Anda di halaman 1dari 9

AKU DAUN KERING

Oleh: Rika Marsiyawati

Tokoh:

1. Hampa : Puspanagari P.R


2. Kanan : Yenny Novita S.
3. Kiri : Ngafif F.N
4. Berandal 1 : Restina Dwi F.
5. Berandal 2 : Wahyu Eka N.

AKU DAUN KERING ADALAH NASKAH YANG MENCERITAKAN


TENTANG SESEORANG (HAMPA) YANG MERASA HIDUPNYA TIDAK
BERGUNA. HAMPA ADALAH SESEORANG YANG BERUSAHA
MENYADARKAN BEBERAPA BERANDAL AGAR MEREKA KEMBALI
KEJALAN YANG BENAR. IA RELA MENGIKUTI ARUS MEREKA DEMI
MEMBUAT MEREKA SADAR BAHWA JALAN YANG MEREKA
LAKUKAN ADALAH JALAN YANG SALAH.

BABAK I

MUSIK MENGALUN SENDU DIBARENGI DENGAN SUARA-SUARA


BINATANG MALAM. HAMPA BERSANDAR PADA DINDING YANG
DIPENUHI CORETAN ANAK-ANAK JALANAN. TATAPANNYA KOSONG,
SEOLAH-OLAH DIA SEDANG MEMILIKI MASALAH YANG SANGAT
MEMBEBANI HIDUPNYA. LALU DATANG KANAN IKUT BERSANDAR
DISAMPINGNYA. KANAN ADALAH SUARA HATI HAMPA

HAMPA : (Melirik sekilas pada Kanan, kemudian kembali menunduk) “Akulah


harapan yang terbuang, Akulah cinta yang teraniaya.”

KANAN : “Apa yang sedang kau Katakan, Hampa.”

HAMPA : “Aku daun kering.”

KANAN : “Kau bukan daun kering.”

HAMPA : (masih menatap kosong). “Lalu siapa aku? Apakah aku begitu tak
bergunanya hingga aku sendiri lupa siapa aku.”
KANAN : (Menatap mata Hampa dalam-dalam, seolah-olah mencari tau apa
yang terjadi pada Hampa). “Kau lupa, Hampa? Kau adalah kau, dan
tak akan pernah menjadi orang lain.”

HAMPA : (Berjalan kedepan panggung). “Tapi tak kutemui itu dalam diriku,
Kanan. Yang kulihat hanya Kehampaan. Bahkan tak dapat kukenali
diriku lagi dalam hidupku. (Diam beberapa saat). Bagaiman kau dapat
mengatakan aku adalah aku.”

KANAN : “Hati dan Matamu yang mengatakan itu Kanan. Dua bagian hidupmu
itu tak pernah bisa berbohong padaku.”

HAMPA : (Tersenyum sinis). “Bagaimana kau bisa membaca hati dan mataku,
Kanan?”

KANAN : (Mendekati Hampa didepan panggung. Lalu tersenyum). “Karena aku


adalah kata hatimu, Hampa. Kau lupa itu?!”

HAMPA : “Aku tak akan lupa itu. Tapi…. Jangan pernah lupakan bahwa aku
hanya manusia biasa, Kanan. Aku ingin berguna untuk orang lain meski
jalan yang kulalui harus dengan menjadi orang lain, bukan diriku
sendiri!”

KANAN : “Aku percaya kau mampu mengatasinya, Hampa. Karena Hatimu


adalah Aku. Dan tak akan kubiarkan orang mengubah dirimu.”

HAMPA : “Ya. Kau tau Kanan, saat aku harus terbang, aku akan terbang. Saat
Aku harus terbakar, aku akan terbakar dan turut dalam kobarannya.
Dan…”

KANAN : “Saat aku harus menjadi abu, aku rela karenamu. Itukah yang ingin kau
katakan, Hampa?”

HAMPA : (Tersenyum)

KANAN : (Berjalan mundur kearah luar panggung sambil berkata ). “Jaga aku
Hampa, Jaga Hatimu, karena hatimu adalah aku.”

MUSIK MENGALUN SENDU BERSAMAAN DENGAN KEPERGIAN


KANAN. HAMPA KEMBALI TERDIAM, MENATAP KOSONG.
BABAK II

2 BERANDAL MASUK KEDALAM PANGGUNG DENGAN SUARA TAWA


YANG KERAS. MEREKA TIDAK MENYADARI KEBERADAAN HAMPA.
HAMPA MASIH TERDIAM DIDEPAN PANGGUNG

BERANDAL 1 : “Kau lihat raut muka perempuan tua tadi.” (tertawa)

BERANDAL 2 : “Ya. Pucat seperti mayat hidup.” (Tertawa)

BERANDAL 1 : (Memperlihatkan sebuah kantong berisi shabu dan jarum suntik


serta cairan). “Dan lihat apa yang kita dapat. Kita bisa dengan
hasil jerih payah kita.”

BERANDAL 2 : (Tiba-tiba menghentikan tawanya). “Tapi tidakkah kita lelah


seperti ini ? kapan ? sampai kapan ?”

BERANDAL 1 : “Ayolah, hidup itu keras! (Sambil menikamti shabunya). Sudah


terlanjur jauh untuk kembali. Lupakan untuk menyesali.”

BERANDAL 2 : “Dapatkah waktu kembali?”

BERANDAL 1 : “Untuk apa kamu mengharapkan waktu kembali ? Waktu nggak


punya kaki bro !! kalua punya kaki bisa kayak Syahrini
maju,mundur, cantik – cantik!!”

HAMPA : “Tak ada gunanya kalian memperdebatkan waktu.”

BERANDAL 1,2 : “Hampa!” (ekspresi terkejut)

HAMPA : (Berjalan mengelilingi kedua berandal). “Tak cukupkah kau


buat waktu terluka?! Tak cukupkah kau buat aku seperti daun
kering!”

BERANDAL 1 : “Pingin jadi orang yang baik buat siapa ? Abah dan Umi kamu
udah broke, tau kan brok ?? Keluarga ?? emang punya ?? pacar ?
(Sambil tertawa terbahak-bahak). Sudahlah.. jangan sok bijak,
daripada kau mikir daun kering mending join bareng kita !! Nih..
kita jamin kau bakal tenang, aman, nyaman, damai, sejahtera
Indonesia.”

BERANDAL 2 : “wihh….. Sudah kaya mie komplit ama bumbunya tiap seduh
Nyam… Nyam… Nyamm… nak coy.”

KIRI : “ Apa yang kamu katakana Hampa !! bodoh !! lhatlah betapa


bahagiana mereka, dengar tawa lepas tanpa beban mereka. Bua
tapa menjatuhkan diri dalam kesedihan, sedangkan bahagia tepat
didepan matamu.”

HAMPA : (hampa berfikir ulang, nampaknya, godaan dari kiri tak


sepenuhnya menggoyahkan pikirannya ) “Aku mengikuti
arusmu, tapi tak juga kau menepi. Aku mengikuti jejakmu, tapi
selalu tersakiti. Tak bisakah kau hentikan semua kebodohan
ini.”

BERANDAL 2 : “Jangan kau usik kesenangan kami, Hampa. Cukup kau urus
hidupmu sendiri. Jangan berharap kau dapat kembali menjadi
daun yang hijau. Kau telah terjebak bersama kami.
Terombang ambing terbawa angin.

HAMPA : “Tak perlu aku menjadi daun yang hijau. Kau bahkan lupa,
daun keringpun masih berguna.”

BERANDAL 1 : (tertawa). “Berguna katamu! Sementara kau hanya diam,


Hampa. Kau masih terjebak bersama kami.”

HAMPA : “Kau benar. Kini aku hanya bisa diam. Membiarkan aku tetap
menjadi daun kering yang tak mampu berpaling, karena
berpalingpun aku sudah tak mampu.

BERANDAL 2 : “Sekali daun kering kau akan tetap menjadi daun kering,
Hampa.

HAMPA : (berjalan kedepan panggung). “Tidak. Aku tetaplah aku


meski aku mengikuti arusmu. Berhentilah menjadi dirimu
yang tak berguna. Dunia tidak abadi.”
BERANDAL 2 : (mendengar kata itu, wahyu mulai tersentuh hatinya dan mulai
bisa berfikir ) “Hampa Benar, Dunia Tidak abadi salahkah
bila kita kembali ?

BERANDAL 1 : “Aku tak akan kembali, untuk apa kita kembali ? kita seperti
ini bukan mau kita tapi ini takdir kita.” (berbicara dengan
emosi dan keadaan otak tak sadar dengan sepenuhnya )

HAMPA : “ Kau bilang takdir ?!! itu adalah takdir yang kau pilih sendiri
untuk hidupmu. Bukan salah orang-orang lain dan bukan pula
karena orang lain kau seperti ini. Kau tidak sadar yang telah
membuat keluargamu hancur adalah dirimu, kau menjadi
seorang anak permeuan yang liar bak burung yang keluar dari
sangkar. Kau membuat ayah dan ibumu saling menyalahkan
atas kelakuanmu, dana apa yang kau peroleh ? kebebasan ?
lihat !!!! Bahkan kau tak punya keluarga sekarang .( Hampa
berbicara sambal menarik baju berandal 1 ia merasa sudah
muak dan emosinya meluap, lalu ia berbicara ke wahyu ) dan
kau juga, tidakkah kau ingat bagaimana dan mengapa
papamu mati ? apa perlu kuceritakan kronologinya!! Ingat
Wahyu, beliau meninggal karena mengetahui anak
kesayangannya memakai narkoba dan bahlan melakukan
tindakan criminal. Kau salah jika kau berfikir papamu tak
peduli padamu. Bahkan diatasa sana papamu menangis darah
melihat kau tetap seperti ini.”

SUASANA SEKETIKA MENJADI HENING, BERANDAL 1 TAK


SEDIKITPUN TERSENTUH DENGAN KATA YANG TELAH
DILONTARKAN HAMPA, IA JUSTRU MERASA LEBIH MARAH DAN
MERASA HAMPA BUKAN TEMANNYA LAGI, TETAPI BERANDAL 2
JUSTRU DIAM DAN MERENUNG.

BERANDAL 2 : “Kemana kita akan berpijak setelah ini. Sementara suda terlalu
banyak luka yang tertoreh pada orang lain, taka da salahnya kita
kembali.”
BERANDAL 1 : “Mengapa kau menjadi seorang pecundang yang mudah
menyerah pada kata.” (Menarik bajunya Berandal 2)

BERANDAL 2 : “Aku bukan menyerah pada kata, tetapi hatiku mengatakan ini
harus berhenti.” (Menatap tajam Pada Berandal 1)

HAMPA : “Sudahlah. Tak usah berdebat tentang kata. Biar hati yang
berbicara. Setidaknya telah kuperingatkan bahwa dunia tidak
abadi. Perhatikan setiap langkah kaki, karena mungkin dunia
akan menjebakmu.”

BERANDAL 1 : “Aku bahkan tak peduli itu.” (ia pergi meninggalkan Hampa dan
Berandal 2)

BERANDAL 1 MENINGGALKAN PANGGUNG. SUASANA KEMBALI


HENING. HANYA TERDENGAR SUARA JANGKRIK SEBAGAI
PENGGAMBARAN SUASANA MALAM. BERANDAL 2 MENDEKATI
HAMPA

HAMPA : (sebelum berandal 3 berada disampingnya, hampa telah


berbicara). “Salahkah bila daun kering itu hanya ingin
membawamu kembali.”

BERANDAL 2 :” Kau tidak salah, Hampa. Kau telah melakukan yang benar
meski kau harus mengikuti arus yang bukan jalur
perjalananmu.”

HAMPA : “Apa yang harus kulalukan.”

BERANDAL 2 : “Kembalilah menjadi dirimu.”

HAMPA : “Tapi aku gagal membawa satu temanku.”

BERANDAL 2 : “Kau tidak gagal Hampa. Waktu telah berteman denganmu,


begitupun kata. dia pasti kembali bersama kita.”

HAMPA : “Terima kasih.”


BERANDAL 1 : (mengangguk). “Aku harus pergi, aku akan menyusul Resti. Kau
taukan seperti apa dia ketika moodnya buruk. Kembalilah
menjadi dirimu,Hampa.”

LALU BERANDAL 2 MENINGGALKAN HAMPA

BABAK 3

BERANDAL 2 DAN HAMPA MENINGGALKAN PANGGUNG. SUASANA


KEMBALI HENING HANYA TERDENGAR SUARA JANGKRIK SEBAGAI
PENGGAMBARAN SUASANA MALAM. BERANDAL 1 MERASA SEPI,
SENDIRI. DISITU IA BERFIKIR UNTUK MENGAKIRI HIDUPNYA. IA
MERASA IA SUDAH TAK PUNYA TEMAN LAGI,HIDUPNYA HANCUR
DAN DITAMBAH IA BERADA DALAM PENGARUH NARKOTIKA YANG
SEMAKIN MEMBUAT FIKIRANNYA BERANTAKAN.

BERANDAL 1 : (monolog) “Dunia bahkan tak mengharapkan hembusan nafasku.


Keluargaku pun sudah tak menganggapku ada, teman yang yang
seharusnya mempercayaiku sekarang meninggalkanku (Ketawa
sambil membuka cutternya lalu menyileti tangannya sendiri
ambil menghisap darahnya ) Nyamuk aja enggan mendekatiku.”
(Berbicara sambal ketawa)

BEBERAPA SAAT SETELAH BERANDAL 1 MENINGGALKAN DUNIA


YANG FANA, BERANDAL 2 MASUK KEKAMAR BERANDAL 1 TERKEJUT
SEKETIKA MELIHAT SI BERANDAL 1 AMBRUK TAK SADARKAN DIRI.
BERANDAL 2 MENGIRA BAHWA BERANDAL 1 HANYA BERPURA-PURA
DAN SPONTAN MEMBUAT VLOG AGAR BERANDAL 1 TERTAWA.

BERANDAL 2 : (sambal mengambil posisi yang bagus) “Hemm… hemmm…


cek… cek.. hay Guys,Guys,Guys ini adalah penipuan pablik tapi
gagal, ini temen gue yang sukanya narkoba, hobinya sakau
ketawa ndak jelas dan pura-pura mati pula, heyy broo sini hadap
kamera sini!!!”

CARANYA PUN TIDAK BERHASIL MEMBUAT BERANDAL 1 MEMBUKA


MATANYA, DAN SEKETIKA BERANDAL 2 MEMEGANG TANGAN
BERANDAL 1 KARENA IA TAU KALAU BERANDAL 1 PALING TIDAK
BISA MENAHAN SENTUHAN FISIK YANG MENGGELIKAN DAN
TERTANYA BERANDAL 2 TERKEJUT KARENA TANGAN BERADAL 1
TERASA DINGI, SPONTAN IA MEMERIKSA DENYUT NADI DAN
MEMBANTING KAMERANYA. IA SANGAT TERKEJUT BAHWA TEMAN
YANG DIDEPANNYA SAAT INI SUDAH TIADA, IA TIDAK BISA
BERKATA APA-APA LANGSUNG PERGI MENINGGALKAN BERANDAL 1
DAN BERLARI TERBIRIT-BIRIT.

BABAK 4

HAMPA MASIH BERADA DITEMPAT YANG SAMA. DENGAN


MEMAINKAN SEBATANG ROKOK DITANGANNYA. LALU IA SELIPKAN
ROKOK TERSEBUT DIKUPINGNYA. HAMPA MENGAMBIL KOREK API
DISAKUNYA. MENGHIDUPKAN KOREK API ITU DAN KEMUDIAN
MENIUPNYA. IA LAkUKAN ITU BERULANG-ULANG. KEMUDIAN
MUNCUL SUARA HATI HAMPA (KANAN & KIRI) DATANG BERSAMAAN
DENGAN SUARA HEMBUSAN SEPERTI SUARA ANGIN UNTUK
MENGIRINGI MASUKNYA KANAN DAN KIRI KE DALAM PANGGUNG.

KIRI : (berdiri disamping kiri Hampa). “Kau gagal, Hampa. Mengapa


tidak kau ikuti mereka, maka hidupmu akan bebas.”

KANAN : (berdiri disamping kanan Hampa). “Jangan dengarkan kiri,


Hampa. Kau berhasil. Setidaknya kau telah memperingati mereka.”

KIRI : “Berhasil katamu!”

HAMPA : “Hentikan! Berhasil atau tidak, aku akan kembali. Kau benar
Kanan. Jiwaku mungkin belum terlepas dari mereka. Jiwaku masih
dalam dusta. Tapi aku masih berharga. Aku berhasil membawa
salah satu dari mereka untuk kembali”.

KANAN : (tersenyum puas). “Kau telah menjaga aku hampa.”

KIRI : “Lihatlah dirimu, Hampa. Kau tidak bahagia. Kau lupa aku juga
hatimu.”

HAMPA : “Tidak Kiri! Aku tetap akan kembali. Aku yakin, waktu yang
akan membawa mereka kembali”.
KIRI : “Hampa!”

HAMPA : “Diamlah! Aku tidak akan merubah keputusanku”.

BERANDAL 2 MASUK DENGAN BERLARI MENGHAMPIRI HAMPA.

BERANDAL 2 : “Hampa. (mengatur nafas). Kau telah menyelamatkan hidupku.”

HAMPA : “Apa yang terjadi? Tenanglah”

BERANDAL 2 : “Resti telah mati, Kau benar, Hampa. Dunia bisa menjebak
langkah kaki. Aku tak tahu apa yang kurasa kini. Di satu sisi
aku sedih teman kita Resti.. Resti.. Hampa.. Ia harus pergi
dengan beribu penyesalan bahkan didetik-detik terakhirnya ia
harus sendiri. Tapi disisi lain aku telah bersyukur kau telah
menyelamatkan hidupku.

HAMPA : (menepuk bahu berandal 2). “Bukan aku yang menyelamatkan


hidupmu, tapi hatimu. Ayo kita antar teman kita menuju tempat
peristirahatan terakhirnya.”

KANAN : Kau lihat Hampa. Kau masih berharga

HAMPA TERSENYUM MENOLEH KENAN

SELESAI

Anda mungkin juga menyukai