Oleh Kelompok 4:
1. Dita Nabila Fauziah 111811133030
2. Liana Sein Ritonga 111811133039
3. Dewi Aprillia Anggraini 111811133050
4. Devia Putri Ramadhani 111811133055
5. Caesar Panji 111711133114
Kelas : C-1
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Desain
Proses Belajar yang berjudul “Mengubah Perilaku Anak Menjadi Terbiasa dan Fasih
Berbahasa Inggris Menggunakan Metode Observational Learning” dengan lancar, yang
diharapkan bisa menjadi tambahan pengetahuan dalam kehidupan dan menjadi solusi
bagi Indonesia yang lebih baik dimasa mendatang.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang mendukung atas
terselesaikannya desain proses belajar ini, yaitu:
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Dosen Pembimbing, Rudi Cahyono S.Psi., M.Psi., atas bimbingannya dan
motivasinya
3. Keluarga Fakultas Psikologi Unair, khususnya teman-teman serta dosen-dosen kami
yang telah banyak memberikan dukungan.
Kami menyadari bahwa desain proses belajar yang kami buat ini tidak luput dari
kekurangan, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran guna melakukan
perbaikan tugas selanjutnya.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan.....................................................................................................1
1.1. Latar Belakang...................................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah..............................................................................................2
1.3. Tujuan.................................................................................................................2
1.4. Manfaat...............................................................................................................2
BAB II Kajian Teori....................................................................................................3
2.1. Perilaku Sasaran.................................................................................................3
2.2. Cara Pengubahan Perilaku..................................................................................4
2.2.1. Variabel yang Mempengaruhi Belajar......................................................5
2.2.2. Kelebihan Teori Observational Learning.................................................6
BAB III Desain Proses Belajar....................................................................................7
3.1. Identifikasi Perilaku...........................................................................................7
3.2. Metode Proses Belajar........................................................................................8
3.2.1. Tujuan......................................................................................................8
3.2.2. Langkah-langkah......................................................................................9
3.2.3. Jadwal Pelaksanaan..................................................................................12
3.2.4. Perangkat yang Diperlukan......................................................................12
3.3. Evaluasi..............................................................................................................13
Daftar Pustaka.............................................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
Seiring berjalannya waktu, dalam era globalisasi saat ini banyak perkembangan dan
perubahan yang terjadi disekitar kita. Mulai dari teknologi komunikasi, informasi, serta gaya
hidup. Adapun perkembangan atau perubahan dalam lingkup kecil seperti di lingkungan
keluarga, contohnya seperti anak usia dini yang sudah diajarkan dan dibiasakan untuk
berkomunikasi dengan menggunakan bahasa Inggris.
Tak hanya sekolah yang berbasis internasional. Tetapi anak pada usia dini khususnya
saat ini, anak pada usia sekolah dasar sangat dituntut lebih mampu berkomunikasi dengan
bahasa Inggris. Anggapan orang tua kebanyakan mengenai kemampuan berbahasa Inggris
selain karena bahasa internasional, tetapi juga karena orang tua ingin anak tersebut bisa
bersaing atau bahkan lebih fasih daripada teman sebayanya.
Desain belajar yang akan kami susun adalah untuk anak berusia 10 tahun yang
dimana dia menduduki sekolah dasar berbasis internasioal. Anak tersebut belum terbiasa
untuk berkomunikasi dengan fasih menggunakan bahasa Inggris. Anak tersebut dituntut
untuk mampu memahami serta mampu berkomunikasi dengan fasih kepada teman sebayanya
dan juga gurunya serta orang tua.
Dari desain belajar yang kami buat, kami menggunakan perspektif behaviorisme pada
proses belajar, khususnya teori belajar observasional dan modeling yang dikemukakan oleh
Albert Bandura. Desain belajar yang kami susun bertujuan agar anak mampu menirukan dan
terbiasa untuk berkomuikasi menggunakan bahasa Inggris secara fasih. Dengan
menggunakan metode belajar observasional, anak belajar melalui model yang diatensi.
Model bisa berupa karakter dalam media hiburan, orang tua, maupun teman sebaya
yang aktif berbahasa Inggris. Proses belajar observasional yang akan didesain tentu masih
memerlukan pengawasan orang tua. Melalui stimulus berupa model yang dicontohkan
kepada anak terus menerus, akan membuat anak terbiasa dan mulai mengikuti apa yang telah
mereka amati, dan mulai mengaplikasikannya ke lingkungan mereka.
1.3. Tujuan
1. Mengidentifikasi perilaku tidak fasih dan belum terbiasa berbahasa Inggris sehingga
perlu untuk diubah.
2. Merumuskan metode proses belajar yang dilakukan untuk mengubah perilaku tidak
fasih dan belum terbiasa berbahasa Inggris.
3. Mengetahui evaluasi yang digunakan dalam proses belajar tersebut.
1.4. Manfaat
1. Membantu pendidik dan orangtua untuk mengajarkan Bahasa Inggris kepada anak
usia sekitar 10 tahun.
2. Mengaplikasikan teori belajar observasional dalam kegiatan belajar berbahasa Inggris.
BAB II
KAJIAN TEORI
Perilaku sasaran ini adalah perilaku tidak terbiasa anak dalam berbahasa inggris.
Kebiasaan berbahasa Inggris dalam kehidupan sehari-hari biasanya dimulai dari kebiasaan
orang tua dan lingkungan sekitar yang lebih dulu sudah membiasakan diri untuk berbahasa
Inggris, karena memang mereka telah mendapat pengaruh terlebih dahulu dari
lingkungannya. Ini terjadi dimana sebelumnya seseorang belum bisa memutuskan siapa
yang bisa memperngaruhi mereka sehingga secara tidak sadar seseorang mengadopsi
kebiasaan orang terdekat yang ada di sekitarnya dan mengalami sosialisasi primer atau
sosialisi pertama yang dialami individu pada masa kanak-kanak yang dengan itu ia menjadi
anggota masyarakat (Berger & Luckmann, 1990 dalam Hikmasari,2012).
Akibat yang dapat ditimbulkan dari ketidakbiasaan berbahasa inggris tetapi
lingkungan sekitar membiasakan menggunakan Bahasa inggris adalah munculnya rasa
inferioritas yang menyebabkan anak menjadi lebih menarik diri, minder dan lain-lain.
Sehingga, akan menyulitkan anak dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan
lingkungannya yang cenderung membuat anak takut salah, konservatif dan sebagainya.
Perilaku sasaran dari desain belajar yang diharapkan dapat membantu beberapa
kalangan masyarakat dalam mengatasi hal serupa adalah perilaku tidak terbiasa anak dalam
berbahasa inggris dari usia 10 tahun dimana anak masih duduk di bangku Sekolah Dasar.
Ketika lingkungan sekitarnya berkomunikasi menggunakan Bahasa inggris, anak yang tidak
terbiasa ini memiliki kecenderungan hanya sebagai pendengar saja, bahkan terkadang anak
tidak paham dan tidak mampu menjawab pertanyaan yang disampaikan oleh lingkungan
disekitarnya termasuk dalam peer group yang terbiasa berbahasa inggris.
Dapat disepakati bahwa suatu kebiasaan itu dimulai dari kebiasaan orang tua dan
lingkungan sekitar yang lebih dulu sudah membiasakan diri dalam melakukannya termasuk
kebiasaan berbahasa inggris, karena memang mereka telah mendapat pengaruh terlebih
dahulu dari lingkungannya. Setiap komponen yang terlibat, seperti; orang tua, guru, peer
group, sarana prasarana, percakapan berbahasa inggris yang dilakukan secara konsisten dan
sebagainya juga menyumbang pengaruh terhadap perilaku anak yang tidak terbiasa berbahasa
inggris menjadi terbiasa. Sehingga, apabila setiap komponen bekerja sama dengan baik dan
dilakukan secara terus menerus akan membuat anak menjadi terbiasa dan tidak ada perasaan
takut untuk berbahasa inggris dalam berkomunikasi dan berinteraksi terhadap lingkungan
yang sudah terbiasa menggunakan Bahasa inggris dalam berinteraksi dan berkomunikasi.
Pada pengubahan perilaku ini, kami menggunakan teori Observational Learning dari
Albert Bandura. Kami menggunakan teori ini dikarenakan observational learning merupakan
suatu proses belajar yang terjadi pada individu melalui kegiatan pengamatan sehingga
individu dapat meniru apa yang ia amati.
Dalam teori observational learning ini, kami menggunakan model simbolik dalam
pengubahan perilaku. Pengertian model simbolik sendiri yaitu model pembelajaran melalui
pengamatan yang menggunakan tokoh-tokoh nyata atau fiktif yang menampilkan perilaku-
perilaku tertentu dalam film, program televisi, atau media online (Ainiyah, 2017).
Menurut Bandura, proses mengamati dan meniru perilaku orang lain sebagai model
adalah sebuah tindakan belajar. Teorinya menjelaskan perilaku manusia dalam konteks
interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku, dan pengaruh
lingkungan. Kondisi lingkungan pada pengubahan perilaku anak kali ini sangat berpengaruh
(Ainiyah, 2017).
Dari penggunaan teori ini, kami berharap seorang anak mampu fasih berbahasa
Inggris dengan cara yang mudah dan tentunya menyenangkan. Berikut akan kami jelaskan
bagaimana cara pengubahan perilaku seorang anak dari yang tidak terbiasa berkomunikasi
menggunakan bahasa Inggris menjadi terbiasa dan fasih berbahasa Inggris berdasarkan teori
yang dikemukakan oleh Bandura :
1) Atensi
Pada proses ini, seorang anak harus memperhatikan model. Bandura menganggap
belajar adalah proses yang terus berlangsung, tetapi dia menunjukkan bahwa hanya
yang diamati sajalah yang dapat dipelajari (Hergenhahn & Orson, 2017). Dalam
proses atensi ini anak dapat menjadikan teman sebaya dan orangtuanya sebagai
model. Seperti dalam kehidupan sehari-hari orangtua harus konsisten menyuguhkan
tontonan melalui video ataupun diperdengarkan musik dalam bahasa Inggris.
2) Retensi
Pada proses ini anak akan mengingat apa yang telah ia lihat, dan informasi yang telah
didapat akan disimpan secara simbolis. Seperti simbol verbal yang ia tangkap dalam
bentuk kata-kata. Setelah informasi disimpan secara kognitif, ia dapat diambil
kembali, diulangi, dan diperkuat beberapa waktu sesudah belajar observasional terjadi
(Hergenhahn & Orson, 2017).
3) Pembentukan Perilaku
Dalam proses ini anak mengubah ingatan yang telah ia dapat menjadi tindakan.
Simbol yang didapat dari modeling akan berguna sebagai template atau cetakan, dan
akan digunakan sebagai pembanding dalam bertindak. Proses ini terus berlangsung
sampai ada kesesuaian yang sudah memuaskan antara perilaku anak dengan model
(Hergenhahn & Orson, 2017).
Beberapa identifikasi dari perilaku anak indonesia berikut adalah perilaku yang harus
diubah agar dapat meningkatkan keaktifan anak dalam menggunakan dan menguasai bahasa
Inggris :
Antecedent
Lingkungan sekitar adalah salah satu hal yang mempengaruhi kebiasaan berbahasa
Inggris para anak-anak. Hal tersebut terlihat dari komunikasi anak-anak dengan
lingkungannya yang hanya mayoritas mengunakan bahasa Indonesia maupun bahasa daerah
masing-masing. Dalam keadaan lingkungan yang seperti itu faktor lingkungan yang menjadi
faktor yang sangat menentukan bagaimana cara penggunaan bahasa sehari-hari anak. Dalam
jurnal penelitian yang dikemukakan R.J Kapoh, faktor yang sangat berpengaruh dalam
proses pemerolehan bahasa dalam anak yaitu faktor lingkungan sekitar (Kapoh, 2010).
Sehingga jika lingkungan anak tersebut mendukung untuk perkembangan anak dalam
berbahasa maka hasilnya pun akan sangat baik dalam kepribadian sang anak tersebut.
Behavior
Anak yang kurang bisa menguasai bahasa inggris dalam kesehariaanya pun memiliki
sifat yang kurang ingin tahu dalam mempelajari bahasa inggris tersebut. Kondisi ini bisa
terjadi akibat kurangnya pengarahan dari orang tua dan lingkungan sekitar yang kurang
mendukung juga salain dari faktor eksternal tersebut faktor internal juga sangat
i
mempengaruhi seperti kepribadian anak yang cenderung malas untuk belajar/berusaha, sering
mengulur-ngulur waktu, tidak berani mencoba dan sebagainya. Besaran faktor kurangnya
pembentukan sejak dini di lingkungannya menyebabakan anak tersebut malas untuk
mempelajari hal yang baru dan lebih memilih hal-hal yang telah mereka pelajari dari lama
seperti bahasa Indonesia atau bahasa daerah masing-masing.
Consequence
a. Siswa yang tidak bisa belajar bahasa Inggris bisa disebabkan karena kurangnya faktor
komunikasi dengan lingkungannya Pada zaman modern saat ini interaksi langsung
yang ada dilingkungan masyarakat sekarang sangat dibatasi dan tergantung dengan
adanya Smartphone yang sangat canggih sehingga interaksi secara langsung pun juga
jarang terjadi akibat dibatasi dan terlalu fokus pada perkembangan zaman ini.
b. Anak yang kekurangan motivasi dalam mempelajari hal baru, yakni keadaan atau
kondisi anak yang kurang bersemangat seperti bermalas - malasan . Siswa yang seperti
ini biasanya didukung oleh kondisi atau lingkungan apatis yang tidak peduli terhadap
perkembangan belajar anak. Lingkungan keluarga yang apatis yang tidak berperan
dalam proses belajar anak bisa menyebabkan si anak menjadi masa bodoh, sehingga
belajar menjadi kebutuhan yang sekedarnya saja. Lingkungan masyarakat yang
merupakan media sosialisasi turut berperan penting dalam proses memotivasi siswa itu
sendiri.
3.2.1. Tujuan
Desain proses belajar yang akan disusun memiliki tujuan untuk membantu
proses belajar anak yang berusia sepuluh tahun. Kondisi anak sebetulnya sudah
paham mengenai tata bahasa dan aturan-aturan dalam Bahasa Inggris, namun belum
terbiasa berkomunikasi menggunakan Bahasa Inggris dalam kehidupan sehari-
harinya. Selain itu, kondisi anak belum memiliki pengetahuan yang banyak tentang
cara pengucapan kata dalam bahasa Inggris yang benar dan fasih. Melalui desain
proses belajar ini, anak diharapkan mampu secara konsisten berkomunikasi
menggunakan Bahasa Inggris dengan lancar dan fasih dalam kesehariannya terutama
ketika berinteraksi dengan teman sebaya dilingkungan sekolah maupun dilingkungan
rumah.
3.2.2. Langkah-langkah
Kita bisa memanfaatkan peran media hiburan yang masif saat ini untuk
melangsungkan proses ateni pada anak. Konten media yang akan ditampilkan bisa
dipilih sesuai kebutuhan. Pada konteks ini, konten yang ditampilkan dapat
disesuaikan dengan minat anak namun masih berbasis Bahasa Inggris. Intinya, anak
belajar Bahasa Inggris melalui media yang dikemas dengan sesuatu yang disukai
anak. Media hiburan yang dimaksud bisa berupa media visual seperti program
televisi yang disukai anak-anak seprerti cartoon Spongebob Squarepants yang
menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa percakapan sehari-harinya atau bisa
juga program TV yang mengajak anak untuk belajar sambil bermain seperti The
Sesame Street yang juga menggunakan Bahasa Inggris dalam percakapannya.
Selain media hiburan berbasis visual, proses belajar observasional anak bisa
difasilitasi juga menggunakan media hiburan berbasis audio seperti radio dan
podcast berbahasa Inggris. Media hiburan ini bisa memberikan contoh pada anak
bagaimana percakapan bahasa Inggris yang baik dan cara pengucapan kalimat
dalam bahasa Inggris yang fasih dan benar.
Memfasilitasi anak dengan media hiburan yang disukai anak-anak ini cukup
efektif dalam belajar observasional terutama pada proses atensi dan retensi. Pada
belajar observasional menurut Bandura, model yang diperhatikan sajalah yang
dapat dipelajari. Pada proses atensi, anak bisa memilih sesuatu yang akan ia
perhatikan. Atensi seseorang dipengaruhi oleh tiga hal, antara lain, kapasitas
sensoris seseorang, pengaruh penguatan dimasa lalu, dan karakteristik model yang
diperhatikan. Apabila anak difasilitasi oleh media hiburan yang ia sukai, hal ini
akan memudahkan proses atensi dan membuat proses retensi menjadi lebih
berkesan (Hergenhahn & Olson, 2017).
Setelah melakukan serangkain proses untuk mengubah perilaku yang belum terbiasa
berbahasa Inggris menjadi terbiasa berbahasa Inggris di lingkungan rumah dan sekolah,
tentunya akan terjadi suatu perubahan. Perubahan ini harusnya bisa terlihat dan bisa saja
signifikan. Untuk mengetahui keberhasilan penerapan dari desain proses belajar
observasional ini ada beberapa cara. Caranya adalah sebagai berikut:
1. Pre-test
Sebelum melakukan proses belajar, anak harus melakukan semacam ujian untuk
mengukur kemampuan berbahasa Inggris anak. Ujian memerlukan bantuan dari beberapa
pihak seperti guru bahasa inggris disekolahnya dan orang tua. Pihak yang terlibat akan
mengukur sejauh mana kemampuan berbahasa Inggris anak melalui diskusi dan dialog
sehari-hari. Pihak yang terlibat terutama guru akan memberikan penilaian terhadap
kemampuan anak tersebut.
2. Post-test
Setelah melalui serangkaian proses belajar observasional, anak diharapkan bisa
mencapai kompetensi sesuai tujuan yang ditetapkan diawal desain proses belajar. Untuk
mengetahui apakah anak sudah mencapai tujuan belajar, perlu diadakan ujian setelah
rangkaian belajar untuk mengukur kemampuan anak dalam berbahasa Inggris. Ujian yang
dilakukan masih membutuhkan guru dan orang tua sebagai penguji. Ujian berupa ajakan
kepada anak untuk melakukan diskusi menggunakan Bahasa Inggris. Guru dan orang tua
yang akan menilai seberapa kemampuan anak tersebut. Yang menjadi indikator berhasilnya
proses belajar adalah seberapa luas vocabulary yang ia gunakan dalam berbahasa inggris,
seberapa fasih pronounciation yang anak ucapkan, dan seberapa cepat ia merespon.
Pre-test dan post-test ini dipilih sebagai metode evaluasi agar bisa memberikan
perbandingan bagaimana kemampuan sebelum dan sesudah rangkaian proses belajar
dilakukan.
Daftar Pustaka
Ainiyah, Q. (2017). Social Learning Theory dan Perilaku Agresif Anak. JURNAL ILMU
SYARI'AH DAN HUKUM, 93-95.
Hergenhahn, B. R., & Olson, M. H. (2017). The Theories of Learning. Jakarta: Fajar
Interpratama Mandiri.
Hikmasari, I. (2012). Pemahaman Berbahasa Inggris Oleh Siswa Kampung Inggris . 1-14.
Kapoh, R. (2010). Beberapa faktor yang berpengaruh dalam perolehan bahasa. Jurnal
Interlingua.