Anda di halaman 1dari 240

Metode Pemeliharaan Mesin

Training Vibrasi Tingkat Dasar

Copyright P.T Tiara Vibrasindo Pratama


Metode Perawatan Permesinan

Filosofi Lama
• Membiarkan plant berjalan
seadanya.
• Sedikit pemikiran untuk
meningkatkan keandalan plant
(plant reliability).

Filosofi Baru
Adanya investasi waktu dan uang
untuk mengubah metode perawatan
untuk meningkatkan keandalan
plant (plant reliability).

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 2


Metode Perawatan Permesinan

Breakdown Maintenance

Preventive Maintenance

Predictive Maintenance

Proactive Maintenance

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 3


Breakdown Maintenance

Membiarkan mesin beroperasi sampai terjadi kerusakan.


Tidak ada tindakan sebelum terjadi kegagalan.

Disebut juga dengan Run To Failure Maintenance

The philosophy is

“just let it break”

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 4


Breakdown Maintenance

Keuntungan:
• Murah
• Mesin tidak dirawat secara berlebihan
Kerugian:
• Tidak ada persiapan terhadap terjadinya kerusakan
mesin (downtime) karena terjadinya mendadak.
• Kerusakan akan menyebar ke komponen lain dan
bisa terjadi kerusakan fatal (catastrophic) sehingga
biaya perbaikan akan mahal.
• Kerugian produksi besar.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 5


Preventive Maintenance

Dikenal juga sebagai Calendar-based Maintenance,


jenis perawatan ini menggunakan teori yang
menyebutkan bahwa umur mesin terbatas dan
kemungkinan terjadinya kegagalan akan meningkat
seiring dengan meningkatnya umur mesin.

Jadi kegiatan perawatan akan dilaksanakan sebelum


mesin membutuhkannya.

The philosophy is

“fix it before it break”


Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 6
Preventive Maintenance

Terdapat masalah dalam memperkirakan


umur dari mesin sebelum mesin itu
mengalami kegagalan.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 7


Preventive Maintenance

Keuntungan:
• Perawatan dilakukan pada waktu yang sudah ditentukan dan
dipersiapkan.
• Kegagalan mesin yang tidak terduga dapat dikurangi.
• Oleh karena itu kerusakan fatal dapat dikurangi.
• Terganggunya jalan produksi bisa dikurangi.
• Ada pengaturan yang jelas terhadap penyimpanan komponen
cadangan dan biaya.
Kerugian:
• Masin terlalu sering diperbaiki bahkan pada saat dimana mesin
itu sebenarnya tidak mengalami masalah sama sekali.
• Tindakan perawatan seringkali menambah masalah daripada
menguranginya.
• Masih terjadi unscheduled breakdowns.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 8


Predictive Maintenance

Predictive maintenance, disebut juga dengan Condition


Based Maintenance adalah suatu proses yang
membutuhkan teknologi dan keahlian orang yang
menggabungkan semua data diagnostik dan performance
yang ada, maintenance histories, data operasi dan desain
untuk membuat keputusan kapan harus dilakukan
tindakan perawatan pada major / critical equipment.

The philosophy is

“if it ain’t broken, don’t fix it”

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 9


Predictive Maintenance

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 10


Predictive Maintenance

Keuntungan:
• Kerusakan mesin (downtime) yang tidak terduga
dapat dikurangi.
• Komponen hanya dipesan saat dibutuhkan jadi
penumpukan stok komponen bisa lebih dikurangi.
• Tindakan perawatan bisa lebih direncanakan.
Kerugian:
• Biaya yang tinggi dalam mempersiapkan peralatan
instrumen dan tenaga ahli.
• Tidak ada kepastian apakah umur mesin bisa lebih
panjang.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 11


Proactive Maintenance

Dikenal juga sebagai Precision Maintenance dan


Reliability Based Maintenance. Metode perawatan ini
lebih menitikberatkan pada indentifikasi akar
permasalahan dan memperbaikinya untuk mengurangi
kemungkinan mesin akan rusak.

The philosophy is

“fix it once and fix it right”

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 12


Proactive Maintenance

Memaksimalkan umur operasi mesin dan meningkatkan


keandalan serta efisiensinya melalui :
¾Analisa penyebab kegagalan (Root Cause Failure Analysis)
¾Instalasi mesin dilakukan dengan kepresisian yang tinggi.
¾Pelatihan personel.

3 hal yang harus ditelusuri:


¾Mengapa mesin selalu mengalami kegagalan berulang-ulang ?
¾Jenis tindakan apa yang harus dilakukan ?
¾Apakah mesin beserta komponen-komponennya telah
terpasang dengan benar ?

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 13


Proactive Maintenance

Keuntungan:
• Umur operasi mesin bisa lebih diperpanjang
• Keandalan mesin meningkat
• Kegagalan mesin dapat dikurangi
• Biaya perawatan keseluruhan bisa dikurangi

Kerugian:
• Investasi dengan biaya tinggi untuk peralatan instrumen dan
keahlian personel
• Diperlukan keahlian khusus dari para personelnya.
• Dibutuhkan investasi waktu untuk menerapkan metode ini.
• Butuh perubahan cara berpikir (filosofi) dari mulai level
manajemen sampai ke level paling bawah.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 14


Condition Monitoring

Condition Monitoring adalah proses


memonitor kondisi dari sebuah mesin
sehingga bisa diketahui kondisi dari mesin
apakah dalam konsisi baik atau mulai ada
gejala rusak.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 15


Integrated Condition Monitoring

Memonitor kondisi dari mesin bisa dianalogikan dengan


memonitor kesehatan manusia

Vibration: Oil: Thermography: Motor Current:


“Detak jantung” “Kondisi darah” Mengukur “Sinyal otak / brain
dari mesin mesin temperatur mesin waves” mesin

Gambaran total

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 16


Integrated Condition Monitoring

Memakai sistem tunggal yang bisa menunjang beberapa


teknologi sekaligus dari satu produsen, sehingga tidak
perlu lagi secara manual menggabungkan beberapa
teknologi untuk menyajikan informasi mengenai kondisi
suatu mesin.

ATAU

Memakai beberapa produsen terbaik untuk masing-


masing teknologi dan menggabungkannya secara
manual untuk menyajikan informasi mengenai kondisi
suatu mesin. Hal tidak mudah karena belum tentu
teknologi dari produsen yang berlainan bisa digabung.
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 17
Teknologi Condition Monitoring

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 18


Building The Information Bridge
Maintenance History
Ops Logs
Batch Tests
Design Information
Pressure
Temperature Data
Vibration
Performance Acquired
Flow Corrective
Oil Analysis Action
Chemistry
NDE Inspections
Visual Inspections

Non Value Added Value Added

Menghasilkan
Menghasilkaninformasi
informasiyang
yangberguna
bergunauntuk
untuk
menentukan
menentukanapakah
apakahharus
harusmelakukan
melakukantindakan
tindakankorektif
korektif
dan
dantindakan
tindakankorektif
korektifapa
apayang
yangharus
harusdilakukan.
dilakukan.
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 19
Why Condition Monitoring ???

Untuk apa kita perlu mengetahui secara detail


mengenai kondisi “kesehatan” mesin ?

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 20


Tujuan Condition Monitoring

Meningkatkan keandalan mesin


Lebih terkontrolnya jadual perawatan

Menurunkan biaya perawatan


Menurunkan kerugian produksi akibat downtime

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 21


Teknologi Vibrasi pada Condition
Monitoring

Vibrasi selalu dialami oleh semua mesin


rotasi. Besarnya/amplitudo vibrasi dan
pola/pattern vibrasi akan memberi informasi
tentang kondisi mesin dan komponen
penyusunnya.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 22


Teknologi Vibrasi pada Condition
Monitoring

Pada pengukuran vibrasi bisa dimonitor


perubahan amplitudo dan pattern dari
vibrasi tersebut kemudian bisa dideteksi
adanya masalah dan jenis masalahnya.

1X

2X
3X - 6 X
B E A R IN G B A N D 1 B E A R IN G B A N D 2

9 -3 0 X R P M
30 -5 0 X R P M

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 23


Pengambilan Data Vibrasi

Transducer
Waveform

Amplitude
Time
Off-line FFT
Spectrum

Amplitude
Frequency
On-line

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 24


Pengambilan Data Vibrasi
Route-based periodic Online monitoring
– Untuk mesin-mesin umum – Untuk mesin-mesin kritis
– Dilakukan survey langsung – Sensor terpasang pada mesin
ke lokasi – Kegiatan monitoring dilakukan
– Kegiatan monitoring secara otomatis
dilakukan secara manual – Rentang pengambilan data
– Pengambilan data – Sulit mengakses tempat
umumnya sebulan sekali pengambilan data atau
– Tempat pengambilan data tempatnya terlalu berbahaya.
mudah diakses.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 25


Tahapan Analisa Vibrasi

Bentuk piramid menggambarkan jumlah mesin


yang ada di tiap tahap/fasa

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 26


Fasa Deteksi (Detection Phase)

Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan


mesin-mesin mana saja yang memiliki masalah
yang layak untuk diselidiki lebih lanjut.

Tahap ini akan menghasilkan Exception Report.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 27


Fasa Deteksi (Detection Phase)

Metode Penyaringan (Screening Method) :


1. Menyaring secara manual berdasarkan data
vibrasi dari semua mesin.
2. Menyaring secara otomatis dengan
menggunakan Expert System atau Artificial
Intelligence System.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 28


Fasa Deteksi (Detection Phase)

Exception report yang baik akan memberikan


informasi mesin mana saja yang benar-benar
mengalami masalah dan memberikan beberapa
petunjuk mengenai masalah apa saja yang
kemungkinan dialami mesin tersebut.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 29


Fasa Analisis (Analyze Phase)

Setelah exception report menyaring mesin


mana saja yang mengalami masalah, tahap
selanjutnya adalah menganalisa mesin-mesin
tersebut baik data spectrum, time waveform,
phase analyzing, trending.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 30


Fasa Analisis (Analyze Phase)

Tahap analisis ini akan memerlukan waktu yang


banyak, oleh karena itu TIDAK DISARANKAN untuk
melakukan tahap analisis untuk semua mesin HANYA
untuk mesin yang tercantum pada exception report.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 31


Fasa Analisis (Analyze Phase)

Setelah mendiagnosa masalah pada mesin


dan menemukan masalahnya maka harus
dilakukan perbaikan (Correction Phase),
misalnya mengganti bearing yang rusak.

Apakah hanya itu saja ?

Perlu diingat kita belum melakukan


tindakan apapun untuk mencegah
masalah yang sama muncul lagi,
misalnya kenapa bearing rusak
setiap 3 bulan sekali.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 32


Root Cause Phase

Harus ditemukan akar penyebab munculnya masalah


kemudian memperbaikinya (Correction Phase).
Setelah tahap ini diharapkan kemungkinan
munculnya masalah yang sama bisa dikurangi.

Tujuan utamanya adalah untuk


meningkatkan Reliability.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 33


How to Find the Root Cause

Pengecekan sejarah (history) dari :


• Data vibrasi
• Informasi dari personel perawatan tentang
mesin-mesin yang ada.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 34


How to Find the Root Cause

Melihat dari sudut pandang yang lebih luas :


• Mengecek sumber-sumber vibrasi disekitar mesin
yang ditinjau.
• Mengecek cara-cara penyimpanan komponen.
• Mengecek prosedur perbaikan
• Mengecek rutinitas metode perawatan yang
digunakan.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 35


Verification Phase

Adanya fakta yang menunjukkan tingginya


kemungkinan mesin gagal/rusak setelah mesin
diperbaiki.

Mesin harus dicek secara menyeluruh saat


kembali dari proses perbaikan (service).

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 36


Verification Phase

Salah satu metode untuk verification phase


adalah membandingkan level vibrasi sebelum
dan sesudah perbaikan.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 37


Verification Phase

Pada saat periode Run In :


• Pastikan bahwa masalah yang terjadi sebelumnya
benar-benar telah diperbaiki.
• Mengukur konsumsi energi.
• Mengecek apakah muncul masalah baru.
• Mengecek apakah komponen yang dipasang benar-
benar sesuai/cocok.
• Mengecek apakah komponen terpasang dengan
benar.
• Mengecek kondisi pelumasan.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 38


Verification Phase

Bergantung dari jenis permasalahan dan tingkat


kekritisan dari mesin yang bersangkutan
biasanya dibutuhkan waktu satu minggu untuk
periode Run In. Setelah itu periode perawatan
bisa dilakukan sesuai dengan jadual yang
normal.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 39


Machinery Vibration
Training Vibrasi Tingkat Dasar

Copyright P.T Tiara Vibrasindo Pratama


Apa Itu Vibrasi ?

Sumber vibrasi

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 41


Apa Itu Vibrasi ?

A shaft in a journal moving


about the center of rotation
What is
Vibration?
+

The movement of a body


about a reference position

A bearing moving back


and forth on its pedestal

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 42


Penyebab Vibrasi

Vibrasi disebabkan oleh gaya-gaya


pengeksitasi seperti :
z Torsi dari penggerak
z Gaya reaksi karena adanya beban
z Gaya tambahan akibat unbalance,
misalignment, dll
Untuk menganalisa vibrasi, para analis
mencoba menghubungkan vibrasi dengan
gaya pengeksitasinya.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 43


Basic Terminology

Vibration is a continuous,
random or periodic motion
of an object or transient
“impact” event of short time
duration. Caused by either
a man-made, natural
excitation of a structure,
and mechanical faults.

- Vibration institute -

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 44


Bagaimana Menggambarkan Vibrasi?

• Frekuensi
– Siklus per detik / Cycles per second (Hz)
– Siklus per menit / Cycles per minute (CPM)
– Putaran per menit / Rotation per minute (RPM)
– Orders, 1 order sama dengan 1xRPM (1xputaran poros mesin)
• Amplitudo
– Displacement/perpindahan (mils, micron)
– Velocity/kecepatan (ips, mm/s)
– Acceleration/percepatan (g, mm/s2, inch/s2)
• 1 g =9.807m/ s2 = 386.4 in/s2
• Fasa
– Degree (derajat), dimana satu putaran sama dengan 360°

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 45


Amplitudo and Frekuensi

B A C E
A C E
D
D
AMPLITUDO FREKUENSI
• Acceleration (max) at B & D
• Velocity (max) at A, C & E CPM =cycles per minute
• Displacement (peak to peak) B-D Hertz = cycles per second
distance Order = once per revolution

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 46


Amplitudo and Frekuensi

Amplitudo

1 periode, T
Frekuensi (f) = 1 / T
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 47
Frekuensi

Frekuensi adalah jumlah siklus yang berulang


untuk tiap satu satuan waktu.

Satuan frekuensi adalah :


• Cycles per second (CPS/Hertz/Hz))
• Cycles per minute (CPM) = CPS x 60.
• Orders (1 order = 1 x rpm)
• Rotation per minute (RPM) – untuk putaran poros.
RPM = CPM poros.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 48


Amplitudo

Amplitudo adalah besarnya simpangan vibrasi.


Amplitodo diukur dalam 3 cara :

1. Displacement (mils, micron)


2. Velocity (ips, mm/s)
3. Acceleration (g, mm/s2, inch/s)
( 1 g = 9,807 m/s2, 386,4 inch/s2)

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 49


Amplitudo

Amplitudo vibrasi (displacement, velocity or


acceleration) dapat dinyatakan dalam Peak to
Peak (Pk-Pk), Peak (Pk), Average, Root Mean
Square (RMS).

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 50


Pk and Pk -Pk

Zero
To
Peak Peak
To
peak

Peak-to-Peak (Pk- Pk) = 2 x (Zero-to-Peak (Peak or Pk))


Caution! This is "true peak" and may not be
measured by all instruments
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 51
Average

Nilai average adalah rata-rata nilai mutlak dari


waveform (untuk gelombang sinus nilainya
sama dengan 0.5 x peak).

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 52


RMS

Root Mean Square (RMS) adalah akar kuadrat


dari rata-rata nilai kuadrat dari waveform (untuk
gelombang sinus nilainya sama dengan 0.707
x peak)

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 53


RMS

Nilai RMS bisa digambarkan dengan grafik di


bawah ini.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 54


Displacement, Velocity, Acceleration

• Velocity
– V=2πfD
• Acceleration
– A=2πfV
– A = (2 π f)² D

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 55


Displacement

Sebuah obyek yang bergerak bolak-balik


melalui titik referensi, gerakannya bisa
dinyatakan dalam berapa besar perpindahan
obyek tersebut.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 56


Displacement

Satuan yang digunakan adalah mils untuk sistem


satuan imperial atau microns untuk sistem satuan
metric.
1 mil = 0.001 inch
1 micron = 0.001 mm

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 57


Velocity

Velocity (kecepatan) didefinisikan sebagai


kecepatan sebuah obyek melakukan
perpindahan.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 58


Velocity

Satuan yang digunakan adalah inches per


second (ips) untuk sistem satuan imperial atau
mm/s untuk sistem satuan metric.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 59


Acceleration

Acceleration (percepatan) didefinisikan sebagai


perubahan kecepatan. Percepatan maksimum terjadi
pada saat perpindahan berubah arah (ketika perpindahan
maksimum dan kececpatan nol).

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 60


Acceleration

Satuan yang digunakan adalah inches per


second2 untuk sistem satuan imperial atau mm/s2
untuk sistem satuan metric atau g, dimana 1 g =
9.807m/s2 = 386.4 in/s2

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 61


Displacement, Velocity, Acceleration

Vibrasi pada Mesin yang Sama


Puncak-puncak pada grafik ada pada setiap
rentang 30Hz yaitu 0, 30Hz, 60Hz, 90Hz…
– Displacement (mm)
• Proximity Probe
– Velocity (mm/s)
• Velocity Pickup
– Acceleration (m/s2)
• Accelerometer

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 62


Displacement, Velocity, Acceleration

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 63


Latihan

• Ubah displacement 40 micron p-p pada


1450 RPM menjadi velocity peak dalam
mm/s
• Ubah velocity 3 mm/s peak pada 2950 RPM
menjadi acceleration dalam g-s RMS
– Jawaban
• 3.03 mm/s Peak
• 66.8 g - rms

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 64


Fasa

Fasa adalah perbedaan posisi dari vibrasi sebuah titik


relatif terhadap titik referensi yang diam atau relatif
terhadap titik lain yang bergetar.

Dapat dilihat pada grafik di bawah ini dua gelombang


yang mempunyai amplitudo dan frekuensi yang sama
tetapi mempunyai perbedaan posisi/timing yang
berbeda relatif satu sama lain.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 65


Fasa

Fasa sebenarnya adalah perbedaan timing, dimana


satu event muncul relatif terhadap event yang lainnya.

Jika suatu event terjadi pada waktu yang sama maka


disebut in-phase jika tidak out of phase.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 66


Fasa

Dapat dilihat pada grafik di bawah ini,


gelombang hitam mencapai puncaknya 180°
setelah gelombang biru. Oleh karena itu
dikatakan 180° out of phase.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 67


Analisis Vibrasi

Displacement
Displacementwaveform
waveformdari
dari40
40megawatt
megawattturbin
turbinuap.
uap.Perhatikan
Perhatikan
bentuk
bentukwaveform
waveformyang
yangkompleks
komplekssehingga
sehinggaanalisisnya
analisisnyatidak
tidakmudah.
mudah.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 68


Analisis Vibrasi

Untuk menganalisis bentuk waveform yang kompleks :


• Sinyal kompleks dipecah-pecah menjadi
komponennya yang berupa sinyal sederhana dengan
menggunakan proses FFT.
• Frekuensi dari setiap komponen vibrasi bisa
digunakan untuk mengidentifikasi jenis masalah
yang dialami mesin.
• Fault severity dinyatakan dengan amplitudo.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 69


Analisis Vibrasi (FFT)

Fast Fourier Transform (FFT) adalah proses


untuk memecah sinyal kompleks ke
komponennya yang berupa sinyal sederhana
(gelombang sinus).

Waveform Spectrum

Amplitude
Amplitude

FFT

Time Frequency

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 70


Analisis Vibrasi (FFT)

Mulai dengan pengambilan data vibrasi dari


transducer yang berbentuk sinyal waveform.
Amplitude

Time

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 71


Analisis Vibrasi (FFT)

Sinyal tersebut kemudian dimasukkan ke analyzer


kemudian proses FFT dimulai.

Analyzer
Amplitude

Amplitude

Time Time

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 72


Analisis Vibrasi (FFT)

Data waveform yang


diambil dari transducer
berbentuk sinyal kompleks.
Amplitude

Time

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 73


Analisis Vibrasi (FFT)

Data waveform dipecah


menjadi komponennya
yang berbentuk sinyal
sederhana.
Amplitude

Time
Amplitude

Time

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 74


Analisis Vibrasi (FFT)
Setiap komponen memiliki
frekuensi yang berbeda-beda

Frequency
Time
e

Time
Amplitude

Time

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 75


Analisis Vibrasi (FFT) Spektrum menunjukkan
amplitudo dari setiap
komponennya untuk
masing-masing frekuensi

Frequency
Time
Amplitude

Amplitude
y
uenc
Freq

Time
Amplitude

Time

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 76


Analisis Vibrasi (FFT)
FAKTA
Spectrum dan waveform
sebenarnya hanya
perbedaan cara memandang Frequency
Time data vibrasi yang sama
Amplitude

Amplitude
y
uenc
Freq

Time
Amplitude

Time

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 77


Analisis Vibrasi (FFT)

FAKTA
Spectrum dan waveform
sebenarnya hanya
perbedaan cara memandang
data vibrasi yang sama

Amplitude
y
uenc
Freq
Amplitude

Time

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 78


Analisis Vibrasi (FFT)
Spectrum dan waveform
sebenarnya hanya
perbedaan cara
memandang data vibrasi
yang sama

Waveform Spectrum
Amplitude

Amplitude
Time Frequency
Pada umumnya data
spectrum dan waveform
digunakan bersama-sama
untuk mendapatkan informasi
selengkap-lengkapnya
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 79
Analisis Vibrasi (FFT)

Spectrum
Amplitude

Severity of
the problem

Frequency

Source of Problem

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 80


Analisis Vibrasi (FFT)

Berikut adalah spectrum dari waveform turbin


uap yang telah disinggung sebelum ini.

Oil Whirl

Imbalance

FFT Misalignment

Looseness

Waveform Data Spectrum Data

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 81


Analisis Vibrasi (FFT)

Oil Whirl

Imbalance

Misalignment

Looseness

Spectrum
Spectrumdari
daridisplacement
displacementwaveform
waveform40
40MW
MWturbin
turbinuap
uaplebih
lebihmudah
mudah
untuk
untukdianalisis.
dianalisis.Lebih
Lebihmudah
mudahuntuk
untukmelihat
melihatmasalah
masalahyang
yangdialami
dialami
oleh
olehturbin
turbinseperti
sepertiwhirl,
whirl,unbalance,
unbalance,misalignment
misalignmentdan
danlooseness.
looseness.
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 82
Vibration Severity

Pertanyaan umum:
1. Seberapa besar amplitudo vibrasi sebelum
diambil tindakan koreksi terhadap mesin ?
2. Bagaimana memrediksi kegagalan mesin
berdasarkan amplitudo vibrasi ?

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 83


Vibration Severity

Pada umumnya semakin tinggi amplitudo vibrasi semakin


buruk kondisi mesin.
Tetapi harus dipertimbangkan bahwa :
• Terdapat berbagai macam tipe mesin.
• Mesin beroperasi pada berbagai macam kondisi.
• Mesin mempunyai tingkat kekritisan yang berbeda-
beda tergantung dari plant yang bersangkutan.
• Mesin tersusun dari berbagai macam tipe komponen.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 84


Vibration Severity

Untuk alasan-alasan ini maka sangat sulit


untuk membuat garis batas di mana mesin
mengalami kegagalan. Ada beberapa standar
untuk tingkat severity vibrasi.

Slide berikut adalah salah satu contoh standar


yang dipakai.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 85


Vibration Severity

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 86


Vibration Severity

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 87


Training Vibration Analysis
-Preparation for Data Collection-

PT. TIARA VIBRASINDO PRATAMA


Sensor…Tranduser…Probe…Apa itu??

….Pada dasarnya…..
untuk mengkonversi mechanical vibration
menjadi sinyal elektrik

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 89


Tipe-tipe Transduser Vibrasi

• Displacement Probe:
Non-contact Eddy Current (Proximity Probe)
• Velocity Pickups
• Accelerometer

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 90


Displacement Tranduser
Tipe-tipe Tranduser Vibrasi
Displacement Probe

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 92


Displacement Probe

• Mengukur perpindahan (displacement) poros


(shaft) secara statis dan dynamic relatif
terhadap bearing housing (mounting point).
• Berupa:
– Kabel koil yang dibungkus oleh plastik non-
conductive atau material keramik.
– Terdapat sebuah oscillator-demodulator yang
biasa disebut proximitor, sebagai exciter probe
dengan arus listrik AC 1.5 MHz (carrier signal).

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 93


Ilustrasi Displacement Probe

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 94


Displacement Probe

• Prinsip kerja:
– Proximitor mengeksitasi probe, menghasilkan magnetic
field pada ujung probe.
– Ketika shaft mendekati probe, maka terbentuklah eddy-
current pada shaft.
– Dengan terbentuknya eddy-current, energi yang
dibangkitkan proximitor diabsorbsi/diserap dan amplitudo
carrier signal akan berkurang.
– Fluktuasi amplitudo carrier signal dijadikan output sinyal
AC yang secara langsung proporsional dengan nilai
vibrasi (mV/mils).

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 95


Output Data

Displacement
probe

Sinyal DC (DC gap voltage) representasi:


nilai clearence rata-rata plus offset
Proximitor
Poros (shaft) mendekati ujung probe

Sinyal AC representasi vibrasi


-9Volt DC

-18Volt DC

-24Volt DC

Sinyal AC beserta
DC gap voltage pada
Poros (shaft) menjauhi ujung probe
kondisi mesin startup
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 96
Displacement Probe

• Aplikasi utama pada pengukuran :


– Vibrasi shaft dalam arah radial
– Posisi shaft dalam arah axial
– Differential expansion antara casing dan rotor.
(lebih detail diatur dalam API 670)
• Eddy Current Probe efektif digunakan pada large
machinery (rasio case thd rotor weight yang tinggi)
yang menggunakan oil film bearing seperti pada
turbine/generators, compressor, motor-motor besar,
dll.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 97


Displacement Probe

• Kemungkinan terpasang sebagai OEM


equipment
• Untuk permanently installed
• Range frekuensi pengukuran antara 0
sampai 1000 Hz
• Butuh special power supply / signal
conditioner dan kabel
• Satuan yang digunakan dalam mils (0.001
inch) atau micron (0.001 mm)

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 98


Kelebihan

• Dapat merespon frekuensi yang sangat


rendah dengan baik (sampai 0 Hz)
• Menampilkan vibrasi dalam pergerakan
relatif shaft yang sebenarnya.
• Data output dapat ditampilakan dalam
perpindahan (micron atau mils) secara
langsung.
• Pembacaan sangat reliable karena
permanently installed (jika installasi benar)

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 99


Kekurangan

• Sulit dan mahal dalam installasi


• Tidak dapat digunakan pada pengukuran frekuensi
tinggi di atas 1000 Hz.
• Kalibrasi (yakni menentukan rasio antara output
voltage dengan perpindahan aktual) ditentukan
oleh material shaft (berbeda material akan berbeda
pula laju penyerapan energinya).
• Runout dan cacat pada permukaan shaft
menghasilkan sinyal yang salah.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 100


Contoh Equipment
Turbin & Generator

Turbin Gas

Kompresor FD Fan
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 101
Posisi Displacement Probe

Radial Shaft
Vibration & Position

Axial Shaft
Vibration & Position

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 102


Velocity Tranduser
Tipe-tipe Tranduser Vibrasi
Velocity Tranduser

• Mengukur level getaran absolut pada casing atau


bearing housing.
• Pengukuran vibrasi secara langsung dalam satuan
kecepatan.
• Range pengukuran 10 Hz – 2000 Hz.
• Berupa:
Sebuah massa pemberat dan dililiti oleh kabel coil
yang ditumpu oleh pegas, diletakkan dalam sebuah
silinder yang dibungkus oleh magnet permanen.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 104


Velocity Tranduser

• Seismic transducer tidak sensitif terhadap


mounting problem karena casing vibration
yang signifikan berat.
• Merupakan tranduser self-excited, sehingga
tidak membutuhkan power supply.
• Cenderung relatif besar, berat dan mahal.
• Hasil kalibrasi mungkin bergeser karena
keausan dan fluktuasi temperatur

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 105


Ilustrasi Velocity Tranduser

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 106


Prinsip Kerja

• Tranduser dipasang pada bearing housing/casing


yang bergetar.
• Vibrasi pada casing menyebabkan tranduser ikut
bergetar, sedangkan massa pemberat yang dililiti
kabel koil cendrung mempertahankan posisi.
• Pada kabel koil, karena mengalami perubahan
medan magnet, akan timbul beda potensial (voltage)
yang berubah-ubah yang proporsional dengan vibrasi
yang terjadi pada casing.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 107


Accelerometer
Tipe-tipe Tranduser Vibrasi
Accelerometer

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 109


Accelerometer

• Sensor yang lansung dapat menghasilkan


pengukuran dalam acceleration/percepatan (dalam
mm/s2 atau g)
• Biasanya, accelerometer digunakan pada equipment
yang shaftnya ditopang oleh rolling element bearing
• Rolling element bearing mentransfer hampir semua
vibrasi shaft ke bearing housing, dimana
accelerometer diletakkan dibagian tersebut.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 110


Bagaimana Vibrasi bergerak?

Accelerometer
B

Shaft
Rotation

Rolling Element Bearing

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 111


Accelerometer

• Accelerometer merupakan tranduser yang


paling banyak digunakan saat ini, karena:
– Relatif murah dibandingkan dengan velocity &
displacement probe.
– Range frekuensi kerja sangat luas dibandingkan
velocity & displacement probe.
– Sangat sederhana dalam installasi/mounting pada
equipment.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 112


Accelerometer

• Accelerometer yang sering digunakan


berupa“piezoelectric” accelerometer.
• Yakni, terdiri dari :
– kristal piezoelectric (seperti quartz atau ceramic).
– sebuah massa yang digunakan untuk menekan kristal
piezoelectric.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 113


Accelerometer Massa bergeser /sliding
pada permukaan kristal
piezoelectric
• Dari kontruksinya, terdapat 3 tipe
accelerometer:
– Compression type
– Inverted compression type
– Shear type
Shear type
Massa menekan
kristal
piezoelectric
Massa menarik
kristal
piezoelectric

Inverted
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Compression type
Pratama 114
Compression type
Accelerometer

• Prinsip kerja:
– Ketika terjadi penekanan, kristal akan membangkitkan
muatan listrik.
– Sinyal vibrasi kecil (yang terjadi pd sebuah equipment),
maka butuh di-amplifikasi, dan sebuah power supply
untuk menge-charge amplifire.
• Accelerometer yang di-kontruksi dengan massa meng-kompresi
kristal piezoelectric Æ “compression” type.
• Accelerometer yang di-kontruksi dengan massa yang
cendreung bergeser/sliding pada permukaan kristal
piezoelectric Æ “shear” type.
• Shear type biasanya digunakan untuk low frequency.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 115


ICP, Signal Amplifier

• 10 tahun yang lalu, accelerometer masih


menggunakan external-amplifier.
• Saat ini amplifier sudah tersedia di-dalam tranduser
itu sendiri. Yang biasa disebut dengan “internally
amplified accelerometer” (atau ICP = Integrated
Circuit Piezoelectric)

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 116


Mounting Sensor

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 117


Berbagai Tipe Mounting

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 118


Range Frekuensi thd Mounting

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 119


Posisi Peletakan Sensor

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 120


Frekuensi Respon
Accelerometer
Frekuensi Respon

• Kita hadirkan frekuensi respon sebagai kurva


antara sinyal input terhadap sinyal yang
terukur pada tiap frekuensi Æ idealnya flat.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 122


Frekuensi Respon

• Kenyataanya, terdapat batas area frekuensi rendah,


area yang flat/linear (yang bisa dipakai), area
resonansi tranduser pada frekuensi tinggi, dan area
respon cendrung turun.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 123


Frekuensi Respon

• Mengapa penting melihat frekuensi respon dan mencari


daerah linear?
– Karena bila pengukuran dilakukan di daerah non linear Æ
keakuratan, keterulangan data tidak terjadi…dan juga pengukuran
phasa akan berubah-ubah.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 124


Frekuensi Respon

• Tranduser juga memiliki area:


– Batas atas: level maximum yang dapat diterima Æ overload
– Batas bawah, yakni batas area dimana noise electronic akan
sangat dominan Æ dibutuhkan sensor yang sangat sensitif.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 125


Perbandingan
Tipe-tipe Tranduser Vibrasi
Range Operasi Tranduser
Relative Amplitude
100000000

10000000

1000000
Accelerometer
100000

10000

1000 Velocity Transducer


100

Proximity Probe
10
Hz
0.1 1 10 100 Pratama
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo 1000 10000 127
Tipe Tranduser & Jenis Fault

Shaft
Rotating Rolling Element
Speed Bearings
Journal Blades
Bearings 2x Gear
instability 3x

1 KHz 3KHz 25KHz


Non Contact Displacement

Velocity Probe
Accelerometer
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 128
Karakter Umum Tranduser

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 129


Pemilihan Tranduser
Tipe-tipe Tranduser Vibrasi
Kriteria Pemilihan Sensor

1. SENSITIVITY RANGE
– Sensitivitas adalah kemampuan tranduser untuk
menetapkan amplitudo vibratory motion
(displacement, velocity, atau acceleration) dari
amplitudo voltage signal.
– Contoh:
Accelerometer 100 mV/g - Jika accelerometer
membangkitkan 10 mV, maka dikonversi menjadi
0.1 g (10/100 = 0.1).
“g” adalah 1 gravity unit (32.2 ft/sec2 atau 386
in/sec2)

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 131


Sensitivitas vs Frekuensi Range
Sensitivitas

Ukuran lebih kecil

Frekuensi
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 132
Kriteria Pemilihan Sensor

2. FREQUENCY RANGE
– Adalah batasan rendah dan tingginya frekuensi yang
dapat diukur oleh tranduser.
– Setiap tranduser memiliki range frekuensi tertentu
yang mesti diketahui oleh user.
– Kemampuan frekuensi rendah dibatasi oleh
sensitivitas tranduser.
– Kemampuan frekuensi tinggi dibatasi oleh natural
frekuensi dari tranduser mounting.
– Biasanya diberikan toleransi amplitudo pada frekuensi
respon, seperti ±5% ±10%, dan/atau ±3dB.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 133


Range Frekuensi

30
Range frekuensi yang berguna
dB
20
Relative Sensitivity

10
Frequency Response of Sensor
0

-10
Toleransi, biasanya
-20 ±5% ±10%, dan/atau ±3dB

-30

-40
2Hz 10KHz
Frekuensi [xf ]
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo
0 Pratama 134
Kriteria Pemilihan Sensor

4. NATURAL FREQUENCY RANGE


– Membatasi kemampuan sensor pada frekuensi tinggi.
– Ketika forcing frequency mulai mendekati natural
frekuensi sensor, level vibrasi akan meningkat sampai
50 kali karena resonansi pada tranduser. Oleh karena
itu, frekuensi tertinggi mesti dibawah natural frekuensi
tranduser.
– Biasanya, range efektif sebuah accelerometer (±5%)
sekitar 20% sampai 33% dari natural frequency stud
mounting-nya. Jadi, accelerometer dengan natural
frekuensi 30,000 Hz, efektif range-nya sekitar 6000
sampai 10,000 Hz.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 135


Kriteria Pemilihan Sensor

5. WEIGHT RANGE
Penting karena:
– Mesti cukup ringan, sehingga mudah dibawa-
bawa pada saat pengukuran PdM.
– Jika sensor terlalu berat, efeknya signifikan
terhadap natural frekuensi equipment
tersebut.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 136


Kriteria Pemilihan Sensor

6. TEMPERATURE RANGE
– Yakni: temperatur minimum dan maksimum
dimana respon sensor tidak terpengaruh.
– Buat note khusus untuk parameter ini, untuk
menghindari salah operasional karena
temperatur yang terlalu tinggi atau rendah.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 137


Kriteria Pemilihan Sensor

7. MEASUREMENT DIRECTION
– Hampir semua tranduser hanya berfungsi
dalam arah mounting-nya (walaupun
sebenarnya juga merespon 3% - 5% vibrasi
dalam arah tegak lurusnya).
– Tranduser triaxial merupakan tranduser
khusus yang dapat mengukur dalam 3 arah
secara bersamaan.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 138


Kriteria Pemilihan Sensor

8. TRANSDUCER SIZE
– Beberapa lokasi pengukuran membutuhkan sensor
dengan ukuran tertentu, mungkin sensor yang kecil
dibutuhkan untuk permukaan yang tersedia kecil
ataupun object/equipment juga kecil.
– Namun, tranduser yang kecil memiliki voltage
sensitivitas yang kecil pula Æ membatasi kemampuan
respon sinyal.
– Jika object terlalu kecil, tranduser dapat mengubah
frekuensi respon object.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 139


Kriteria Pemilihan Sensor

9. TRANSDUCER POWER SUPPLY


– Tranduser membutuhkan power supply untuk
amplifikasi sinyal vibrasi.
– Ada 3 metoda power supply:
i. ICP (Integrated Circuit Piezoelectric) Power Supply.
Instrument mensupply power ke tranduser melalui kabel yang
menempel pada tranduser.
ii. Independent Power Supplies.
Battery atau AC power unit digunakan untuk mensupply power ke
tranduser.
iii. Charge Amplifier.
Battery atau AC power unit diletakkan antara tranduser dan
instrument untuk meng-amplify sinyal.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 140


Kriteria Pemilihan Sensor

9. CABLING
– Panjang kabel juga merupakan pertimbangan ketika
memesan tranduser.
– ICP powered transducers umumnya dapat
menggunakan kabel sampai 1000 feet (304,8 m).
– Untuk tipe charge amplifier, panjang kabel hanya
sekitar 50 foot (15,24 m).

Panjang
Panjangkabel??
kabel??

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 141


Kriteria Pemilihan Sensor

10. MOUNTING SENSITIVITY


– Sebagaimana yang telah dijelaskan
sebelumnya, ada beberapa tipe mounting
(hand-held probe, magnetic connectors,
permanent stud mounts, dll.) dan setiap tipe
berefek signifikan terhadap kemampuan
mengukur vibrasi dan repetable data.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 142


Kriteria Pemilihan Sensor

11. MAGNETIC INTERFERENCE


– Proximity probe menggunakan magnetic field untuk
menentukan shaft gap dan level vibrasi. Jika
terdapat magnetic field yang lain (seperti efek
electrical runout) akan mempengaruhi proximity
probe’s field, akan terekam pembacaan vibrasi
yang salah.
– Seperti magnetic field yang dibangkitkan oleh
generator ataupun motor yang besar. Juga, akan
berefek pada tranduser dengan sistem spring-mass
(seperti pada velocity pickups).
– Magnetic interference tidak mempengaruhi
tranduser piezoelectric.
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 143
Kriteria Pemilihan Sensor

12. SEALING METHOD


– Ingat, semua accelerometer akan “bernafas
(breath)” jika tidak benar-benar bersertifikat
sebagai hermetically sealed.
– Selama terjadi micro-breathing, kelembaban
memasuki unit ini tanpa bisa terelakkan, dan
akan menurunkan performance tranduser secara
drastis, terutama pada frekuensi rendah dibawah
3000 CPM (50 Hz).

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 144


FFT Data Collector
Preparation for data collection

PT. Tiara Vibrasindo Pratama


Beberapa FFT Analyzer di Pasaran

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 146


CSI 2130 FFT Analyzer

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 147


FFT Data Collector

Kabel
Kabelkomunikasi
komunikasi

Komputer
Komputer

FFT
FFTData
DataCollector
Collector
(CSI-2120
(CSI-2120 2Channel)
2 Channel)
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 148
Pemrosesan Sinyal
Training Vibrasi Tingkat Dasar

Copyright P.T Tiara Vibrasindo Pratama


Pendahuluan

Mengapa perlu untuk memahami


pemrosesan sinyal dan mengetahui proses
yang terjadi di dalam data
collector/analysis?

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 150


Pendahuluan

Alasan yang utama adalah diperlukannya data yang


akurat untuk menjamin kesuksesan analisis vibrasi,
dengan mengetahui hal-hal seperti averaging, resolution,
frequency range maka pengambilan data bisa lebih
“cepat”, akurat.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 151


Sampling

Grafik di bawah adalah contoh sinyal


kontinue atau sinyal analog.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 152


Sampling

Agar sinyal kontinue ini bisa diproses lebih


lanjut oleh data collector maka sinyal analog
tersebut harus diubah menjadi sinyal digital.

ADC
Sinyal Analog Sinyal Digital

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 153


Sampling

Data collector akan mengambil sampel (sampling) berulang-ulang,


kecepatan sampling ini disebut sampling rate. Hasilnya tidak akan
kontinue seperti sinyal analog (tidak sedetail/selengkap sinyal analog).

Gambar di bawah ini menunjukkan sinyal yang menyerupai sinyal analog


dimana perangkat lunak pada data collector menghubungkan titik-titik hasil
sampling.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 154


Sampling

Time record adalah lamanya pengambilan data


(dalam detik). Sedangkan banyaknya pengambilan
data (sampling) dinyatakan dalam N, dimana karena
alasan perhitungan digital maka nilai N selalu
mempunyai akar pangkat dua biasanya1024, 2048
atau 4096.

Time record
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 155
Aliasing

Perhatikan contoh sinyal sederhana berikut.

Jika pengambilan data dilakukan Jika pengambilan data dilakukan


setiap 30 menit, hanya akan setiap 15 menit, juga hanya akan
didapat garis lurus. didapat garis lurus.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 156


Aliasing

Fenomena pengambilan data tersebut dikenal


dengan nama aliasing.

Aturan yang dipakai untuk mencegah hal ini adalah


“Sampling rate minimum harus lebih besar dari
dua kali frekuensi sinyal yang ingin diamati”
(Kriteria Nyquist)

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 157


Aliasing

Misalkan terdapat dua sinyal dengan


frekuensi 1 Hz and 8 Hz.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 158


Aliasing

Jika dipakai sampling rate 3 kali per detik, maka


data yang didapat masih bisa digunakan untuk
mengenali sinyal 1 Hz tetapi tidak bisa
digunakan untuk mengenali sinyal 8 Hz.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 159


Aliasing

Sinyal 8 Hz membutuhkan sampling rate di atas 16 kali per


detik. Tetapi apabila pada awal pengukuran tidak diketahui
bahwa sebenarnya ada sinyal dengan frekuensi 8 Hz dan
hanya menggunakan sampling rate 3 kali per detik, maka
akan muncul sinyal “ghost” di frekuensi tertentu, tergantung
dari besarnya sampling rate, yang merupakan alias dari
sinyal 8Hz.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 160


Aliasing

Oleh karena itu dibutuhkan filter untuk


menyaring semua sinyal di atas frekuensi yang
kita ketahui/perkirakan sehingga bisa dihasilkan
data yang akurat.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 161


Aliasing

Ada dua cara untuk mengatasi masalah aliasing:


1. Analog anti aliasing filter; filter ini bekerja
langsung pada sinyal analog dari transducer.
2. Digital filtering (sigma delta method); bekerja
pada sinyal yang dihasilkan oleh analog to
digital converter (ADC) dan dilakukan oleh on
board signal processor.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 162


F max

Jika diambil sampel sebanyak N untuk panjang time


record tertentu, maka FFT akan menghasilkan
spectrum dengan jumlah garis/lines sebanyak N/2,56.

Frekuensi maksimum atau frequency range:


F max = N/2,56 x 1/T dimana T adalah time record (s).
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 163
Penyetingan F max

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 164


Lines of Resolution

Lines of resolution (number of lines) adalah jumlah


segmen yang membagi frequency range dengan besar
segmen yang sama.

Digunakan pada proses FFT.

Semakin tinggi number of lines akan menghasilkan


akurasi yang lebih baik tetapi memerlukan waktu
pengambilan data yang lebih lama.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 165


Lines of Resolution

Resolusi (resolution) dari data spektrum bergantung


dari F max dan Lines of Resolution (Number of Lines).
Resolution = F max / Number of Lines

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 166


Windowing

Properti lain yang mempengaruhi hasil FFT


adalah Windowing.

Proses FFT dilakukan pada sebuah blok


sampel sepanjang time record. Asumsi yang
dipakai pada proses FFT adalah blok sample
tersebut kontinue.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 167


Windowing

Sinyal pada bagian hitam adalah sinyal yang diambil


sepanjang time record.

Perubahan sinyal
kontinue

Perubahan sinyal
tidak kontinue

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 168


Windowing

Pada sinyal yang tidak kontinue akan ada perubahan


tiba-tiba seperti impact yang akan mempengaruhi hasil
FFT.
Fenomena ini dinamakan leakage dan menghasilkan
puncak-puncak (peaks) yang meluas (broadening) pada
spektrum.
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 169
Windowing

Untuk mengatasi masalah ini, bentuk sinyal


pada time record diubah sedemikian rupa
sehingga tidak terdapat data (dinolkan) pada
permulaan dan akhir time record. Hal ini
dinamakan windowing.

Windowing mempengaruhi bentuk puncak


spektrum dan amplitudo spektrum.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 170


Windowing

Normal waveform

Windowed waveform

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 171


Windowing

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 172


Dynamic Range

Data waveform berisi berbagai macam


informasi yang penting, beberapa bagian akan
memiliki amplitudo yang sangat rendah
dibandingkan dengan bagian lain yang
amplitudonya tinggi.

Proses analisis data tidak hanya dilakukan


pada bagian yang beramplitudo tinggi tetapi
juga pada bagian yang beramplitudo rendah.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 173


Dynamic range

Dynamic range adalah ukuran yang menyatakan


kemampuan untuk melihat sinyal dengan amplitudo
rendah diantara sinyal beramplitudo tinggi
atau
Rasio amplitudo terendah terhadap amplitudo
tertinggi dan biasanya dinyatakan dalam decibel (dB).

Besarnya dynamic range bergantung pada:


•Resolusi A/D converter (ADC)
•Gangguan/noise dari komponen elektronik data collector.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 174


Dynamic Range

Jika dynamic range terlalu rendah maka data


waveform akan terpotong.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 175


Averaging

Karena vibrasi tidak bisa terbebas dari gangguan/noise


maka diperlukan beberapa kali pengambilan data
kemudian merata-ratanya.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 176


Averaging

Karena random noise tidak selalu muncul maka


puncak-puncak spektrum (peaks) yang muncul
karena noise akan makin rendah karena
merupakan nilai rata-rata.

Tetapi perlu diingat bahwa noise sebenarnya tidak


dihilangkan hanya amplitudonya saja yang makin
mengecil karena merupakan nilai rata-rata.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 177


Overlap Averaging

Saat melakukan proses averaging berturut-turut akan


diambil data sepanjang time record, proses FFT, merata-
rata spektrum hasil FFT kemudian akan diulang lagi
sebanyak jumlah averaging yang diinginkan.

Seperti yang sudah dibahas pada windowing bahwa data di


awal dan akhir time record akan dinolkan, maka informasi
vibrasi pada bagian ini akan dibuang. Karena hal ini maka
bisa dilakukan overlap pada waveform.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 178


Overlap Averaging

Kita bisa menggunakan waveform lebih sedikit


untuk menghasilkan spektrum.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 179


Peak Hold Averaging

Ada metode averaging lain yang disebut Peak


Hold Averaging.

Metode ini menyimpan nilai maksimum dari


puncak-puncak (peaks) spektrum untuk setiap
lines.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 180


Peak Hold Averaging

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 181


Tipe Averaging yang Lain

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 182


Data Collection
-Including Software Setup-

PT. TIARA VIBRASINDO PRATAMA


Installasi Komunikasi
Kabel Komunikasi
Load
LoadRoute
Route

Dump Komputer
DumpData
Data

Vibration Analyzer

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 184


Installasi Analyzer

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 185


Installasi “Absolute Measurement”

Arah
Arah“ “Vertikal”
Vertikal”

Bearing
Bearing

Motor
MotorListrik
Listrik

Arah
Arah“Horizontal”
“Horizontal”
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 186
Installasi “Absolute Measurement”

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 187


Installasi “Relative Measurement”

X-Y
X-Yprobe
probeinboard
inboard

X-Y
X-Yprobe
probeOutboard
Outboard

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 188


Installasi “Relative Measurement”

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 189


Installasi “Relative Measurement”

Perjanjian orientasi sensor X-Y probe menurut API-670:


1. Pemantau melihat dari sisi penggerak
2. Cari kemana arah orientasi putaran poros pada penggerak
tsb
3. Letakkan titik di-bawah
4. Gerakkan titik searah putaran poros
5. Cari probe bagian mana yang pertama dilewati, maka dia
sbg X
6. Yang selanjutnya sbg Y
7. Sehingga, semua titik yang lainnya automatically
mengikuti arah yang sama.
Pump
Pump

Gearbox
Gearbox

Motor
Motor
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 190
Installasi “Relative Measurement”

Tampilan
TampilanX-Y
X-Yprobe
probe

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 191


Display Data

Trending
TrendingData
Data

Parameter
ParameterProfile
Profile

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 192


Display Data

Time
TimeWaveform
Waveform

Spectrum
Spectrum

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 193


Display Data

Multi-Time
Multi-TimeWaveform
Waveform

Multi-Spectrum
Multi-Spectrum

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 194


Display Data

Data
DataORBIT
ORBIT

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 195


Display Data
A1 - Exhaust Fan #1
EXFAN#1 -MOH MOTOR OB
1.2
Bode Plot
of
PK Velocity in In/Sec

0.9 Peak-Phase vs RPM

11-Jan-03
02:40:17

Diagram
DiagramNiquist
0.6

0.3
Niquist
A1 - Exhaust Fan #1
0 EXFAN#1 -MOH MOTOR OB
360 0 Nyquist
Display
270
Phase in Degrees

Peak
vs
180 Phase

30 11-Jan-03
02:40:17

PK Velocity in mm/Sec
90
25

0 20
Count: 21.00
600 900 1200 1500 1800 RPM: 935.50
15 90 270
Speed in RPM Ampl: .784
Phas: 337.57
10

Diagram
DiagramBode
Bode
180 Count: 64.00
RPM: 1644.7
Ampl: 18.92
Phas: 166.08

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 196


Exception Report

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 197


Measurement Point History

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 198


Automatic Analysis Software

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 199


Analisis Vibrasi Mesin
Training Vibrasi Tingkat Dasar

Copyright P.T Tiara Vibrasindo Pratama


Analisis Spektrum Vibrasi

• Komponen Synchronous N X RPM

• Komponen Subsynchronous < 1 X RPM

• Komponen Nonsynchronous F X RPM


(F > 1.0 non integer)

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 201


Jenis - Jenis Permasalahan

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 202


Jenis - Jenis Permasalahan
• Unbalance 40%
• Misalignment 20%
• Resonansi 20%
• Rolling Element Bearing
• Sleeve Bearing
• Roda Gigi 20%
• Motor Elektrik
• Kavitasi
• Vane pass Ralph T Buscarello
Update International

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 203


Jenis - Jenis Permasalahan

Masalah umum yang sering ditemui:


1. Unbalance
2. Misalignment
3. Looseness
4. Rolling element bearing
5. Resonansi

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 204


Unbalance

Unbalance (ketidakseimbangan) adalah kondisi


dimana pusat masa tidak sesumbu dengan
sumbu rotasi.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 205


Unbalance
• Force / Static Unbalance

• Couple Unbalance
F1 = F2

• Dynamic Unbalance
F1 ≠ F2

• Overhung Unbalance

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 206


Penyebab Unbalance

– Kesalahan saat proses pemesinan dan assembly


– Eksentrisitas komponen
– Adanya kotoran saat proses pengecoran
– Korosi dan keausan
– Distorsi geometri karena beban termal dan beban
mekanik
– Penumpukan material, misalnya debu pada vane
kompresor
– Komponen yang bengkok atau patah

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 207


Karakteristik Unbalance

Analisis Spektrum
• Amplitudo yang tinggi di 1xRPM
• Rasio amplitudo antara pengukuran arah
horisontal dan vertikal kecil (H/V < 3), kecuali
pada kasus struktur yang memiliki kekakuan
yang tidak simetris.
• Ampitudo yang rendah di 1xRPM pada arah
aksial (kecuali untuk kasus mesin overhung)

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 208


Karakteristik Unbalance

Analisis Time Waveform


• Sangat sinusoidal, bentuk waveform simetrik setiap
satu kali putaran poros.

Analisis Data Fasa


• Beda fasa antara pembacaan horisontal dan vertikal
pada bearing yang sama adalah 90 derajat out of
phase (±30°).
• Fasa antara pembacaan horisontal (atau vertikal)
pada kedua bearing adalah sefasa/in phase (±30°).
• Data fasa relatif stabil, perubahannya antara 15° -
20°.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 209


Unbalance
PGT - Duri Gas Turbine 7
DG7 -GOV Generator Outboard Vertical
0.5
ROUTE SPECTRUM
PK Velocity in In/Sec

0.4 16-DEC-99 09:18:51


OVRALL= .3423 V-DG
PK = .3405
0.3
LOAD = 100.0
RPM = 3600.
0.2 RPS = 60.00

0.1

0
0 20000 40000 60000
Frequency in CPM
0.6
ROUTE WAVEFORM
16-DEC-99 09:18:51
Velocity in In/Sec

0.4
PK = .3408
PK(+) = .4376
0.2
PK(-) = .3263
CRESTF= 1.82
0

-0.2

-0.4
Freq: 3525.0
0 40 80 120 160 200
Ordr: .979
Time in mSecs Spec: .320

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 210


Unbalance
PGTD - Duri Gas Turbine 7
DG7 - PTS=GOV GOH
Max Amp
.53 DG7 -GOH
AFTER PERFORMING BALANCE JOB
21-DEC-99 14:58
Plot
Scale
1.2
PK Velocity in In/Sec

BEFORE PERFORMING BALANCE JOB DG7 -GOH


16-DEC-99 09:20

AFTER PERFORMING BALANCE JOB DG7 -GOV


21-DEC-99 15:01

BEFORE PERFORMING BALANCE JOB DG7 -GOV


16-DEC-99 09:18
Freq: 58.75
0 200 400 600 800 1000
Ordr: .979
Frequency in Hz Sp 1: .320

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 211


Misalignment

1. Angular Misalignment
2. Parallel Misalignment

Pada umumnya kedua jenis misalignment


tersebut muncul bersama-sama.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 212


Angular Misalignment

•Amplitudo tinggi di 1X rpm (arah aksial)


•Beda fasanya 180° (arah aksial)

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 213


Parallel Misalignment

•Amplitudo tinggi di 2X rpm (arah radial)


•Beda fasanya 180° (arah radial)

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 214


Misalignment

• Amplitudo yang tinggi di 2xRPM


menunjukkan adanya misalignment.
• Data waveform menunjukkan adanya
2 puncak (peak) untuk setiap putaran
poros (garis vertikal pada waveform
mewakili satu putaran poros).

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 215


Bent Shaft

Masalah bent shaft sering rancu dengan


masalah misalignment dan unbalance.
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 216
Bent Shaft

Bent Shaft menyebabkan munculnya amplitudo


tinggi di 1xRPM pada arah aksial. Frekuensi
dominan umumnya ada di 1xRPM (jika posisi
bengkoknya dekat dengan posisi tengah poros),
tetapi akan dominan di 2xRPM (jika posisi
bengkoknya dekat dengan kopling).

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 217


Bent Shaft

Pembacaan fasa di ujung-ujung poros pada


arah aksial adalah 180 derajat out of phase.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 218


Mechanical Looseness

• Non Rotating (Structural) Looseness


– base mount
– split casings
– bearing caps
– bearings supports
• Rotating Looseness
– Impellers
– Fans
– Bearings
– couplings
Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 219
Karakteristik Looseness

• Excessive clearance, misalnya pada bearing, akan


menghasilkan harmonik dari 1xRPM bahkan
harmonik dari 0,5xRPM (kondisi parah).
• Perbedaan amplitudo antara pembacaan horisontal
dan vertikal sangat besar.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 220


Karakteristik Looseness

Looseness mengakibatkan time waveform yang


terpotong. Hasil pembacaan fasa tidak stabil
dan bervariasi antara satu pengukuran dengan
pengukuran yang lainnya.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 221


Karakteristik Looseness

Typical spectrum

Disebabkan oleh structural looseness dari tumpuan


mesin, pondasi, baut yang kendor, deteriorated grouting,
frame distortion.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 222


Karakteristik Looseness

Typical spectrum

Caused by loose pillowblock bolts, cracks in the


frame structure or bearing pedestal

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 223


Rolling Element Bearing

Tahap kerusakan rolling element bearing :


1. Ultrasonic Frequencies
2. Natural Frequencies
3. Defect Frequencies & Harmonics
4. Random Broadband

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 224


Rolling Element Bearing

Bearing Defect Frequencies :

BPFI = Ball Pass Frequency


Inner Race

BPFO = Ball Pass Frequency


Outer Race

BSF = Ball Spin Frequency

FTF = Fundamental Train


Frequency

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 225


Rolling Element Bearing

RPM = revolutions per minute


Inner race rotate and S = speed, revolutions per
Outer race fixed second
Nb Bd FTF = fundamental train (cage)
BPFI = x S x (1 + x cosϑ ) frequency
2 Pd
BPFI = ball pass frequency of the
inner race
Nb Bd
BPFO = x S x (1 − x cosϑ ) BPFO = ball pass frequency of the
2 Pd
outer race
Pd Bd 2
BSF = ball spin frequency
BSF = x S x [1 − ( ) x (cosϑ ) 2 ] Bd = ball or roller diameter
2 Bd Pd
Nb = number of balls or rollers
S Bd Pd = pitch diameter
FTF =
2
x (1 −
Pd
x cosϑ ) ϑ = contact angle

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 226


Rolling Element Bearing

RPM = revolutions per minute


Inner race fixed and S = speed, revolutions per
Outer race rotate second
FTF = fundamental train (cage)
Nb Bd frequency
BPFI = x S x (1 + x cos ϑ )
2 Pd BPFI = ball pass frequency of the
Nb Bd
inner race
BPFO = x S x (1 − x cos ϑ ) BPFO = ball pass frequency of the
2 Pd
outer race
Pd Bd 2 BSF = ball spin frequency
BSF = x S x [1 + ( ) x (cos ϑ ) 2 ] Bd = ball or roller diameter
2 Bd Pd
Nb = number of balls or rollers
S Bd Pd = pitch diameter
FTF = x (1 + x cos ϑ )
2 Pd ϑ = contact angle

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 227


Rolling Element Bearing

Tahap 1 - Ultrasonic Frequencies

• Level noise normal.


• Temperatur normal.
• Pengukuran dengan
ultrasonik, spike energi
meningkat.
• Overall vibrasi rendah.
• 10-20% umur bearing.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 228


Rolling Element Bearing

Tahap 2 – Natural Frequencies


• Level noise sedikit
meningkat.
• Temperatur normal.
• Pengukuran dengan
ultrasonik, spike energi
meningkat tajam.
• Overall vibrasi sedikit
meningkat.
• Bearing frequency mulai
terlihat dalam skala log.
• 5-10% umur bearing.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 229


Rolling Element Bearing

Tahap 3 – Defect Frequencies & Harmonics


• Level noise terdengar.
• Temperatur sedikit
meningkat.
• Pengukuran dengan
ultrasonik, spike energi
sangat tinggi.
• Overall vibrasi meningkat
jelas.
• Bearing frequency dan
harmonic diikuti sideband
jelas terlihat .
• Noise floor mulai muncul.
• 1-5% umur bearing.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 230


Rolling Element Bearing

Stage 4 – Random Broadband • Level noise sangat jelas


dengan irama yg bervariasi.
• Temperatur meningkat
drastis.
• Pengukuran dengan
ultrasonik, spike energi
turun dan tiba-tiba dapat
meningkat drastis.
• Overall vibrasi meningkat
drastis dalam velocity dan
displacement tetapi dalam
acceleration menurun.
• Bearing frequency dan
harmonic diikuti sideband
jelas terlihat.
• Noise floor sangat dominan.
• 0.2% umur bearing.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 231


Natural Frequency

Natural frequency (frekuensi pribadi) adalah vibrasi bebas


dari sistem vibrasi tanpa damping.

Setiap benda paling tidak memiliki satu buah frekuensi


pribadi, sedangkan mesin yang kompleks memiliki lebih
dari satu frekuensi pribadi.

Frekuensi pribadi tidak akan menjadi masalah selama


sistem tersebut tidak dieksitasi oleh vibrasi yang lain yang
berfrekuensi sama dengan frekuensi pribadi sistem
tersebut.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 232


Natural Frequency

Untuk sistem tanpa redaman dengan satu derajat


kebebasan, frekuensi pribadinya bisa dicari dengan
persamaan:

1 k
fn =
2π m

Dimana k adalah kekakuan dan m adalah massa.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 233


Natural Frequency

Cara sederhana untuk mencari frekuensi pribadi dari


mesin/struktur adalah dengan Bump Test.

Peralatan :
•Transducer
•Hammer
•Data logger

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 234


Resonansi

Resonansi terjadi jika sistem dieksitasi oleh


sumber vibrasi lain yang berfrekuensi sama
dengan frekuensi pribadi sistem tersebut.

Jika komponen yang bergetar adalah


komponen berputar maka frekuensi pribadi
sering disebut sebagai critical speed.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 235


Resonansi

Resonansi tidak mengakibatkan terjadinya vibrasi


HANYA memperkuat amplitudo vibrasinya.

Jadi bisa disimpulkan bahwa resonansi bukanlah suatu cacat


pada mesin melainkan sifat dari mesin atau struktur.

Oleh karena itu resonasi tidak menjadi masalah selama


sistem tersebut tidak dieksitasi oleh sumber vibrasi lain yang
berfrekuensi sama dengan frekuensi pribadi sistem tersebut.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 236


Resonansi

Aturan umum :
Frekuensi pribadi setidaknya 20 % menjauh
dari frekuensi eksitasi

Jika frekuensi eksitasi


mendekati frekuensi
pribadi struktur akan
mengakibatkan vibrasi
dengan amplitudo
tinggi

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 237


Resonansi

Karena perbedaan karakteristik struktur untuk


arah vertikal dan horisontal maka frekuensi
pribadi akan berbeda untuk tiap-tiap arah
tersebut. Oleh karena itu resonansi bersifat
directional.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 238


Resonansi

Massa, kekakuan dan redaman adalah 3 parameter


yang menentukan besarnya frekuensi pribadi dan
amplitudo resonansi.
1. Menambah massa akan menurunkan frekuensi
pribadi.
2. Menambah kekakuan akan menaikkan frekuensi
pribadi.
3. Menambah redaman akan menurunkan amplitudo
resonansi.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 239


Resonansi

Jika vibrasi mesin sama dengan atau mendekati


frekuensi pribadi, maka ada 3 alternatif jalan
keluar :
1. Menggeser forcing frequency menjauh dari
frekuensi pribadi.
2. Menggeser frekuensi pribadi menjauh dari
forcing frequency.
3. Menambah redaman untuk mengurangi
amplification factor dari resonansi.

Copyright P.T. Tiara Vibrasindo Pratama 240

Anda mungkin juga menyukai