Anda di halaman 1dari 8

AS-SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi mata kuliah
Studi Pengantar Studi Islam yang diampu oleh
Bapak Achmad Fauzi, S.H.I, M.H.I

Oleh:
Dian Riawati (22382042128)
Ahmad Beliyan (22382041126)
Nuris syamsi (22382041125)

FAKULTAS SYARI’AH
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI MADURA
2022
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar belakang
As-sunnah mewujudkan sumber hukum pertama bagi umat Islam sesudah Al-
Qur'an, as-sunnah juga berfaidah sebagai penerang hukum beserta anjuran yang di
peroleh dalam Al-Qur'an. Jadi sulit memahami Al-Qur'an atau mempelajari Al-
Qur'an tanpa menggunakan sunnah dan hadist. Karena memahami Al-Qur'an
tanpa memahami sunnah dan haditsnya taku ada kesalah pahaman dalam
memahami sesuatu. Maka dari itu , kepedulian yang diberikan oleh umat islam
mengenai sunnah atau hadits seiring dengan besarnya kepedulian mereka terhadap
Al-Qur'an.

Demikian juga dengan adanya sunnah Nabi, ada yang membela dan ada juga
yang melawan. Bahkan ada komonitas yang berniat melupakan sunnah Nabi
karena bagi mereka manusia disuruh berpegang teguh kepada Al-Qur'an tidak
kepada sunnah atau hadits. Penentangan sunnah yang terjadi karena mereka hanya
percaya kepada wahyu Allah ialah, Al-Qur'an yang mampu di jadikan hujjah.

Maka dari itu kami sebagai umat muslim harus memahami dan mempelajari
bagaimana kedudukan As-sunah sebagai sumber hukum islam. Jangan sampai
salah dalam mengartikan Sunnah atau hadits karena keduanya adalah sama-sama
wahyu allah dan sumber anjuran dalam agama islam.

2. Rumusan masalah
1. Apa pengertian As-sunnah
2. Apa fungsi As-sunnah sebagai sumber hukum islam
3. Apa kedudukan As-sunnah sebagai sumber hukum
islam

3. Tujuan masalah

1
1. Untuk lebih memahami pengertian As-sunnah
2. Untuk mengetahui apa saja fungsi As-sunnah sebagai
sumber hukum islam
3. Untuk memahami kedudukan As-sunnah sebagai
sumber hukum islam

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. PENGERTIAN AS-SUNNAH
Menurut bahasa as-suunah berarti jalan atau tuntunan, baik yang terpuji atau
tercela. Menurut terminologi Al-mundziri, mukhtasar shahih muslim (dalam
pengantar hukum islam 2017;103) sunnah/hadits sebagai segala suatu yang
bersumber dari Nabi Muhammad SAW dalam bentuk qaul (ucapan), fi’il
(perbuatan), maupun taqrir.1 Yang merupakan semacam penjelasan konseptual
dalam praktik tindakan bagi Al-qur’an.2 dikalangan ulama’ ada yang membedakan
sunah dengan hadis, dikarenakan kedua kata tersebut berbeda arti jika secara
etimologis. Hadis lebih merujuk pada ucapan-ucapan Nabi SAW, sedangkan
sunah lebih tertuju pada perbuatan dan tindakan Nabi SAW.3

As-sunnah sebagai sumber hukum primer kedua setelah Al-qur’an, yakni


sesuatu yang datang dari Nabi Muhammad SAW setelah Al-qur’an yang berkenan
dengan hukum syara’. Namun As-sunnah yang dimaksud dalam pembahasan di
atas terbatas pada norma-norma yang dikeluarkan Rasulullah, atau para
sahabatnya yang mendapat pengesahan dari beliau.4

Nabi Muhammad SAW memerintahkan kita untuk menaati beliau sebagai


mana kita diperintahkan untuk menaati-Nya. Hal ini berarti bahwa taat kepada
Rasulullah dalam kenyataannya merupakan wujud ketaatan Allah SWT.5

1
Dr. Rohidin, SH, M.Ag, pengantar hukum islam,( Yogyakarta: Lintang Rasi Aksara Books, 2016),
hlm 103
2
Saifudin nur, M.Ag , Ilmu Fiqh, (Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2017, )hlm 41
3
Dr. Marzuki, M.Ag. pengantar studi islam hukum islam,(yogyakarta: penerbit ombak, 2013) hlm
91
4
Panji Adam, Hukum Islam:konsep, filosofi dan metodologi 2019, hlm 56
5
Saifudin nur, M.Ag , Ilmu Fiqh ,( Yogyakarta: Penerbit Ombak, 2017), hlm 41

3
2. FUNGSI AS-SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM
Para ulama’, terutama ulama’ usul, mengelompokan fungsi sunah dalam
hubungannya dengan Al-qur’an kedalam 3 kelompok, yaitu:
1. Menetapkan dan menguatkan hukum-hukum islam yang sudah
ditetapkan oleh Al-qur’an.
2. Memrinci dan menafsirkan ayat Al-qur’an yang masih global,
membatasi ayat Al-qur’an yang masih mutlaq(umum) dan
mengkhususkan ayat Al-qur’an yang masih umum.
3. Menetapkan hukum islam yang belum ditetapkan oleh Al-qur’an.6
Dari tiga fungsi tersebut, fungsi pertama dan kedua dapat diterima dan
disepakati oleh para ulama’. Namun pada fungsi yang ketiga terdapat banyak
perbedaan pendapat di kalangan ulama’, yaitu apakah sunnah dapat berdiri sendiri
dalam menetapkan hukum tanpa tergantung pada Al-qur’an, ataukahpenetapan itu
selalu merujuk kepada Al-qur’an. Terlepas dari perbedaan ini, mereka sepakat
dengan adanya ketetapan baru dalam sunah.7

Para ulama’ sudah berusaha mengumpulkan sunah dengan berbagai


keterbatasan yang mereka miliki. dikarenakan eksistensi sangat penting untuk
mengaplikasikan ketentuan-ketentuan Al-qur’an yang belum rinci. Karena
kegigihan para ulama’ usaha itu menuai hasil yang luar biasa yang terkumpulnya
sunah dan hadis dalam kitab-kitab yang masih eksis sampai saat ini. Kitab
tersebuta adalah:
1. Al-muwaththa’ karya Imam Malik ibn Anas.
2. Al-musnad karya Imam Ahmad ibn Hambal.
3. Al-shahih karya Imam Muhammad ibn Isma’il al-Bukhari.
4. Al-shahi karya Imam Abu al-Hasan Muslim Ibn al-Hajjaj Ibn Muslim
alQusyairi.
6
Dr. Marzuki, M.Ag. pengantar studi islam hukum islam,(yogyakarta: penerbit ombak, 2013), hlm
96
7
Ibid, hlm 96-97

4
5. Al-sunan karya Imam Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy’ats al-sijistani.
6. Al-sunan karya Imam Abu Isa Muhammad ibn Isa as-Silmi at-
Tirmidzi.
7. Al-sunan karya Abu Abd’ al-Rahman Ahmad ibn ‘ali ibn Syu’aib al-
Nasa’i.
8. Al-sunan karya Imam Abu ‘Abdillah Muhammad ibn Yasid ibn Majah
al-Rabi’i al-Qazuwaini.8

4. KEDUDUKAN AS-SUNNAH SEBAGAI SUMBER HUKUM ISLAM


Para ulama’ menjadikan sunah sebagai sumber hukum (syari’at) dengan dalil
Qur’an, sunah, ijmak dan rasio atau akal. Nabi muhammad menegaskan bahwa
kedudukan sunah sejajar dengan Al-qur’an.9 Dalam realitasnya, ada beberapa hal
atau perkara yang sedikit sekali Al-qur’an membicarakannya, Al-qur’an hanya
menjelaskan secara global saja, atau bahkantidak bicara kan sama sekali. Disinilah
peran dan kedudukan sunah/hadist sebagai tabyin atau penjelasdari Al-qur’an atau
bahkan menjadi hukum sekunder/kedua setelah Al-qur’an.10

Menurut al-Syathihi kedudukan sunnah/hadist berada dibawah Al-qur’an


karena:
1. Al-Qur’an diterima secara qath’i (meyakinkan), sedangkan hadits di
terima secara zhanni, kecuali hadits Mutawatir. Keyakinan kita kepada
hadis hanyalah secara global, bukan secara detail. Sedangkan al-Qur’an
baik secara global maupun secara detail diterima secara meyakinkan.
2. Hadis ada kalanya sesuatu yang bersifat global dalam Al-qur’an, ada
kalanya memberi komentar terhadap Al-qur’an dan ada kalanya
membicarkan sesuatuyang belum dibicarakanoleh Al-qur’an.
3. Di dalam Hadits sendiri terdapat petunjuk mengenai hal tersebut, yakni
Hadits menduduki posisi ke dua setelah Al-Qur’an. Sedangkan menurut
8
Ibid, hlm 97
9
Dr. Marzuki, M.Ag. pengantar studi hukum islam,(yogyakarta: penerbit ombak, 2013) hlm 98
10
Dr. Chuzaimah batu bara, M.A. Handbook Metodologi studi islam,(jakarta: kencana, 2018) hlm
106

5
pendapat Mahmud Abu Rayyah, posisi as-sunnah atau   al- hadits itu
berada di bawah Al-Qur’an, karena Al-Qur’an sampai kepada umat islam
dengan jalan mutawatir dan tidak ada keraguan sedikitpun. Al-Qur’an
datangnya dengan qath’i al-wurud, yaitu kepastian jalannya sampai
kepada kita dan qath’i al-tsubu, yaitu eksistensi atau ketetapannya
meyakinkan atau pasti. Sedangkan hadits atau as-sunnah sampai kepada
umat islam tidak semuanya mutawatir, tetapi kebanyakannya adalah
diterima dengan periwayatan tunggal (ahad). Kebenarannya ada yang
qath’i (pasti) dan zhanni (diduga benar), karena masih banyak hadits
yang tidak sampai kepada umat Islam. Disamping itu, banyak pula
hadits-hadits daif.11

BAB III
PENUTUP
11
Muhaimin, Abdul Mujib, dan Jusuf Mudzakkir, Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta:
Prenada Media, 2007), hlm. 130.

6
3.1 KESIMPULAN

Anda mungkin juga menyukai