Anda di halaman 1dari 4

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas

Mata Kuliah: Filsafat Pendidikan Islam


Dosen: Muhammad Raya Akbar, M.Pd.

Disusun Oleh:
Ahmadi Maulana
NIM 19011700
Erni Susanti
NIM 19011700
Widiyatul Fitriani
NIM 1901170033

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PALANGKA RAYA


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
TAHUN 2020
B. Khalifah
Menurut hasil penelitian M. Quraish Shihab dalam bukunya
Membuktikan Al-Qur’an.menurut hasil penelitiannya,bahwa di dalam Al-
Qur’an terdapat kata khalifah dalam bentuk tunggal sebanyak dua kali, yaitu
dalam surah al-baqarah ayat 30 dan surah shad ayat 26, dan dalam bentuk
plural (jamak), yaitu khilafah dan khulafa yang masing-masing diulang
sebanyak empat kali dan tiga kali.
Keseluruhan kata tersebut menurutnya berakar pada kata ‘Khulafa’
yang pada mulanya berarti ‘di belakang’. Dari sini kata kkhalifah menurutnya
sering kali diartikan sebagai ‘pengganti’ (karena yang menggantikan selalu
berada atau datang di belakang sesudah yang digantikannya).
Selanjutnya jika diamati dengan seksama, nampak bahwa istilah
khalifah dalam bentuk muhad (tunggal) yang berarti penguasa politik hanya
digunakan untuk nabi-nabi yang dalam hal ini Nabi Adam a.s. Dan tidak
digunakan untuk manusia pada umumnya. Sedangkan untuk manusia biasa
digunakan istilah khala’if yang di dalamnya mempunyai arti yang lebih luas
yaitu bukan hanya sebagai penguasa politik tetapi juga penguasa dalam
berbagai bidang kehidupan.
Untuk lebih menegaskan fungsi kekhalifahan manusia di dalam ini,
dapat dilihat misaalnya ayat di bawah ini:
Artinya : “Dan dialah menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi
Dan dia meninggalkan sebagian kamu atas sebagian yang lain beberapa
derajat. “
Artinya : “Dialah yang menjadikan kamu khalifah-khalifah di muka
bumi. Barang siapa yang kafir, maka akibat ke kafiranya menimpah diri
sendiri.”
Musa Asy’arie menurutnya bahwa tugas seorang khalifah, sebagai
pengganti yang memgang kepemimpinan dan kekuasaan, pada dasarnya
mengandung implikasi moral,karena kepemimpinan dan kekuasaan yang
dimilki seorang khalifah dapatdi salah gunakan untuk kepentingan mengejar
kepuasan hawa nafsunya atau sebaliknya juga dapat dipakai untuk
kepentingan menciptakan kesejahteraan hidup bersama.

D. Tujuan Pendidikan Islam


Tujuan pendidikan islam dapat dipecah menjadi beberapa tujuan berikut ini:
1. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadah mahdhah.
2. Membentuk manusia muslim yang dapat melaksanakan ibadaha
muamalah.
3. Membentuk warga negara yang bertanggung jawab kepada masyarakat
dan bangsanya.
4. Membentuk dan mengembangkan tenaga profeional yang siap dan
terampil untuk memungkinkan memasuki yeknostruktur masyarakatnya.
5. Mengembangkan tenaga ahli di bidang ilmu dan agama dan ilmu Islam
lainnya.
‘Atiyah Al-Abrasyi, mengemukakan rincian aplikasi dari tujuan
Pendidikan Islam, sebagai berikut:
1. Membentuk pembentukan akhlak yang mulia.
2. Persiapan untuk kehidupan dunia dan akhirat.
3. Menumbuhkan roh ilmiyah (scientific spirit).
4. Menyiapkan peserta didik dari segi professional.
5. Persiapan untuk mencari rezeki.
Abdurrahaman Shaleh Abdullah mengemukakan tiga tujuan pokok
pendidikan islam : physical sains, spiritual sains, dan mental sains.
E. Proses Pendidikan Islam
Pendidikan adalah suatu upaya atau proses pencarian, pembentukan, dan
pengembangan sikap dan perilaku untuk mencari, mengembangkan,
memelihara, serta menegmbangkan ilmu dan perangkat teknologi atau
keterampilan demi kepentingan manusia sesuai dengan ajaran Islam. Agar
proses pendidikan Islam dapat berjalan secara konsisten dan efektif, yang
harus kita perhatikan yaitu:
1. Kedudukan bahan pelajaran.
2. Tenaga, pendidikan, dibentuk dengan sistem preservice, inservice dan
onservice.
3. Administrasi.
4. Pembelajaran yang dijalankan dengan mengikuti prinsip seleksi, gradasi,
dan evaluasi. Evaluasi keberhasilan meliputi aspek kognitif, aspek
professional, aspek kreativitas dan aspek kepribadian.

Anda mungkin juga menyukai