Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

PSIKOLOGI BELAJAR MATEMATIKA


PENERAPAN TEORI POLYA DALAM PEMECAHAN MASALAH SOAL CERITA
MATEMATIKA

Dosen Pengampu :
Dr. Hepsi Nindiasari, M.Pd.

Di Susun oleh :
Nilawati (2225210051)

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.........................................................................................................................................i
ABSTRAK............................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................................2
BAB II KAJIAN TEORITIK..............................................................................................................3
2.1 Sejarah Singkat George Polya..................................................................................................3
2.2 Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika Menurut Polya..............................4
2.3 Langkah-langkah Penerapan strategi penyelesaian masalah menurut Polya.......................5
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................................................6
3.1 Pemecahan Soal Cerita Matematika........................................................................................6
3.2 Penerapan Teori Polya dalam Pemecahan Soal Matematika.................................................7
BAB IV PENUTUP............................................................................................................................10
4.1 Kesimpulan..............................................................................................................................10
4.2 Saran.........................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11

i
ABSTRAK

Pemecahan masalah soal cerita matematika adalah permasalahan yang disajikan dengan
mengaitkan permasalahan dengan kehidupan sehari-hari. Soal cerita menuntut peserta didik
untuk memecahkan masalah melalui kemampuannya dalam memahami, merancang, dan
menelesaikan soal cerita. Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mendeskripsikan
penerapan teori Polya dalam pemecahan masalah soal cerita matematika. Data yang diperoleh
ini berdasarkan studi literatur. Studi literatur dilakukan dengan mencari dan menyusun
penelitian yang sudah dilakukan untuk mendapatkan hasil dari penelitian tersebut. Hasil
studi literatur menunjukkan bahwa penerapan teori polya dalam pemecahan masalah soal
cerita matematika dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan soal
cerita matematika. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik yang mempelajari soal
cerita matematika. Objek dari penelitian ini adalah kemampuan peserta didik dalam
menyelesaikan masalah soal cerita matematika.

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Pembelajaran matematika di sekolah pada awalnya bertujuan untuk meningkatkan


kemampuan berhitung dan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu yang lain, namun
pembelajaran matematika tidak hanya untuk melatih berhitung. Tujuan dari pembelajaran
matematika kini adalah untuk melatih cara berpikir dan bernalar untuk menarik kesimpulan,
mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi dan penemuan dengan
mengembangkan pemikiran divergen, orisinil, rasa ingin tahu, prediksi dan dugaan serta
mencoba-coba, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, dan mengembangkan
kemampuan menyampaikan informasi atau mengkomunikasikan gagasan. Sejalan dengan
tujuan tersebut di atas, Sudiana (2014:3) menjelaskan bahwa ada lima kemampuan yang perlu
diperhatikan dalam penilaian yaitu pemahaman konsep, pemahaman prosedur, komunikasi,
penalaran, dan pemecahan masalah.
Pemecahan masalah merupakan kemampuan yang sangat penting untuk
menyelesaikan persoalan sehari-hari terkait konsep matematika. Kemampuan memecahkan
masalah meliputi beberapa aspek antara lain kemampuan memahami masalah, memilih
strategi penyelesaian, menyelesaikan masalah, dan memeriksa kembali. Karena itu
keterampilan memecahkan masalah harus dimiliki peserta didik. Keterampilan tersebut akan
dimiliki peserta didik bila guru mengajarkan bagaimana memecahkan masalah yang efektif.
Beberapa ahli menemukan beberapa cara dalam memecahkan masalah matematika, salah
satunya adalah Polya. Polya (1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari
jalan keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk
dicapai. Polya menemukan langkah-langkah yang praktis dan tersusun secara sistematis dalam
memecahkan masalah sehingga dapat mempermudah siswa dalam menyelesaikan masalah
matematika. Polya mengajukan empat langkah fase penyelesaian masalah, keempat tahapan ini
lebih dikenal dengan See (memahami problem), Plan (menyusun rencana), Do (melaksanakan
rencana) dan Check (menguji jawaban), sudah menjadi jargon sehari-hari dalam penyelesaian
problem sehingga Polya layak disebut dengan “Bapak problem solving.”
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan pemecahan soal cerita matematika?
2. Bagaimana penerapan teori Polya dalam pemecahan soal cerita matematika?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pemecahan masalah matematika.
2. Untuk mengetahui penerapan teori Polya dalam pemecahan soal cerita matematika.

2
BAB II
KAJIAN TEORITIK

2.1 Sejarah Singkat George Polya


George Polya lahir di Budapest, Austria-Hongaria pada 13 Desember 1887, Polya
merupakan anak keempat dari lima bersaudara dari pasngan suami istri berdarah Yahudi,
Jakab Polya dan Anna Deutsch. George lulus sekolah dasar pada tahun 1894, sebelum
melanjutkan di Daniel Berzsenyi Gymnasium guna belajar bahasa Yunani klasik dan bahasa
Latin selain bahasa Jerman modern maupun bahasa asli Hongaria. Minat George adalah biologi
dan studi kepustakaan, namun menonjol dalam bidang geografi dan subyek-subyek lain.
Matematika bukan bidang yang disukai George. Di sekolah, nilai mata pelajaran geometri
mendapat nilai sedikit lebih baik dibanding aritmatika.
George lulus dan masuk universitas Budapest pada tahun 1905. Awalnya George
mengambil jurusan hukum sesuai dengan keinginan ibunya, namun hanya bertahan satu semester
karena dianggapnya membosankan. Kemudian Polya beralih dengan belajar berbagai bahasa dan
kepustakaan yang menjadi minat utamanya, namun hanya bertahan selama 2 tahun setelah
memperoleh sertifikat sebagai bekal untuk mengajar bahasa Latin di sekolah menengah. Kecewa
dengan kenyatan, Polya belajar fisika di bawah Eotvos dan matematika dibimbing oleh Fejer.
Fejer adalah salah seorang matematikawan terkemuka Hongaria. Bersama Fejer, Polya membuat
karya-karya kolaborasi, dimana pengaruh Fejer sangat terasa pada karya-karya Polya di kemudian
hari.
Pada tahun 1910 - 1911, Polya kuliah di universitas Vienna. Di sini Polya belajar
matematika dari tangan Wirtinger dan Mertens meskipun menambah pengetahuan fisika dengan
kuliah teori relativitas, optik dan topik-topik lainnya. Tahun berikutnya, Polya kembali ke
Budapest dan dianugerahi dengan gelar doktorat di bidang matematika, terutama dengan belajar
sendiri, teori probabilitas geometri. Tahun 1912 dan 1913 kembali menekuni matematika di
Gottingen lewat kumpulan matematikawan terkemuka di dunia seperti: Hilbert, Weyl, Edmund
Landau, Runge, Courant, Hecke dan Toeplitz.
Polya layak disebut matematikawan paling berpengaruh pada abad 20. Riset mendasar
yang dilakukan pada bidang analisis kompleks, fisika matematika, teori probabilitas, geometri
dan kombinatorik banyak memberi sumbangsih bagi perkembangan matematika. Sebagai seorang
guru yang piawai, minat mengajar dan antusiasme tinggi tidak pernah hilang sampai akhir
hayatnya. Semasa di Zurich pun, karya-karya di bidang matematika sangat beragam dan
produktif. Tahun 1918 Polya mengarang makalah tentang deret, teori bilangan, sistem voting dan
kombinatorik. Tahun berikutnya, Polya menambah dengan topik lain seperti astronomi dan

3
probabilitas. Meskipun pikiran sepenuhnya difukuskan untuk topik-topik di atas, namun Polya
mampu membuat hasil mengesankan pada fungsi-fungsi integral. Tahun 1933, Polya kembali
mendapatkan Rockefeller Fellowship dan kali ini dia pergi ke Princeton. Saat di Amerika, Polya
diundang oleh Blichfeldt untuk mengunjungi Stanford yang menarik minatnya. Kembali ke
Zurich pada tahun 1940, namun situasi di Eropa menjelang perang dunia II, memaksa Polya
kembali ke Amerika. Bekerja di universitas Brown dan Smith College selama 2 tahun, sebelu
menerima undangan dari Stanford yang diterimanya dengan senang hati.
Sebelum meninggalkan Eropa, Polya sempat mengarang buku How to solve it yang ditulis
dalam bahasa Jerman. Setelah mencoba menawarkan ke berbagai penerbit akhirnya
dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris sebelum diterbitkan oleh Princeton. Buku ini ternyata
menjadi buku best seller yang terjual lebih dari 1 juta copy dan kelak dibuat ke dalam 17 bahasa.
Buku ini berisikan metode-metode sistematis untuk menemukan solusi atas problem-problem
yang dihadapi dan memungkinkan seseorang menemukan pemecahannya sendiri karena memang
sudah ada dan dapat dicari.

2.2 Pemecahan Masalah dalam Pembelajaran Matematika Menurut Polya


Memecahkan suatu masalah merupakan suatu aktivitas dasar bagi manusia. Sebagian
besar kehidupan manusia adalah berhadapan dengan berbagai masalah. Untuk itu perlu dicari
penyelesaiannya. Apabila gagal dengan suatu cara untuk menyelesaikan suatu masalah, maka
harus mencoba menyelesaiakannya dengan cara lain. Setiap manusia harus berani untuk
menghadapi masalah dan menyelesaikannya(Saedi et al., 2012). Saad & Ghani (2008),
berpendapat bahwa pemecahan masalah adalah suatu proses terencana yang perlu dilakukan
untuk memperoleh pemecahan tertentu dari sebuah masalah yang mungkin tidak didapat
diselesaikan dengan segera. Pemecahan masalah dapat didefinisikan sebagai keterlibatan
mencari suatu solusi yang metodenya tidak diketahui di awal. Dengan kata lain, penemuan
solusi dilakukan oleh peserta didik berdasarkan kemampuan, pengetahuan, dan proses
berfikir peserta didik, sehingga melalui proses tersebut akan terbentuk pemahaaman
baru(Arsyad, 2014).
Sebuah pemecahan masalah merupakan tujuan utama dalam pembelajaram
matematika. Pemecahan masalah menjadi fokus penting dalam pembelajaran
matamatika(Ekawati et al., 2019). Pandangan pemecahan masalah sebagai proses inti dan
utama dalam kurikulum matematika, berarti pembelajaran pemecahan masalah lebih
mengutamakan proses dan strategi yang dilakukan siswa dalam menyelesaikannya dari pada
hanya sekedar hasil. Sehingga keterampilan proses dan strategi dalam memecahkan masalah

4
tersebut menjadi kemampuan dasar dalam belajar matematika(Hadi & Radiyatul, 2014).
Kemampuan pemecahan masalah dalam matematika adalah kemampuan dalam melakukan
identifikasi unsur yang diketahui, ditanyakan, dan kecukupan unsur yang diperlukan. Seiring
dengan itu peserta didik juga mampu membuat atau menyusun model matematika, dapat
memilih dan mengembangkan strategi pemecahan, mampu menjelaskan dan memeriksa
kebenaran jawaban yang diperoleh(Munadifah et al., 2020). Diperlukan berbagai strategi
untuk mendukung peserta didik menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang kompleks.
Strategi yang telah dipelajari peserta didik, diterapkan dalam situasi tertentu dan menjadi
semakin baik, terperinci, dan fleksibel untuk digunakan dalam situasi masalah yang
kompleks(Negara, 2019).
Polya (1985) mengartikan pemecahan masalah sebagai satu usaha mencari jalan
keluar dari satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk
dicapai. Pemecahan masalah dapat berupa menciptakan ide baru, menemukan teknik atau
produk baru. Bahkan didalam pembelajaran matematika, selain pemecahan masalah
mempunyai arti khusus, istilah tersebut mempunyai interpretasi yang berbeda, misalnya
menyelesaikan soal cerita yang tidak rutin dan mengaplikasikan matematika dalam kehidupan
sehari-hari.

2.3 Langkah-langkah Penerapan strategi penyelesaian masalah menurut Polya


George Polya adalah seorang ahli matematika yang beranggapan bahwa pemecahan
masalah merupakan sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai
suatu tujuan yang tidak segera bisa dicapai(Purba & Lubis, 2021). George Polya
memberikan empat cara atau prosedur dalam pemecahan masalah. Pemecahan masalah ini
memiliki cara dan prosedur yang beruntut untuk mempermudah siswa dalam memecahkan
masalah agar menghindari pandangan yang sering kali keliru dalam memilih strategi
penyelesaiannya. Langkah-langkah menurut Polya meliputi:

1. Understanding the problem atau memahami masalah.


2. Devising a plan atau menyusun rencana penyelesaian
3. Carrying out the plan atau melaksanakan rencana penyelesaian masalah
4. Looking back atau melakukan pengecekan kembali

Langkah-langkah menurut Polya pada dasarnya adalah belajar metode-metode ilmiah atau
berpikir secara sistematis, logis, dan teratur secara teliti(Hadi & Radiyatul, 2014). Tujuannya

5
adalah untuk memperoleh kemampuan kecakapan dalam memecahkan masalah secara
rasional, lugas dan tuntas.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Pemecahan Soal Cerita Matematika


Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang menuntut peserta didik untuk
dapat menyelesaikan suatu permasalahan. Soal yang disajikan dalam permasalahan
matematika sangat bervariasi dan beragam. Salah satunya adalah dalam bentuk soal cerita.
Soal cerita dalam pembelajaran adalah permasalahan yang disajikan dengan mengaitkan pada
suatu masalah yang ada dengan kehidupan sehari-hari. Menurut Rahardjo dan Waluyati
dalam Marlina (2011) menjelaskan bahwa pembelajaran soal cerita ini menuntut peserta didik
untuk memecahkan masalah melalui kemampuannya dalam memahami, merancang, dan
menelesaikan soal cerita. Dalam memecahkan masalah soal cerita, peserta didik tidak hanya
menjawab pertanyaan yang sudah disajikan saja. Lebih dari itu, hal utama yang harus
difahami oleh peaerta didik adalah mampu untuk menyelesaikan permasalahan dari soal
cerita tersebut(Ariani & Kenedi, 2018).

Menurut In’am dalam Risma Astutiania, Isnartob, dan Isti Hidayahb (2019)
menyatakan bahwa terdapat beberapa pengetahuan dan pemahaman karakteristik dari suatu
masalah mungkin bisa membantu menemukan jawaban yang tepat dan diinginkan.
Karakteristik pemecahan masalah dalam matematika tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut.

1. Strategi yang tepat diperlukan dalam memecahkan masalah.


2. Memiliki pengetahuan penting dalam menghasilkan solusi yang salah.
3. Tingkat keterampilan dalam pemecahan masalah yang benar-benar mempengaruhi
akurasi dan kesesuaian hasil yang diperoleh dalam melakukan pemecahan masalah.
4. Pemecahan masalah tidak didasarkan pada memori yang dimiliki.
5. Setiap masalah memiliki strategi yang unik.
6. Berbagai pendekatan harus dipelajari dan dipahami untuk menghasilkan pemecahan
masalah yang tepat dan sesuai harapan.
7. Pengetahuan dan keterampilan dalam menerapkan konsep matematika dan prinsip-
prinsip yang telah dipelajari benar-benar membantu untuk memecahkan masalah.

6
Namun, Sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal
cerita. Peserta didik ketika membaca soal cerita matematika, kurang memperhatikan tanda
baca. Keadaan ini yang kemudian akan mempersulit peserta didik dalam menemukan solusi
memecahkan permasalahan yang ada(Purwaningsih, 2021) . Penyebab lain yang
menyebabkan pesrta didik mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita adalah
kurangnya keterlibatan peserta didik secara mental, yang aktif mendayagunakan pikirannya
dalam memecahkan masalah, serta kurangnya keterampilan peserta didik dalam
menerjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam bahasa matematika(Purwaningsih, 2021).
Padahal di kehidupan sehari-hari peserta didik selalu dihadapkan pada masalah dan dituntut
untuk dapat menyelesaikannya. Oleh karena itu, penting mengajarkan pada peserta didik
untuk memahami bagaimana memecahkan suatu masalah.

Dalam menyikapi permasalahan ini salah satu solusi yang dapat dilakukan oleh guru
adalah memberikan strategi pembelajaran yang tepat. Penggunaan strategi pembelajaran yang
tepat akan berpengaruh pada peningkatan hasil belajar peserta didik. Salah satu strategi yang
disarankan untuk digunakan dalam penyelesaian masalah soal cerita matematika adalah
menggunakan metode pemecahan masalah berdasarkan teori Polya. Metode pembelajaran
pemecahan masalah Polya memiliki kemampuan dan keterampilan untuk menyelesaikan soal
dalam bentuk soal cerita serta peserta didik juga mampu untuk menyelesaikan masalah-
masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari dengan harapan hasil belajar siswa
dapat meningkat.

3.2 Penerapan Teori Polya dalam Pemecahan Soal Matematika


Teori Polya telah banyak diterapkan dalam beberapa penelitian, termasuk penelitian
mengenai pemecahan soal masalah matematika. Berdasarkan penelitian-penelitian yang
sudah dilakukan, penerapan teori polya cenderung berhasil untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Berikut adalah penelitian yang menerapkan
pembelajaran tersebut yaitu:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Ariani & Kenedi (2018) dengan judul “Model Polya Dalam
Peningkatan Hasil Belajar Matematika Pada Pembelajaran Soal Cerita Volume Di Sekolah
Dasar”. Metode penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Tempat penelitian adalah
SD Negeri 15 Belakang Pondok Kota Padang dengan subjek penelitian adalah siswa kelas
V. Alur penelitian menggunakan alur penelitian Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri
dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun hasil dari penelitian

7
adalah perencaana pembelajaran mengalami peningkatan dari 62% meningkat ke 86%.
Aktivitas guru mengunakan model Polya meningkat dari 62% ke 95%. Aktivitas siswa
menggunakan model Polya mengalami peningkatan dari 52% ke 98%. Hasil belajar siswa
mengalami peningkatan dari 55% ke 85 %.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Leni Marlina (2011) “Penerapan Langkah Polya dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Keliling dan Luas Persegi Panjang”. Desain penelitian ini mengacu
pada model penelitian yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc.Taggart yang terdiri dari
perencanaan, tindakan dan pengamatan, dan refleksi. Subyek penelitian adalah seluruh siswa di
kelas VII ASMP Negeri 19 Palu, sebanyak 26 orang siswa. Jenis data yang diperoleh berupa data
kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi, hasil wawancara dan catatan lapangan.Sementara
data kuantitatif berupa diperoleh dari hasil belajar siswa. Hasil dari penelitian yang dilakukan
adalah penerapan langkah Polya yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam
menyelesaikan soal cerita keliling dan luas persegi panjang.
3. Berdasarkan hasil penelitian Ni Wayan Purwaningsih (2021) yang berjudul “Penerapan
Pembelajaran Tematik Berbantuan Teori Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Siswa di Kelas III
Sd”. Penelitian ini dirancang dalam siklus tindakan yang masing-masing siklus terdiri dari
empat tahap yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3)
observasi/evaluasi, dan (4) refleksi. Subyek penelitian penelitian adalah siswa kelas III
SD No. Pangsan yang terdiri dari 11 siswa. Obyek penelitian ini adalah peningkatan hasil
belajar Matematika siswa kelas III SD No. Pangsan. Instrument penelitian yang
digunakan adalah tes hasil belajar matematika. Jenis tes yang digunakan adalah soal cerita
dengan jumlah sial 5 buah. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka diperoleh
hasil belajar matematika siswa kelas III SD No. 2 Pangsan menunjukkan adanya
peningkatan setelah teori Polya diimplementasikan. Hal ini ditunjukkan dari adanya
peningkatan hasil belajar yang diperoleh oleh siswa dalam mata pelajaran matematika
tiap siklus yaitu pada pra tindakan, rata-rata siswa sebesar 70.81 dengan ketuntasan
klasikal 36%. Pada siklus I nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 74,64 dengan
ketuntasan klasikal 64%, dan pada siklus II rata-rata siswameningkat menjadi 78.18
dengan ketuntasan klasikal 82%.
4. Berdasarkan hasil penelitian Risma Astutiania dkk (2019) dengan judul “Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Langkah
Polya”. penelitian menunjukkan terdapat 1 siswa atau dari jumlah siswa tidak dapat
menyelesaikan masalah matematika berdasarkan langkah Polya, 9 atau siswa yang dapat
menyelesaikan masalah berdasarkan langkah Polya sampai langkah kesatu, 19 atau

8
siswa yang dapat menyelesaikan masalah berdasarkan langkah Polya sampai langkah
kedua, 14 atau anak yang dapat menyelesaikan masalah berdasarkan langkah Polya
sampai langkah ketiga, dan 1 atau anak yang dapat menyelesaikan masalah berdasarkan
langkah Polya sampai langkah keempat atau mengerjakan secara lengkap dan benar.

Berdasarkan empat penelitian tersebut, tiga penelitian mendapatakan hasil bahwa peserta
didik mengalami penigkatan dalam menyelesaikan pemecahan masalah soal cerita
matematika menggunakan teori Polya. Namun, pada penelitian keempat penerapan teori
Polya masih belum dapat berhasil dalam membantu peserta didik menyelesaikan soal cerita
matematika.

9
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Pemecahan masalah soal cerita matematika adalah permasalahan yang disajikan dengan
mengaitkan permasalahan dengan kehidupan sehari-hari. Soal cerita menuntut peserta didik
untuk memecahkan masalah melalui kemampuannya dalam memahami, merancang, dan
menelesaikan soal cerita. Namun, Sebagian besar peserta didik mengalami kesulitan dalam
menyelesaikan soal cerita. Salah satu strategi yang disarankan untuk digunakan dalam
penyelesaian masalah soal cerita matematika adalah menggunakan metode pemecahan
masalah berdasarkan teori Polya.

Berdasarkan dari beberapa penelitian dapat disimpilkan bahwa teori polya terbukti
berhasil untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Dengan
demikian, bila penerapan teori Polya diterapkan dengan baik, maka kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal cerita mengalami peningkatan.

4.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, maka dapat disampaikan beberapa saran. Kepada siswa
supaya lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran, sehingga dapat memperoleh hasil belajar
yang memuaskan. Selain itu, bagi siswa yang sudah mampu menyelesaikan soal cerita
dengan baik, supaya mengembangkan kemampuan tesebut agar dapat mencapai hasil yang
lebih optimal. Kemudian kepada guru untuk mengimplementasikan model-model
pembelajaran yang inovatif dan sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ariani, Y., & Kenedi, A. K. (2018). Model Polya Dalam Peningkatan Hasil Belajar
Matematika Pada Pembelajaran Soal Cerita Volume Di Sekolah Dasar. Journal
Unikama, 8(2), 25–36.

Arsyad, A. (2014). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Berdasarkan Gaya Belajar


Peserta Didik. Jurnal Pendidikan, 1(1), 23–35.

Astutiani, R., Isnarto, & Hidayah, I. (2019). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika
dalam Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Langkah Polya. Prosiding Seminar
NasionalPascasarjana.

Ekawati, A., Agustina, W., & Noor, F. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Siswa Dalam Membuat Diagram. Lentera: Jurnal Pendidikan, 14(2), 1–7.
https://doi.org/10.33654/jpl.v14i2.881

Hadi, S., & Radiyatul, R. (2014). Metode Pemecahan Masalah Menurut Polya untuk
Mengembangkan Kemampuan Siswa dalam Pemecahan Masalah Matematis di Sekolah
Menengah Pertama. EDU-MAT: Jurnal Pendidikan Matematika, 2(1), 53–61.
https://doi.org/10.20527/edumat.v2i1.603

Marlina, L. (2011). Penerapan Langkah Polya dalam Menyelesaikan Soal Cerita Keliling dan
Luas Persegi Panjang. Jurnal Elektronik Pendidikan Matematika Tadulako, 01.

Munadifah, S. N., Mustangin, & Fauzy, A. (2020). Analisis Kemampuan Pemecahan


Masalah Matematis Peserta Didik Berdasarkan Teori Polya. Jurnal Penelitian,
Pendidikan, Dan Pembelajaran, 15(2), 1–9.
http://riset.unisma.ac.id/index.php/jp3/article/view/8400/6986

Negara, B. wongso. (2019). Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Melalui


Pendekatan Polya Dalam Aspek Merencanakan.

Purba, D., & Lubis, R. (2021). Pemikiran George Polya Tentang Pemecahan Masalah. Jurnal
MathEdu (Mathematic Education Journal), 4(1), 25–31.
http://journal.ipts.ac.id/index.php/MathEdu

Purwaningsih, N. W. (2021). Penerapan Pembelajaran Tematik Berbantuan Teori Dalam

11
Menyelesaikan Soal Cerita Siswa di Kelas III Sd. Jurnal Pendidikan Dasar Rare
Pustaka, 3(2), 1–9.

Saedi, M., Mokat, S., & Herianto. (2012). Teori Pemecahan Masalah Polya Dalam
Pembelajaran Matematika. Sigma (Suara Intelektual Gaya Matematika), 4(1), 110–121.

12

Anda mungkin juga menyukai