Anda di halaman 1dari 3

Nama : Nilawati

Nim : 2225210051
Kelas : 3C
Mata Kuliah : Psikologi Belajar Matematika

Scaffolding adalah metode pembelajaran dengan memberikan dukungan belajar secara terstruktur.
Dukungan belajar bisa berupa petunjuk, peringatan, dorongan, menguraikan masalah ke dalam
langkah-langkah pembelajaran, memberikan contoh ataupun yang lain sesuai kemampuan siswa
sehingga memungkinkan siswa tumbuh mandiri.

Teori Scaffolding pertama kali diperkenalkan di akhir 1950-an oleh Jerome Bruner, seorang
psikolog kognitif . Dia menggunakan istilah untuk menggambarkan anak-anak muda dalam
akuisisi bahasa. Anak-anak pertama kali mulai belajar berbicara melalui bantuan orang tua
mereka, secara naluriah anak-anak telah memiliki struktur untuk belajar barbahasa.

Lange (2002) menyatakan bahwa ada dua langkah utama yang terlibat dalam scaffolding
pembelajaran: (1) pengembangan rencana pembelajaran untuk membimbing peserta didik dalam
memahami materi baru. (2) pelaksanaan rencana, pembelajar memberikan bantuan kepada peserta
didik di setiap langkah dari proses pembelajaran. Scaffolding terdiri dari beberapa aspek khusus
yang dapat membantu peserta didik dalam internalisasi penguasaan pengetahuan. Berikut aspek-
aspek scaffolding:

➢ Intensionalitas: Kegiatan ini mempunyai tujuan yang jelas terhadap aktivitas pembelajaran
berupa bantuan yang selalu didiberikan kepada setiap peserta didik yang membutuhkan.

➢ Kesesuaian: Peserta didik yang tidak bisa menyelesaikan sendiri permasalahan yang
dihadapinya, maka pengajar memberikan bantuan penyelesaiannya.

➢ Struktur: Modeling dan mempertanyakan kegiatan terstruktur di sekitar sebuah model


pendekatan yang sesuai dengan tugas dan mengarah pada urutan alam pemikiran dan
bahasa.
➢ Kolaborasi: Pebelajar menciptakan kerjasama dengan peserta didik dan menghargai karya
yang telah dicapai oleh peserta didik. Peran pembelajar adalah kolaborator bukan sebagai
evaluator.

➢ Internalisasi: Eksternal scaffolding untuk kegiatan ini secara bertahap ditarik sebagai pola
yang diinternalisasi oleh peserta didik.

SCAFFOLDING DALAM MENYELESAIKAN SOAL PROGRAM LINEAR

CONTOH SOAL

Seorang tukang jahit akan membuat pakaian model A dan model B. Model A memerlukan 1 m
kain polos dan 1,5 m kain bergaris. Model B memerlukan 2 m kain polos dan 0,5 m kain
bergaris. Persediaan kain polos 20 m dan bergaris 10 m. Banyaknya total pakaian jadi akan
maksimal jika banyaknya model A dan model B masing-masing...

PENYELESAIAN MENGGUNAKAN SCAFFOLDING

1. Memahami masalah untuk menentukan yang diketahui dan ditanyakan. Untuk memahami
masalah dari soal cerita sampai siswa dapat apa yang diketahui dan ditanyakan, dapat
dilakukan guru dengan mengarahkan peserta didik agar membaca dengan cermat, hati-hati dan
teliti untuk menerima informasi dari soal. Strategi yang digunakan adalah explaining, yaitu
menjelaskan bahwa dengan membaca soal kembali peserta didik akan memperoleh kalimat
mana dalam soal cerita yang dapat di persepsikan sebagai diketahui dan kalimat mana yang
dapat dipersepsikan sebagai yang ditanyakan.
2. Menentukan model matematika, untuk menentukan menyelesaikan permasalahan yang ada.
Langkah ini dapat menggunakan strategi reviewing dengan mengingatkan cara-cara yang tepat
untuk menentukan permasalahan yang ada.

Model matematika yang dapat dibentuk:


x + 2y ≤ 20
1,5x + 0,5 y ≤ 10 atau 15x + 5y ≤ 100

3. Melakukan algorithme untuk menyelesaikan permasalahan. Besar kemungkinan kesulitan


yang dilakukan setiap siswa akan berbeda-beda. Guru dapat menggunakan explaining untuk
mengarahkan cara menyelesaikan jika kesalahan dilakukan lebih dari 50% peserta didik secara
individual jika kesulitan hanya dilakukan beberapa individu saja menggunakan developing
conceptual thinking dalam hal yang berkaitan dengan konsep-konsep yang digunakan dalam
algorithme.

subtitusikan x = 4 dalam persamaan x + 2y = 20


4 + 2y = 20
2y = 16
y=8
maka, banyak model A = 4 dan model B = 8

4. Menguji kebenaran nilai variabel yang diperoleh, Setelah hasil diperoleh, dengan revieuwing
dan explaining guru memberikan arahan untuk melakukan restructuring agar hasil yang
diperoleh tidak menyimpang dari tujuan permasalahan.

5. Menafsirkan nilai variabel dengan tujuan permasalahan. Melalui developing conceptual


thinking, guru mengarahkan peserta didik untuk mengkait kan perolehannya dengan apa yang
ditanyakan.

Anda mungkin juga menyukai