Riwayat persalinan
Laki-laki SC
Laki-laki SC
Lingkungan rumah : Ny. U dan keluarga tinggal di pedesaan dan disamping
kanan kiri depan belakang rumahnya merupakan rumah tetangganya. Ny. T
mengatakan selalu menjaga kebersihan rumahnya.

3
Masalah sosial yang penting:
(-) Kurangnya sistim dukungan sosial
(-) Perbedaan bahasa
(-) Riwayat penyalah gunaan zat adiktif
(-) Lingkungan rumah yang kurang memadai
(-) Masalah keuangan

VI. KEADAAN KESEHATAN SAAT INI


1. Diagnosa medis : Neonatus Preterm, BBLR, RDS
2. Tindakan operasi : -Tidak ada
3. Tindakan keperawatan :
- Pemberian asupan nutrisi melalui OGT / 2 jam
- Pemberian O2 CPAP FiO2 40% PEEP 7 mmHg
- Pemberian obat melalui IV
4. Hasil laboratorium
Tanggal 23 juni 2022
Pemeriksaan Kimia Klinik
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal
Hb 18 g/L 15,3 – 23,8
trombosit 185.000 mq/L 229.000-583.000
Leukosit 7770 /mm3 5000-21000
Bilirubin total 16,53 mg/dl 0,10-1,20
Bilirubin indirek 0,53 mg/dl 0,00-0,20
Bilirubin indirek 16,00 mg/dl 0,00-0,10

VII. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : menangis lemah dan hipoaktif
Kesadaran : composmentis
Tanda vital : nadi : 132 x/mnt suhu: 36 oC (14.00)
RR : 49 x/mnt suhu 36,4oC (16.00)
Kebutuhan cairan : 2 x 80 = 160 cc/kgBB/hari
Ukuran Saat lahir Saat ini
Berat badan 1575 gr 1495 gr
Panjang badan 40 cm 40cm
Lingkar kepala 30 cm 30 cm
Lingkar dada 29 cm 29 cm

4
Beri tanda (√) pada istilah yang tepat dari data-data di bawah ini. Gambarkan
semua penemuan abnormal secara objektif, gunakan kolom komentar bila perlu:
1. Reflek
(√) moro : ada (√) menggenggam : ada ( ) menghisap : lemah
Reflek menghisap pada bayi lemah, bayi terlihat enggan untuk menyusui
(menghisap).
2. Tonus
a. ( ) aktif (√) tenang ( ) letargi ( ) kejang
b. ( ) menangis keras (√) lemah ( ) melengking ( )sulit menangis
tonus otot lemah sehingga bayi kurang aktif dan pergerakannya lemah
3. Kepala/ leher
a. Fontanel anterior
() lunak ( ) tegas (√) datar
( ) menonjol ( ) cekung
b. Sutura sagitalis
(√) tepat ( ) terpisah ( ) menjauh
c. Gambaran wajah
(√) simetris ( ) asimetris
4. Mata
(√) bersih, tidak anemis ( ) sekresi
normal, sklera warna kuning,congjungtiva merah muda
5. THT
a. Telinga
(√) normal ( ) abnormal
tulang rawan telinga sangat lunak, bersih dan fungsi pendengaran normal
b. Hidung
( ) bilateral ( ) obstruksi (√) cuping hidung
normal dan tidak ada lesi dan sumbatan
c. Palatum
(√) normal ( ) abnormal
membran mukosa bibir kering, terpasang OGT
6. Abdomen
a. (√) lunak ( ) tegas ( )datar ( ) kembung
b. Lingkar perut : 30 cm

5
c. Liver : (√) kurang dari 2 cm ( ) lebih dari 2 cm
abdomen bundar dan simetris, abdomen lunak, tidak ada massa, bising usus
18x / menit
7. Toraks
a. (√) simetris ( ) asimetris
b. Retraksi : ( ) derajat 0 (√) derajat 1 ( ) derajat 2
Down Score : 2
- Frekuensi nafas : 60x/menit
- Retraksi : Retraksi ringan
- Sianosis : Sianosis hilang dengan O2
- Air Entry : vesikuler dikedua lapang paru
- Merintih : tidak ada
8. Paru-paru
a. Suara napas : (√) sama kanan kiri ( )tidak sama
(√) bersih ( ) ronkhi () crakcles ( ) wheezing
b. Bunyi napas
(√)terdengar di semua lapang paru ( ) tidak terdengar ( ) menurun
c. Respirasi
( ) spontan
( ) sungkup
(√) ventilasi assisted CPAP FiO2 40% PEEP 7 mmHg
9. Jantung
(√) Bunyi Normal Sinus Rhytm (NSR): 132x/menit
( ) murmur ( )lain-lain

10. Ekstremitas
(√) semua ekstremitas gerak ( ) ROM terbatas ( ) tidak dapat dikaji
Ekstremitas atas dan bawah : (√) simetris ( ) asimetris
11. Umbilikus : belum terlepas, tidak ada tanda infeksi, tidak perdarahan,
kering
12. Genital :laki laki, tidak ada tanda-tanda kelainan
13. Anus : terdapat lubang anus, anus paten
14. Spina : normal terletak pada garis tengah
15. Kulit :

6
Warna : ( ) Kemerahan ( )Pucat ()Sianosis (√)ikterik
Turgor : ( ) Baik (√)Sedang ( ) Buruk
Akral hangat dan kulit berwarna putih kemerahan Turgor kulit bayi tipis dan
elastic, terdapat lanugo pada punggung.
VIII. TERAPI
Nama Obat Dosis Rute Fungsi
20 Juni 2022
Ampiciln 2 x 75 mg IV Antibiotik
Gentamicin 1 x 8 mg Topikal Salep mata
Aminophillin 3x 2 mg IV membuka saluran
udara dan
memudahkan
pernapasan
D10% 5 cc/jam IV Menangani
hipoglikemi
Asam Amino 30 ml/hari IV Mencegah gagal
tumbuh kembang
pada neonatus
Terapi Oksigen -CPAP 30% - Memperbaiki
CPAP PEEP -PEEP 6 oksigenasi

IX. RINGKASAN RIWAYAT KEPERAWATAN


Pasien lahir di RSMS dari ibu G2P2A0 usia 33 tahun PE, impending eklamsia,
Riwayat SC, usia kehamilan 33 minggu, riwayat SC 3 tahun yang lalu, susp secara
SC, bayi lahir langsung menangis, dilakukan pengkajian awal ditemukan retraksi
ringan, sianosis perifer dan diberikan CPAP. Apgar score 5-8-9. PMA bayi
337+3hari

X. ANALISA DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI
DS: Pola nafas tidak efektif Imaturitas neurologis
DO:
- Bayi mengalami retraksi saat
bernafas
- RR : 66 x/mnt
- Terlihat pernafasan cuping
hidung
- Retraksi derajat 1
- Nafas tidak teratur
- Usia kehamilan 33 minggu
- PMA 40-33=7 minggu jadi
337+3hari

7
DS: - ketidakmampuan Risiko defisit nutrisi
DO: menghisap
- BB: 1575 gr
- Reflek menghisap lemah
- Minum 10 ml
- Terpasang OGT(ada residua atau
tidak
DS: - Tidak rawat gabung Menyusui Tidak Efektif
DO:
- Reflek menghisap lemah
- Intake bayi tidak adekuat
- Membran mukosa bibir kering
- Tidak rawat gabung
DS: - Suplai lemak subkutan Risiko termoregulasi tidak
DO: tidak memadai efektif
- bayi prematur (UK 33 mgg)
- Suhu tubuh 36,4 oC (07.30), 36oC
(09.00)
- Jaringan lemak subkutan tipis

XI. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI DENGAN PRIORITAS


1. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas neurologis
2. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan tidak rawat gabung
3. Risiko defisit nutrisi ditandai dengan ketidakmampuan menghisap
4. Risiko termoregulasi tidak efektif d.d. suhu tubuh 36,4oC, jaringan lemak
subkutan tipis

8
XII. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa SLKI SIKI Rasionalisasi
Pola nafas tidak efektif Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam, Manajemen Jalan Nafas I.01011
berhubungan dengan diharapkan pola nafas membaik dalam batas Observasi 1. Mengetahui kondisi frekuensi,
imaturitas neurologis normal dengan kriteria hasil: 1. Monitor pola nafas kedalaman, usaha nafas pasien
Pola Nafas 2. Monitor bunyi nafas tambahan (mis. secara detail
Kriteria Awal Target Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi 2. Untuk mendeteksi sumbatan jalan
Frekuensi pernapasan 3 5 kering) nafas
Irama pernapasan 4 5 Terapeutik 3. Pasien dapat bernapas dengan
Retraksi dinding dada 3 5 3. Pertahankan kepatenan jalan nafas mudah
Keterangan: 4. Posisikan semi-fowler atau fowler 4. Supaya jalan nafas pasien bersih
1: meningkat, 2: cukup meningkat, 3: sedang, 4: 5. Lakukan fisioterapi dada, jika perlu tidak ada sumbatan
cukup menurun, 5: menurun 6. Lakukan pengisapan lender 5. Meningkatkan oksigenasi pasien
7. Berikan oksigen, jika perlu 6. Supaya pasien dapat batuk secara
Kolaborasi efektif
8. Kolaborasi pemberian bronkodilator, 7. untuk membantu menurunkan
jika perlu distres pernafasan
8. mempertahankan potensi jalan
nafas

Menyusui tidak efektif Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam Konsultasi Laktasi 1. Untuk mengetahui tujuan Ibu
b.d tidak rawat gabung diharapkan menyusui lebih efektif dengan Observasi dalam menyusui
kriteria hasil: 1. Identifikasi keinginan dan tujuan 2. Untuk mengetahui permasalahan
Status Menyusui menyusui yang dialami Ibu
2. Identifikasi permasalahan yang Ibu 3. Supaya dapat menggali apa yang

9
Indikator Awal Target alamai selama proses menyusui dirasakan oleh Ibu

Intake bayi 3 4 Terapeutik 4. Memberi apresiasi kepada ibu


3. Gunakan teknik mendengarkan aktif sehingga ibu mempertahankan
Miksi bayi >8x 2 3
/24jam 4. Berikan pujian terhadap perilaku Ibu perilakunya

BB bayi 2 3 yang benar 5. Untuk mengetahui teknik


Edukasi menyusui saat tidak rawat gabung
Keterangan:
5. Ajarkan teknik menyusui yang tepat
1 : menurun, 2 : cukup menurun, 3 : sedang,
sesuai kebutuhan Ibu
4 : cukup meningkat, 5 : meningkat

Risiko defisit nutrisi Setelah dilakukan intervensi keperawatan Manajemen Nutrisi I.03119 1. Mengetahui status nutrisi pasien
d.d.ketidakmampuan selama 3x24 jam diharapkan masalah risiko Observasi 2. Mengetahui makanan yang
menghisap defisit nutrisi dapat diatasi dengan kriteria 1. Identikasi status nutrisi perlu dihindari bagi pasien
sebagai berikut 2. Identifikasi alergi dan intoleransi 3. Untuk menyesuaikan pemberian
Status Nutrisi Bayi makanan nutrisi dengan kebutuhan
Indikator Awal Target 3. Identifikasi kebutuhan nutrisi 4. Mematau
*Berat badan 3 4 4. Monitor BB penurunan/peningkatan BB
**Pola makan 2 3 5. Monitor asupan makanan 5. Mengetahui jumlah makanan
Prematuritas 2 3 Terapeutik yang dikonsumsi
Keterangan: 6. Lakukan oral hygiene, jika perlu 6. Menjaga kebersihan mulut
* 1 : menurun, 2 : cukup menurun, 3 : sedang, 7. Sajikan makanan dengan suhu yang 7. Untuk meningkatkan selera
4 : cukup meningkat, 5 : meningkat sesuai makan pasien
** 1 : memburuk, 2 : cukup memburuk, 3: Kolaborasi 8. Menentukan kebutuhan nutrisi
sedang, 4 : cukup membaik, 5 : membaik 8. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk yang sesuai dengan kondisi
1: meningkat, 2: cukup meningkat, 3: sedang, 4: menuntukan kebutuhan nutrisi pasien
cukup menurun, 5: menurun

10
Risiko termoregulasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Regulasi Temperatur 1. Mempertahankan suhu bayi
tidak efektif d.d. bayi 3x24 jam diharapkan masalah risiko 1. Monitor suhu bayi (36,5 – 37,5 C)
0
dalam rentang normal
berusia 4 hari, kulit termoregulasi tidak efektif dapat teratasi dengan 2. Monitor frekuensi nadi dan napas 2. Peningakatan RR dan nadi
teraba dingin, suhu tubuh kriteria sebagai berikut 3. Monitor warna dan suhu kulit menandakan terjadinya
o
35,5 C, jaringan lemak Termoregulasi Neonatus 4. Monitor dan catat tanda hipotermia peningkatan suhu tubuh
subkutan tipis Indikator Awal Akhir atau hipertermia 3. Perubahan warna dan suhu kulit
Frekuensi nadi 3 4 5. Atur suhu inkubator sesuai kebutuhan menandakan terjadinya perubahan
Suhu tubuh 3 4 6. Demonstrasikan teknik perawatan suhu
Keterangan: metode kangguru untuk bayi BBLR 4. Mendeteksi bila terjadi penurnan
1 : meningkat, 2 : cukup meningkat, 3 : 7. Kolaborasi pemberian antipiretik, jika atau peningkatan suhu tubuh
sedang, 4 : cukup menrun, 5 : menurun diperlukan 5. Penggunaan suhu inkubator
berdampak terhadap suhu tubuh
bayi
6. Menghindari bayi dari kehilangan
suhu tubuh
7. Antipiretik diberikan apabila suhu
tubuh tinggi

11
XIV. IMPLEMENTASI
No. Hari/ Jam Dx Implementasi Evaluasi Respon Paraf
Tanggal
1. Senin, 20 14.30 1,2,3,4 Mengkaji keluhan, S: - ika
Juni 2022 memantau tanda-tanda vital, O:
primary survey, dan - Keadaan umum menangis lemah dan hipoaktif.
secondary survey - Kesadaran composmentis
- Tanda vital : nadi : 132 x/mnt, suhu: 36 oC, RR : 49
x/mnt

15.00 3 Melakukan oral hygine dan S:- ika


O:
mengganti popok bayi
- Telah dilakukan oral hygine, tidak terdapat residu
dengan yang baru - Popok sudah diganti, bayi BAK

15.15 4 Mencuci tangan sebelum S: ika


dan sesudah kontak dengan O:
pasien dan lingkungan - Cuci tangan telah dilakukan untuk mencegah risiko
pasien infeksi

15.30 3 Memberikan diet nutrisi S: - ika


melalui OGT O:

- Makanan klien berupa susu masuk 20 ml


16.00 4 Memonitor suhu bayi S: - ika
O:
Suhu 36 C
16.30 1 Memonitor pola nafas, TTV, S: - ika

12
dan bunyi napas tambahan O:
- Nadi 148 x/menit, suhu: 36 oC, RR : 49 x/mnt
- Tidak terdapat bunyi nafas tambahan

18.30 3 Memberikan diet nutrisi S: - ika


melalui OGT O:

- Makanan klien berupa susu masuk 20 ml

2. Selasa ,21 13.30 1,2,,4, Memantau keadaan umum S: - ika


Juni 2022 dan tanda-tanda vital O:
- Keadaan umum lemah dan hipoaktif.
- Kesadaran composmentis
- Pasien telah dipindahkan ke ruangan infeksius
setelah evaluasi hasil mikrobiologi

Tanda vital : nadi : 142 x/mnt, suhu: 36,2 oC, RR :


43 x/mnt
14.00 2 Motivasi keluarga untuk S:- keluarga mengatakan akan memberikan ASI perat ika
O:
memberikan ASI peras
- Telah dilakukan motivasi kepada keluarga

15.30 3 Melakukan oral hygine dan S:- ika


O:
mengganti popok bayi
- Telah dilakukan oral hygine, tidak terdapat residu
dengan yang baru Popok sudah diganti, bayi BAK
15.30 2 Mencuci tangan sebelum S: ika
dan sesudah kontak dengan O:
pasien dan lingkungan Cuci tangan telah dilakukan untuk mencegah risiko infeksi

13
pasien
16.00 3 Memberikan diet nutrisi S: - Ika
melalui OGT O:
Makanan klien berupa susu masuk 20 ml
16.15 2.3 Memotivasi dan melatih S: ibu merasa lebih dekat dengan anak dan Bahagia ika
KMC kepada ibu O:ibu melakukan KMC
(EBN 1)
18.15 4 Memonitor suhu bayi S: - ika
O: Suhu 36 C
18.20 1 Memonitor pola nafas, TTV, S: - ika
dan bunyi napas tambahan O:
- Nadi 139 x/menit, suhu: 36 oC, RR : 44 x/mnt

Tidak terdapat bunyi nafas tambahan


18.30 3 Memberikan diet nutrisi S: - ika
melalui OGT O:
Makanan klien berupa susu masuk 20 ml
3 Rabu, 22 13.30 1,2,,4, Memantau keadaan umum S: - ika
juni 2022 dan tanda-tanda vital O:
- Keadaan umum lemah dan hipoaktif.
- Kesadaran composmentis
- Pasien telah dipindahkan ke ruangan infeksius
setelah evaluasi hasil mikrobiologi
- Tanda vital : nadi : 142 x/mnt, suhu: 36,2 oC, RR :
43 x/mnt

14
13.45 2 Motivasi keluarga untuk S:- keluarga mengatakan akan memberikan ASI perat ika
O:
memberikan ASI peras
- Telah dilakukan motivasi kepada keluarga

14.30 3 Melakukan oral hygine, S:- ika


O:
melepas OGT dan
- Telah dilakukan oral hygine, tidak terdapat residu
mengganti popok bayi - Popok sudah diganti, bayi BAK
dengan yang baru
15.15 2 Mencuci tangan sebelum S: ika
dan sesudah kontak dengan O:
pasien dan lingkungan - Cuci tangan telah dilakukan untuk mencegah risiko
pasien infeksi
15.30 3 Memberikan diet nutrisi S: - ika
melalui oral O:

- Makanan klien berupa susu masuk 20 ml,


- Pasien Latihan menghisap pelan
16.00 4 Memonitor suhu bayi S: - ika
O: Suhu 36 C
16.00 1 Memonitor pola nafas, TTV, S: - ika
dan bunyi napas tambahan O:
- Nadi 139 x/menit, suhu: 36 oC, RR : 44 x/mnt
- Tidak terdapat bunyi nafas tambahan

17.30 4 Memberikan diet nutrisi S: - ika


melalui Oral O:
Makanan klien berupa susu masuk 5 ml, pasien belum mau
untuk menghisap lagi. Tampak susu keluar dari mulutnya

15
19.15 1,2,3,4 Mengevaluasi kondisi pasien S: - ika
O:
- Nadi 145 x/menit, suhu: 36 oC, RR : 44 x/mnt
- Tidak terdapat bunyi nafas tambahan dan retraksi
ringan
- Reflek menghisap meningkat, BB : 2000 gram
- Keadaan umum menangis lemah dan hipoaktif.
- Kesadaran composmentis

XV. EVALUASI
Tanggal/jam Diagnosa Evaluasi Paraf
Rabu, 22 juni Pola nafas tidak efektif berhubungan S: Klien masih mengalami sesak nafas dan retraksi ringan ika
2022 dengan imaturitas neurologis O: Nadi 145 x/menit, suhu: 36 oC, RR : 44 x/mnt
18.45 WIB A: Masalah gangguan pola nafas tidak efektif teratasi sebagian dengan indikator hasil sebagai
berikut.
Pola Nafas
Kriteria Awal Akhir Target
Frekuensi pernapasan 3 5 5
Irama pernapasan 4 5 5
Retraksi dinding dada 3 4 5
P: Monitor pola nafas dan pertahankan oksigenasi, jika perlu
Rabu, 22 juni Menyusui tidak efektif S: Klien dalam kondisi lemah ika

16
2022 berhubungan dengan tidak rawat O: Reflek hisap meningkat, BB : 2000 gram
18.45 WIB gabung A: Masalah Menyusui tidak efektif teratasi sebagian dengan indikator hasil sebagai berikut.

Status Menyusui
Indikator Awal Akhir Target

Intake bayi 3 4 4

Miksi bayi >8x 2 3 3


/24jam

BB bayi 2 2 3

P: Lanjutkan intervensi. Monitor BB


Rabu, 22 juni Risiko defisit nutrisi S: Klien dalam kondisi lemah ika
2022 d.d.ketidakmampuan menghisap O: Reflek hisap meningkat, BB : 2000 gram
18.45 WIB A: Masalah risiko defisit nutrisi teratasi sebagian dengan indikator hasil sebagai berikut.
Status Nutrisi Bayi
Indikator Awal Akhir Target
*Berat badan 3 4 4
**Pola makan 2 4 3
Prematuritas 2 2 3
P: Lanjutkan intervensi. Monitor BB dan kolaborasi dengan ahli gizi untuk menuntukan
kebutuhan nutrisi
Rabu, 22 juni Risiko termoregulasi tidak S: Klien dalam kondisi lemah ika
2022 efektif d.d. bayi berusia 4 hari, O: Suhu tubuh 36 C, akral hangat, nadi 145 x/menit
18.45 WIB kulit teraba dingin, suhu tubuh A: Masalah risiko termoregulasi tidak efektif teratasi sebagian dengan indikator hasil

17
36,4 oC, jaringan lemak subkutan Termoregulasi Neonatus
tipis Indikator Awal Akhir Target
Frekuensi nadi 3 4 4
Suhu tubuh 3 3 4
P: Lanjutkan intervensi. Monitor suhu dan vitalsign

18
DAFTAR PUSTAKA

Endaryani, Bernie. 2013. Perawatan Metode Kanguru (PMK) Meningkatkan Pemberian ASI.
27.08.2013. IDAI
PPNI. 2016, Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1, DPP PPNI, Jakarta

PPNI. 2018, Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan, Edisi 1, DPP PPNI, Jakarta

PPNI. 2018, Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil
Keperawatan, Edisi 1, DPP PPNI, Jakarta

19
Perawatan Metode Kanguru (PMK) Meningkatkan Pemberian ASI
27.08.2013
American Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan agar setiap bayi diberikan air
susu ibu (ASI), terutama ASI ibunya atau ibu donor, termasuk bayi prematur dan bayi berat
lahir sangat rendah (BBLSR). Data World Health Organization (WHO) memperlihatkan
sekitar 20 juta bayi berat lahir rendah (BBLR) lahir setiap tahunnya yang dapat disebabkan
oleh kelahiran sebelum waktunya (prematur) maupun perkembangan janin terhambat saat
dalam kandungan. Bayi dengan berat lahir rendah merupakan penyumbang tertinggi angka
kematian neonatal (AKN). Dari sekitar 4 juta kematian neonatal, prematur dan BBLR
menyumbang lebih dari seperlima kasus, dan Indonesia terdaftar sebagai negara di urutan ke-
8 berdasarkan jumlah kematian neonatal per tahun menurut data WHO. Prevalensi BBLR di
Indonesia berkisar antara 2 hingga 17,2% dan menyumbang 29,2% AKN.
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan
perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau lahiran prematur dengan melakukan kontak
langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact, dimana ibu
menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Metode perawatan ini juga terbukti
mempermudah pemberian ASI sehingga meningkatkan lama dan pemberian ASI.
Perawatan Metode Kanguru
Perawatan Metode Kanguru (PMK) pertama kali diperkenalkan oleh Ray dan Martinez di
Bogota, Columbia pada tahun 1979 sebagai cara alternatif perawatan BBLR ditengah
tingginya angka BBLR dan terbatasnya fasilitas kesehatan yang ada. Metode ini meniru
binatang berkantung kanguru yang bayinya lahir memang sangat prematur, dan setelah lahir
disimpan di kantung perut ibunya untuk mencegah kedinginan sekaligus mendapatkan
makanan berupa air susu induknya.
Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan alternatif pengganti incubator dalam
perawatan BBLR, dengan beberapa kelebihan antara lain: merupakan cara yang efektif untuk
memenuhi kebutuhan bayi yang paling mendasar yaitu adanya kontak kulit bayi ke kulit ibu,
dimana tubuh ibu akan menjadi thermoregulator bagi bayinya, sehingga bayi mendapatkan
kehangatan (menghindari bayi dari hipotermia), PMK memudahkan pemberian ASI,
perlindungan dari infeksi, stimulasi, keselamatan dan kasih sayang. PMK dapat menurunkan
kejadian infeksi, penyakit berat, masalah menyusui dan ketidakpuasan ibu serta
meningkatnya hubungan antara ibu dan bayi serta meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan bayi.
Pada awalnya, PMK terdiri dari 3 komponen, yaitu : kontak kulit ke kulit (skin-to-skin
contact), pemberian ASI atau breastfeeding, dan dukungan terhadap ibu (support). Literatur
terbaru menambahkan satu komponen lagi sehingga menjadi terdiri dari 4 komponen,
yaitu: kangaroo position, kangaroo nutrition, kangaroo support and kangaroo discharge.
Posisi kanguru adalah menempatkan bayi pada posisi tegakdi dada ibunya, di antara kedua
payudara ibu, tanpa busana. Bayi dibiarkan telanjang hanya mengenakan popok, kaus kaki
dan topi sehingga terjadi kontak kulit bayi dan kulit ibu seluas mungkin. Posisi bayi
diamankan dengan kain panjang atau pengikat lainnya. Kepala bayi dipalingkan ke sisi kanan
atau kiri, dengan posisi sedikit tengadah (ekstensi). Ujung pengikat tepat berada di bawah
kuping bayi.
Posisi kepala seperti ini bertujuan untuk menjaga agar saluran napas tetap terbuka dan
memberi peluang agar terjadi kontak mata antara ibu dan bayi. Kanguru nutrisi merupakan
salah satu manfaat PMK, yaitu meningkatkan pemberian ASI secara langsung maupun
dengan pemberian ASI perah. Kangaroo support merupakan bentuk bantuan secara fisik
maupun emosi, baik dari tenaga kesehatan maupun keluarganya, agar ibu dapat melakukan
PMK untuk bayinya. Sedangkan kangaroo discharge adalah membiasakan ibu melakukan
PMK sehingga pada saat ibu pulang dengan bayi, ibu tetap dapat melakukan PMK bahkan
melanjutkannya di rumah. Metode ini merupakan salah satu teknologi tepat guna yang
sederhana, murah dan dapat digunakan apabila fasilitas untuk perawatan BBLR sangat
terbatas.
Perawatan Metode Kanguru dapat dilakukan dengan dua cara:
1. PMK intermiten : Bayi dengan penyakit atau kondisi yang berat membutuhkan perawatan
intensif dan khusus di ruang rawat neonatologi, bahkan mungkin memerlukan bantuan alat.
Bayi dengan kondisi ini, PMK tidak diberikan sepanjang waktu tetapi hanya dilakukan jika
ibu mengunjungi bayinya yang masih berada dalam perawatan di inkubator. PMK dilakukan
dengan durasi minimal satu jam, secara terus-menerus per hari. Setelah bayi lebih stabil, bayi
dengan PMK intermiten dapat dipindahkan ke ruang rawat untuk menjalani PMK kontinu.
2. PMK kontinu : Pada PMK kontinu, kondisi bayi harus dalam keadaan stabil, dan bayi
harus dapat bernapas secara alami tanpa bantuan oksigen. Kemampuan untuk minum (seperti
menghisap dan menelan) bukan merupakan persyaratan utama, karena PMK sudah dapat
dimulai meskipun pemberian minumnya dengan menggunakan pipa lambung. Dengan
melakukancPMK, pemberian ASI dapat lebih mudah prosesnya sehingga meningkatkan
asupan ASI.
Beberapa manfaat Perawatan Metode Kanguru
Penelitian memperlihatkan PMK bermanfaat dalam menurunkan secara bermakna jumlah
neonatus atau bayi baru lahir yang meninggal, menghindari bayi berat lahir rendah dari
kedinginan (hipotermia), menstabilkan bayi, mengurangi terjadinya infeksi, meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan bayi, meningkatkan pemberian ASI, dan meningkatkan
ikatan (bonding) antara ibu dan bayi.
Manfaat PMK dalam menurunkan angka kematian neonatal (AKN)
Terdapat tiga penelitian dengan metodologi pengujian terkontrol secara acak yang
membandingkan PMK dengan perawatan konvensional (menggunakan inkubator). Data
Cochrane menunjukkan bahwa jumlah kematian bayi yang dilakukan PMK lebih sedikit
dibandingkan bayi yang dirawat dalam inkubator. Penelitian di Addis Abeba memperlihatkan
jumlah bayi yang meninggal pada kelompok PMK sebesar 22,5 % sedangkan pada kelompok
non PMK sebesar 38% (p<0,05). Dari kepustakaan di atas jelaslah terlihat bahwa PMK
bermanfaat dalam mencegah kematian neonatal. Hal ini dapat dijelaskan lebih lanjut dalam
beberapa manfaat PMK lain di bawah ini.
Manfaat PMK dalam menstabilkan suhu, pernafasan dan denyut jantung bayi Berbagai
penelitian menunjukkan bahwa PMK dapat menstabilkan suhu, laju pernapasan, dan laju
denyut jantung bayi lebih cepat dari bayi yang dirawat dalam inkubator. Bayi pada PMK
merasa nyaman dan hangat dalam dekapan ibu sehingga tanda vital dapat lebih cepat stabil.
Penelitian oleh Yanuarso di RSCM memperlihatkan bahwa dengan menggunakan metode
kanguru, BBLR akan lebih cepat mencapai kestabilan suhu tubuh dibanding BBLR tanpa
PMK (120 menit vs. 180 menit)
Manfaat PMK dalam mengurangi infeksi
Berbagai penelitian juga telah memperlihatkan manfaat PMK dalam mengurangi kejadian
infeksi pada BBLR selama perawatan. Pada PMK, bayi terpapar oleh kuman komensal yang
ada pada tubuh ibunya sehingga ia memiliki kekebalan tubuh untuk kuman tersebut. Rao
dalam penelitiannya menunjukkan bahwa jumlah BBLR yang mengalami sepsis sebesar 3,9%
pada kelompok PMK dan 14,8% pada kelompok kontrol (p=0,008). Sedangkan Agudelo
dalam tulisannya menyebutkan manfaat PMK dalam menurunkan infeksi nosokomial pada
usia koreksi 41 minggu (RR 0,49, 95% CI 0,25 - 0,93). Manfaat lainnya dengan
berkurangnya infeksi pada bayi adalah bayi dapat dipulangkan lebih cepat sehingga masa
perawatan lebih singkat, dan biaya yang dikeluarkan lebih sedikit.
Manfaat PMK dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bayi
Manfaat PMK lainnya adalah meningkatkan berat badan, panjang badan dan lingkar kepala
bayi. Penelitian menunjukkan bahwa kenaikkan berat badan, panjang badan dan lingkar
kepala BBLR yang menjalani PMK lebih tinggi secara bermakna dibandingkan BBLR yang
mendapat perawatan dengan metode konvensional. Subedi memperlihatkan bahwa kenaikan
berat badan BBLR dapat mencapai 30 g/hari, sedangkan Gupta menunjukkan kenaikan berat
badan yang mirip yaitu 29 g/hari. Feldman dalam penelitiannya memperlihatkan bahwa
BBLR yang dilakukan PMK memiliki nilai perkembangan yang lebih baik secara bermakna
dibandingkan BBLR dengan metode konvensional.
Manfaat PMK dalam meningkatkan keberhasilan pemberian ASI
Pada berbagai penelitian terlihat bahwa PMK sangat erat kaitannya dengan pemberian ASI.
Pada PMK, ASI dapat selalu tersedia dan sangat mudah diperoleh. Hal ini dapat dijelaskan
karena bayi dengan PMK, terlebih pada PMK kontinu, selalu berada di dekat payudara ibu,
menempel dan terjadi kontak kulit ke kulit, sehingga bayi dapat menyusu setiap kali ia
inginkan. Selain itu, ibu dapat dengan mudah merasakan tanda-tanda bahwa bayinya mulai
lapar seperti adanya gerakan-gerakan pada mulut bayi, munculnya hisapan-hisapan kecil serta
adanya gerakan bayi untuk mencari puting susu ibunya. Ibu dapat menilai kesiapan menyusu
bayinya dengan memasukkan jari bersih ke dalam mulut bayi dan menilai isapan mulut bayi.
Berikan ASI saat bayi sudah terjaga dari tidurnya. Bila telah terbiasa melakukan PMK, ibu
dapat dengan mudah memberikan ASI tanpa harus mengeluarkan bayi dari baju kangurunya.
Bayi yang mendapat PMK memperoleh ASI lebih lama dibandingkan bayi yang mendapat
perawatan dengan metode konvensional. Perawatan metode kanguru juga meningkatkan
ikatan (bonding) ibu dan bayi serta ayah dan bayi secara bermakna. Posisi bayi yang
mendapat PMK memudahkan ibu untuk memberikan ASI secara langsung kepada bayinya.
Selain itu, rangsangan dari sang bayi dapat meningkatkan produksi ASI ibu, sehingga ibu
akan lebih sering memberikan air susunya sesuai dengan kebutuhan bayi.
Pada PMK, pemberian ASI dapat dilakukan dengan menyusui bayi langsung ke payudara ibu,
atau dapat pula dengan memberikan ASI perah menggunakan cangkir (cup feeding) dan
dengan selang (orogastric tube). Pemberian ASI pada bayi yang dilakukan PMK umumnya
akan diteruskan di rumah saat dipulangkan, dan lama pemberian ASI lebih panjang. PMK
juga meningkatkan volume ASI yang dihasilkan oleh ibu.
Persiapan pemberian ASI pada PMK
Bila bayi prematur atau BBLR pada awalnya tidak memungkinkan untuk mendapat minum
melalui mulut (asupan per oral), maka berikan melalui infus terlebih dahulu. Bayi dapat
dirawat dalam inkubator. Segera setelah bayi menunjukkan tanda kesiapan menyusu yang
ditandai dengan menggerakkan lidah dan mulut serta keinginan menghisap (menghisap jari
atau kulit ibu), maka bantulah ibu untuk menyusui bayinya, pada saat ini dapat dimulai PMK
intermiten. Ibu dibantu untuk duduk dengan nyaman di kursi dengan bayi dalam posisi
kontak kulit ke kulit (Gambar 1). Akan menolong bila ibu memerah sedikit ASI sebelum
memulai menyusui untuk melunakkan daerah puting susu dan memudahkan bayi untuk
menempel. Walaupun bayi PMK umumnya BBLR atau prematur dimana bayi belum dapat
menghisap dengan baik danlama, tetaplah menganjurkan ibu untuk mencoba menyusui
terlebih dulu, bila tidak berhasil dapat menggunakan metode minum yang lain.
Bayi dengan usia kehamilan antara 30 - 32 minggu, pemberian minum biasanya masih
memerlukan penggunaan pipa orogastrik (Gambar 2). Ibu dapat memberikan ASI perah
secara teratur melalui pipa orogastrik. Ibu dapat melatih bayi menghisap dengan membiarkan
jari tangan ibu yang bersih berada dalam mulut bayi, saat bayi diberi ASI melalui pipa
orogastrik. Selain itu, dapat dicoba pemberian melalui gelas kecil (cup feeding) satu atau dua
kali sehari terlebih dulu.
Pemberian ASI perah melalui pipa orogastrik dapat dilakukan dalam posisi kanguru.
Pemberian ASI perah dengan menggunakan gelas kecil dilakukan dengan mengeluarkan bayi
dari posisi kanguru, membungkus bayi agar terjaga kehangatannya. Setelah pemberian ASI
perah selesai dilakukan, bayi dapat diletakkan kembali dalam posisi kanguru. Bila
memungkinkan, dapat dicoba pemberian ASI yang diperah dari payudara ibu secara langsung
ke dalam mulut bayi, cara ini juga dapat dilakukan pada bayi dalam posisi kanguru. Posisikan
bayi dalam posisi kanguru, dekatkan mulut bayi keputing susu ibu, tunggu sampai bayi siap
dan membuka mulut dan matanya. Keluarkan beberapa tetes ASI, biarkan bayi mencium dan
menjilat puting susu dan membuka mulutnya, tunggu sampai ia menelan ASI. Kegiatan ini
dapat diulangi kembali.
Bila bayi kecil sudah mulai menghisap dengan efektif, mungkin sesekali ia akan berhenti saat
menyusu dengan jeda yang agak lama. Hal ini dapat terjadi karena bayi kecil mudah lelah,
menghisap agak lemah pada awalnya, dan memerlukan waktu istirahat yang agak lama
setelah menghisap. Ibu dianjurkan untuk tidak menarik bayi dari puting susunya terlalu cepat.
Biarkan bayi menempel di dada ibu, dan biarkan ia menghisap kembali bila sudah siap.
Umumnya bayi kecil perlu menyusu lebih sering, setiap 2 hingga 3 jam. Pada awalnya,
mungkin bayi tidak bangun untuk minum sehingga harus dibangunkan terlebih dahulu agar ia
mau minum.
Bayi prematur dengan usia kehamilan 34 hingga 36 minggu atau lebih, umumnya sudah dapat
menyusu langsung ke ibu. Namun sebaiknya, periksa terlebih dahulu refleks hisap bayi, bila
perlu, sesekali selingi pemberian ASI perah menggunakan gelas kecil. Pastikan bayi
menghisap dalam posisi dan pelekatan yang benar sehingga proses menyusu dapat
berlangsung dengan lancar.
1. Cara memegang atau memposisikan bayi:
a. Peluk kepala dan tubuh bayi dalam posisi lurus
b. Arahkan muka bayi ke puting payudara ibu
c. Ibu memeluk tubuh bayi, bayi merapat ke tubuh ibunya
d. Peluklah seluruh tubuh bayi, tidak hanya bagian leher dan bahu
2. Cara melekatkan bayi:
a. Sentuhkan puting payudara ibu ke mulut bayi
b. Tunggulah sampai bayi membuka lebar mulutnya
c. Segerah arahkan puting dan payudara ibu ke dalam mulut bayi
3. Tanda-tanda posisi dan pelekatan yang benar:
a. Dagu bayi menempel ke dada ibu
b. Mulut bayi terbuka lebar
c. Bibir bawah bayi terposisi melipat ke luar
d. Daerah areola payudara bagian atas lebih terlihat daripadaareola payudara bagian
bawah
e. Bayi menghisap dengan lambat dan dalam, terkadangberhenti.

Untuk memantau kecukupan asupan ASI, timbang bayi sekali sehari hingga berat badan bayi
mulai meningkat, kemudian lanjutkan menimbang 2 kali seminggu, dan selanjutnya timbang
bayi sekali seminggu sampai usia bayi mencapai cukup bulan.
Kesimpulan
Kangaroo Mother Care (KMC) atau Perawatan Metode Kanguru (PMK) merupakan
perawatan untuk bayi berat lahir rendah atau kelahiran prematur dengan melakukan kontak
langsung antara kulit bayi dengan kulit ibu atau skin-to-skin contact dimana ibu
menggunakan suhu tubuhnya untuk menghangatkan bayi. Perawatan Metode Kanguru (PMK)
mempermudah pemberian ASI, sehingga meningkatkan lama dan jumlah pemberian ASI.

Sumber : Buku Indonesia Menyusui


Penulis : Bernie Endyarni

Anda mungkin juga menyukai