Anda di halaman 1dari 19

PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SD 2

DISUSUN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS


PERKULIAHAN

MATA KULIAH : MATEMATIKA SD 1


DOSEN PENGAMPU : Drs. Sutiyarso, M.Pd
Dede Dewantara, M.Pd

Disusun Oleh : kelompok 14

NIZMATULLAYLA 1910125120007
NURUL AZMY 1910125120017
RINI WAHYUNI 1910125120042
WANDA AZIZAH 1910125220107

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PENDIDIKAN GURU PRA-SEKOLAH DAN SEKOLAH DASAR
BANJARMASIN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan

karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan makalah ini tepat pada

waktunya yang berjudul "Pemecahan Masalah Matematika SD 2".

Makalah ini berisi tentang informasi mengenai pemecahan masalah

matematika SD 2. Makalah ini diharapkan mampu memberikan wawasan kepada

peserta didik untuk dapat menyelasaikan persoalan matematika yang tengah

dihadapinya. Sebab dengan adanya metode penyelesaian masalah matematika

akan sangat membantu peserta didik agar masalah yang dihadapinya dapat

terselesaikan dengan cara yang tepat.

Akhir kata, kami ucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah

berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa membalas semua kebaikan dan memberikan berkah-Nya.

Kami berharap makalah ini bermanfaat bagi kita semua, khususnya bagi para

pembaca. Kami menyadari bahwa makalah ini masih belum sempurna dan

terdapat kekurangan. Kesempurnaan hanya ada pada Tuhan semata. Oleh karena

itu, kami sangat mengharap dan menerima dengan tangan terbuka jika ada kritik

maupun saran dari pembaca agar kedepannya kami memperbaki kesalahan-

kesalahan yang kami lakukan.

Banjarmasin, 5 September 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A. Pemecahan masalah matematika................................................................3
B. Pengajuan masalah.....................................................................................4
C. Kesulitan dalam pemecahan masalah........................................................5
D. Strategi dalam pemecahan masalah..........................................................8
E. Rambu-Rambu Untuk Mengembangkan Keterampilan Menyelesaikan
Masalah.........................................................................................................12
F. Pendekatan Dalam Mengajar Soal Cerita.................................................13
BAB III PENUTUP........................................................................................15
A. Kesimpulan..............................................................................................15
B. Saran.........................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Pemecahan masalah merupakan aktivitas yang memberikan tantangan bagi


kebanyakan siswa, dan pemecahan masalah matematika akan dapat memotivasi
minat siswa dalam belajar matematika. Sehingga keaktifan siswa dalam
pemecahan masalah matematika akan membantunya dalam hal kecepatan,
pemahaman, penyusunan, perincian, dan penemuan secara logis, sebagai bagian
penting dalam mempelajari matematika. Pemecahan masalah akan menjadi suatu
hal yang sulit bagi siswa, apabila guru tidak menuntun siswa secara bertahap atau
apabila hanya mengajarkannya secara sekilas kepada siswa. Apabila guru
mengajarkan pemecahan masalah berdasarkan prosedurnya secara lengkap dengan
memanfaatkan pengertian yang dimiliki siswa maka dalam diri siswa akan
tercapai kreativitas dan diperoleh keterampilan berargumentasi dalam
memecahkan masalah-masalah matematika. Siswa akan lebih baik dalam belajar
matematika dan bekerja secara sistematis jika sering memecahkan masalah
matematika.Maka dari itu, perlunya mengetahui metode dan teknik dalam
pemecahan masalah untuk memudahkan kita dalam mengajarkan pemecahan
masalah dalam pembelajaran matematika.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu masalah?
2. Apa yang dimaksud dengan pemecahan masalah?
3. Apa saja pengajuan masalah dalam matematika?
4. Apa saja kesulitan-kesulitan dalam pemecahan masalah?
5. Apa saja langkah-langkah dalam pemecahan masalah?

C. TUJUAN
Adapun tujuan penulisan adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apa arti masalah.
2. Mengetahui pengertian dari pemecahan masalah matematika.
3. Mengetahui pengajuan pengajuan dalam masalah matematika.

1
4. Mengetahui kesulitan-kesulitan dalam pemecahan masalah.
5. Mengetahui strategi- strategi pemecahan masalah matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA


Pemecahan masalah merupakan salah satu topik yang penting dalam
mempelajari matematika. Banyak ahli matematika mengatakan bahwa matematika
berarti dengan pemecahan masalah yaitu mengerjakan soal cerita, membuat pola,
menafsirkan gambar atau bangun, membentuk konstruksi geometri, membuktikan
teorema dan lain sebagainya. Dengan demikian, belajar untuk memecahkan
masalah merupakan prinsip dasar dalam mempelajari matematika (National
Council of Supervisors Mathematic, 1978).
Beberapa ahli matematika menyatakan bahwa masalah merupakan
pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun, tidak setiap pertanyaan
otomatis merupakan suatu masalah. Suatu pertanyaan disebut masalah tergantung
kepada pengetahuan yang dimiliki penjawab. Dapat terjadi bahwa bagi seseorang,
pertanyaan itu dapat dijawab dengan menggunakan prosedur rutin, tetapi bagi
orang lain untuk menjawab pertanyaan tersebut memerlukan pengorganisasian
pengetahuan yang dimiliki secara tidak rutin. Jadi, suatu pertanyaan dapat menjadi
masalah bagi seseorang tetapi bisa hanya menjadi pertanyaan biasa bagi orang
lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Schoenfeld (1985) yaitu bahwa definisi
masalah selalu relatif bagi setiap individu. Kategori pertanyaan menjadi masalah
atau pertanyaan hanyalah pertanyaan biasa ditentukan oleh ada atau tidaknya
tantangan serta sebelum diketahuinya prosedur rutin pada pertanyaan tersebut. Hal
ini dikatakan oleh Cooney, 1975 bahwa suatu pertanyaan akan menjadi masalah
hanya jika pertanyan itu menunjukkan adanya tantangan yang tidak dapat
dipecahkan oleh suatu prosedur rutin ysng sudah diketahui oleh si pelaku.
Contoh :
Dalam sebuah lomba matematika, Chandra menjadi juara pertama dan
memperoleh skor 100. Dalam lomba tersebut jawaban yang benar akan mendapat
skor 3 dan jawaban yang salah atau kosong akan dikurangi 1. Tentukan banyak
soal dalam lomba tersebut jika diketahui perbandingan jawaban Chandra yang
benar dan jumlah skor adalah 1 : 2!

3
Jawaban :
Pada contoh di atas dimisalkan banyak soal yang dijawab benar adalah a
maka menurut soal a : 100 = 1 : 2 sehingga diperoleh a = 50. Diketahui dalam
menjawab soal jawaban yang benar diberi skor 3 dan untuk setiap soal yang
dijawab yang salah dikurangi 1. Misalkan banyak sial yang dijawab salah atau
kosong adalah b maka diperoleh 3a – b = 100 padahal a = 50 maka:
3a – b = 100
3 × 50 – b = 100
150 – b = 100
b=50
Jadi, banyak soal dalam lomba metematika tersebut adalah a + b = 50 + 50 = 100

B. PENGAJUAN MASALAH
Dalam pembelajaran matematika, pengajuan masalah menempati posisi
strategis. Pengajuan masalah dikatakan sebagai inti terpenting dalam disiplin
matematika dan dalam sifat pemikiran penalaran matematika (Silver, et.al, 1996)
Freudenthal (1991) menyebutkan pengajuan masalah adalah suatu bentuk aktivitas
kreatif yang menggunakan tugas-tugas yang terstruktur dalam konteks yang kaya
(problem posing is a form of creative activity that can operate within tasks
involving structured rich contexts) dan menggunakan dokumen-dokumen
kehidupan nyata serta interaksi-interaksi manusia (English, 2009).
Stoyanova dan Ellerton (1996) menjelaskan mathematical problem posing
as the process by which. on the basis of mathemotical experience, students
construct personal interpretations of concrete situations and formulate them as
meaningful mathematical problems. Dengan kata lain, pengajuan masalah
merupakan proses yang didasari pengalaman matematika kemudian peserta didik
mengonstruksi penafsirannya sendiri terhadap interaksi konkret dan
merumuskannya menjadi masalah matematika yang berarti.
Silver (1994) mengatakan "problem posing mengacu pada generasi
masalah baru dan perumusan kembali masalah yang diberikan. Masalah posisikan
pada saat menyusun masalah baru dan mereformulasikan masalah yang diberikan.
Kwek (2015) membahas pengajuan masalah sebagai tugas yang dirancang oleh

4
guru Yang membutuhkan peserta didik membuat satu atau lebih soal.
Selanjutnya, pengajuan soal (soal posing) membahas tentang tugas yang meminta
peserta didik untuk membuat atau soal soal informasi yang diberikan, sambil
menyelesaikan soal atau masalah yang dibuat.
Silver dalam Silver dan Cai (1996: 292) memberikan istilah pengajuan
soal (problem posing) diaplikasikan pada tiga bentuk aktivitas kognitif
matematika yang berbeda, yaitu sebagai berikut
1.Pengajuan pra solusi (presolution posing) yaitu seorang peserta didik
membuat soal dari suatu masalah (informasi) yang diadakan.
2. Pengajuan dalam solusi, yaitu suatu peserta didik merumuskan ulang
(menyusun kembali) suatu masalah (masalah) seperti yang sedang dilakukan.
3. Pengajuan setelah solusi (pos solusi posing) yaitu peserta didik peserta
tujuan-persyaratan atau masalah-masalah (masalah) yang telah diselesaikan untuk
membuat soal yang baru.

C. KESULITAN DALAM PEMECAHAN MASALAH


Kesulitan kesulitan dalam matematika
Dari masing masing proses dan penahapan tersebut, siswa dimungkinkan
mengalami kesulitan kesulitannya, dan diiringi dengan penyebabnya, yaitu seperti
berikut.
1. Ketidakmampuan membaca masalah. Hal ini, misalnya disebabkan
kurangnya kemampuan berbahasa siswa, kurangnya memahami masalah
dalam bentuk bahasa.
Contoh:
Enam belas tahun yang akan datang, usia Andi menjadi 3 kali usianya
sekarang. Berapa usia Andi sekarang?
Dalam soal di atas jika siswa kurang memahami masalah dalam
bentuk bahasa, maka siswa tersebut akan kesulitan dalam menentukan
berapa usia Andi sekarang.
2. Kurangnya pemahaman terhadap masalah yang muncul. Hal ini, misalnya
siswa mampu membaca, tetapi tidak dapat menentukan esensi atau inti dari
teksnya.

5
Contoh:
Diberikan dua bilangan, yaitu 2007 dan 7002. Lena memilih salah satu
bilangan dan mengalikannya dengan 2211, sedangkan Olga memilih
bilangan yang satu lagi dan mengalikannya dengan 1122. Jumlah dari
kedua hasil perkalian adalah bilangan genap. Dapatkah kalian menentukan
bilangan yang dipilih Lena dan Olga sebenarnya?
Dalam soal di atas jika siswa tidak dapat menentukan esensi atau
inti dari teksnya maka siswa akan kesulitan dalam menentukan bilangan
yang dipilih Olga, apalagi dalam soal di atas membutuhkan kepekaan
terhadap angka angka. Jika esensi dari soalnya saja tidak paham
bagaimana mungkin siswa dapat kreatif dalam memperhitungkan jawaban
yang masuk akal atau tidak.
3. Kesalahan dalam menginterpretasi tentang kondisi kondisi masalah. Hal ini
misalnya siswa telah salah menginterpretasi kondisi masalah.
Contoh:
Sejumlah jeruk dapat dibagikan secara merata kepada 3, 4, 5, 6, atau 8
anak dengan tidak ada jeruk yang tersisa. Berapakah paling sedikit
banyaknya jeruk tersebut?
Dalam soal di atas jika siswa salah menginterpretasi kondisi
masalah maka siswa akan kesulitan dalam menentukan paling sedikit
banyaknya jeruk.
4. Kurangnya pengetahuan tentang strategi. Hal ini biasanya ditandai siswa
tidak tahu apa yang harus dilakukan.
Contoh:
Dalam persegi ajaib 3 x 3, jumlah angka pada setiap baris, kolom, dan
diagonal sama. Buatlah persegi ajaib menggunakan setiap angka berikut
dengan tidak ada angka yang berulang. 9, 5, 1, 3, 7, 11, 15, 19, 23
Dalam soal di siswa tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk
mendapatkan persegi ajaib sesuai aturan yang ditetapkan, maka siswa
tidak akan menemukan persegi ajaib yang sesuai, tetapijika siswa
mengetahui strategi, misalnya terka dan uji coba, berpikir logis maka
persegi ajaib tersebut dapat ditemukan.

6
5. Ketidaktepatan strategi yang digunakan. Hal ini ditandai biasanya siswa
mengadopsi strategi yang salah untuk mendapatkan solusi.
Contoh: Temukan empat bilangan bulat terbesar kurang dari 250 yang jumlah
faktornya ganjil ?
Permasalahan di atas dapat dipecahkan jika siswa menggunakan
strategi menyisihkan kemungkinan, melihat pola, tetapi jika siswa
menggunakan strategi menuliskan persamaan siswa akan kesulitan karena
strategi tersebut tidak tepat jika digunakan untuk memecahkan masalah di
atas.
6. Ketidakmampuan menerjemahkan masalah dalam bentuk matematika. Hal
ini biasanya ditandai sulitnya memodelkan dalam bentuk matematika.
Contoh: Suatu perusahaan memproduksi obat berbentuk kapsul dan tablet.
Beberapa konsumen diwawancarai dan diperoleh data sebagai berikut.
1/6 tidak menggunakan kedua jenis produk.
2/5 tidak menggunakan produk kapsul.
1/2 tidak menggunakan produk tablet.
8 orang tidak menggunakan kedua jenis produk. Berapakah banyaknya
konsumen yang diwawancarai?
Pada soal di atas jika siswa tidak mampu menerjemahkan masalah
dalam bentuk matematika, siswa akan sulit memodelkan dalam bentuk
matematika permasalahan di atas.
7. Memformulasikan dari bentuk matematika. Misalnya memformulasikan
rumus rumus dalam bentuk matematika.
Contoh: Tentukan jumlah bilangan yang dihitung dari 1 sampai 49 secara
berurutan. Dengan kata lain, jika S = 1 + 2 + 3 + + 48 + 49, berapakah
nilai 5 ?
Dalam soal di atasjika siswa salah dalam memformulasikan dari
bentuk matematika untuk permasalahan di atas untuk menentukan nilai S,
maka nilai S yang ditemukan bisa jadi salah.
8. Kesalahan menginterpretasikan pada konsep konsep matematika.
Contoh: Selama bekerja, Budi diberikan bonus Rp 3. 000,00 jika ia datang
pukul 08.00 dan denda Rp 500,00 jika ia datang lewat dari pukul 08.00.

7
Budi datang tepat waktu 9 ka/i dari jumlah ia telat dan ia menerima bonus
Rp 79.500, 00. Berapa kali Budi telat datang bekerja?
Dari soal cerita di atas, siswa dapat menyelesaikannya dengan
benarjika menggunakan konsep operasi hitung yang tepat sesuai dengan
alur cerita di atas.
9. Kesalahan penghitungan. Hal ini disebabkan sering kali karena
kecerobohan.
Contoh:
Agus pergi ke toko buku setiap 5 hari sekali, sedangkan Rian pergi ke toko
buku setiap 9 hari sekali. Jika mereka pergi bersama ke toko buku tanggal
26 September, pada tanggal berapakah mereka pergi bersama untuk kedua
kalinya?
Jika siswa ceroboh dalam menghitung KPK dua bilangan, maka akan
diperoleh tanggal yang salah. Ketidaksempurnaan tentang pengetahuan
matematika.
10. Ketidaksempurnaan tentang pengetahuan matematika.
Contoh "persegi bukanlah sebuah persegi panjang”.

D. STRATEGI DALAM PEMECAHAN MASALAH


Menurut Polya (1973), secara umum strategi pemecahan masalah
bertujuan untuk mempermudah memahami dan menyelesaikan suatu masalah,
yang disusun dari masalah sederhana, lalu dianalisis (mencari semua
kemungkinan langkah- langkah yang akan ditempuh, kemudian proses sintesis
(memeriksa kebenaran setiap langkah yang dilakukan). Langkah- langkah Polya
ada empat langkah yaitu memahami masalah, membuat rencana penyelesaian,
melaksanakan rencana, dan melihat kembali. Berikut ini bagan yang dapat
menjelaskan proses pemecahan masalah yang dikemukakan oleh Polya.
Berikut adalah langkah- langkah pemecahan masalah matematika yng
dikemukakan oleh Polya, sebagai berikut.
1. Memahami masalah
Pemecahan masalah harus dapat menentukan apa yang diketahui
dan yang ditanyakan. Untuk memudahkan pemecahan masalah

8
penyelesaiannya dapat dibuat catatan- catatan penting yang berupa
gambar, diagram, tabel, grafik, atau lainnya.
2. Merencanakan cara penyelesaian
Pemecahan masalah harus dapat menemukan hubungan data
dengan yang ditanyakan. Pemilihan teorema-teorema atau konsep-
konsep yang telah dipelajari, dikombinasikan sehingga dapat
dipergunakan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi itu. Jadi
diperlukan aturan- aturan agar selama proses pemecahan berpangsung,
dapat dipastikan tidak akan ada satupun alternatif yang terabaikan.
Untuk keperluan ini, bila perlu pemecah masalah mengikuti langkah-
langkah berikut.
a. Mengumpulkan data/informasi dengan mengaitkan persyaratan
yang ditentukan untuk analisis.
b. Jika diperlukan analisis informasi yang diperoleh dengan
menggunakan analogi masalah yang pernah diselesaikan.
c. Apabila ternyata "macet", perlu dibantu melihat masalah tersebut
dari sudut yang berbeda.
Jika hubungan data dan yang ditanyakan sulit untuk dilihat secara
langsung, langkah- langkahnya adalah sebagai berikut.
a. Membuat sub masalah. Hal ini akan sangat berguna pada
masalah yang kompleks.
b. Cobalah untuk mengenali sesuatu yang sudah dikenali, misalnya
dengan mengingat masalah yang mirip atau memiliki prinsip yang
sama.
c. Cobalah untuk mengenali pola dengan mencari keteraturan-
keteraturan. Pola tersebut dapat berupa pola geometri atau pola
aljabar.
d. Gunakan analogi dari masalah tersebut, yaitu masalah yang
mirip, masalah yang berhubungan, yang lebih sederhana sehingga
memberikan Anda petunjuk yang dibutuhkan dalam memecahkan
masalah yang lebih sulit.

9
e. Masukan sesuatu yang baru untuk membuat hubungan antara
dat dengan hal yang tidak diketahui.
f. Buatlah kasus
g. Mulailah dari akhir (Asumsikan Jawabannya) yaitu dengan
menganalisis bagaimana car memdapatkan tujuan yang hendak
dicapai.
3. Melaksanakan recana
Berdasarkan rencana, penyelesaian- penyelesaian masalah yang
sudah direncanakan itu dilaksanakan. Didalam menyelesaikan masalah,
setiap langkah dicek, apakah langkah tersebut sudah benar-benar hasil
yang dicari.
4. Melihat Kembali
Setelah penyelesaian masalah diperoleh, perlu dilihat dan dicek
kembali untuk memastikan semua alternatif tidal diabaikan misalnya
dengan cara.
a. Melihat kembali hasil.
b. Melihat kembali alasan- alasan yang digunakan.
c. Menemukan hasil lain.
d. Menggunakan hasil atau metode yang digunakan untuk masalah lain.
e. Menginterprestasikan hasil.
f. Memecahkan masalah baru.

Pemecahan masalah merupakan sebuah proses. Berikut ini kita akan


mengkaji ruang lingkup proses pemecahan masalah. Untuk menjadi pemecah
masalah dalam matematika, dia harus memiliki pengetahuan matematika sebagai
dasar. Sejauh mana efektivitas pengorganisasian pengetahuan mempunyai
kontribusi untuk keberhasilan pemecahan masalah. Menurut Silver (1979)
menyatakan bahwa keberhasilan pemecah masalah lebih dikarenakan bagaimana
mereka dapat menggolongkan masalah matematika berdasarkan kesamaan dalam
struktur matematika.
Banyak masalah matematika yang merupakan masalah tidak biasa dimana
tidak ada metode atau prosedur standar dalam menyelesaikannya. Pada tabel

10
diatas telah dikemukakan proses pemecahan masalah tidak rutin. Berikut ini kita
akan membahas proses tersebut satu persatu.
a. Pemecaham Masalah menjadi Familiar
Untuk membuat masalah menjadi familiar dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu yang pertama adalah mencoba mengemali ciri-
ciri dari obyek atau konsepmatematika yang mungkin telah dipunyai.
Cara yang kedua adalah untuk menyatakan kembali masalah dalam
berbagai macam bentuk atau cara. Ungkapkan masalah tersebut dengan
kata-kata Anda sendiri, buat diagram, tabel, atau grafik dan temukan
kalimat matematika untuk membuat pernyataan ulang yang sesuai
dengan masalah itu.
b. Mengumpulkan informasi
Langkah selanjutnya adalah mengumpulkan informasi dengan
melihat pola dan mengidentifikasi hubungan yang ada. Ada beberapa
cara untuk mengumpulkan informasi yaitu:
1) menemukan persamaan dan perbedaan.
2) mengklasifikasi obyek atau konsep matematika.
3) menentukan apakah informasi yang diperoleh cukup untuk
menyelesaikan masalah dan mengeliminasi informasi yang tidak
relevan.
4) menemukan hubungan dan pola.
5) menentukan sistematika kasus atau alternatifnya menentukan
aproksimasi atau pendekatan.
6) memperluas informasi yang diperoleh.
7) membandingkan obyek atau konsep dengan kriter.

c. Menemukan dan mengevaluasi strategi


Setelah pemecah masalah mempunyai masalah yang telah
diformulasi dan mempunyai informasi yang cukup, maka langkah
selanjutnya adalah menemukan strategi untuk menemukan solusi.
Pada tahap ini diperlukan kemampuan untuk berpikir secara
matematis.
d. Menggunakan strategi untuk menemukan solusi tersebut dievaluasi.

11
Untuk mengevaluasi solusi dapat digunakan cara sebagai berikut.
1) Lihat kembali apakah solusi yang ditemukan benar-benar
merupakan solusi dari masalah.
2) Temukan solusi dengan menggunakan lebih dari satu strategi.
3) Lihat kembali perhitungan, kesimpulan dan lain sebagainya.

E. RAMBU-RAMBU UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN


MENYELESAIKAN MASALAH
Seandainya setiap orang menghadapi persoalan (masalah) yang
sama atau seandainya semua persoalan yang kita hadapi terbatas
jumlahnya maka tentulah kita dapat mengajarkan cara menyelesaikan
masalah kepala anak-anak kita. Akan tetapi kenyataanya tidak hanya
persoalan yang dihadapi anak terbatas jumlahnya,juga persoalannya yang
akan dihadapi anak dikemudian hari belum dapat diidentifikasi. Oleh
sebab itu kita perlu mencari suatu program yang dapat memberi keluwesan
(flexibility) dalam kemampuan anak untuk menyelesaikan masalah.
Berikut ini adalah prinsip yang dapat dipakai sebagai rambu-rambu untuk
mengembangkan keluwesan dalam kemampuan anak untuk penyelesaian
masalah:
1. Selain memberikan siswa keterampilan yang diperlukan untuk,
menyelesaikan masalah perlu juga diberikan kepada siswa cara
mengidentifikasi persoalan.
1. Selain mengajarkan kepada siswa bagaimana menerjemahkan persoalan
kedalam kalimat matematika,perlu juga mengajarkan bagaimana cara
menerjemahkan persoalan itu ke dalam model persoalan yang lebih
sederhana.
2. Selain mengajarkan siswa bagaimana cara mendapatkan alur-alur
penyelesaian masalah,perlu juga mengajarkan cara memilih alur yang
paling efisien.
3. Selain mengajarkan siswa cara mendapatkan jawab numerical,perlu juga
mengajarkan bagaimana interprestasi jawab tersebut.

12
F. PENDEKATAN DALAM MENGAJAR SOAL CERITA
Pada dasarnya, soal matematika dapat melatih anak SD dalam menyelesaik
an masalah. Berikut metode pendekatan pengajaran soal cerita kepada siswa yang
terbagi menjadi 2 yaitu:
1. Pendekatan Model
Pendekatan model biasanya menggunakan metode seperti siswa memb
aca atau mendengarkan soal serita. Kemudian siswa mencocokkan situasi y
ang dihadapi dengan metode penyelesaian yang sudah mereka pelajari sebe
lumnya. Inilah keunggulan jika kita menggunakan metode ini,
a. Memberikan kemungkinan berhasil bagi siswa yang memiliki kemamp
uan baca yang lemah. Seringkali siswa dapat memperoleh metode yang
tepat untuk menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi setelah me
mbaca soal cerita yang diberikan oleh gurunya, walaupun dia tidak me
mahami kata demi kata dalam cerita.
b. Cocok untuk soal cerita yang penyajiannya secara lisan maupun mengg
unakan audio-tape yang memerlukan pendekatan translasi dengan pend
ekatan model.

Langka-langkah yang dilakukan seorang guru yang ingin melakukan


medote ini:
a. Menyampaikan soal cerita secara lisan yang dilakukan guru kepada mur
idnya
b. Mencocokkan persoalan dengan metode penyelesaian masalah mana ya
ng paling mendekati
c. Siswa melakukan pilihannya mengenai metode yang akan digunakan
d. Diskusi dilaksanakan untuk melihat model mana yang paling tepat dan
model yang dirasa kurang tepat akan disisihkan
2. Pendekatan Terjemahan untuk Soal Cerita
Pendekatan terjemahan harus melibatkan siswa untuk membaca dan m
emahami kata demi kata, ungkapan demi ungkapan dari soal cerita yang se
dang dihadapinya untuk kemudian diubah kata-katanya sehingga menjadi b
ahasa yang mudah dipahami siswa yang tentunya dalam bahasa matematika.
Contoh:

13
Ayu memiliki beberapa pasang anting, kemudian Bima memberikan hadiah
ulang tahun kepada Ayu yang berisi 2 pasang anting, maka jumlah anting ya
ng dimiliki Ayu sekarang ada 6 pasang, berapa pasang kah anting yang dimi
liki Ayu semula?
Jawab:
Soal cerita Pemikiran Terjemah dalam bahasa m
atematika
Ayu memiliki beberapa pa
X adalah jumlah anting yan
X
sang anting g dimiliki Ayu
Bima memberikan kado ul
Memberi artinya sama deng
X+2
ang tahun berisi dua pa an menambahkan (+) de
sang anting kepada Ay ngan 2 pasang anting
u
Sekarang Ayu memiliki Artinya
6 anting Ayu semula
X+2=6
pasang anting ditambah dengan anting
pemberian Bima yang a
da 2 pasang
Berapakan jumlah anting 4+2=6
Ayu semula Maka anting Ayu semula b
erjumlah 6 pasang

Untuk membuktikan bahwa jawaban diatas itu benar atau tidak dapat menggun
akan metode sebagai berikut:
6 – 2 = 4 pasang anting.
Berikut ini adalah langkah-langkah yang dapat digunakan siswa untuk men
yelesaiakn persoalan matematika yang dihadapinya
a. Temukan inti yang dicari dalam soal cerita
b. Cari keterangan yang mendukung
c. Pilih metode yang ingi digunakan
d. Tulis kalimat matematiknya dan selesaikan
e. Berikan keterangan pada hasil yang diperoleh.

BAB III
PENUTUP

14
A. KESIMPULAN
Pemecahan masalah dapat dianggap sebagai metode pembelajaran dimana
siswa dilatih untuk memahami bagaimana cara memecahkan suatu persoalan. Pers
oalan tersebut bisa datang dari guru dan juga persoalan sehari-hari yang dialami m
asing-masing siswa. Pemecahan masalah ini mengacu pada pengasahan otak peser
ta didik untuk memahami masalah apa yang sedang dihadapinya agar dapat menca
ri cara penyelesaian masalah tersebut. Ciri dari soal dalam bentuk memecahkan
masalah adalah: (a) ada tantangan dalam materi penugasan, (b) masalah tidak
dapat diselesaikan dengan menggunakan prosedur yang sudah diketahui oleh
penjawab atau pemecah masalah.

B. SARAN
Tingkat pemahaman usia SD merupakan tahapan perkembangan intelektua
l atau berpikir anak SD (Karso, 2005: 1-10). Dalam hal ini anak masih mengalami
kesulitan merumuskan definisi dengan kata-kata sendiri, gurulah bertugas untuk m
embimbingnya. Jadi, sebelum kita beranjak ke SD dan benar-benar siap menjadi s
eorang guru SD, ada baiknya kita memahami teknik atau metode yang tepat untuk
anak-anak usia SD sehingga mereka dapat dengan mudah menerima materi pembe
lajaran yang kita berikan.

DAFTAR PUSTAKA

15
Budhayanti, Clara Ika Sari. 2008. Pemecahan Masalah Matematika 3 SKS. Jakart
a: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasioa
nal.
Chairani, Z. 2016. Metakogni Siswa Dalam Pemecahan Masalah Matematika.
Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Roebyanto, G., Harmini, S. 2017. Pemecahan Masalah Matematika. Bandung: PT
REMAJA ROSDAKARYA
Runtukahu, T., Kandou, S. 2014. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak
Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: AR-RUZ MEDIA.
Sutawidjaya, Akbar, dkk. 2014. Pembelajaran Matematika. Jakarta: Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Depa
rtemen Pendidikan Nasioanal Proyek Pembinaan Tenaga Kerja.
Widjajanti, D.B. 2009. kemampuan Pemecahan Matematis Mahasiswa Calon Gur
u. Apa dan Bagaimana Mengembangkannya: Seminar Nasional FMIPA
UNY 5 Desember 2009

16

Anda mungkin juga menyukai