Anda di halaman 1dari 16

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur yang dalam kami sampaikan kehadirat Allah SWT Yang Maha Pemurah
karena berkat kemurahan-Nya makalah ini dapat kami selesaikan sesuai dengan yang
diharapkan. Dalam makalah ini kami membahas “Sastra Periode 2000”, suatu refrensi yang
akan menambah pengetahuan tentang Sastra Populer.

Makalah ini selain dibuat untuk menambah wawasan, pengetahuan,dan pemahaman


pembaca tentang berbahasa juga menambah wawasan tentang sastra angkatan 2000-an.
Semoga makalah ini dapat memperkaya dan membawa manfaat yang besar bagi pembaca.

Demikian yang dapat kami sampaikan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat dan
karena adanya keterbatasan ilmu maupun pengalaman yang kami miliki, maka tentu akan
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat berharap saran dan kritik
yang membangun berasal dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 2 Oktober 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................1
DAFTAR ISI......................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................

1.1 LATAR BELAKANG..................................................................................................3


1.2 RUMUSAN MASALAH.............................................................................................4
1.3 TUJUAN.......................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................

2.1 Latar Belakang Sejarah Munculnya Sastra Tahun 2000...............................................5


2.1.1 Ciri-ciri Sastra Tahun 2000.......................................................................................9
2.1.2 Tokoh dan Contoh Karya Sastra...............................................................................10
2.1.3 Keterkaitan Sastra Tahun 2000 dengan Sastra Modern............................................14
BAB III PENUTUP.............................................................................................................
3.1 SIMPULAN.................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................16

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sastra populer adalah jenis karya sastra yang terkenal pada era tertentu dan muncul untuk
tujuan komersial. Sastra populer mulai dikenal pada masa pemerintahan Hindia-Belanda di
abad 19. Pada zaman itu sastra yang populer adalah yang bertemakan cerita kehidupan para
nyai, cerita-cerita gaib, dan cerita percintaan yang tidak jarang dibumbui seks. Jenis bacaan
tersebut ditulis oleh orang Cina-Melayu ataupun pribumi. Bahasa yang digunakan pada sastra
jenis tersebut adalah bahasa Melayu-pasaran (rendahan). Karya pertama yang mengawali
bangkitnya sastra populer di masa ini salah satunya berjudul Sobat Anak Anak karya Liem
Kim Hok. Bacaan ini dianggap hanya sebagai cerita yang ringan dengan maksud menghibur.

Pada akhir 1990-an dan awal 2000-an sastra populer dengan muncul dengan kategori-
kategori baru: chicklit, teenlit, “sastra wangi”, serta sastra pop-islami (istilah ini dipakai
sekenanya untuk menyebut karya-karya yang diproduksi oleh Forum Lingkar Pena serta
beberapa penulis yang memiliki gaya yang mirip). Kecuali terhadap sastra wangi yang justru
“dibesarkan” kritikus, hanya sedikit minat kritikus terhadap penulis-penulis ini.

Pasca Orde Baru berkembang pesat karya-karya sastra populer dengan motif-motif
keagamaan atau yang diistilahkan Moh. Irfan Hidayatullah sebagai Ispolit-Islam Popular
Literature (jenis ini telah dirintis sejak sebelum reformasi). Pada era tersebut, berkembang
pula novel dan cerpen-cerpen remaja yang menceritakan perempuan kosmopolitan dengan
keseharian kehidupan perkotaan dalam karya-karya chicklit dan teenlit. Jenis-jenis cerita
yang ada pada era sebelumnya memang masih berkembang sekali pun tidak mendominasi.
Namun, pada periode ini sastra populer tidak banyak diwarnai tema-tema kekerasan
(kriminalitas). Hal itu terjadi barangkali karena tayangan-tayangan berita kriminal di televisi
telah cukup "memuaskan" masyarakat.

Sastra cyber juga berpengaruh terhadap sastra populer tahun 2000-an, sastra cyber
adalah karya sastra yang dikerjakan dan dipublikasikan melalui medium internet atau

3
teknologi informatika. Dimana, keberadaan sastra cyber sangat mempermudah para pembaca
untuk mengakses berbagai jenis karya sastra, sehingga karya sastra cyber banyak diminati,
sehingga dapat disebut sebagai sastra populer.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana latar belakang munculnya sastra pada tahun 2000-an?


2. Apa saja ciri-ciri yang terdapat pada sastra tahun 2000-an?
3. Siapa tokoh yang muncul serta apa karya sastranya?
4. Apa saja contoh karya sastra populer pada tahun 2000-an?
5. Bagaimana keterkaitan sastra tahun 2000 dengan sastra modern?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui latar belakang munculnya sastra pada tahun 2000.


2. Untuk mengetahui ciri-ciri yang terdapat pada sastra tahun 2000.
3. Untuk mengetahui tokoh-tokoh yang muncul dan karya sastranya.
4. Untuk mengetahui contoh karya sastra yang terdapat pada tahun 2000.
5. Untuk mengetahui bagaimana keterkaitan sastra tahun 2000 dengan sastra
modern.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Sejarah Munculnya Sastra Tahun 2000

Munculnya sastra populer tahun 2000-an dimulai dari lahirnya chicklit dan teenlit. Seperti
halnya kopi dan makanan kecil, chicklit dan teenlit adalah santapan ringan yang kini semakin
banyak dilahap, terutama oleh perempuan muda kota besar (Redaksi, 2005). Secara
linguistik, chicklit adalah chickliteratur, yakni karya sastra yang bercerita tentang wanita
muda. Chicklit didefinisikan sebagai karya sastra populer yang bercerita tentang kehidupan
sehari-hari seorang wanita lajang kota serta pola pikirnya yang modern. Cara penyajiannnya
pun ringan, menghibur dan bertutur dengan tidak formal. Sebagaimana isinya, chicklit
diarahkan pada gadis dewasa, 17-26 tahun, sedangkan teenlit diarahkan pada kaum yang
lebih belia, seusia murid SMP-SMA (redaksi, 2004).

Buku-buku jenis ini menjadi sangat populer karena isi dalam novel tidak membebani
pembaca denga penggunaan bahasa dan alur yang cukup sederhana. Serta dapat dikatakan
chicklit dan teenlit lebih menyerupai diary yang dinovelkan (Redaksi, 2004). Dealova, teenlit
karya Dyan Nuranindya, misalnya, telah memasuki cetakan kelima sejak April 2004 dan
terjual kurang lebih tiga puluh ribu kopi. Karya sastra chicklit dan teenlit dianalisis dengan
perspektif sosiologi sastra lan Watt. Teori ini digunakan sebagai alat untuk mengidentifikasi
adanya wacana hedonisme yang terdapat dalam novel chicklit dan teenlit tahun 2000-an
tersebut menjadi pembuktian bahwa karya sastra mampu memberikan pengaruh dan
mengonstruksi nilai sosial tertentu bagi pembacanya.

Sampai tahun 2008, jumlah penulis sastra genre teenlit dan chicklit ini tercatat lebih dari
180 orang. Sekitar 98% dari jumlah penulis itu adalah perempuan yang berusia remaja.
Bahkan, sejak tahun 2000-an penerbit besar seperti Gramedia, Mizan, Galang, Pustaka
Anggrek, dan Gagas Media pun membuat divisi khusus yang menangani penerbitan novel
pop.

5
Selain lahirnya chicklit dan teenlit yang melatar belakangi munculnya sastra populer
tahun 2000-an adalah fenomena wacana hedonisme. Secara umum, hedonisme mempunyai
arti pandangan hidup yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah
tujuan utama hidup (tim penyusun kamus, 2000:394). Pada umumnya, kaum hedonisme ini
beranggapan baahwa hidup hanya satu kali dan harus menikmati hidup senikmat-nikmatnya.
Gaya hidup hedonis secara umum tidak bisa dilepaskan dengan budaya populer yang
menyertai dinamika kehidupan remaja, termasuk dunia sastranya. Dalam popular culture,
Dominic Strinati memberikan gambaran bahwa batasan populer adalah pengalaman populer
yang biasanya lahir karena budaya konsumsi yang didukung oleh teknologi informasi
mutakhir. Selain itu, munculnya penerbit yang mengkhususkan pada novel populer remaja itu
sangat berpengaruh pada cara pandang terhadap nilai dan perilaku sosial dan masyarakatnya.

Menurut Strinati (2007: xiv), media andil dalam menciptakan budaya populer dengan
‘mengajak’ untuk mengonsumsi barang-barang komoditi. Hal ini merupakan kapitalisme
konsumsi. Populer yang dimaksud adalah populer yang lahir lewat cara orang-orang zaman
sekarang mengonsumsi barang-barang (mode of consumption). Budaya konsumerisme
populer juga menyebabkan terjadinya penyamaan rasa. Penyeragaman juga terjadi dalam
bacaan populer remaja, khususnya novel populer teenlit. Sebagai contoh, tampilan novel
cover biasanya mempunyai pola yang seragam: desain grafis khas remaja yang meriah, gaya
bahasa metropolis, dan kehidupan tokoh-tokohnya yang penuh hedonisitas.

Selanjutnya, penciptaan kebutuhan dan sistem fungsi komoditas tersebut dilakukan lewat
promosi melalui media. Menurut Strinati (2007:xvi), masyarakat yang lahir lewat promosi
adalah masyarakat yang selalu merasa kurang terus menerus, tidak pernah cukup, atau
masyarakat yang tidak senantiasa puas. Sebagai media yang populer, novel merupakan media
yang jitu untuk mempromosikan gaya hidup hedonis kota besar.

Damono (1984:1) menyebutkan bahwa gambaran kehidupan yang dipresentasikan dalam


sastra mencakup hubungan antar pribadi, antar manusia, antar peristiwa yang terjadi dalam
batin seseorang. Hubungan sastra dan masyarakat itu bisa dijelaskan dalam teori sosiologi
sastra. Tujuan sosiologi sastra adalah meningkatkan pemahaman terhadap sastra dalam

6
interaksinya dengan masyarakat, menjelaskan bahwa sebenarnya antara dunia rekaan tidak
menjadi “lawan” dari kenyataan.

Dalam hubungannya dengan dampak sosial pembaca sastra pop, Wellek (1990-121) dan
Warren mengemukakan bahwa umumnya, anak remaja lebih mudah terpengaruh oleh buku
bacaan/ karya sastra, daripada orang dewasa. Selain itu, pembaca remaja yang kurang
berpengalaman biasanya akan memerlakukan sastra secara lebih naif; yakni menganggap
bahwa sebuah karya sastra bukanlah sebagai suatu interpretasi tentang kehidupan, melainkan
sebagai transkrip kehidupan. Oleh karena itu, kajian wacana hedonisme dalam karya sastra
populer teenlit ini lebih komprehensif jika dikaji dengan teori sosiologi sastra.

Beberapa contoh sastra populer adalah cinta jemuran ( karya Mutiaran Adinda, 2006),
Duo tajir (karya Kinoysanm 2005), dan lain-lain. Novel-novel tersebut, disebut dengan sastra
populer karena mencerminkan trend gaya hidup populer; gaya hidup remaja metropolitan
yang dipenuhi hedonisme; semangat zaman yang penuh dengan budaya instan dan kekinian;
serta mencerminkan respons dan gudang pengalaman penulis terhadap budaya populer remaja
Indonesia.

Perkembangan sastra tahun 2000 juga dipengaruhi oleh adanya perkembangan teknologi
yang menjadikan internet sebagai media untuk menyebarluaskan karya sastra tiap individu,
tanpa adanya sensor. Hal tersebut disebut dengan sastra cyber. Di dunia sastra Indonesia
sendiri telah memiliki beberapa kekhasan yang terkait dengan keberadaan teknologi media.
Antara lain sastra majalah, sastra koran, dan sebagainya. Ketika biaya publikasi semakin
mahal,begitu juga dengan keberadaan sastra koran/majalah dirasa telah membangun
hegemoninya sendiri, internet pun datang. Komunitas-komunitas sastra maya mulai muncul.
Memanfaatkan teknologi seperti mailing list (milis), situs, forum diskusi, dan kini juga blog,
internet menawarkan iklim kebebasan, tanpa sensor. Semua orang boleh memajang karyanya,
dan semua boleh mengapresiasinya.

Penggunaan istilah sastra cyber sendiri menyatakan jenis medium yang dipakai: medium
cyber, persis sama halnya dengan istilah sastra koran, sastra majalah, sastra buku, sastra
fotokopian/stensilan, sastra radio, sastra dinding, dan sebagainya. Jadi, semua tulisan sastra
yang dipublikasikan melalui medium cyber disebut sastra cyber.

7
Dengan berkembangnya dunia internet berlomba-lomba tidak hanya individu baik yang
sudah ternama maupun yang belum memuat karyanya ke dalam beberapa situs, blog atau
milis sastra. Sejarah Sastra Indonesia Situs sastra yang menjadi awal sastra cyber di
Indonesia adalah Cybersastra.com. Situs yang dikelola oleh Masyarakat Sastra Internet (MSI)
dengan redaktur Nanang Suryadi dan kawan-kawan, mengawali Cybersastra di Indonesia
karena masalah teknis situs ini pindah ke domain lain dan menjadi Cybersastra.net. Setelah
itu lembaga-lembaga terutama yang bergerak dalam bidang kesenian seperti Yayasan Lontar
dengan www.lontar.org. Yayasan lain yang memiliki situs seperti itu ialah Yayasan Taraju,
KSI, Akubaca, Aksara, dan Aikon.

Sedangkan invidu-individu dan karyanya yang dapat ditemui di internet ialah Taufiq
Ismail yang beralamat www. Taufiq.ismail. com, Sobron Aidit yang beralamat di
www.lalemement. Com., Afrinal Malna, Hamid Jabbar, Saut Sitomurang, dan Pramodya
Ananta Toer dialamat www.geocities.com. Sedangkan situs-situs berbahasa Inggris yang
memuat sastrawan Indonesia diantaranya ialah www.poetry.com dan www.everypoetry.com.
Diskusi-diskusi sastra yang dilakukan para sastrawan dan penikmat sastra biasa dilakukan di
milis seperti penyair@e.groups.com, puisikita@e.groups.com , gedong-puisi@e.groups.com
dan milis-milis sastra yang lain.

Terlihat bahwa setiap perkembangan sastra populer memiliki ciri khusus. Kekhususan ini
tentulah dipengaruhi oleh kondisi sosial-politik-ekonomi-budaya, dan lain-lain yang
menandai masyarakat dan zamannya. Jadi, karakteristik sastra populer dan arah sastra
populer mengalami pergeseran dari waktu ke waktu. Seperti pada era sekarang, sastra populer
tidak hanya ditujukan untuk kepentingan hiburan, dan bukan hanya jadi objek industrialisasi.

8
2.2 Ciri-ciri Sastra Tahun 2000

1. Kebanyakan bertema sosial-politik, romantik, dan seluruh aspek kehidupan.

2. Alur cerita lebih mudah dipahami. Tujuannya adalah untuk menghibur pembaca.

3. Tidak terdapat aturan yang mengatur adanya tipografi pada puisi. Puisi yang
dihasilkan juga tidak cenderung pada verbal namun juga pada visual.
4. Adanya penggunaan wawasan baru atau estetika baru yang disebut dengan
“antromofisme” yaitu gaya bahasa yang menggambarkan benda-benda seolah
menjadi tokoh manusia dan sebagai ‘aku’.
5. Karya sastra yang mendapat pengaruh dari penerbit dalam menentukan bentuk
atau isi cerita karena bersifat komersial.
6. Muncul pengarang beraliran feminis dalam menyuarakan pemikirannya melalui
karya sastranya.
7. Genre yang muncul pada periode ini adalah cerpen, puisi, novel, drama, film, dan
sandiwara. Namun, lebih didominasi genre prosa.
8. Bahasa yang digunakan menggunakan bahasa sehari-hari.
9. Muncul sastra wangi.
10. Penyebaran karya sastra melalui Cyber Sastra.

9
2.3 Tokoh dan Contoh Karya Sastra

1. Dewi Lestari

Lahir di Bandung, Jawa Barat, 20 Januari 1976 yang biasa disapa “Dee”.
Karya yang dihasilkan:
a) Supernova 1; Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh (2001, novel)
b) Supernova; Akar (2002)
c) Supernova, Petir (2004)

2. Ayu Utami
Kelahiran Bogor, 21 November 1968, seorang aktivis jurnalis dan sastrawan
berkebangsaan Indonesia. Karya yang dihasilkan:
a) Saman (1998)

b) Larung (2001).

3. Andrea Hirata
Lahir di Belitung, 24 Oktober 1967 dengan nama asli Aqil Barraq Badruddin Seman Said
Harun. Karya yang dihasilkan:
a) Laskar Pelangi (2005)

b) Sang Pemimpi (2006)

c) Edensor (2007)

d) Maryamah Karprov (2008)

e) Cinta Dalam Gelas

4. Abdul Wachid B.S


Karya yang dihasilkan:
a) Ode Bagai Burung

10
b) Tahajud
c) Bulan Telah Menjadi Sabit.

5. Habiburrahman El Shirazy
Beliau lahir di Semarang, Jawa Tengah pada 30 September 1076. Beliau dinobatkan
sebagai novelis nomor 1 di Indonesia pada penobatan Insani UNDIP. Karya yang dihasilkan:
a) Ayat-Ayat Cinta (2004)
b) Di Atas Sajadah Cinta (2004)

c) Ketika Cinta Berbuah Surga (2005)

d) Pudarnya Pesona Cleopatra (2005)

e) Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007)

f) Ketika Cinta Bertasbih 2 (2007)

g) Dalam Mirhab Cinta.

6. Triyanto Triwikromo
Salah satu karyanya adalah “Sakerah”.

7. Rizal Mantovani
Hasil karyanya berupa film yaitu “Jailangkung”.

8. Afrizal Malna
Hasil karyanya pada periode ini:
a) Kalung dari Seorang Teman
b) Tangan di Pagi
c) Tangan di Pagi Hari.

9. Taufiq Ismail
Karya yang dihasilkan berupa puisi, yaitu:

11
a) Malu Aku Jadi Orang Indonesia
b) American Coruption Words
c) Aisyah Andinda Kita
d) Politik Sepak Bola

10. Remi Silado


Karya yang dihasilkan:
a) Ca Bau Kan
b) Kerudung Merah Kirmizi (2002).

11. Garin Nugroho


Karya yang dihasilkan adalah “Pasir Berbisik”

12. Seno Gumira Adjidarma


Penulis ini lahir di Boston, Amerika Serikat, 19 Juni 1958. Hasil karyanya:
a) Sepotong Senja untuk Pacarku
b) Ke Indonesiaan
c) Atas Nama Malam
d) Biola Tak Berdawai.

13. Ahmadun Yosi Hervanda


Karya yang dihasilkan:
a) Sembahyang Malam
b) Sejak Mabul Reformasi (sajak).

14. Dorothea
Karya yang dihasilkan:
a) Sebuah Alamat
b) Numpang Perahu Nuh.

15. Ahmad Fuadi


Novelis,ini pernah menjadi pekerja sosial, dan mantan wartawan dari Indonesia yang lahir
di Bayur Maninjau, Sumatra Barat, 30 Desember 1972. Hasil karyanya:
a) Negeri 5 Menara (2009)

12
b) Ranah 3 Warna (2011)
c) Rantau 1 Muara (2013)

16. Cucuk Espe


Seorang penyair, sais, cerpenis, dan penulis naskah drama ini lahir di Jombang, Jawa
Timur, 19 Maret 1974. Hasil karyanya:
a) Mengejar Kereta Mimpi (2001)
b) Rembulan Retak (2003)
c) Juliet dan Juliet (2004)
d) 13 Pagi (2010)

17. Herlinatiens
Penulis ini memiliki nama asli Herlina Tien Suhesti lahir di Ngawi, Jawa Timur, 26 April
1982. Hasil karyanya:
a) Garis Tepi Seorang Lesbian (2003)
b) Dejavu, Sayap yang Pecah (2004)
c) Jilbab Britney Spears (2004)
d) Sajak Cinta yang Pertama (2005)

18. Raudal Tanjung Banua


Sastrawan yang karyanya didominasi puisi dan cerpen ini lahir di Pesisir Selatan, Sumatra
Barat, 19 Januari 1975. Hasil karyanya:
a) Pulau Cinta di Peta Buta (2003)
b) Ziarah bagi yang Hidup (2004)
c) Parang Tak Berulu (2005)
d) Gugusan Mata Ibu (2005).

13
2.4 Keterkaitan Sastra Tahun 2000 dengan Sastra Modern

Jenis karya sastra populer terbagi berdasarkan waktu, yaitu tradisional dan modern. Pada
bagian sastra populer tradisional mempunyai fungsi hiburan untuk pembacanya. Jenis sastra
ini mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :

a) Istanasentris
b) Anonim (tidak diketahui pengarangnya)
c) Menonjolkan pesan moral untuk pembaca

Jenis karya sastra tahun 2000-an termasuk pada karya sastra modern. Sastra modern
mempunyai periode-periode yang dimulai dari tahun 1920 (Balai Pustaka) hingga tahun
2000-an (Sastra Mutakhir).

Dilihat dari jenisnya, dalam sastra modern terdapat sastra serius dan sastra populer. Sastra
populer adalah sastra yang mengutamakan komersial, mempunyai tujuan untuk menghibur
pembaca dan bahasa yang digunakan lebih sederhana. Sedangkan pada sastra serius
mempunyai tujuan mendidik masyarakat dan bahasa yang digunakan adalah bahasa baku.

Dilihat dari aspek tema, sastra modern mencakup tema : adat istiadat, kawin paksa,
kemerdekaan, dan lainnya. Sedangkan pada sastra populer tahun 2000-an menggunakan tema
yang lebih sederhana (berhubungan dengan kehidupan sehari-hari), misal : percintaan, sosial-
politik, keluarga, dan lain-lain.

14
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Sastra populer tahun 2000-an ditandai dengan lahirnya chicklit dan teenlit. Chicklit
didefinisikan sebagai karya sastra populer yang bercerita tentang kehidupan sehari-hari
seorang wanita lajang kota serta pola pikirnya yang modern. Cara penyajiannnya pun ringan,
menghibur dan bertutur dengan tidak formal. Chicklit lebih diarahkan untuk usia remaja,
sedangkan teenlit lebih keuisia belia. Selain chicklit dan teenlit, sastra populer tahun 2000-an
juga dilihat dari mulai munculnya gaya-gaya hidup hedonism sampai pada munculnya sastra
cyber.

Sastra populer juga dapat dilihat dari ciri-ciri yang muncul, seperti alur yang tidak
terlalu sulit atau mudah dipahami serta sastra tidak lagi memiliki aturan-aturan yang
mengikat. Sedangkan tokoh dan contoh dari sastra populer 2000-an yaitu supernova karya
dewi lestari, ayat-ayat cinta karya Habiburrahman Al-Shirazzy, dan lain-lain, dimana novel-
novel tersebut banyak sekali digandrungi masyarakat terutama remaja.

Sastra populer 2000-an dapat dikatakan sebagai sastra modern, karena beberapa hal
menunjukkan sastra populer 2000-an merujuk pada sastra modern. Dimana sastra populer
tersmasuk ke dalam jeni-jenis sastra modern.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dewojati, cahyaningrum. (2010). Wacana Hedonisme dalam Sastra Populer


Indonesia. Yogyakarta: Pustaka pelajar.
Erowati, Rosida., dan Ahmad Bahtiar. (2011). Sejarah Sastra Indonesia. Jakarta:
Lembaga penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
file.upi.edu › Direktori › FPBSPDF 1 Artikel Sastra/H.U. Pikiran Rakyat ADAKAH
(DAN PERLUKAH) PERIODISASI SASTRA ... (diakses pada 2 Oktober, pukul 17.00)
http://dian-puspita-fib11.web.unair.ac.id/artikel_detail-78916-Umum-Karakteristik
%20Sastra%20Indonesia%20Periode%202000an.html (diakses pada 2 Oktober, pukul 14.20)

https://www.pertanyaan.com/threads/1512-Sejarah-sastra-populer (diakses pada 2


Oktober, pukul 13.00)

https://indoprogress.com/2014/06/kritik-sastra-dan-sastra-populer/ (diakses pada 2


Oktober, pukul 12.30)

https://achyar89.wordpress.com/2009/06/24/perbandingan-novel-popular-tahun-70-
80-90-dan-2000an/ (diakses pada 2 Oktober, pukul 12.00)

16

Anda mungkin juga menyukai