Anda di halaman 1dari 11

KELOMPOK 12

PENYAKIT PARKINSON

DI SUSUN OLEH:
RAHMI MULFIANI DWI AMBINA
SRI NATASYA
AHMAD NIZAR PATAPPOI
SUCI RAHMA DINI
SYAHRANI RAMADANI
YULIANA TUNARDI
YUNI KRISTIANTO
MUHAMMAD YUSRIL MAHENDRA

SMK KEPERAWATAN PRATIDINA MAKASSAR


TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Parkinson merupakan suatu penyakit yang disebabkan
karena otak dan saraf progresif mengalami kerusakan sehingga
memengaruhi gerakan. Sel-sel otak berhenti menghasilkan
dopamin sehingga akan muncul gejala awal berupa tremor atau
getaran ringan pada satu tangan.

B. ETIOLOGI/PENYEBAB
Parkinson menyebabkan terjadinya kelemahan otot ekstrem dan
mudah mengalami kelelahan yang umumnya akan berkurang jika
berhenti beraktivitas atau beristirahat.

C. TANDA DAN GEJALA/MANIFESTASI KLINIS


Gejala klinis yang mungkin muncul adalah sebagai berikut.
1) Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara spontan.
2) Klien mengalami tremor yang sering.
3) Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol.
4) Mengalami gangguan saraf otonom meliputi sulit tidur,
berkeringat, hipotensi ortostatik.
5) Klien mengalami depresi demensia.
6) Gejala motoric
Gejala motoric penyakit Parkinson adalah:
1) tremor merupakan salah satu ciri khas dari penyakit
Parkinson adalah tangan bergetar atau tremor jika sedang
beristirahat. Namun ,jika melakukan aktivitas maka tangan
tersebut tidak bergetar lagi.
2) Rigiditas atau kekauan. Jika penderita Parkinson
mengepalkan tangan dan kepala tangan tersebut digerakkan
oleh orang lain maka kea rah atas secara perlahan bertumpu
pada pergelangan tangan, maka terasa ada tahanan seperti
melewati suatu roda bergerigi sehingga gerakannya menjadi
patah-patah atau putus-putus. Kekakuan juga terjadi pada
leher. Penderita akan berjalan seolah-olah sedang
berbungkuk-bungkuk.
3) Akinesia/bradikinesia,gerakan penderita Alzheimer menjadi
melambat. Tulisan akan semakin mengecil,sulit mengenakan
baju, lambat mengambil suatu objek, wajah tanpa ekspresi,
kedipan menjadi berkurang,suara mengecil, refleks menelan
berkurang yang menyebabkan sering keluar air liur.
4) Penderita Parkinson tiba-tiba berhenti atau ragu-ragu dalam
melangkah. Gejala ini disebut freezing yakni berhenti
ditempat saat mulai melangkah, sedang berjalan berputar,
berbalik, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan penderita
mengalami depresi.
5) Mikrografia, penderita mulai munujukkan gejala tulisan
tangan menjadi kecil dan rapat.
6) Penderita parikinson, berjalan dengan langkah kecil
menggeser dan makin lama semakin cepat.
Gejala nonmotorik penyakit Parkinson adalah:
1) Disfungsi otonom yang meliputi:
a) Keringat berlebihan, air ludah berlebihan, gangguan
refleks menelan. Pengeluaran urin yang banyak, kulit
berminyak dan mengalami infeksi kulit.
b) Penderita sering mengalami depresi.
c) Penderita lambat dan menaggapi rangsang.
d) Mengalami insomnia atau kesulitan tidur.
2) Gangguan sensasi, pasien sering pingsan, berkurangnya
indra perasa bau, hilangnya keseimbangan tubuh.
3) Gangguan postur atau sikap seperti kyphosis, yakni posisi
badan membungkuk ke depan.
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG/DIAGNOSTIK
Pemeriksaan diagnostik meliputi pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang sebagai berikut.
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik pada penderita Parkinson meliputi:
a) Mengkaji sekelet tubuh, periksa adanya deformitas
dan kesejajaran. Pemendekan ekstremitas,
amputasi, dan bagian tubuh yang tidak dalam
kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada
tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi
biasanya menandakan adanya patah tulang.
b) Mengkaji patah tulang belakang, periksa apakah
pasien mengalami scoliosis, kifosis, dan lordosis.
c) Mengkaji system persendian, luas gerakan
dievaluasi baik aktif, maupun pasif, deformitas,
stabilitas, dan adanya benjolan atau pasien
mengalami kekakuan sendi.
d) Mengkaji system otot untuk menguji kemampuan
mengubah posisi, kekuatan otot, dan koordinasi,
dan ukuran masing-masing otot. Lingkar
ekstremitas untuk memantau adanya edema atau
atropi atau nyeri otot.
e) Mengkaji cara berjalan untuk mengetahui apakah
ada gerakan yang tidak teratur yang dianggap
abnormal.
f) Kaji kulit dan sirkulasi perifer melalui uji palpasi
kulit. Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya
suhu yang lebih tinggi atau rendah yang dapat
mengindikasikan adanya edema.
g) Kaji fungsional klien.
2) Pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan oleh
pasien Parkinson meliputi EEG dan CT Scan kepala.
3) Pemeriksaan diagnosis
Diagnosis berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik,
dan pemeriksaan penunjang. Setiap kunjungan pasien
ahli medis melakukan:
a) Ukur tekanan darah dalam keadaan berbaring dan
berdiri, hal ini untuk mendeteksi adanya hipotensi
ortostatik.
b) Menilai respons terhadap stress ringan, misalnya
berdiri dengan tangan diekstensikan, menghitung
surut dari angka 100, kaji apakah masih ada
tremor atau tidak.
c) Mencatat dan mengikuti kemampuan fungsional.
Anjurkan pasien menulis kalimat, menggambarkan
lingkaran konsentris dengan tangan kanan dan kiri
di atas kertas.

E. PENGOBATAN/PELAKSAAN
Penyakit Parkinson tidak dapat disembuhkan sehingga
penatalaksanaan hanya bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan memperbaiki gejala dan menghambat progresivitas
penyakit. Terapi yang diberikan mencakup terapi farmakologis,
nonfarmakologis serta pembedahan.
F. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosis yang mungkin muncul dari pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, dan pengkajian dan pengkajian adalah
sebagai berikut.
1) Risiko tinggi gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan tremor.
2) Risiko tinggi kerusakan komunikasi verbal berhubungan
dengan bahasa dan komunikasi.
3) Risiko tinggi perubahan nutrisi berhubungan dengan
gangguan intake oral.
4) Risiko tinggi kekurangan perawatan diri berhubungan
dengan kelemahan fisik.

G. INTERVENSI DAN RASIONAL


Intervensi keperawatan dan rasionalnya berdasarkan diagnosis
yang muncul adalah sebagai berikut.
1) Risiko tinggi gangguan mobilitas fisik berhubungan
dengan tremor. Tujuan: pasien tidak mengalami kesulitan
berjalan atau sudah mampu berdiri tegak.
Intervensi Rasional
Periksa kemampuan dan keadaan Mengidentifikasi kemungkinan
secara fungsional pada kerusakan kerusakan secara fungsional dan
yang terjadi. memengaruhi pilihan intervensi
yang akan dilakukan.
Kaji derajat immobilisasi dengan Pasien mampu mandiri (nilai 0),
menggunakan skala memerlukan bantuan/peralatan
ketergantungan (0-4). yang minimal (nilai 1), memerlukan
bantuan sedang dengan
pegawasan yang diajarkan (nilai 2),
memerlukan bantuan yang terus-
menerus dan peralatan khusus
(nilai 3), tergantung secara total
pada pemberi asuhan (nilai 4).
Letakkan pasien pada posisi Perubahan posisi yang teratur
tertentu untuk menghindari menyebabkan penyebaran terhadap
kerusakan karena tekanan. berat badan dan meningkatkan
sirkulasi pada seluruh bagian tubuh.

2) Risiko tinggi kerusakan komunikasi verbal berhubungan


dengan bahasa dan komunikasi. Tujuan: klien dapat
berkomunikasi dengan lancer.
Intervensi Rasional
Ajarka klien latihan wajah dan Dengan melakukan latihan
menggunakan metode wajah dengan metode napas
bernapas. maka akan memperbaiki kata-
kata, volume dan intonasi
bicara klien.
Anjurkan untuk melakukan Dengan melakukan terapi ini
napas sebelum berbicara maka gangguan komunikasi
untuk meningkatkan volume klien dapat diperbaiki.
suara dan jumlah kata dalam
kalimat setiap bernapas.
Latihan berbicara dalam Latihan bicara akan
kalimat pendek, membaca mempercepat proses
keras di depan kaca, atau ke penyembuhan klien.
dalam perekam suara ( tape
recorder) untuk memonitor
kemajuan)
3) Risiko tinggi perubahan nutrisi berhubungan dengan
gangguan intake oral.
Tujuan: pasien mampu menelan dengan baik.
Intervensi Rasional
Kaji kemampuan pasien untuk Factor ini menentukan
mengunyah dan menelan pemilihan terhadap jenis
makanan sehingga pasien
harus terlindungi dari
aspirasi.
Auskultasi bising usus, catat Membantu dalam
adanya penurunan/hilangnya menentukan respons untuk
suara yang hiperaktif makan atau berkembang
komplikasi seperti paralitik
ileus.
Jaga kenyamanan suasana Memudahkan pasien dalam
makan pasien dengan menelan makanan.
meninggikan tempat tidur
selama pasien makan
Berikan makanan yang lunak Memudahkan untuk
dan usahakan sesuai dengan mengunyah, menelan, dan
keinginan pasien. meningkatkan nafsu makan
pasien.
4) Risiko tinggi kekurangan perawatan diri berhubungan
dengan kelemahan fisik. Tujuan: pasien mampu merawat
dirinya sendiri secara mandiri.

Intervensi rasional
Kaji kemampuan tingkat Membantu dalam
penurunan untuk melakukan mengantisipasi dan
ADL. merencanakan pertemuan
kebutuhan individual.
Hindari apa yang tidak dapat Mencegah klien depresi,
dilakukan klien dan bantu bila frustasi, dan menjaga harga diri
peru. klien.
Bantu dan beri dukungan Meningkatkan perawatan diri
klien dalam beraktivitas klien
Modifikasi lingkungan. Mengompensasi
ketidakmampuan fungsi.
BAB II
PENUTUP
KESIMPULAN
Parkinson merupakan suatu penyakit yang disebabkan
karena otak dan saraf progresif mengalami kerusakan sehingga
memengaruhi gerakan. Parkinson menyebabkan terjadinya
kelemahan otot ekstrem dan mudah mengalami kelelahan yang
umumnya akan berkurang jika berhenti beraktivitas atau
beristirahat. Gejala klinis yang mungkin muncul adalah sebagai
berikut.
1) Bradikinesia (pergerakan lambat), hilang secara
spontan.
2) Klien mengalami tremor yang sering.
3) Tindakan dan pergerakan yang tidak terkontrol.
4) Mengalami gangguan saraf otonom meliputi sulit tidur,
berkeringat, hipotensi ortostatik.
5) Klien mengalami depresi demensia.
6) Gejala motoric

Penyakit Parkinson tidak dapat disembuhkan sehingga


penatalaksanaan hanya bertujuan meningkatkan kualitas hidup
pasien dengan memperbaiki gejala dan menghambat
progresivitas penyakit. Terapi yang diberikan mencakup terapi
farmakologis, nonfarmakologis serta pembedahan.
DAFTAR PUSTAKA

ENA,2005. Emergency care. USA: WB saunders company.


Lyer, p. 2004. Dokumentasi keperawatan: suatu pendekatan
proses keperawatan. Jakarta: EGC.
Marilyn E. doeges. 1999. Rencana asuhan keperawatan,
penerjemah kariasa I made, Jakarta : EGC.
Medicine Singapore general hospital.
NANDA, 2005. Panduan dignosa keperawatan NANDA 2005-
2006. Alih bahasa : budi santosa. Prima medika.
Oman, Kathleen s. 2008. Panduan belajar keperawatan
emergensi. Jakarta : EGC.
Sylvia, A. pierce. 1999. Patofisiologi konsep klinis proses
penyakit. Jakarta : EGC.
Wijaya, S. 2010. Konsep dasar keperawatan gawat darurat.
Denpasar: PSIK FK.
Wong, donna L., et sl. 2008, buku ajar keperawatan pediatric
wong. Volume 2. Alih bahasa: agus sunarta, dkk, Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai