Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sesungguhnya kemajuan peradaban umat manusia itu tergantung dari
pemikiranpara ulama, pemikir, dan pemimpin umat. Cahaya pemikiran mereka
tersebar ke berbagai sisi kehidupan yang berbeda, menembus kedalam berbagai
sendi-sendi kehidupan, membuka rahasia-rahasia nya, memberi solusi atas
berbagai kesulitan, permasalahan, dan segala macam problem kehidupan,
menunjukkan arah yang benar, menebarkan berbagai manfaat, memberikan jalan
terbaik yang harus ditempuh dalam kehidupan. Cikal bakal peradaban umat
muncul dari dasar pemikiran mereka. Dasar pemikiran itulah yang memberikan
warna pengetahuan umat. Warna pengetahuan itu menjalar dan menyebar ke
berbagai sendi-sendi kehidupan, menunjukkan dan menanamkan benih-benih
pemikiran dan peradaban manusia, setelah sempurna dan matang, maka
mendorong dan memberikan buah-buah kebaikan di antara mereka.
Pengetahuan itu apa pun macamnya, tidak akan mampu mengantar manusia
sampai pada hal yang sedemikian rupa, kecuali dengan pengarahan yang benar
sehingga manfaatnya bisa dirasakan dan dinikmati oleh setiap individu dan umat
manusia. Lebih dari itu, tidak ada jalan untuk mengarahkan dan mengendalikan
jalan pemikiran tersebut kecuali dengan akidah dan agama yang kuat yang Allah
telah menurunkan kitab-kitab nya sebagai petunjukkan yang membawa kabar
gembira dan menata kehidupan mereka.
Ketika manusia tidak memiliki akidah dan agama yang kuat dengan segala
pertimbangan samawinya, maka peradabannya tercampur dengan kesemena
menaan sehingga memisahkan antara ilmu dan agama, menyisihkan agama dari
kehidupan, dan akhirnya menjatuhkan manusia pada dilema kehidupan seperti
kesengsaraan jiwa, guncangan batin, dan kehilangan arah diri. Allah yang
menentukan jalan kehidupan telah menanggung umat ini untuk memberi orang-
orang yang kuat pada setiap masa untuk melangsungkan pembelajaran Islam
dalam kehidupannya dan mengembalikan keremajaan, semangat, dan tenaga baru.

1
Oleh karena itu tidak tampak umat ini pada setiap masa kemasa sepi dari pembaru
agama, pemimpin dalam ilmu, pembaharu pemikiran, tokoh dalam jihad, tanda-
tanda kemaslahatan, yang tidak di temukan bandingan kekuatan dan caranya dari
umat ke umat.
Sehubung dengan hal itu, ditengah masa sulit berkat karunia allah maka lahirlah
para pembaharu pemikiran islam salah satunya muhammad abduh dan muhammad
iqbal sebagai muridnya sebagai pelopor pembaharuan pemikiran islam modern.
Para pembaharu yang sering dikonotasikan dengan cendekiawan atau kaum
modernis ini sejalan dengan pengungkapan dalam Alqur’an surat Ali Imran ayat
190-191 yang berbunyi:
‫ الَّ ِذينَ َي ْذ ُكرُونَ هَّللا َ قِيَا ًما‬. ِ ‫ت ُأِلولِي اَأْل ْلبَا‬
‫ب‬ ٍ ‫ف اللَّ ْي ِل َوالنَّ َها ِر آَل يَا‬ ْ ‫ض َو‬
ِ ‫اختِاَل‬ ِ ‫ت َواَأْل ْر‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫س َم‬ ِ ‫ِإنَّ فِي َخ ْل‬
َّ ‫ق ال‬
َ ‫س ْب َحانَ َك فَقِنَا َع َذ‬
‫اب‬ ُ ‫ٰ َه َذا بَا ِطاًل‬ ِ ‫ت َواَأْل ْر‬
َ‫ض َربَّنَا َما َخلَ ْقت‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫س َم‬
َّ ‫ق ال‬ ِ ‫َوقُ ُعودًا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِي َخ ْل‬
‫النَّا ِر‬

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya


malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka”(Q.R. Al-
Imran :190-191).

Pada Surat Ali `Imran ayat 190 Allah SWT mengajak manusia agar mau
belajar diantaranya dengan mempelajari media visual ciptaan- Nya yaitu
penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya malam menjadi siang
dikarenakan terdapat ilmu yang hanya dapat dipahamai oleh Sang Pencerah yaitu:
Sosok Manusia Pembelajar yang telahdijuluki oleh Allah SWT dengan Ulil Albab.
Ulil Albab adalah orang yang mau menggunakan pikirannya untuk merenung atau
menganalisis fenomena alam akan dapat sampai kepada bukti yang sangat nyata
tentang keesaan dan kekuasaan Tuhan. Secara jelas manusia Ulil Albab
merupakan manusia yang mendayagunakan pikiran murni lagi mendalam melalui

2
pernungan serta kemampuannya dalam menganalisis fenomena-fenomena alam
sehingga dia akan mengetahui secara ilmiah serta sebagai bukti bahwa Allah SWT
itu ada sebagai penguasa alam raya tunggal.
Manusia Ulil Albab seringkali dijuluki dengan “cendekiawan” disebabkan
adanya persamaan makna harfiah dalam hal pemurnian akal dalam merenung dan
memahami sesuatu. Kamus Besar Bahasa Indonesia mengartikan “cendekiawan”
sebagai orang yang memiliki sikap hidup yang terus menerus meningkatkan
kemampuan berpikirnya untuk dapat mengetahui atau memahami sesuatu

1.2 Rumusan Masalah

1. Biografi muhammad abduh dan muhammad iqbal


2. Bagimana pemikiran muhammad abduh dan muhammad iqbal tentang ilmu
kalam?
3. Bagaimana pengaruh pembaharuan muhammad abduh dan muhammd iqbal
terhadap dakwah?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui bagaimana biografi muhammad abduh dan muhammad


iqbal
2. Untuk mengetahui bagimana pemikiran muhammad abduh dan
muhammad iqbal mengenai ilmu kalam
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh pemikiran muhammad abduh dan
muhammad iqbal mengenai ilmu kalam.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. BIOGRAFI

2.1.1 Muhammad Abduh

(Gambar 1. M.Abduh)
Sumber :blogspot.com

Muhammad Abduh dilahirkan pada tahun 1849 M (1265 H) di Mahallah


Nasr. Ayahnya bernama Abduh binHasan Chairullah berdarah Turki.Ibunya
Junainah binti Utsman al-Kabir.Sampai usia 10 tahun Abduh dididik dalam
lingkungan keluarga, setelah itu belajar di Masjid Syekh Ahmad, di kota
Thanta yang terkenal mempunyai spesialisasi dalam kajian Qur’an.

Setelah belajar di Thanta, ia belajar pada pamannya Darwisy Khadr,dan


tahun 1866 belajar di perguruan tinggi al-Azhar di Cairo. Ketika al Afghani
datang ke Mesir pada tahun 1871 M, Muhammad Abduh menjadi muridnya
yang paling setia. Pada tahun 1877 studinya di al-Azhar selesai, ia diangkat
menjadi dosen al-Azhar, dan mengajar juga di Universitas Darul Ulum.
Hubungannya yang dekat dengan al-Afghani menyebabkan ia dituduh
mengadakan gerakan menentang Khadewi Taufik dan dibuang keluar kota
Cairo.

Setahun kemudian tahun 1880 M di izinkan kembali ke ibu kota dan


diangkat menjadi redaktur surat kabarresmi pemerintah Mesir Al-Waqa’il
Mishriyah dibantu oleh Sa’ad Zaglul Pasya. Melalui majalah ini Abduh

4
mendapat kesempatan untukmenyampaikan ide-idenya artikel-artikelnya yang
hangat dan bernilai tinggi. Pada tahun 1884 Abduh pergi ke Paris atas
panggilan Sayid Jamaluddinal-Afghani, disana mereka menyusun gerakan
yang bernama “Al-Urwatul Wusqa” (Mata Rantai Terkuat) suatu gerakan
kesadaran umat Islam sedunia.1

Tujuan gerakan ini adalah untuk menyatukan umat Islam, dan


melepaskan dari sebab-sebab perpecahan mereka. Setelah 18 bulan di Paris
organisasi tersebut bubar dan Abduh kembali mengajar di Beirut. Setelah di
izin kan untuk kembali ke Mesir, pada tanggal 3 Juni 1899 Abduh diberi
jabatan “Mufti Mesir”. Abduh tidak membatasi dirinya sebagai penjawab
pertanyaan pemerintah saja, tetapi juga untuk kepentingan kaum Muslimin.
Setiap masalah yang terjadi dikalangan kaum Muslimin terutama bangsa
Mesir yang dihadapkan kepadanya dilayani dengan senang hati dan
diselesaikan dengan baik. Jabatan tersebut dipegang Abduh hingga ia
meninggal dunia pada tanggal 11 Juli 1905.2 Begitu besar pengabdian yang
dilakukan Abduh kepada bangsa Mesir saat itu, yang berjasa kepada umat
Islam secara umum hingga saat ini.

2.1.2Muhammad Iqbal

(Gambar 1. M.Abduh)
Sumber :blogspot.com

Muhammad Iqbal dilahirkan pada 1873 di Sialkot, suatu kota tua


bersejarah di perbatasan Punjab Barat dan Kashmir. Iqbal datang dari
keluarga miskin, tetapi dengan bantuan beasiswa yang diperoleh di sekolah
1
Tasman Ya’cub, op.cit., h. 70
2
Ilyas Hasan, op.cit., h. 39

5
menengah dan perguruan tinggi, ia mendapatkan pendidikan yang bagus.
Setelah pendidikan dasarnya di Sialkot ia masuk Government College
(Sekolah Tinggi Pemerintah) Lahore. Ia menjadi mahasiswa kesayangan Sir
Thomas Arnold yang meninggalkan Aligarh dan pindah bekerja di
Government College Lahore. Iqbal lulus pada tahun 1897 dan memperoleh
beasiswa serta dua medali emas karena baiknya bahasa Inggris dan Arab. Ia
akhirnya memperoleh gelar M.A. dalam filsafat pada tahun 1899.
Setelah menyelesaikan pelajarannya, Iqbal menjadi staf dosen di
perguruan tinggi Pemerintah (Government College), tetapi karier sastranya
telah membayangi semua aspek kerjanya terlebih dahulu. Pada waktu itu
Iqbal mulai menulis bukunya dalam bahasa Urdu yang pertama kali mengenai
ekonomi. Namun sebelum itu, ia telah mulai mengambil bagian pada
simposium syair lokal, dan telah menarik perhatian para penyair senior. Pada
tahun 1901 Sir Abdul Qadir mulai menerbitkan majalah Urdu Makhzan yang
memberikan tempat berpijak sastra bagi banyak penulis berbakat yang sedang
tumbuh. Dan karena Iqbal kawan dari editornya, ia harus menyumbang
karangan syair, hampir pada setiap nomor majalah terbit. Kemasyhuran Iqbal
juga menarik perhatian otoritas-otoritas dari “Anjuman Himayat-i-Islam”,
suatu organisasi yang sangat berpengaruh di Lahore yang tujuannya antar lain
untuk memperkenalkan pendidikan modern kepada umat Muslim. Iqbal mulai
membaca syairnya yang panjang-panjang pada setiap rapat tahunan dari
Anjuman tersebut dan segera kemasyhurannya tersiar sebagai penyair yang
hebat dari Punjab.3
Pada tahun 1905 setelah mendapat gelar M.A. di Government College,
Muhammad Iqbal pergi ke Inggris untuk belajar filsafat pada Universitas
Cambridge. Dua tahun kemudian ia pindah ke Munich, Jerman. Di
Universitas ini, ia memperoleh gelar Ph. D dalam tasawuf dengan
disertasinya yang berjudul The Development of Metaphisics in Persia
(Perkembangan Metafisika di Persia). Iqbal tinggal di Eropa kurang lebih

3
Mukti Ali. Alam Pemikiran Islam Modern di India dan Pakistan, (Bandung: Mizan IKAPI,
1993), hal. 173-174.

6
selama tiga tahun. Sekembalinya dari Munich, ia menjadi advokat dan juga
sebagai dosen. Buku yang berjudul The Recontruction of Religius Thought in
Islam adalah kumpulan dari ceramah-ceramahnya sejak tahun 1982 dan
merupakan karyanya terbesar dalam bidang filsafat.4
Pada tahun 1930, Iqbal memasuki bidang politik dan menjadi ketua
konferensi tahunan Liga Muslim di Allahabad, kemudian pada tahun 1931
dan tahun 1932, ia ikut dalam Konferensi Meja Bundar di London yang
membahas konstitusi baru bagi India. Pada bulan Oktober tahun 1933, ia
diundang ke Afganistan untuk membicarakan pembentukan Universal Kabul.
Pada tahun 1935, ia jatuh sakit dan bertambah parah setelah istrinya
meninggal dunia pada tahun itu pula, dan ia meninggal pada tanggal 20 April
1935.5

2.2.Pemikiran Muhammad Abduh dan Muhammad Iqbal Tentang Ilmu


Kalam

2.2.1 Pemikiran Muhammad Abduh Tentang Ilmu Kalam


Gagasan pemikiran Muhammad Abduh terhadap ilmu kalam berpendapat
bahwa :
a. Kedudukan Akal dan fungsi wahyu
Muhammad Abduh berpendapat bahwa jalan yang dipakai untuk
mengetahui Tuhan bukanlah melalui wahyu saja tetapi dengan akal.
Dengan kekuatan akal yang ada dalam diri manusia, manusia berusaha
mengetahui tentang adanya Allah. Pengetahuan yang sudah diperoleh oleh
akal itu kemudian diperkuat dengan turunnya wahyu kepada umat manusia
melalui perantara utusan Allah, yakni para Nabi dan Rasul. Sementara itu
fungsi wahyu menurut Muhammad Abduh adalah meliputi memberi
keyakinan kepada manusia bahwa jiwa akan terus hidup setelah tubuh
jasmani hancur, menolong akal untuk mengetahui keadaan hidup manusia
4
John L. Esposito, The Oxford Encyclopedia of The Islamic World. (English, Oxford University
Press, 1995), 223
5
Rosihon Anwar. Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hal. 220.

7
diakhirat dan memberi tuntunan cara bersyukur dengan tatacara
beribadah. 6Atas dasar fokus fikirannya itu, Muhammad Abduh
memberikan peranan yang sangat besar kepada akal. Menurut Abduh, akal
dapat mengetahui hal-hal berikut :7
1. Tuhan dan sifat-sifat-Nya;
2. Keberadaan hidup di akhirat;
3. Kebahagiaan jiwa di akhirat bergantung pada upaya mengenal Tuhan dan
berbuat baik, sedangkan kesengsaraannya bergantung pada sikap tidak
mengenal Tuhan dan melakukan perbuatan jahat;
4. Kewajiban manusia mengenal Tuhan;
5. Kewajiban manusia untuk berbuat baik dan menjauhi perbuatan jahat
untuk kebahagiaan di akhirat;
Abduh berpendapat bahwa antara akal dan wahyu tidak ada pertentangan,
keduanya dapat disesuaikan. Kalau antara wahyu dan akal bertentang maka
ada dua kemungkinan :8
1. Wahyu sudah diubah sehingga sudah tidak sesuai dengan akal;
2. Kesalahan dalam menggunakan penalaran.
Pemikiran semacam ini sangat dibutuhkan untuk menjelaskan bahwa islam
adalah agama yang umatnya bebas berfikir secara rasional sehingga
mendapatkan ilmu pengetahuan dan teori-teori ilmiah untuk kepentingan
hidupnya, sebagaimana yang telah dimiliki oleh bangsa barat saat itu, dimana
dengan ilmu pengetahuan mereka menjadi kreatif, dinamis dalam hidupnya.
Dengan memperhatikan pandangan Muhammad Abduh tentang peranan
akal diatas, dan dapat di ketahui pula sebagaimana fungsi wahyu baginya.
Baginya, wahyu adalah penolong (al-mu’in). Kata ini ia pergunakan untuk
menjelaskan fungsi wahyu bagi akal manusia. Wahyu, katanya menolong akal
untuk mengetahui sifat dan keadaan kehidupan alam akhirat, mengatur

6
Drs. Abdul Rozak,M.Ag, Ilmu Kalam…, hal. 213
7
Abdul Rozak, Ilmu Kalam…, hal. 214
8
Muhammad Ahmad, Tauhid Ilmu Kalam, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), hal. 149

8
kehidupan masyarakat atas dasar prinsip-prinsip umum yang dibawanya,
menyempurnakan pengetahuan akal tentang Tuhan dan sifat-sifat-Nya dan
mengetahui cara beribadah serta berterima kasih kepada Tuhan. Dengan
demikian, wahyu bagi Abduh berfungsi sebagai konfirmasi, yaitu untuk
menguatkan dan menyempurnakan pengetahuan akal dan informasi
b. Mengikis sikap jumud dan khurafat
Menurut Muhammad Abduh, penyebab kemunduran umat Islam pada
akhir abad pertengahan adalah sikap jumud. Dalam sikap ini mengandung arti
sikap membeku, statis, berpegang teguhu pada adat. Karena dipengaruhi sikap
jumud umat islam tidak mau menerima perubahan. 9Timbulnya sikap jumud
berawal dari tradisi orang-orang non islam yang kemudian masuk Islam dengan
tetap membawa adat istiadat dan membawa adat istiadat dan paham-paham
animistis.
c. Pintu ijtihad tidak tertutup
Muhammad Abduh pada mulanya bermazhab Maliki, tetapi di al-Azhar
ia mempelajari Madzhab Hanafi. Ia menghargai semua madzhab, tetapi ia tidak
mau terikat pada salah satu daripadanya. Madzhab menurut pendapatnya
adalah jalan yang di tempuh ulama masa lalu dalam memahami Al-Qur’an dan
Hadis.Dalam sejarah pemikiran Islam, ijtihad telah banyak digunakan. Ijtihad
dalam arti berusaha keras untuk mencapai atau memperoleh sesuatu. Dalam
istilah fikih, ijtihad berarti berusaha keras untuk mengetahui hukum sesuatu
melalui dalil-dalil agama. Dr. Muhammad al-Ruwaihi juga menjelaskan bahwa
di masa-masa akhir ini timbul berbagai pendapat tentang Islam, baik di Barat,
Timur maupun Pada orang Arab serta orang Islam itu sendiri. Ijtihad yang
dimaksud Muhammad Abduh kelihatannya bukan sekedar fikih, tetapi dalam
aspek-aspek lainnya sebagaimana ungkapan diatas.
d. Kebebasan Manusia dan Fatalisme
Bagi Abduh, di samping mempunyai daya pikir, manusia juga
mempunyai kebebasan memilih, yang merupakan sifat dasar alami yang ada
dalam diri manusia. Kalau sifat dasar ini di hilangkan dari dirinya , ia bukan

9
. Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia, hlm. 7.

9
manusia lagi, tetapi makhluk lain. Manusia dengan akalnya mampu
mempertimbangkan akibat perbuatan yang dilakukannya, kemudian
mengambil keputusan dengan kemauannya sendiri, dan selanjutnya
mewujudkan perbuatannya itu dengan daya yang ada dalam dirinya10.
e. Kehendak Mutlah Tuhan
Karena yakin akan kebebasan dan kemampuan manusia, Abduh melihat
bahwa Tuhan tidak bersifat mutlak. Tuhan telah membatasi kehendak mutlah-
Nya dengan memberi kebebasan dan kesanggupan kepada manusia dalam
mewujudkan perbuatan-perbuatanya. Kehendak mutlah Tuhan pun dibatasi
oleh sunnahtullah secara umum. Ia tidak mungkin menyimpang dari
sunnahtullah yang telah ditetapkannya. Di dalamnya terkandung arti bahwa
tuhan dengan kemauan-Nya sendiri telah telah membatasi kehendak-Nya
dengan sunnahtullah yang diciptakan-Nya untuk mengatur alam ini.11
f. Keadilan Tuhan
Karena memberikan daya besar kepada akal dan kebebasan manusia,
Abduh mempunyai kecenderungan untuk memahami dan meninjau ala mini
bukan hanya dari segi kehendak mutlat Tuhan, tetapi juga dari segi pandangan
dan kepentingan manusia. Ia berpendapat bahwa ala mini diciptakan untuk
kepentingan manusia dan tidak satupun ciptaan Tuhan yang tidak membawa
mamfaat bagi manusia.12
g. Perbuatan Tuhan
Karena berpendapat bahwa ada perbuatan Tuhan yang wajib, Abduh
sefaham dengan Mu’tazilah dalam mengatakan bahwa wajib bagi Tuhan untuk
berbuat apa yang terbaik bagi manusia.13
h. Melihat Tuhan
Muhammad Abduh tidak menjelaskan pendapatnya apakah Tuhan yang
bersifat rohani itu dapat dilihat oleh manusia dengan mata kepalanya di hari
perhitungan kelak? Ia hanya menyebutkan bahwa orang yang pecaya pada
10
Abdul Rozak, Ilmu Kalam…, hal. 215
11
Harun Nasution, Muhammad abduh dan Teologi Rasional, ( Jakarta: UI Press, 1987), hal. 57
12
Abdul Rozak, Ilmu Kalam.., hal. 216
13
Abdillah F Hasan, Tokoh-Tokoh Mashur…, hal. 267-268

10
tanzih (keyakinan bahwa tidak ada satu pun dari makhluk yang menyerupai
Tuhan) sepakat menyatakan bahwa Tuhan tak dapat digambarkan ataupun
dijelaskan dengan kata-kata. Kesanggupan melihat Tuhan dianugerahkan hanya
kepada orang-orang tertentu di akhirat14.
i. Antropomorfisme
Karena Tuhan termasuk dalam alam rohani, rasio tidak dapat menerima
faham bahwa Tuhan mempunyai sifat-sifat jasmani. Abduh, yang memberi
kekuatan besar pada akal, berpendapat bahwa tidak mungkin esensi dan sifat-
sifat Tuhan mengambil bentuk tubuh atau roh makhluk di alam ini. Kata-kata
wajah, tangan, duduk dan sebagainya mesti difahami sesuai dengan pengertian
yang diberikan orang Arab kepadanya.15
j. Pendidikan
Ide pembaharuan lainnya dalam bidang pendidikan ialah merombak sistem
dualisme pendidikan. Menurutnya disekolah-sekolah umum harus diajarkan
agama, sedangkan disekolah-sekolah agama harus diajarkan ilmu pengetahuan
modern.16
e.       Politik
Dalam bidang politik, Muhammad Abduh berpendapat bahwa kekuasaan
negara harus dibatasi oleh konstitusi. Pemerintah wajib bersikap adil terhadap
rakyat. Sebaliknya terhadap pemerintah yang adil rakyat harus patuh dan setia.
Muhammad Abduh menghendaki kehidupan politik yang demokratis yang
didasarkan atas musyawarah.Karena menurutnya kepala negara adalah manusia
biasa yang mempunyai nafsu, ia dapat berbuat salah.17 Untuk meluruskan
kesalahan itu diperlukan kesadaran dan keberanian rakyat yang berfungsi
sebagai alat control, ide ini menggambarkan bahwa Muhammad Abduh ingin
menanamkan nilai-nilai demokratis di Mesir khususnya.

2.2.2 Pemikiran Muhammad Iqbal Tentang Ilmu Kalam

14
Abdul Rozak, Ilmu Kalam.., hal. 220-221
15
Ibid, hal. 223.
16
Taufik Abdullah, op.cit., h. 400
17
Ilyas Hasan, op.cit., h. 62

11
Tokoh muslim Muhammad Iqbal merupakan sosok pemikir multi
disiplin. Di dalam dirinya berhimpun kualitas kaliber internasional sebagai
seorang sastrawan, negarawan, ahli hukum, pendidik, filosof dan mujtahid.
Sebagai pemikir Muslim, Iqbal telah merintis upaya pemikiran ulang terhadap
Islam secara liberal dan radikal.Islam dalam pandangan beliau menolak konsep
lama yang menyatakan bahwa alam bersifat statis. Islam, katanya,
mempertahankan konsep dinamis dan mengakui adanya gerak perubahan
dalam kehidupan sosial manusia18. Oleh karena itu, manusia dengan
kemampuan khudi-nya harus menciptakan perubahan. Besarnya penghargaan
beliau terhadap gerak dan perubahan ini membawa pemahaman yang dinamis
tentang Al-Qur’an dan hokum Islam. Tujuan diturunnya Al-Qur’an, menurut
beliau adalah membangkitkan kesadaran manusia sehingga mampu
menerjemahkan dan menjabarkan nas-nas Al-Qur’an yang masih global dalam
realita kehidupan dengan kemampuan nalar manusia dan dinamika manusia
yang selalu berubah. Inilah yang dalam rumusan fiqh disebut ijtihad yang oleh
beliau disebutnya sebagai prinsip gerak dalam struktur Islam.19
Oleh karena itu, untuk mengembalikan semangat dinamika Islam dan
membuang kekakuan serta kejumudan hokum Islam, ijtihad harus dialihkan
menjadi ijtihad kolektif. Menurut beliau, peralihan kekuasaan ijtihat individu
yang mewakili mazhab tertentu kepada lembaga legislative Islam adalah satu-
satunya bentuk yang paling tepat untuk menggerakkan spirit dalam sistem
hukum Islam yang selama ini hilang dari umat Islam dan menyerukan kepada
kaum muslimin agar menerima dan mengembangkan lebih lanjut hasil-hasil
realisme tersebut.
Sebagaimana pandangan mayoritas ulama, beliau membagi kualifikasi
ijtihad ke dalam tiga tingkatan, yaitu :20
1. Otoritas penuh dalam menentukan perundang-undangan yang secara praktis
hanya terbatas pada pendiri madzhab-madzhab saja.

18
Muhammad iqbal, the Recontraction Of Religion Thought In Islam, (New Delhi: barVan, 1981),
hal. 92
19
Muhammad iqbal, the Recontraction…., hal. 154
20
Muhammad iqbal, the Recontraction…., hal. 154

12
2. Otoritas relatif yang hanya dilakukan dalam batas-batas tertentu dari satu
madzhab.
3.   Otoritas khusus yang berhubungan dengan penetapan hokum dalam kasus-
kasus tertentu dengan tidak terikat pada ketentuan-ketentuan pendiri madzhab.

A. Hakikat Teologi

Secara umum beliau melihat teologi sebagai ilmu yang berdemensi keimanan,
mendasarkan pada esensi tauhid (universal dan inklusivistik). Didalamnya
terdapat jiwa yang bergerak berupa “persamaan, kesetiakawanan dan kebebas
merdekaan”.21 Pandangannya tentang ontology teologi membuatnya berhasil
melihat anomali (penyimpanan) yang melekat pada literatur ilmu kalam klasik.22
B. Pembuktian Tuhan
Dalam membuktikan eksistensi Tuhan, beliau menolak argumen kosmologis
maupun ontologis. Beliau juga menolak argumen teleologis yang berusaha
membuktikan eksistensi Tuhan yang mengatur ciptaan-Nya dari sebelah luar.
Walaupun demikian, beliau menerima landasan teleologis yang imamen (tetap
ada). Untuk menopang hal ini, beliau menolak pandangan yang statis tentang
matter serta menerima pandangan Whitehead tentangnya sebagai struktur kejadian
dalam aliran dinamis yang tidak berhenti. Karakter nyata konsep tersebut
ditemukan beliau dalam “jangka waktu murni”-nya Bergson, yang tidak
terjangkau oleh serial waktu. Dalam” jangka waktu murni”, ada perubahan, tetapi
tidak ada suksesi (penggantian)23.

C. Jati diri manusia


Faham dinamisme beliau berpengaruh besar terhadap jati diri manusia.
Penelusuran terhadap pendapatnya tentang persoalan ini dapat dilihat dari
konsepnya tentang ego, ide sentral dalam pemikiran filosofisnya. Kata itu
diartikan dengan kepribadian. Manusia hidup untuk mengetahui kepribadiannya
21
Azzam, Iqbal...hal. 56
22
H.A.R. gibb, Aliran-Aliran Modern Dalam Islam, terj. Machnun Husein, (Jakarta: Rajawali
press,1995), hal. 131-132
23
Ibid, hal. 223

13
serta menguatkan dan mengembangkan bakat-bakatnya, bukan sebaliknya, yakni
melemahkan pribadinya, seperti yang dilakukan oleh para sufi yang menundukkan
jiwa sehingga fana dengan Allah.24
D. Dosa
Beliau secara tegas menyatakan dalam seluruh kualitasnya bahwa Al-Qur’an
menampilkan ajaran tentang kebebasan ego manusia yang bersifat kreatif25. Dalam
hubungan ini, beliau mengembangkan cerita tentang kejatuhan Adam (karena
memakan buah terlarang) sebagai kisah yang berisi pelajaran tentang
“kebangkitan manusia dari kondisi primitive yang di kuasai hawa nafsu naluriah
kepada pemilikan kepribadian bebas yang diperolehnya secara sadar, sehingga
mampu mengatasi kebimbangan dan kecenderungan untuk membangkang” dan
“timbulnya ego terbatas yang memiliki kemampuan untuk memiliki”.
E. Surga dan Neraka
Surga dan Neraka, kata beliau adalah keadaan, bukan tempat. Gambaran-
gambaran tentang keduanya di dalam Al-Qur’an adalah penampilan-penampilan
kenyataan batin secara visual, yaitu sifatnya. Neraka, menurut rumusan Al-Qur’an
adalah “ api Allah yang menyala-nyala dan yang membumbung ke atas hati”,
pernyataan yang menyakitkan mengenai kegagalan manusia. Surga adalah
kegembiraan karena mendapatkan kemenangan dalam mengatasi berbagai
gorongan yang menuju kepada perpecahan.26

2.3. Pengaruh pembaharuan Muhammad Abduh dan Muhammd Iqbal


Terhadap Pemikiran Islam

Istilah Gerakan Dakwah dikenal pertama kali ada sejak Nabi


Muhammad diangkat menjadi Rasul. Sejak diutus Rasulullah saw melakukan
perubahan pemikiran dalam diri bangsa Arab. Rasulullah telah mengubah
pandangan umat tentang kehidupan. Misalnya cara pandang yang dangkal
diubah menjadi cara pandang yang mendalam lagi jernih yang merupakan
24
Azzam, Iqbal...hal. 56
25
ibid, hal. 133-134
26
Jamil Ahmad, Seratus Muslim Terkemuka,( Jakarta: Pustaka Firdaus, 2003), hal. 323

14
cerminan dari akidah Islam. Pandangan tidak sebatas dunia, melainkan
menembus negeri akhirat. Rasulullah meyakinkan masyarakat bahwa Allah
Swt tidak lah menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada
Nya. Ikatan-ikatan kepentingan, kesukuan, dan patriotisme berubah menjadi
ikatan ideologis yang memandang semua kaum mukmin bersaudara laksana
satu tubuh. Kemudian melalui penanaman pemikiran akidah dan syariat,
Rasulullah berhasil mengubah tolok ukur aktivitas kehidupan masyarakat dari
manfaat egoisme ketolak ukur halal haram, dari hawa nafsu kewahyu.
Masyarakat Arab pra Islam yang sebelumnya membangun hubungan
kenegaraan diatas kepentingan materi, kepongahan dan ketamakan menjadi
tegak diatas asas penyebaran akidah dan syariat Islam dan mengembannya
keseluruh umat manusia. Berkat Gerakan Dakwah yang dipimpin Muhammad
SAW, tersebar di seluruh penjuru dunia dan sampai di bumi Nusantara.
Bersamaan dengan perjalanan waktu, gerakan dakwah mengalami pasang
surut. Masa yang paling sulit dalam gerakan dakwah ialah ketika umat Islam
kehilangan pemerintahan terakhir yang melindungi mereka, yakni sejak
Khilafah Islamiah Utsmaniyah tumbang dimasa Mustafa Kemal Ataturk yang
berpusat di Turki pada tahun 1924. Hilangnya Pemerintahan umat Islam
Internasional mengakibatkan lenyap pula sebagian besar nilai-nilai Islam
yang telah dianut dan terapkan dalam diri, rumah tangga, masyarakat dan
pemerintahan selama lebih dari 13 abad. Sesuai skenario Allah, ditengah-
tengah masa sulit tersebut lahir berbagai tokoh Mujaddid (pembaharu)
Gerakan Dakwah yang berupaya mengembalikan nilai-nilai Islam sebagai
aturan main dalam semua aspek kehidupan.
Seperti yang sudah berjalan sekitar 13 abad lamanya dengan pusat
pemerintahan yang berpindah-pindah dari Madinah ke Baghdad, kemudian ke
Spanyol dan terakhir di Istambul. Menarik untuk dicermati bahwa dimasa-
masa sulit tersebut gerakan dakwah lahir hampir diseluruh penjuru dunia
seperti Syarikat Islam (1920), Muhammadiyah (1912) dan Nahdhatul Ulama
(1926) di Indonesia, Ikhwanul Muslimin di Mesir (1927), Jama’ah Tabligh

15
(1920-an di India), Jama’ah Islamiyah di wilayah Sub Continent (India,
Pakistan dan Bangladesh) (1941) dan Hizb Attahrir 1952.27

BAB III

27
Mastori, Dakwah dan Pembaharuan Pemikiran Islam.htm, 11 Febuari 2011, diakses 05
April 2015.

16
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Para tokoh pembaharu pemikiran islam salah satunya muhammad abduh
dan muhammad iqbal sebagai muridnya sebagai pelopor pembaharuan
pemikiran islam modern yang mengemukakan gagasan mereka mengenai
ilmu kalam, dimana Pemikiran kalam Muhammad Abduh yaitu jalan yang
dipakai untuk mengetahui Tuhan bukanlah melalui wahyu saja tetapi juga
dengan akal. Bahkan lebih jauh lagi Muhammad Abduh berpendapat
bahwa :1. Tuhan dan sifat-sifatNya,2.Keberadaan hidup Akhirat,
3.   Kebahagiaan jiwa diakhirat, 4.   Kewajiban manusia mengenal Tuhan.
Kewajiban manusia untuk berbuat baik menjauhi perbuatan jahat untuk
kebahagiaan di akhirat.Sedangkan pemikiran kalam Muhammad Iqbal lebih
menekankan bahwa konsep Islam mengenai alam adalah dinamis dan
senantiasa berkembang. Secara tegas Iqbal mengatakan bahwa intisari hidup
adalah gerak, konsep lama yang mengajarkan bahwa alam bersifat statis
ditolak oleh Iqbal. Menurut Iqbal gerak alam yang selalu berubah adalah
keniscayaan yang dapat dijadikan pengajaran bagi orang-orang yang berakal.
Adapaun pengaruh kedua tokoh ini terhadap ilmu kalam yakni mengubah
cara pandang yang dangkal diubah menjadi cara pandang yang mendalam lagi
jernih yang merupakan cerminan dari akidah Islam.

3.2. Saran
Semoga dengan membaca makalah ini pembaca dapat mengetahui serta
memahami mengenai sunnah sebagai sumber agama islam. Kita harus banyak
mengetahui banyak hal untuk memperdalam ilmu serta wawasan kita. Terlepas
dari kekurangan-kekurangan makalah ini, kami berharap makalah ini
bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

DAFTAR PUSTAKA

17
Abdullah, Husein, M. 2007. Studi dasar-dasar pemikiran islam, Jakarta: Pustaka
thariqul Izzah.
Abdul Rozak,2008. Ilmu Kalam. terj. Machnum Husein, Jakarta: Rajawali Press,
hal. 131-132
H.A.R. gibb,1998.Aliran-Aliran Modern Dalam Islam, terj. Machnun Husein,
Jakarta: Rajawali press. hal. 131-132
Harun Nasution, 1990. Muhammad abduh dan Teologi Rasional, Jakarta: UI
Press, , hal. 57
Hasan, Abdillah F,2015.Tokoh-Tokoh Mashur Dunia Islam, Jawara: Surabaya
Iqbal, Muhammad,1999.the Recontraction Of Religion Thought In Islam, New
Delhi: barVan,
Jamil Ahmad, 2013. Seratus Muslim Terkemuka,Jakarta: Pustaka Firdaus, hal. 323

John L. Esposito, The Oxford Encyclopedia of The Islamic World. (English,


Oxford University Press, 1995), 223
Khallaf, Wahhab, Abdullah, 1994.Semarang : Ilmu Ushul Fiqh, Dina Utama.
Mastori, 2011. Dakwah dan Pembaharuan Pemikiran Islam.htm,.
Mukti Ali. Alam Pemikiran Islam Modern di India dan Pakistan, (Bandung:
Mizan IKAPI, 1993), hal. 173-174.
Muhammad Ahmad,1991. Tauhid Ilmu Kalam, Bandung: Pustaka Setia, hal. 149
Rosihon Anwar. Ilmu Kalam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2011), hal. 220.
Tasman Ya’cub, 2012. Modernisasi Pemikiran Islam, Jakarta Barat :
TheMinangkabau Foundation.
Taufik Ahmad, Sejarah Pemikiran Dan Tokoh Moderisme Islam, Jakarta :
PTRajagrafindo Persada, 2005

18

Anda mungkin juga menyukai