Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

      Puji dan syukur atas kehadirat  Allah SWT atas segala karunia-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapang ini dengan
judul “Teknik Budidaya Jagung (Zea mays L ). Shalawat dan salam tak lupa kita
haturkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang mana berkat rahmat dan
hidayahnyalah kita dapat merasakan dunia yang penuh dengan ilmu pengetahuan
ini.

Penulis berharap memperoleh manfaat secara pribadi dari kegiatan praktek


kerja lapang. Semoga laporan praktek kerja lapang ini bermanfaat bagi kita semua
baik masa kini maupun untuk masa yang akan datang.

Penulis

Gorontalo, 24, Juni, 2022

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR----------------------------------------------------------------1

1|Page
Daftar Isi--------------------------------------------------------------------------------2

BAB I Pendahuluan-------------------------------------------------------------------3

A. Latar Belakang----------------------------------------------------------------------3
B. Rumusan Masalah------------------------------------------------------------------5
C. Tujuan--------------------------------------------------------------------------------5
D. Manfaat------------------------------------------------------------------------------5
BAB II Tinjauan Pustaka-------------------------------------------------------------7

2.1. Klasifikasi Tanaman Jagung----------------------------------------------------7

2.2. Morfologi--------------------------------------------------------------------------7

2.3. Syarat Tumbuh--------------------------------------------------------------------8

2.4. Tanah Inseptisol------------------------------------------------------------------13

BAB III Metode Pelaksanaan--------------------------------------------------------14

3.1. Tempat dan Waktu---------------------------------------------------------------14

3.2. Bahan dan Alat--------------------------------------------------------------------14

3.3. Cara Kerja-------------------------------------------------------------------------14

BAB IV Hasil dan Pembahasan------------------------------------------------------17

4.1. Hasil--------------------------------------------------------------------------------17

4.2. Pembahasan-----------------------------------------------------------------------30

BAB V Kesimpulan dan Saran-------------------------------------------------------32

5.1. Kesimpulan------------------------------------------------------------------------32

5.2. Saran--------------------------------------------------------------------------------32

Dokumentasi----------------------------------------------------------------------------33

Daftar Pustaka--------------------------------------------------------------------------35

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1--------------------------------------------------------------------------------17

Tabel 4.2--------------------------------------------------------------------------------22

Tabel 4.3--------------------------------------------------------------------------------27

2|Page
Tabel 4.4--------------------------------------------------------------------------------28

Tabel 4.5--------------------------------------------------------------------------------29

Tabel 4.6--------------------------------------------------------------------------------30

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Jagung (Zea mays L) termasuk bahan pangan penting karena merupakan
sumber karbohidrat kedua setelah beras. Jagung tidak hanya sebagai bahan
pangan, namun dapat juga dijadikan sebagai bahan pakan ternak dan industri
sehingga penanaman jagung perlu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Kebutuhan jagung di Gorontalo sekitar 1,5 juta ton pertahun, namun produksi
yang dihasilkan hanya sekitar 50 persen. Berdasarkan data BPS produksi jagung
tahun 2009 sekitar 567.110 ton dan tahun 2010 sekitar 679.168 ton (BPS, 2011).
Jumlah produksi ini belum mencukupi kebutuhan jagung, untuk itu perlu
3|Page
dilakukan budidaya jagung secara baik, seperti memperhatikan pertumbuhan
tanaman sehingga jagung dapat tumbuh dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan.
Tanaman jagung merupakan tanaman yang tidak membutuhkan perawatan
intensif dan dapat ditanam pada semua jenis tanah. Resiko kegagalan budidaya
jagung umumnya sangat kecil dibandingkan tanaman palawija lainnya. Jagung
yang strategis ditanam yaitu jagung varietas komposit. Varietas komposit ini
mempunyai keuntungan, yaitu benih hasil pertanaman dapat digunakan secara
terus menerus sehingga tidak perlu membeli benih lagi untuk melakukan
penanaman jagung.
Jagung dapat ditanam di lahan yang luas, tetapi jika tidak memiliki lahan
yang luas, jagung dapat ditanam di pekarangan rumah dan lain-lain yang dapat
memungkinkan untuk penanaman jagung, dengan memperhatikan kesuburan
tanah, baik kesuburan fisik, biologi dan kimia. Jagung dapat ditanam pada tanah
yang mempunyai kesuburan tanah dengan indikator tanah yang gembur dan
beraerasi baik. Tanah gembur adalah jenis tanah yang baik untuk tanaman, karena
tanah gembur memiliki rongga-rongga yang dapat menyimpan air dan udara yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman. Tata udara yang baik dan kandungan air
cukup akan menciptakan struktur yang baik bagi tanah. Kondisi ini
menguntungkan bagi mikroorganisme tanah yang berperan dalam proses
dekomposisi mineral dan zat organik tanah, sehingga zat hara yang dibutuhkan
tanaman mudah diserap oleh akar. Tanah sangat penting untuk tanaman jagung,
karena dalam tanah tersedia berbagai macam unsur hara secara alamiah yang
digunakan sebagai bahan makanan jagung. Namun, tidak semua tanah
menyediakan unsur hara yang cukup bagi pertumbuhan tanaman. Tanah yang
kurang akan ketersediaan usur hara perlu dibantu dengan menambahkan kadar
unsur hara untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Unsur hara tambahan ini sering
disebut pupuk, sedangkan penambahan unsur hara tersebut disebut pemupukan.
Penggunaan pupuk sebagai bahan makanan tambahan untuk tanaman jagung
merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan pertumbuhan jagung tersebut.
Untuk itu pemupukan sangat penting bagi tanaman jagung, sehingga unsur hara
yang diperlukan tersedia didalam tanah. Ada dua jenis pupuk yang
digunakan yaitu pupuk organik dan anorganik. Menurut Sutanto (2002),
pupuk anorganik mampu meningkatkan produktivitas tanah dalam waktu singkat,
tetapi akan mengakibatkan kerusakan pada struktur tanah (tanah menjadi keras)
4|Page
dan menurunkan produktivitas tanaman yang dihasilkan, sedangkan tanah yang
dibenahi dengan pupuk organik mempunyai struktur yang baik dan tanah yang
dicukupi bahan organik mempunyai kemampuan mengikat air yang lebih besar.
Jenis-jenis pupuk organik yang dapat digunakan untuk menambahkan unsur hara
pada tanaman antara lain; kotoran sapi, kotoran kuda, kotoran kambing, kotoran
ayam, kompos, kascing dan lain-lain. Menurut Syekhfani (2000), pupuk kandang
memiliki sifat yang alami dan tidak merusak tanah, menyediakan unsur makro dan
mikro. Selain itu pupuk kandang berfungsi untuk meningkatkan daya menahan
air, aktivitas mikrobiologi tanah, nilai kapasitas tukar kation dan memperbaiki
struktur tanah.
Jenis pupuk yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pupuk organik dari
kotoran sapi yang telah melalui beberapa proses. proses pertama kotoran sapi
dimasukkan dalam satu wadah dengan dicampurkan air kemudian kotoran sapi
tersebut menghasilkan biogas yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan
memasak dan lain-lain, setelah gas yang dihasilkan oleh kotoran sapi telah
dimanfaatkan kemudian proses selanjutnya yaitu pemanfaatan limbah dari kotoran
sapi yang telah dimanfaatkan biogasnya dengan memanfaatkan limbah tersebut
menjadi pupuk organic yang telah melalui proses fermentasi, pupuk ini disebut
dengan sebutan Biosllury. Jenis pupuk yang digunakan dalam penelitian tidak
hanya Biosllury saja tetapi penelitian ini menkombinasikan Biosllury dengan
limbah kotoran lele. Pupuk organik ini membantu mempertahankan dan
meningkatakan ketersediaan unsur hara dalam tanah. Pemberian pupuk organik
kotoran sapi dan limbah kotoran lele pada tanaman, sedangkan dari kotoran sapi
diduga mampu menyediakan unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman dan air
kotoran lele pun mampu menyediakan unsure hara Nitrogen dan Fospor yang
sangat dibutuhkan oleh tanaman, sehingga pertumbuhan optimal. Berdasarkan
uraian diatas, maka perlu dilakukan suatu penelitian tentang pengaruh pupuk
organik kotoran sapi dan limbah kotoran lele terhadap pertumbuhan tanaman
jagung.
B. Rumusan Masalah
Pemberian pupuk organik kotoran sapi dan limbah air lele dengan indikator
pertumbuhan tanaman jagung merupakan salah satu teknik budidaya tanaman
jagung. Berdasarkan hal tersebut, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan
yaitu :

5|Page
1. Bagaimana pengaruh pupuk organik kotoran sapi dan limbag air kotoran lele
terhadap pertumbuhan tanaman jagung?
2. Manakah dosis pupuk organik kotoran sapi dan limbah kotoran lele yang paling
baik mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh pupuk organik kotoran sapid an limbah kotoran lele
terhadap pertumbuhan tanaman jagung.
2. Mengetahui dosis pupuk organik kotoran sapi dan limbah kotoran lele yang
paling baik mempengaruhi pertumbuhan tanaman jagung.
D. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini yaitu :
1. Menjadi informasi dan masukan kepada petani tentang pentingnya penggunaan
pupuk organik kotoran sapi dan limbah kotoran lele pada tanaman jagung.
2. Menjadi bahan kajian pertimbangan bagi instansi terkait tentang pentingnya
penggunaan pupuk organik kotoran sapi dan limbah kotoran lele pada tanaman
jagung.
3. Dapat menambah wawasan mahasiswa tentang penggunaan pupuk organik
kotoran sapi dan limbah kotoran lele pada tanaman jagung.

6|Page
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi Tanaman Jagung


Tanaman jagung merupakan salah satu tanaman pangan biji-bijian yang
berasal dari Amerika. Jagung tersebar ke Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis
orang-orang Eropa ke Amerika. Di Indonesia, Jagung manis (Zea mays
Saccharata), merupakan komoditi yang dapat diusahakan secara intensif karena
banyak digemari sehingga terbuka peluang pasar yang baik. Jagung manis selain
dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan juga digunakan untuk bahan baku
industri gula jagung (Bakhri, 2007). Secara umum tanaman jagung dalam tata
nama atau sistematika (Taksonomi) tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan sebagai
berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Superdivision : Spermatophyta
Division : Magnoliophyta
Class : Liliopsida
Subclass : Commelinidae
Order : Cyperales
Family : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L. (USDA, 2014)

2.2. Morfologi
Tanaman jagung terbagi menjadi beberapa bagian utama, yaitu akar, batang,
daun, bunga dan buah (tongkol). Jagung mempunyai tiga macam akar serabut,
7|Page
yaitu (a) akar seminal, (b) akar adventif, dan (c) akar kait atau penyangga. Akar
seminal adalah akar yang berkembang dari radikula dan embrio. Akar adventif
adalah akar yang berkembang dari buku di ujung mesokotil. Akar kait atau
penyangga adalah akar adventif yang muncul pada dua atau lebih buku di atas
permukaan tanah (Subekti et al., 2013).
Jagung termasuk tanaman berakar serabut yang terdiri dari tiga type akar,
yaitu akar seminal, akar adventif, dan akar udara. Akar seminal tumbuh radikula
dan embrio. Akar adventif disebut juga akar tunjang, akar ini tumbuh dari buku
paling bawah, yaitu sekitar 4 cm dari permukaan tanah. Sementara akar udara
adalah akar yang keluar dari dua atau lebih buku terbawah dekat permukaan
tanah. (Nurdin et al., 2011).
Sistem perakaran tanaman jagung terdiri atas akar-akar seminal, koronal, dan
akar udara. Akar utama muncul dan berkembang kedalam tanah saat benih
ditanam. Pertumbuhan akar melambat ketika batang mulai muncul keluar tanah
dan kemudian berhenti ketika tanaman jagung telah memiliki 3 daun. Batang
jagung tegak, tidak bercabang, terdiri atas beberapa ruas dan buku ruas. Pada
buku ruas muncul tunas yang berkembang menjadi tongkol. Tinggi tanaman
jagung pada umumnya berkisar antara 60 – 300 cm, tergantung dari varietas.
Daun jagung memanjang, mempunyai ciri bangun pita (ligulatus), ujung daun
runcing (acutus), tepi daun rata (integer). Diantara pelepah dan helai daun terdapat
ligula (Subekti et al., 2013). Menurut Purwono dan Hartono (2007), fungsi ligula
adalah mencegah air masuk ke dalam kelopak daun dan batang.
Bunga jantan dan bunga betina pada jagung terpisah dalam satu tanaman
(monoecious).
Bunga jantan tumbuh di bagian pucuk tanaman, berupa karangan bunga
(inflorescence). Tongkol sebagai bunga betina, tumbuh dari buku diantara batang
dan pelepah daun (Aris et al., 2016).
Biji tanaman jagung dikenal sebagai kernel terdiri dari 3 bagian utama, yaitu
dinding sel, endosperma, dan embrio. Bagian biji ini merupakan bagian yang
terpenting dari hasil pemaneman. Bagian biji rata-rata terdiri dari 10% protein,
70% karbohidrat, 2.3% serat. Biji jagung juga merupakan sumber dari vitamin A
dan E. (Fajarany et al., 2016).
2.3. Syarat Tumbuh
1. Iklim

8|Page
Daerah yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung yaitu daerah
beriklim sedang hingga daerah beriklim subtropis/tropis basah dengan curah hujan
yang ideal sekitar 85-200 mm/bulan pada lahan yang tidak beririgasi.
Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari dalam masa
pertumbuhan. Suhu yang dikehendaki tanaman jagung untuk pertumbuhan
terbaiknya antara 27-320C . Jagung termasuk tanaman yang membutuhkan air
yang cukup banyak, terutama pada saat pertumbuhan awal, saat berbunga, dan
saat pengisian biji.
Curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata. Pada fase
pembungaan dan pengisian biji perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya ditanam
awal musim hujan atau menjelang musim kemarau. Membutuhkan sinar matahari,
tanaman yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat dan memberikan hasil
biji yang tidak optimal. Suhu optimum antara 230C - 300C (Juandi ,et. al., 2016).
Menurut Sucianti (2015), bahwa terjadinya iklim ekstrim berdampak besar
terhadap tanaman semusim, terutama tanaman pangan. Salah satu unsur iklim
yang dapat sbagai indikator dalam kaitannya dengan tanaman adalah curah hujan.
Mengingat curah hujan merupakan unsur iklim yang fluktuasi tinggi dan
pengaruhnya terhadap produksi tanaman cukup signifikan. Jumlah hujan secara
keseluruhan cukup penting dalam menentukan hasil, terlebih apabil ditambah
dengan peningkatan suhu, peningkatan suhu yang besar dapat menurunkan hasil.
Jika terjadi penurunan curah hujan dapat menimbulkan kekeringan.
2. Tanah
Purwono dan Hartono (2007) mengatakan bahwa jagung termasuk tanaman
yang tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus dalam penanamannya.
Jagung dikenal sebagai tanaman yang dapat tumbuh di lahan kering, sawah, dan
pasang surut, asalkan syarat tumbuh yang diperlukan terpenuhi. Jenis tanah yang
dapat ditanami jagung antara lain Andosol, latosol, dan Grumosol. Namun yang
terbaik untuk pertumbuhan jagung adalah Latosol. Keasaman tanah antara 5.6-7.5
dengan aerasi dan ketersediaan air yang cukup serta kemiringan optimum untuk
tanaman jagung maksimum 8%. pH tanah antara 5,6-7,5. Aerasi dan ketersediaan
air baik, kemiringan tanah kurang dari 8 %.
Dan ketinggian antara 1000-1800 m dpl dengan ketinggian optimum antara
50- 600 m dpl (Fabians et al., 2016). Proses pedogenesis yang mempercepat
proses pembentukan tanah Inceptisol adalah pemindahan, penghilangan karbonat,
hidrolisis mineral primer menjadi formasi lempung, pelepasan sesquioksida,
9|Page
akumulasi bahan organik dan yang paling utama adalah proses pelapukan,
sedangkan proses pedogenesis yang menghambat pembentukan tanah Inceptisol
adalah pelapukan batuan dasar menjadi bahan induk (Muyassir et al., 2012).
3. Jarak Tanam
Jarak tanam pada tanaman jagung menggunakan 70 cm X 20 cm, 1
tanaman/lubang (Yasin 2013). Menurut Paeru (2017), setelah tanah yang di beri
pupuk dasar siap di tanami, langkah langkah selanjutnya adalah membuat jarak
tanam. Jarak tanam jagung disesuaikan dengan umur panen. Semakin lama umur
panennya, tanaman akan semakin tinggi dan memerlikan tempat yang libih luas.
Oleh karena itu, jarak tanam nya lebih lebar atau jarak antar tanaman lebih
renggang. Jarak tanam jagung berumur panjang dengan waktu panen sekitar 110
hari setelah tanam, yaitu 100 x 25 cm (1 biji/lubang). Jika umur panen sedang
(umur panen 80-100 hari), jarak tanamnya 75 x 25 cm (1 biji/lubang).
Menurut Aris (2016) Jarak tanam berhubungan dengan luas atau ruang
tumbuh yang ditempatinya dalam penyediaan unsur hara, air dan cahaya. Jarak
tanam yang terlalu lebar kurang efisien dalam pemanfaatan lahan, bila terlalu
sempit akan terjadi persaingan yang tinggi yang mengakibatkan produktivitas
rendah. Pengaturan kepadatan populasi tanaman dan pengaturan jarak tanam pada
tanaman budidaya dimaksudkan untuk menekan kompetisi antara tanaman. Setiap
jenis tanaman mempunyai kepadatan populasi tanaman yang optimum untuk
mendapatkan produksi yang maksimum.
4. Unsur Hara
Pupuk adalah suatu bahan yang ditambahkan ke dalam tanah untuk
menyediakan unsur-unsur esensial bagi pertumbuhan tanaman.
Asmin dan Dahya (2015) menyatakan pemupukan bertujuan untuk meningkatkan
tersedianya unsur hara di dalam tanah.
Rekomendasi pemupukan adalah suatu rancangan yang meliputi jenis dan
takaran pupuk untuk tanaman pada areal tertentu. Menurut Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian (2008), banyak manfaat dan dampak penerapan
pemupukan spesifik lokasi antara lain: (i) pemberian pupuk yang tepat takaran,
tepat waktu, dan jenis pupuk yang diperlukan sesuai maka pemupukan akan lebih
efisien, hasil tinggi, dan pendapatan petani meningkat; (ii) pencemaran
lingkungan dapat dihindari, kesuburan tanah tetap terjaga, dan produksi padi
lestari atau berkelanjutan; serta (iii) mengurangi biaya pembelian pupuk.

10 | P a g e
Pemupukan dilakukan untuk menambah unsur hara yang terkandung di dalam
tanah. Dosis pemupukan yang di gunakan umumnya 200-300 kg/ha urea, 100-200
kg/ha SP-36, 200-300 kg/ha NPK. Pemupukan pertama (pupuk dasar) dilakukan
sebelum atau bersamaan tanam. Dosisnya adalah seluruh bagian SP-36 dan KCL
serta ½ bagian urea (Paeru 2017).
Secara umum nitrogen berperan dalam memacu pertumbuhan tanaman
terutama pada fase vegetatif, berperan dalam pembentukan klorofil serta sebagai
komponen pembentuk lemak, protein, dan persenyawaan lain. Menurut Asmin
dan Dahya (2015), menambahkan bahwa nitrogen berperan dalam proses
pertumbuhan, sintesis asam amino dan protein serta merupakan pembentuk
struktur klorofil. Nitrogen sebagai pembentuk struktur klorofil, nitrogen akan
mempengaruhi warna hijau daun. Ketika tanaman tidak mendapatkan cukup
nitrogen, warna hijau daun akan memudar dan akhirnya menguning.
Kekurangan nitrogen akan menyebabkan pertumbuhan terhambat, daun
berwarna kuning, tangkai tinggi kurus, dan warna hijau daun menjadi pucat.
Pemberian unsur hara nitrogen dapat dilakukan melalui pemupukan. Pupuk
nitrogen termasuk pupuk kimia buatan tunggal. Jenis pupuk ini termasuk pupuk
makro. Sesuai dengan namanya pupuk-pupuk dalam kelompok ini didominasi
oleh unsur nitrogen. Adanya unsur lain di dalamnya lebih bersifat sebagai
pengikat atau juga sebagai katalisator. Salah satu jenis pupuk nitrogen yang sering
digunakan adalah urea.
Urea adalah pupuk buatan hasil persenyawaan NH4 (amonia) dengan CO2 .
Bahan dasarnya biasanya berupa gas alam dan merupakan hasil ikutan tambang
minyak bumi. Kandungan N total berkisar antara 45 - 46% (Jumini et al., 2011)
12 Menurut, Asmin dan Dahya (2015), bahwa unsur N digunakan untuk
pertumbuhan organ tanaman. Jika tanaman kekurangan N menyebabkan
pertumbuhan akar terhambat, sehingga dapat menyebabkan terhambatnya
mekanisme penyerapan hara bagi tanaman akibatnya pertumbuhan tanaman secara
keseluruhan juga akan terhambat. Fosfor berperan dalam pembentukan bunga,
buah, biji, dan perkembangan akar yang pada gilirannya meningkatkan kualitas
tanaman. Kekurangan fosfor memengaruhi aspek metabolisme dan pertumbuhan
tanaman, khususnya pembentukan tongkol dan biji tidak normal. Demikian juga
kalium mengakibatkan hasilnya turun sampai 10% (Taufik dan Thamrin 2009).
Pemupukan merupakan faktor penentu keberhasilan budi daya jagung manis
pada lahan kering. Lahan kering di daerah tropis seperti Indonesia umumnya
11 | P a g e
memiliki kesuburan tanah atau kandungan unsur hara tanah yang rendah
(Suratmini 2009). Phospor (P) berperan dalam merangsang pertumbuhan dan
perkembangan akar, sebagai bahan dasar (ATP dan ADP), membantu asimilasi
dan respirasi, mempercepat proses pembungaan dan pembuahan, serta pemasakan
biji dan buah (Muyassir,et. al., 2012), menambahkan phospor berperan dalam
menstimulasi pertumbuhan akar, membantu pembentukan benih, berperan dalam
proses fotosintesis dan respirasi. Kekurangan unsur phospor akan menyebabkan
warna keunguan pada daun dan batang serta bintik hitam pada daun dan buah
phosfor merupakan hara tanaman esensial dan diambil oleh tanaman dalam bentuk
ion anorganik : H2PO4 dan HPO4 2- .
Phosfor diperlukan dalam perkembangan akar, untuk mempertahankan vigor
tanaman, untuk pembentukan benih, dan pengontrolan kematangan tanaman,
(Jumini et al., 2011) Kalium berperan dalam membantu pembentukan protein dan
karbohidrat, memperkuat jaringan tanaman, berperan membentuk 13amper1313
tanaman terhadap peyakit serta kekeringan (Nurdin et al., 2009). Kalium tidak
disintesis menjadi senyawa 13amper13 oleh tumbuhan, sehingga unsur ini tetap
sebagai ion di dalam tumbuhan. Kalium berperan sebagai 13amper1313r dari
berbagai enzim yang esensial dalam reaksi-reaksi fotosintesis dan respirasi, serta
untuk enzim yang terlibat dalam sintesis protein dan pati. Kalium juga merupakan
ion yang berperan dalam mengatur potensi 13amper13 sel, dengan demikian akan
berperan dalam mengatur tekanan turgor sel. Berkaitan dengan pengaturan turgor
sel ini, peran yang penting dalam proses membuka dan menutupnya stomata
(Nurdin et al., 2009).
Tanaman yang kekurangan kalium akan lebih peka terhadap penyakit dan
kualitas produksi biasanya rendah, baik daun, buah maupun biji seperti pada
kedelai.
2.4. Tanah Inseptisol
Karakteristik tanah Inceptisol memiliki solum tanah agak tebal yaitu 1-2
meter, warna hitam atau kelabu sampai dengan cokelat tua, tekstur pasir, debu,
dan lempung, struktur tanah remah konsistensi gembur, pH 5,0 sampai 7,0, bahan
organik cukup tinggi (10% sampai 31%), kandungan unsur hara yang sedang
sampai tinggi, produktivitas tanahnya sedang sampai tinggi (Fabians et al., 2016).
Inceptisol yang banyak dijumpai pada tanah sawah memerlukan masukan zat
kapur yang tinggi baik untuk masukan anorganik (pemupukan berimbang N, P,
dan K) maupun masukan 14amper14 (pencampuran sisa panen kedalam tanah saat
12 | P a g e
pengolahan tanah, pemberian pupuk kandang atau pupuk hijau) terutama bila
tanah sawah dipersiapkan untuk tanaman palawija setelah padi. Kisaran kadar
COrganik dan kapasitas tukar kation (KTK) dalam inceptisol dapat terbentuk
14amper di semua tampat, kecuali daerah kering, mulai dari kutub sampai tropika
(Muyassir et al., 2010).

BAB III
METODE PELAKSANAAN

3.1. Tempat dan Waktu


Peratikum dilaksanakan di lahan UPT yang berada dijalan Drs. Achmad
Najmudin. yang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Juni 2022.
3.2. Bahan dan Alat
Bahan yang dibutuhkan berupa bibit jagung R-7 Gold, pupuk organik
(Biosllury) dan limbah kotoran lele. Adapun alat yang dibutuhkan berupa:
cangkul,sekrup, gelas ukur, meteran roll, gembor, kayu dan tali.
3.3. Cara Kerja
a. Budidaya Jagung R-7 Gold
Pratikum budidaya jagung ini dibuat 15 bedengan dengan beberapa perlakuan
pupuk yaitu:
1. Perlakuan yang dilakukan pada B0 yaitu tanpa pemberian perlakuan, yang
hanya diberikan air untuk proses pertumbuhan.
2. perlakuan pada B1 dengan menggunakan pupuk organik (biosllury) dan
limbah kotoran lele dengan perbandingan 75% Biosllury, 25% limbah kotoran
lele, diaplikasiakan pada 3 bedengan.

13 | P a g e
3. perlakuan pada B2 dengan menggunakan pupuk organik (biosllury) dan
limbah kotoran lele dengan perbandingan 50% Biosllury, 50% limbah kotoran
lele, diaplikasiakan pada 3 bedengan.
4. perlakuan pada B3 dengan menggunakan pupuk organik (biosllury) dan
limbah kotoran lele dengan perbandingan 75% limbah kotoran lele, 25%
Biosllury, diaplikasiakan pada 3 bedengan.
5. perlakuan pada B4 dengan menggunakan pupuk organik (biosllury) full tanpa
limbah kotoran lele, diaplikasiakan pada 3 bedengan.
b. Pembukaan lahan dan Pembuatan bedengan
 lahan yang digunakan terlebih dulu di bersihkan dari vegetasi yang ada
 setelah di bersihkan lahan dibajak menggunakan traktor
 tahap selanjutnya baru masuk pada proses pembedengan dengan ukuran
bedengan 2m x 3m dengan leber grainase 50cm.
 setelah bedengan telah terbentuk kemudian bedengan diberi sekam padi
c. Penanaman jagung
 Penanaman jagung dimulai dengan pembuatan 3 baris lubang tanam dengan
kedalaman 5cm dan jarak tanam 75cm kesamping dan 25cm kebelakang
 Setiapa lubang diisi 1 benih jagung
 Kemudian lubang yang telah diisi jagung di tutup dengan menggunakan tanah
dan disiram dengan air
d. Perawatan dan Pemeliharaan
 Penyiraman jagung dilakukan setiap pagi dan sore hari
 Pemupukan yang pertama dilakukan pada minggu ke-2 yaitu menggunakan
biosllury dan limbah kotoran lele sesuai perlakuan. Dan pemupukan dilakukan
setiap seminggu sekali dengan menggunakan pupuk organik
 Penyiangan dilakukan untuk menjaga tanaman dari tanaman pengangu atau
gulma di bedengan jagung yang dilakukan disaat gulma mulai muncul diatas
bedengan.
 Penyulaman dilakukan untuk menganti tanaman yang tidak tumbuh dengan cara
mengambil bibit jagung yang telah di tanam di tempat khusus untuk jagung yang
digunakan untuk penyulaman.
 Pembubunan dilakukan dengan cara menggemburkan tanah sekitar perakaran
jagung dan meninggikan tanah sehingga menutupi akar-akar jagung, dan lebih
memudahkan pupuk yang diaplikasikan ke tanaman untuk diserap oleh akar.

14 | P a g e
e. Pengukuran
pengukuran dilakukan selama 2minggu sekali tepatnya pada hari senin.
Indicator pengukuran antar lain :
 Tinggi tanaman
 jumlah daun
 Penimbangan bobot setiap sampel
 Pengukuran diameter panjang setiap sampel
 Pengukuran diameter lingkar setiap sampel
 Penimbangan keseluruhan setiap bedengan

15 | P a g e
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Berikut hasil pengamatan dari semua segi indikator sebagai berikut:

Table 4.1 pegukuran dan Pengamatan tinggi tanaman

Pengukuran dan Pengamatan pertama untuk tinggi tanaman pada pada ulangan 1
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1. Tinggi Tanaman 48,3 42,5 48 37,3 37,5
2.   42 56,8 43,3 53,6 55
3.   44,7 53,2 58,5 54,2 49,4
4.   49,6 54,9 57,7 51,5 46,6
5.   53,1 36,6 54 37,4 50,2
6.   57,2 35,6 50,9 44,8 43,3
7.   50 48,4 56,1 46,9 27,2
8.   52,1 42,8 49,4 46,3 43,5
9.   52,4 43,8 51,2 47 49,9
10.   52,4 45,8 50,3 45,7 56,4
Pengukuran dan Pengamatan pertama untuk tinggi tanaman pada ulangan 2
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Tinggi Tanaman 52,3 48,5 50,2 48,6 52,9
2.   46,4 55 59,4 44,4 46,4
3.   40,7 59 54,9 41,5 43,7
4.   49,6 55 40,3 43,2 61,7
5.   43,2 45,2 55,7 41,2 52,9
6.   50,4 50,3 54,3 44,4 46,8
7.   47,2 54,4 55,9 45,9 50,5
8.   38,9 50,3 49,2 44,4 41,5
9.   52,7 47,7 43,2 43 46,8
10.   37,7 51,5 40,2 42,5 43,7
Pengukuran dan Pengamatan pertama tinggi tanaman pada ulangan 3
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Tinggi Tanaman 34,1 47 45,9 45,5 36
2.   45,2 34,1 52,9 55 35,2
3.   42,6 39,4 49,4 54,5 38
4.   45 44,9 49 42,2 38,7
5.   35 51,6 43,6 42,3 35,7
16 | P a g e
6.   39,2 50,4 42,8 53 31,5
7.   44,3 48,1 45,7 56,8 46,5
8.   47,3 42,2 46,6 56,4 44,9
9.   43,4 41,9 45,4 53,5 33,3
10.   41,7 46,8 47 54,4 35,6

Pengukuran dan Pengamatan kedua untuk tinggi tanaman pada pada ulangan 1
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1. Tinggi Tanaman 102 110,1 137,6 135 100,5
2.   93 104,8 147,1 148,5 109,7
3.   97 135,1 136,2 133,1 111,7
4.   107,5 116,2 122,9 121,4 106,9
5.   99 135,2 109,9 109,6 108,3
6.   100,2 125,7 134,6 127,1 102,5
7.   101,5 128,1 150,1 117,2 120,2
8.   108,5 119,4 119,3 123,2 111,1
9.   123,2 104,1 120,4 104,9 111,2
10.   86,1 108,6 125,8 119,2 115,8
Pengukuran dan Pengamatan kedua untuk tinggi tanaman pada ulangan 2
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Tinggi Tanaman 136,1 121,1 118,5 100,9 122,5
2.   122,9 119,5 117,9 120,4 135,4
3.   114,9 131,3 118,4 102,5 127,6
4.   113,4 133,6 92,5 106,8 130
5.   118,1 126,9 134,4 107,9 127,8
6.   127,5 112,3 134,2 102,5 140,1
7.   128,1 146,1 108,9 106,3 145,5
8.   111,5 136,5 124,7 108,9 126,8
9.   120,4 139,5 140 120,8 125,4
10.   116,5 135,7 121,7 128,1 138,6
Pengukuran dan Pengamatan kedua tinggi tanaman pada ulangan 3
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Tinggi Tanaman 125,7 114,3 132,5 126,1 123,8
2.   115 136,2 128 122,7 133,7
3.   110,4 132,3 135,1 121,9 135,5
4.   129,3 145 154,6 132,2 121
5.   134,1 118,8 136,6 108,2 127,2
6.   143,2 112,5 135,8 121,1 119,3
7.   119,8 135,6 140,2 129,2 103,4
8.   138,3 120,7 127,7 104,9 102,3
9.   132,1 112,6 136 132,5 132,6
10.   134,1 127,4 133,2 126,8 126,1

17 | P a g e
Pengukuran dan Pengamatan ketiga untuk tinggi tanaman pada pada ulangan 1

18 | P a g e
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1. Tinggi Tanaman 164,7 176,4 203,9 189,3 135,6
2.   135,9 200,2 204,3 182,4 169,2
3.   148,8 102,4 208 178,8 168,2
4.   188,7 220,1 139,2 184,7 168,7
5.   185,9 168,7 205,2 165,1 176,5
6.   122,8 192,8 200,7 168,9 170,9
7.   197,7 196,3 203,9 200,5 150,2
8.   193,4 168,3 193,3 170,3 187,3
9.   194,2 179,9 102,9 188,1 191,5
10.   193,7 167,3 209,7 182,3 200,4
Pengukuran dan Pengamatan ketiga untuk tinggi tanaman pada ulangan 2
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1. Tinggi Tanaman 160,3 197,2 170,5 164,6 175,3
2.   167,7 204,3 164,1 177,4 181,1
3.   184,2 200 148,4 171,5 177,6
4.   176,9 219 140,1 166,7 200,1
5.   152,8 213,8 193,5 156 212,3
6.   163,2 219,2 219,3 165,2 178,9
7.   142,1 196,8 119,8 161,7 188,1
8.   160,9 191,2 188,3 184,4 182,3
9.   172,5 177,1 198,5 188,4 184,4
10.   181,8 179,2 181,2 166,2 181,1
Pengukuran dan Pengamatan ketiga tinggi tanaman pada ulangan 3
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1. Tinggi Tanaman 117,3 149,7 193,2 147,2 143,5
2.   164,3 138,6 118,3 160,2 160,1
3.   182,8 134,2 206,5 163,6 154,6
4. 134,1 171,5 181,6 181,2 162,4
5. 130,6 193,2 171,7 160,1 150,3
6. 120,5 188,3 196,8 192,2 162,1
7. 144,6 212,5 185,5 196,2 162,5
8. 126,3 173,3 160,9 204,3 155,1
9. 116,1 163,4 160,1 117,2 173,4
10. 113,5 208,2 153,2 201,7 154

Table 4.2 pegukuran dan Pengamatan jumlah daun

Pengukuran dan Pengamatan pertama untuk jumlah daun pada ulangan 1


Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1. Jumlah daun 6 7 7 6 7
2.   6 7 7 7 8
3.   7 7 8 7 7
19 | P a g e
4.   7 7 7 7 7
5.   7 7 7 7 7
6.   8 7 6 7 7
7.   7 7 7 6 6
8.   7 7 7 7 7
9.   7 6 7 7 6
10.   7 7 7 6 8
Pengukuran dan Pengamatan pertama untuk jumlah daun pada ulangan 2
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Jumlah daun 7 7 7 7 7
2.   7 7 8 7 6
3.   7 8 7 7 7
4.   8 8 6 7 8
5.   7 7 7 6 7
6.   7 7 6 7 7
7.   7 8 7 7 7
8.   5 6 7 6 7
9.   7 7 7 7 7
10.   6 8 7 6 7
Pengukuran dan Pengamatan pertama jumlah daun pada ulangan 3
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Jumlah daun 6 7 7 7 7
2.   7 6 8 7 6
3.   7 7 6 7 6
4.   7 7 8 6 7
5.   6 7 7 6 7
6.   6 7 7 8 8
7.   7 7 7 8 7
8.   6 6 6 7 6
9.   6 7 7 7 7
10.   6 7 6 8 6

Pengukuran dan Pengamatan kedua untuk jumlah daun pada ulangan 1


Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1. Jumlah daun 9 10 11 12 10
2.   8 11 11 11 11
3.   9 12 11 11 10
4.   10 10 11 12 10
5.   10 10 11 10 10
6.   9 12 12 12 12
7.   10 11 11 12 10
8.   11 11 11 10 9
9.   9 10 9 12 11
10.   8 10 9 11 9
20 | P a g e
Pengukuran dan Pengamatan kedua untuk jumlah daun pada ulangan 2
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Jumlah daun 11 9 10 9 11
2.   10 11 11 10 10
3.   9 11 9 11 11
4.   11 13 10 10 12
5.   10 10 11 10 11
6.   11 13 10 11 11
7.   11 11 10 9 12
8.   9 11 13 11 11
9.   11 12 11 10 12
10.   10 11 10 10 11
Pengukuran dan Pengamatan kedua jumlah daun pada ulangan 3
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Jumlah daun 10 11 11 11 10
2.   10 12 9 11 11
3.   8 9 10 9 11
4.   11 12 11 12 10
5.   11 11 12 11 9
6.   11 10 12 10 11
7.   11 11 13 11 11
8.   10 11 11 11 11
9.   11 11 11 11 10
10.   11 9 11 11 10

Pengukuran dan Pengamatan ketiga untuk jumlah daun pada ulangan 1


Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1. Jumlah daun 13 14 14 13 13
2.   11 15 15 13 15
3.   11 13 15 11 14
4.   13 14 15 14 14
5.   14 13 14 14 14
6.   13 15 15 14 13
7.   14 14 16 14 15
8.   14 13 14 14 13
9.   14 13 14 14 12
10.   14 13 14 15 15
Pengukuran dan Pengamatan ketiga untuk jumlah daun pada ulangan 2
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Jumlah daun 13 13 12 12 12
2.   14 13 12 13 13
3.   13 12 10 11 14
4.   14 15 12 12 13
21 | P a g e
5.   12 12 14 11 14
6.   13 14 14 13 14
7.   13 13 13 12 13
8.   11 11 14 15 13
9.   12 13 15 13 14
10.   13 13 15 14 12
Pengukuran dan Pengamatan ketiga jumlah daun pada ulangan 3
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1. Jumlah daun 10 13 12 13 13
2. 12 15 15 13 14
3. 11 12 15 13 12
4. 10 11 13 14 13
5. 11 11 14 12 13
6. 11 15 12 14 13
7. 12 14 12 15 13
8. 10 13 11 14 12
9. 10 13 13 12 13
10. 10 15 12 13 10

Table 4.3 Pegukuran dan Pengamatan Penimbangan bobot setiap sampel

Pengukuran dan Pengamatan bobot setiap sampel pada ulangan 1


Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1. Bobot setiap sampel 63,2 gr 57,3 gr 113 gr 170,9gr 95,7 gr
2.   78,5 gr 157,5gr 154,7gr 165,8gr 132 gr
3.   31,1 gr 98,1 gr 140,3gr 197,3gr 184,6gr
4.   7 gr 27,1 gr 84,9 gr 16,8 gr 27,9 gr
5.   45,6 gr 83,5 gr 183,2gr 80,4 gr 218 gr
6.   67,9 gr 221,6gr 130,6gr 104,1gr 119,6gr
7.   9 gr 185,7gr 145 gr 38 gr 135,7gr
8.   36 gr 64,2 gr 87,1 gr 88,8 gr 129,3gr
9.   145,2gr 201,5gr 93 gr 29,5 gr 97,9 gr
10.   19,8 gr 83 gr 89,7 gr 89,1 gr 123,1gr
Pengukuran dan Pengamatan bobot setiap sampel pada ulangan 2
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Bobot setiap sampel 109,6gr 109,9gr 128,3gr 110,3gr 178,6gr
2.   170,4gr 134,6gr 133,4gr 100,9gr 112,8gr
3.   132,2gr 68,2 gr 123,1gr 146,3gr 131,8gr
4.   12,5 gr 56,4 gr 79,9 gr 108,2gr 186,7gr
5.   123,7gr 76,5 gr 168,1gr 190,5gr 126,1gr
6.   101,8gr 170,9gr 72,6 gr 129,9gr 106,8gr
7.   156,5gr 61,8 gr 22,8 gr 131,6gr 167,5gr
8.   124,7gr 99,5 gr 75,5 gr 105,4gr 112,2gr
9.   88,3 gr 136,6gr 173,1gr 140,3gr 131,4gr
22 | P a g e
 10.   62,9 gr 90,3 gr 117,8gr 131,4gr 69,9gr
Pengukuran dan Pengamatan bobot setiap sampel pada ulangan 3
sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Bobot setiap sampel 216,7gr 170,8gr 187,8g 174,2 g 60,8
2.   73,8 gr 121,4gr 290,8gr 176,1gr 130,3gr
3.   8,4 gr 114,8gr 271,2gr 222 gr 122,2gr
4.   178,8gr 141,1gr 224,1gr 246,7gr 107,6gr
5.   115,7gr 262,1gr 221,3gr 236,4gr 154,1gr
6.   88,8 gr 214,1gr 202,6gr 188,8gr 209,8gr
7.   61,5 gr 138,7gr 27 gr 113 gr 202,2gr
8.   149,9gr 109,1gr 1 gr 116,1gr 140,7gr
9.   64,4 gr 201,8gr 261 gr 118,9gr 155,9gr
10.   147,7gr 166,7gr 231,1gr 186,1gr 162,3gr

Table 4.4 Pegukuran dan Pengamatan diameter panjang setiap sampel

Pengukuran dan Pengamatan diameter panjang setiap sampel pada ulangan 1


Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1. Diameter panjang 14,6 15,9 12,5 15,6 16,8
2.   10,5 11,8 11,2 17,5 15,2
3.   9,9 18,2 12,1 16,3 14,9
4.   10,4 17,1 14,9 12,9 13,3
5.   11,2 18,2 16 12,1 12,2
6.   12,1 15,1 12,2 12,1 16,9
7.   12,1 13,9 15,5 12,2 15,6
8.   8,2 10,2 17,1 12,8 14,6
9.   5 9,9 12,8 10,3 11,7
10.   13,2 11,1 9,9 8,9 14,6
Pengukuran dan Pengamatan diameter panjang setiap sampel pada ulangan 2
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Diameter panjang 15,2 16,8 11,7 13,4 16,7
2.   13,5 15,3 14,9 15,2 15,3
3.   15,9 13,7 13,2 12,1 15,1
4.   15,3 16,8 14,8 13,3 16,7
5.   13,9 13,9 17,3 14,3 15,7
6.   14,2 15,6 18,1 17,1 14,4
7.   13,2 11,8 15,8 17 14,5
8.   10,1 13,5 12,3 13,2 15,3
9.   9,9 14,1 11,1 15,4 11,1
10.   8,7 10,3 11,3 13,9 8,7
Pengukuran dan Pengamatan diameter panjang setiap sampel pada ulangan 3
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Diameter panjang 15,5 18,9 18,5 20,1 15,6
23 | P a g e
2.   17,2 18,3 18,2 17,6 16,1
3.   16,4 15,9 18,1 17,2 17,7
4.   13,2 16,7 20,1 17,9 15,9
5.   14,1 20,2 19,2 16,5 16,2
6.   15,2 16,4 17,5 16,2 15,8
7.   9,3 14,2 18,2 15,8 15,1
8.   9,2 16,9 16,9 16,2 12,4
9.   6,8 12,5 15,9 14,7 14,5
10.   8,3 15,7 8,9 14,2 13,2

Table 4.5 Pegukuran dan Pengamatan diameter lingkar setiap sampel

Pengukuran dan Pengamatan diameter lingkar setiap sampel pada ulangan 1


Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1. Diameter lingkar 3,4 4,7 4,9 3,6 3,7
2.   2,7 3,5 4,5 4,4 3,9
3.   3,6 4,5 4,7 4,1 4,9
4.   3,6 5 4,6 4,2 4,0
5.   4,1 3 4,3 2,1 5
6.   4,1 4,2 4,1 4 4,1
7.   2,7 4 4,1 4,8 4,2
8.   3,6 3,9 3,2 3,2 3,8
9.   3,3 3,6 3,6 4,3 4,7
10.   3,4 3,4 3,3 2,8 4,8
Pengukuran dan Pengamatan diameter lingkar setiap sampel pada ulangan 2
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Diameter lingkar 4,7 4,1 4,4 4,8 4,4
2.   4,1 3,8 4,7 4 4,5
3.   4,6 4,2 3,7 4,1 4
4.   4,1 3,1 4,3 4,1 4,9
5.   4,6 4 4,3 4,1 3,5
6.   4,3 4 3,6 4,3 4,7
7.   4,4 3,5 3,6 4,3 4,4
8.   3,6 4 4,1 4,2 3,7
9.   3,3 2,7 4,1 3,8 4,9
10.   0,3 4,3 3,5 4 4,6
Pengukuran dan Pengamatan diameter lingkar setiap sampel pada ulangan 3
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
1.  Diameter lingkar 4,2 5,1 4,9 4 4,1
2.   3,7 4,9 4,6 4,5 4,5
3.   4 5,3 4,7 4,5 4,5
4.   3,6 4,1 3,4 4,2 3,7
5.   4,3 4,7 5,5 4,7 4,3
6.   3,9 4,9 4,4 5 4,7
24 | P a g e
7.   3,9 4,7 5,1 4,5 4,1
8.   4,7 4,7 4,4 4,6 4,1
9.   4,4 4,6 4,9 5 4,9
10.   4,6 4,2 4,5 3,8 3,5

Table 4.6 Penimbangan keseluruhan setiap bedengan

Penimbangan bobot basah setiap bedengan pada ulangan 1


Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
Penimbangan bobot
1. setiap bedengan 1624 2546 2313 2403 2515
Penimbangan bobot basah setiap bedengan pada ulangan 2
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
 Penimbangan bobot
1. setiap bedengan 2707 2645 1721 2178 2321
Penimbangan bobot setiap bedengan pada ulangan 3
sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
 Penimbangan bobot
1. setiap bedengan 1167 4463 5149 3460 3238

Penimbangan bobot kering setiap bedengan pada ulangan 1


Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
Penimbangan bobot
1. setiap bedengan 1405 2188 2197 1933 2117
Penimbangan bobot kering setiap bedengan pada ulangan 2
Sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
 Penimbangan bobot
1. setiap bedengan 2154 2172 1405 1842 1879
Penimbangan bobot kering setiap bedengan pada ulangan 3
sampel
NO Pengamatan
B0 B1 B2 B3 B4
 Penimbangan bobot
1. setiap bedengan 940 3766 3794 2945 2663

4.2. Pembahasan

Dalam pelaksanaan pratikum dengan melakukan penanaman dengan


perawatan tanaman jagung, mulai dari pembukaan lahan dengan sifat fisik tanah
yang keras dan padat selain itu pada saat itu cuaca dalam keadaan musim panas
sehingga dalam proses pembukaan lahan cukup sulit karena tanah yang diolah

25 | P a g e
sangat keras. Namun pembuatan bedengan dari tanah yang cukup keras dapat
terlaksanakan.

Dalam kegiatan pemeliharaan kita perlu melakukan beberapa kegiatan seperti


pembubunan, kegiatan pembubunan berguna agar tanaman berdiri kuat dan kokoh
serta memudahkan pergerakan hara ke tanaman dan juga menghindari dari hama
dan penyakit, selain pembubunan kita juga harus melakukan penyiangan yang
tujuanya untuk membersihkan tanaman dari tumbuhan-tumbuhan penggangu yang
berada di sekitar tanaman, misalnya tumbuhan penggangu tersebut dapat
menyebabkan terjadinya kompetisi unsure hara antara tanaman dengan tumbuhan
penggangu tersebut.

Tanaman jagung yang di peliharan tidak bebas dari gangguan hama misalnya
ayam yang merupakan organisme yang memakan bibit jagung ketika masih kecil
atau mulai berkecambah, selain ayam terdapat juga hama lainya seperti belalang
atau ulat yang memakan daun sehingga daun terlihat seperti sobek-sobek karena
bekas gigitan serangga atau ulat yang memakanya. selain karena hama, tanaman
juga memperlihatkan pertumbuhan yang abnormal karena kedalaman grainase
yang tidak sama yang menyebabkan permasalahan disaat terjadi curah hujan yang
tinggi yang membuat bedengan yang memiliki garinase yang kurang dalam
menjadi tenggelam hal ini dapat menyebabkan tanaman dapat diserang oleh
penyakit seperti penyakit bulai yang merupakan jamur yang sangat tidak baik
untuk pertumbuhan tanaman. Selain itu tanaman juga memperlihatkan
pertumbuhan yang tidak upnormal jika pemberian air yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tanaman dalam pertumbuhannya.

26 | P a g e
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dapat disimpulkan bahwa tanaman jagung dapat tumbuh dengan baik apabila
kebutuhan tanaman jagung terpenuhi seperti air dan pupuk yang sesuai dengan
kebutuhannya. Selain kebutuhan utama yang dibutuhkan oleh tanaman jagung
tanaman jagung juga dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan hasil yang
maksimal apabila perawatan yang diberikan terhadap tanaman secara baik.
5.2. Saran
Pada semua pratikum yang akan dilakukan di harapkan agar dilakukan
dengan baik dan teliti agar hasil pratikum tepat dan mudah dipahami.

27 | P a g e
DOKUMENTASI

28 | P a g e
29 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

http://siat.ung.ac.id/files/wisuda/2012-2-54211-613410091-bab1-
18012013090652.pdf
https://eprints.umm.ac.id/51751/3/SKRIPSI%20BAB%20II.pdf
https://www.academia.edu/28437478/
LAPORAN_AKHIR_PRAKTIKUM_BUDIDAYA_TANAMAN_JAGUNG_

30 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai