Naskah diterima: 13 Mei 2019; revisi: 29 Juli 2019; disetujui: 2 Agustus 2019
Abstrak
Wilayah laut Indonesia memiliki makna yang sangat penting untuk pembangunan nasional. Data Kementerian Kelautan
dan Perikanan mencatat potensi ekonomi kelautan mencapai Rp. 3000 triliun sementara yang baru digarap baru Rp.
291,8 triliun. Artinya, potensi nilai ekonomi kelautan belum dimanfaatkan dan dikelola secara maksimal. Pembangunan
kelautan harus tepat sasaran berdasarkan pada pendekatan pembangunan yang berkelanjutan agar pemanfaatan laut
dapat mencapai tujuannya yaitu untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran seluruh rakyat. Dengan demikian, diperlukan
tata kelola yang baik dan berkelanjutan dari sektor ekonomi, sosial-budaya, serta politik, pertahanan dan keamanan untuk
mendukung program pembangunan kelautan. Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah merumuskan dalam kebijakan
kelautan Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan dan Peraturan Presiden Republik
Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Kelautan Indonesia. Langkah penting selanjutnya adalah membuat
program-program pembangunan kelautan Indonesia yang komprehensif dan terintegrasi untuk mewujudkan cita-cita
Indonesia sebagai Poros Kelautan Dunia.
Kata Kunci: integrasi, tata kelola, kebijakan kelautan
Abstract
The Indonesian sea area has a very important meaning for the national development. Data from the Ministry of Maritime
Affairs and Fisheries notes that the economic potential of the sea reaches Rp. 3000 trillion, while the current realization
is only Rp. 291.8 trillion. This means that the potential of marine economic value has not been maximally utilized and
managed. Marine development must be on target based on a sustainable development approach so that the use of the sea
can achieve its objectives, as much as possible for the welfare of the people. Thus, it needs good and sustainable governance
from the economic, socio-cultural, political, defense and security sectors to support marine development programs. To
achieve this goal, Indonesian Government issues Indonesia’s marine policy through Law No. 32 of 2014 concerning Marine
and Presidential Regulation of the Republic of Indonesia Number 16 of 2017 concerning Indonesian Marine Policy. The next
important step is to set up comprehensive and integrated Indonesian marine development programs to realize the purpose
of Indonesia as the World Maritime Axis.
Keywords: integration, governance, marine policy
Integrasi Tata Kelola Kebijakan Pembangunan Kelautan Berkelanjutan (Diah Apriani Atika Sari) 147
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019
1
https://www.kemendagri.go.id/index.php/blog/27002-Sebanyak-16056-Pulau-Bernama-Indonesia-Telah-
Dilaporkan-ke-PBB diakses 23 April 2019.
2
Lihat lampiran I Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Kelautan
Indonesia.
3
http://www.big.go.id/berita-surta/show/rujukan-nasional-data-kewilayahan-luas-nkri-8-3-juta-kilometer-
persegi, diakses 23 April 2019.
4
Ade Supandi, Fondasi Negara Kelautan, (Jakarta: Yayasan Pustaka Nasution, 2018) hlm. 26-29.
5
Op.cit., hlm. 30-32.
6
Op.cit., hlm. 34
7
Lihat “Laporan Kinerja Kementerian Kelautan dan Perikanan”, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia, 2016.
8
Rokhmin Dahuri, Makalah berjudul “Road Map Pembangunan Kelautan Untuk Mengembangkan Daya Saing dan
Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas Menuju Indonesia Yang Maju, Adil-Makmur, dan Berdaulat” disampaikan
pada acara Simposium Nasional Jalan Kemandirian Bangsa, 2014.
Integrasi Tata Kelola Kebijakan Pembangunan Kelautan Berkelanjutan (Diah Apriani Atika Sari) 149
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019
Dalam konteks tata kelola kebijakan kepastian hukum mengenai pengaturan landas
pengelolaan dan pemanfaatan wilayah dan kontinen dan mengamankan kepentingan
aktifitas di laut Indonesia, masih banyak Indonesia di laut.
tumpang tindih kebijakan yang berpotensi
menimbulkan konflik vertikal dan horizontal, B. Metode Penelitian
semisal belum adanya revisi Undang-Undang Penelitian ini merupakan penelitian
Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1973 hukum normatif, yaitu penelitian doktrinal
Tentang Landas Kontinen. Undang-Undang No. berdasarkan bahan-bahan hukum primer dan
1 Tahun 1973 mengatur mengenai eksplotasi sekuder. Pendekatan yang digunakan dalam
dan eksplorasi dasar laut hanya pada penelitian ini adalah pendekatan perundang-
kedalaman 200 meter. Sementara Indonesia undangan (statue approach) dan pendekatan
sebagai negara pihak dalam UNCLOS 1982 konseptual (conseptual approach).9
(ratifikasi UU No, 17 Tahun 1985) mengakui Pendekatan perundang-undangan adalah
dan mengikatkan diri pada pengaturan landas pendekatan dengan menggunakan legislasi
kontinen sebagai kelanjutan alamiah daratan dan regulasi. Pendekatan konseptual
wilayah sampai jarak 200 mil laut dan dalam beranjak dari pandangan-pandangan dan
hal tertentu dapat mencapai 350 mil laut. doktrin-doktrin yang berkembang di dalam
Praktek yang dilakukan Indonesia antara lain ilmu hukum. Pengumpulan bahan hukum
dengan mengajukan submisi perpanjangan menggunakan studi kepustakaan (library
landas kontinen pada tahun 2008 ke Komisi research) sementara analisis bahan hukum
Batas Kontinen Perserikatan Bangsa-Bangsa dilakukan secara kualitatif nonpositivistik
(PBB). Hasilnya Komisi Batas Kontinen menggunakan metode interpretasi.
PBB menyetujui untuk memberikan hak Interpretasi memperhatikan sinkronisasi
pengelolaan landas kontinen di luar 200 mil teks maupun konteks hukum secara vertikal
laut di barat laut Sumatera. Dengan demikian, maupun horisontal terhadap peraturan
UNCLOS 1982 tentunya memberikan perundang-undangan yang terkait.
keuntungan yang sangat besar bagi Indonesia,
namun di sisi lain persoalan yang dihadapi C. Pembahasan
dalam pengaturan landas kontinen adalah
1.
Arah Pembangunan Kelautan
masih dipertahankannya rumusan lama
Indonesia
dalam peraturan nasional. Undang-Undang
No. 1 Tahun 1973 tentang Landas Kontinen Wilayah laut beserta sumber daya alam
yang berpedoman pada Konvensi Hukum Laut yang terkandung di dalamnya merupakan
1958 dalam beberapa hal sudah tidak sesuai aset penting dan prime mover pembangunan
dengan ketentuan Konvensi Hukum Laut 1982. kelautan Indonesia, karena wilayah ini
Oleh sebab itu perlu adanya revisi Undang-
Undang No. 1 Tahun 1973 untuk memberikan
9
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (Edisi Revisi, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2014), hlm. 137-
178.
10
Laporan Tim Harmonisasi Kementerian PPN/Bappenas, Departemen Kelautan dan Perikanan dan Departemen
Hukum dan Hak Asasi Manusia bekerjasama dengan Mitra Pesisir, “Menuju Harmonisasi Sistem Hukum
Sebagai Pilar Pengelolaan Wilayah Pesisir Indoensia”, 2005.
11
13 Desember 1957 Perdana Menteri Djuanda Kartawidjaja mengeluarkan pernyataan (deklarasi) selanjutnya
disebut Deklarasi Djuanda yang berisi mengenani Wilayah Perairan Negara Republik Indonesia. Isi Deklarasi
Djuanda sebagai berikut: “Bentuk geografi Indonesia sebagai suatu Negara Kepulauan yang terdiri dari beribu-ribu
Integrasi Tata Kelola Kebijakan Pembangunan Kelautan Berkelanjutan (Diah Apriani Atika Sari) 151
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019
Gambar 1. Peta Wilayah Indonesia Sebelum Deklarasi Djuanda Berdasarkan TZMKO 1939 (Sumber: big.go.id)
menyulitkan dalam menjaga keutuhan terjadi penambahan luas sebesar 3,1 juta km2,
dan keamanan Negara Kesatuan Republik dengan laut teritorial sekitar 0,3 juta km2 dan
Indonesia. perairan laut Nusantara sekitar 2,8 juta km2.
Deklarasi Djuanda memberikan harapan Konsep Nusantara kemudian dituangkan
untuk mengembalikan kejayaan bangsa menjadi Wawasan Nusantara. Setelah
Indonesia sebagai bangsa kelautan dalam melewati perjalanan yang panjang konsepsi
kesatuan wilayah Negara Kesatuan Republik Wawasan Nusantara mendapat pengakuan
Indonesia. Deklarasi Djuanda kemudian dunia internasional dengan dimasukkannya
dikukuhkan menjadi Undang-Undang Nomor pengaturan mengenai negara-negara
4/Prp Tahun 1960 Tentang Perairan Indonesia. kepulauan (archipelagic states) dalam UNCLOS
Wilayah Republik Indonesia yang semula 1982. Selanjutnya Indonesia meratifikasi
sekitar 2 juta km2 (daratan) berkembang UNCLOS 1982 melalui Undang-Undang Nomor
menjadi sekitar 5,1 juta km2 yang meliputi 17 Tahun 1985. Setelah meratifikasi UNCLOS
wilayah daratan dan lautan. Dalam hal ini, 1982 luas wilayah perairan laut Indonesia
pulau mempunyai corak tersendiri. Bagi keutuhan territorial dan untuk melindungi kekayaan Negara Indonesia
semua kepulauan serta laut terletak diantaranya harus dianggap sebagai kesatuan yang bulat. Penentuan batas
laut territorial seperti termaktub dalam Territorieale Zeen en Maritieme Kringen Ordonnantie 1939 Pasal 1 ayat
(1) tidak sesuai lagi dengan pertimbangan di atas karena membagi wilayah daratan Indonesia dalam bagian-
bagian terpisah dengan territorialnya sendiri-sendiri. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan itu maka
Pemerintah menyatakan bahwa segala perairan di sekitar, di antara, dan yang menghubungkan pulau-pulau
yang termasuk Negara Indonesia dengan tidak memandang daratan Negara Indonesia dan dengan demikian
bagian daripada wilayah pedalaman atau Nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak Indonesia. Lalu
lintas yang damai diperairan pedalaman bagi kapal-kapal asing dijamin selamat dan sekedar tidak bertentangan
dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan Negara Indonesia. Penentuan batas laut territorial yang
lebarnya 12 mil diukur dari garis-garis yang menghubungkan titik-titik ujung terluar pada pulau-pulau Negara
Indonesia”
Gambar 2. Peta Wilayah NKRI Berdasarkan Deklarasi Djuanda 1957 (Sumber: big.go.id)
bertambah sekitar 2,7 juta km2, sehingga potensi kelautan kita belum dikelola dan
menjadi sekitar 5,81 km2. dimanfaatkan secara maksmial untuk
Meskipun Indonesia mendapatkan pembangunan nasional. Hal ini tentunya
penambahan luas yang cukup signifikan dalam mempengaruhi Indonesia dalam kontelasi
penguasaan wilayah laut, kenyataannya geopolitik, geostrategis dan geoekonomi
Integrasi Tata Kelola Kebijakan Pembangunan Kelautan Berkelanjutan (Diah Apriani Atika Sari) 153
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019
global. Oleh karena itu, Indonesia harus pemanfaatan potensi laut Indonesia dengan
merubah paradigma pembangunan dari land ekonomi kelautan.
based development menjadi ocean-based Dalam langkah mengimplementasikan
development. visi Poros Kelautan Dunia, percepatan
Dalam forum KTT Rio+20 di Brasil wacana pembangunan kelautan merupakan
ekonomi hijau sangat berkembang, namun keniscayaan yang harus diupayakan dalam
Indonesia yang pada masa itu dipimpin kerangka menyejahterakan rakyat Indonesia.
Presiden Susilo Bambang Yudoyono Untuk mencapai tujuan tersebut, Pemerintah
mencanangkan ekonomi biru sebagai arah merumuskan dalam kebijakan kelautan
pembangunan nasional. Sementara banyak Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 32
negara berorientasi pada pentingnya ekonomi Tahun 2014 Tentang Kelautan dan Peraturan
hijau yang ramah lingkungan, Indonesia Presiden Republik Indonesia Nomor 16
mengambil peluang untuk mengembangkan Tahun 2017. Visi kelautan Indonesia adalah
ekonomi biru sebagai pembangunan ekonomi mewujudkan Indonesia menjadi Poros
kelautan.12 Pada era Presiden Susilo Bambang Kelautan Dunia, yaitu menjadi sebuah negara
Yudhoyono aspek kelautan Nusantara kelautan yang maju, berdaulat, mandiri, kuat,
mulai ditonjolkan secara sistematis, serta mampu memberikan kontribusi positif
semisal strategi untuk mengangkat potensi bagi keamanan dan perdamaian kawasan dan
pariwisata Indonesia ke kancah internasional dunia sesuai dengan kepentingan nasional.
melalui pesta rakyat berupa Indonesia Sail Kebijakan Kelautan Indonesia terdiri atas
yang diadakan setiap tahun di lokasi yang 7 (tujuh) pilar, yaitu: 1) Pengelolaan sumber
berbeda-beda. Di akhir masa pemerintahan daya kelautan dan pengembangan sumber
Yudhoyono, Undang-Undang Nomor 32 Tahun daya manusia; 2) Pertahanan, Keamanan,
2014 Tentang Kelautan berhasil disahkan oleh Penegakan Hukum, dan Keselamatan di
DPR. Laut; 3) Tata kelola dan kelembagaan laut;
Adanya kemajuan dalam bidang kelautan 4) Ekonomi dan infrastruktur kelautan dan
di era SBY memberi daya dukung yang kuat peningkatan kesejahteraan; 5) Pengelolaan
untuk pemerintahan selanjutnya. Presiden ruang laut dan perlindungan lingkungan laut;
Joko Widodo dengan mantap menyatakan 6) Budaya Bahari; dan 7) Diplomasi Kelautan.
visi kekelautanan sebagai bagian utama Untuk Rencana Aksi Kebijakan Kelautan secara
pemerintahnnya. Dalam KTT Asia Timur, 13 sistematik dijabarkan ke dalam 5 (lima) kluster
November 2014, Presiden Jokowi menyatakan program prioritas, yang dapat digambarkan
adanya lima pilar pembangunan Indonesia sebagai berikut:
sebagai Poros Kelautan Dunia. Begitu pula
di depan forum G-20 yang merupakan
kelompok ekonomi dunia, Jokowi menyatakan
bahwa Indonesia akan mengoptimalkan
12
Ade Prasetia, Ekonomi Kelautan Indonesia, (Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2016), hlm. 41-46.
13
Lihat Pasal 13 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang Kelautan.
14
Loc.cit., hlm. 210-213.
Integrasi Tata Kelola Kebijakan Pembangunan Kelautan Berkelanjutan (Diah Apriani Atika Sari) 155
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019
media perhubungan, serta media pertahanan potensi, dan peluang sektor kelautan
dan keamanan. berkelanjutan. Untuk itu diperlukan peraturan
Kedua, pendekatan ekonomi. Kebijakan perundang-undangan dan kebijakan sebagai
ekonomi kelautan bertujuan untuk menjadikan pedoman dalam melakukan perencanaan,
laut sebagai prime mover pembangunan pelaksanaan serta monitoring pembangunan
ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraan kelautan. Kebijakan ekonomi kelautan yang
masyarakat. Kelautan menjadi faktor penting dapat diterapkan adalah melalui pendekatan
untuk mendukung pembangunan dari sektor ekonomi biru (blue economy) guna mendorong
ekonomi sehingga Indonesia perlu mengubah pemanfaatan dan pengusahaan sumber daya
paradigma dari land based development kelautan secara optimal dan berkelanjutan.
menjadi ocean-based development yaitu Kebijakan ekonomi biru merupakan
wawasan dan pola pikir yang memandang model pembangunan ekonomi yang
potensi pembangunan tidak hanya bersumber mengintegrasikan pembangunan darat dan
dari darat (land based) tetapi juga dari laut laut dengan memperhitungkan daya dukung
(ocean based). Pembangunan kelautan sumber daya dan lingkungan. Potensi darat,
melalui paradigma ocean based development laut dan udara harus disinergikan sehingga
memerlukan landasan konseptual dan legalitas menjadi kekuatan Indonesia.16 Oleh sebab itu
yang jelas untuk pembangunan nasional. dalam pembangunan yang berbasis kebijakan
Landasan konseptual dalam pembangunan ekonomi biru membutuhkan kebijakan untuk
kelautan dimulai dengan menentukan arah menciptakan sistem tata kelola kelautan
pengelolaan sumber daya secara optimal yang komprehensif, terintegrasi, efektif dan
sesuai dengan potensi yang ada. Pada efisien. Perangkat peraturan perundang-
prinsipnya, Pemerintah harus mendorong undangan serta kebijakan harus selaras agar
semua elemen di dalam masyarakat untuk dapat diimpelentasikan dalam pembangunan
menciptakan produk unggulan yang komparatif kelautan Indonesia. Untuk memberikan
dan kompetitif baik di pasar nasional dan arahan dalam pembangunan kelautan,
internasional. Langkah berikutnya diperlukan Pemerintah telah mengeluarkan peraturan
internaslisasi dalam kehidupan masyarakat perundang-undangan, antara lain: Undang-
Indonesia melalui ideologi kerakyatan yang Undang Nomor 32 Tahun 2014 Tentang
digali dan dikembangkan dari Ideologi Kelautan, serta Peraturan Presiden Republik
Pancasila. 15 Sementara itu landasan legalitas Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang
memberikan landasan hukum dan perangkat Kebijakan Kelautan Indonesia.
kebijakan dalam pengelolaan sumber daya Ketiga, pendekatan politik, pertahanan
kelautan yang terarah dan terencana untuk dan keamanan. Bagi bangsa Indonesia, laut
pembangunan kelautan nasional. merupakan bagian integral dari wilayah
Untuk percepatan pembangunan negara yang tidak dapat dibagi-bagi, tetapi
diupayakan melalui peningkatan peran, bisa dibedakan menurut rezim yang mengatur
15
Singgih Tri Sulistiyono, “Paradigma Maritim Dalam Membangun Indonesia: Belajar dari Sejarah”, Lembaran
Sejarah, Volume 12 Nomor 2 Oktober 2016, hlm. 101-102.
16
Lampiran I Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2017 Tentang Kebijakan Kelautan
Indonesia.
sebagaimana diatur dalam UNCLOS 1982. keamanan yang memiliki kewenangan dalam
Posisi silang Indonesia yang terletak diantara penegakan kedaulatan dan penegakan hukum
benua Asia dan Australia serta diantara di laut. Untuk memperkuat penegakan hukum
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia di laut beberapa badan telah dibentuk dalam
dipengaruhi kondisi konstelasi geografis menyelesaikan tumpang tindih kewenangan.
Indonesia sebagai negara kepulauan. Posisi Badan penegak hukum tersebut antara lain:
strategis ini juga berpengaruh pada kondisi 1) Forum Koordinasi Penanganan Tindak
politik, ekonomi, dan keamanan Indonesia. Pidana Perikanan yang dibentuk oleh KKP, 2)
Selanjutnya terkait dengan keamanan Satuan Tugas Perencanaan, Pengembangan
kelautan kawasan Asia Tenggara, ada Keamanan dan Penegakan Hukum di Laut yang
beberapa permasalahan yang harus dihadapi dibentuk oleh Menteri Koordinator Bidang
dan memerlukan kerjasama untuk mengatasi Politik, Hukum, dan Keamanan, 3) Bakorkamla.
permasalahan tersebut, antara lain: konflik Saat ini Pemerintah membentuk Satgas 115
perbatasan karena tumpang tindih klaim melalui Peraturan Presiden Republik Indonesia
atas wilayah laut, pembajakan (sea piracy Nomor 115 Tahun 2015 Tentang Satuan Tugas
and armed robbery), terorisme, kejahatan- Pemberantasan Penangkapan Ikan Secara
kejahatan transnasional (transnational Ilegal (Illegal Fishing) yang bertugas untuk
organized crimes), keamanan pelayaran, memobilisasi kapasitas operasional KKP,
dan perlindungan lingkungan laut. Dalam Angkatan Laut, Polisi Nasional, Jaksa Penuntut
perspektif kepentingan nasional, tantangan Umum, Bakamla, dan instansi terkait lainnya.
yang dihadapi Indonesia adalah menjaga Konsep tata kelola pembangunan kelautan
keamanan wilayah laut Indonesia dari dibangun berdasarkan tujuh pilar, yaitu:
ancaman kekuatan asing, antara lain: konflik perhubungan laut, perikanan, wisata bahari,
perbatasan, potensi ancaman terorisme industri kelautan, energi dan sumberdaya
kelautan di choke point, berbagai kegiatan mineral, bangunan laut dan jasa kelautan.
illegal fishing, illegal logging, illicit small Setidaknya terdapat lima peraturan
arms trafficking, illicit, people trafficking, perundang-undangan yang menjadi payung
illicit drugs trafficking, smuggling, hukum utama pelaksanaan kebijakan
permasalahan lingkungan hidup. Dengan kata pembangunan kelautan nasional, antara lain:
lain permasalahan keamanan domestik juga (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 1985
merupakan permasalahan yang terjadi di Tentang Pengesahan UNCLOS; (2) Undang-
kawasan Asia Tenggara. Untuk mewujudkan Undang Nomor 6 Tahun 1996 Tentang Perairan
keamanan laut diperlukan upaya penegakan Indonesia; (3) Undang-Undang Nomor 31
kedaulatan dan penegakan hukum.17 Tahun 2004 yang Diubah Dengan Undang-
Keamanan laut merupakan rangkaian mulai Undang Nomor 45 Tahun 2009 Tentang
dari persepsi atau pemahaman segenap Perikanan; (4) Undang-Undang Nomor 27
komponen bangsa, struktur organisasi, serta Tahun 2007 yang Diubah Dengan UU No. 1
prosedur dan mekanisme penyelenggaraan Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Pesisir dan
17
Marsetio, “Mengembalikan Kejayaan Kelautan Indonesia”, (Bogor: Penerbit Universitas Pertahanan, 2018),
hlm. 144-146.
Integrasi Tata Kelola Kebijakan Pembangunan Kelautan Berkelanjutan (Diah Apriani Atika Sari) 157
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019
Gambar 5. Konsep “Mainstreaming Ocean Policy” kedalam Rencana Pembangunan Nasional (Sumber: Bappenas, 2014)
18
Lutfah Ariana, “Foresight Riset Kelautan Indonesia 2020-2045”, Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia, 2017, hlm. 2, (http://oseanografi.lipi.go.id/haspen/Foresight%20riset%20
kelautan%202020-2035_Final%20Cetak.pdf) diakses 23 April 2019.
19
Witjaksono, “Reborn Kelautan Indonesia”, (Jakarta: PT. Adhi Kreasi Pratama Komunikasi, 2017), hlm. 335-351.
Integrasi Tata Kelola Kebijakan Pembangunan Kelautan Berkelanjutan (Diah Apriani Atika Sari) 159
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019
20
Freddy Numberi, “Kembalikan Kejayaan Negeri Bahari” (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2015), hlm. 153-
154.
menjadi kekuatan strategis geopolitik dan yang maju, berdaulat, mandiri, kuat, serta
geoekonomi.21 Sistem pertahanan dan mampu memberikan kontribusi positif
keamanan integratif perlu dibangun sesuai bagi keamanan dan perdamaian kawasan
dengan paradigma yang berkonsentrasi, dan dunia sesuai dengan kepentingan
keseimbangan darat, laut, udara yang nasional”.
tepat, maupun peralatan pertahanan 3) Meningkatkan sinergitas paradigma lintas
keamanan untuk menjaga kedaulatan dan sektor di bidang kelautan antar pemangku
mempertahankan NKRI. kepentingan. Tujuan strategi ini adalah
Dalam upaya pembangunan kelautan di menumbuhkan kesadaran pemangku
sektor pertahanan dan keamanan, Indonesia kepentingan, kementerian atau lembaga
membutuhkan kebijakan kelautan yang terkait di bidang kekelautanan baik
bersifat komprehensif, holistik dan integral. pemerintah pusat maupun daerah tentang
Keamanan kelautan memiliki pengertian perlunya sinergitas paradigma lintas sektor
kegiatan sipil maupun militer untuk dalam menangani berbagai permasalahan
mengurangi resiko dan melawan kegiatan kelautan.
illegal dan ancaman laut dengan cara 4) Mewujudkan stabilitas keamanan kelautan
penegakan kegiatan ilegal untuk melindungi nasional guna mendukung pembangunan
kepentingan nasional. Adapun strategi yang nasional. Tujuan strategi yang keempat
dapat digunakan dalam rangka memperkuat adalah memberikan jaminan keamanan
dan mendukung kelautan Indonesia antara bagi para pengguna jasa laut di wilayah
lain:22 perairan Indonesia, sekaligus memberi
1) Meningkatkan pemahaman dan penerapan dampak nyata terhadap stabilitas
tentang geopolitik kelautan Indonesia keamanan kelautan nasional.
kepada para pemangku kepentingan. 5) Memberdayakan Bakamla sebagai institusi
Tujuannya adalah memberikan kesadaran sipil nonmiliter (coast guard) dan merevisi
mengenai geopolitik dan geostrategis kebijakan multi agency single function
kelautan Indonesia agar dapat digunakan menjadi single agency multi function yang
untuk memperkokoh sinergitas paradigma memiliki kewenangan penegakan hukum
lintas sektoral. di laut. Tujuan strategi ini adalah untuk
2) Meningkatkan kebijakan kelautan memberdayakan institusi sipil nonmiliter,
nasional yang komrehensif, integral, Badan Keamanan Laut (Bakamla). Saat ini,
dan holistik. Tujuan strategi ini adalah beberapa instansi sipil nonmiliter bersifat
untuk mewujudkan agenda pemerintah multi agencies with single function belum
dalam visi kekelautanan “mewujudkan single agencies with multi function
Indonesia menjadi Poros Kelautan Dunia, sebagaimana badan keamanan laut (coast
yaitu menjadi sebuah negara kelautan guard) di beberapa negara lain, yang
21
Aan Kurnia, “Facing Global Kelautane Fulcrum: Between Threats and Opportunities”, (Jakarta: Petro Energy,
2017), hlm. 281-289.
22
Tri Sulistyaningtyas, dkk., “Sinergitas Paradigma Lintas Sektor di Bidang Keamanan dan Keselamatan Laut”,
(Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015), hlm. 221-226.
Integrasi Tata Kelola Kebijakan Pembangunan Kelautan Berkelanjutan (Diah Apriani Atika Sari) 161
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019
bertugas sebagai penegak hukum di laut serta industri pembangunan atau pengerjaan
dan berdampingan dengan institusi militer kapal.
(navy) sebagai penegak kedaulatan negara Selain itu, sebagai Negara Kepulauan
dan hukum di laut. Indonesia juga dihadapkan pada isu ancaman
pemanasan global dan perubahan iklim.
e. Pencemaran Laut, Pemanasan Global Pemanasan global memberikan dampak yang
dan Perubahan Iklim luar biasa bagi kehidupan di muka bumi, yaitu
Fungsi laut sebagai sumber kehidupan terjadinya kenaikan suhu rata-rata permukaan
menjadi terganggu dikarenakan aktivitas bumi. Faktor utama yang secara signifikan
manusia yang mencemari lingkungan laut, membuat temperatur bumi cenderung
seperti transportasi laut, limbah dan plastik. naik adalah adanya pertambahan populasi
Sumber pencemaran ini mengancam dan manusia di dunia dengan segala aktivitas
mengurangi jasa laut bagi kehidupan, yang dilakukannya. Penggunaan bahan bakar
baik sumber pangan, perikanan dan fosil, berkurangnya lahan hijau, dan efek
pariwisata terutama bagi masyarakat yang industrialisasi menyebabkan semakin banyak
mengandalkan mata pencahariannya dari gas buang yang memberi kontribusi bagi efek
laut (nelayan, penggiat pariwisata, penduduk gas rumah kaca di bumi. Menurut laporan
yang tinggal di kawasan pesisir). Sumber dari Intergovernmental Panel on Climate
pencemaran dapat berupa bahan biologis, Change, dari tahun 1850 – 1899 hingga 2001
kimiawi, fisik atau energi yang pada tingkat – 2005 terjadi kenaikan suhu dunia rata-rata
tertentu dapat menganggu kehidupan sekitar 0,76oC.23 Permukaan air laut selama
organisme laut, sehingga dibutuhkan langkah periode 1961 hingga 2003 tercatat mengalami
pencegahan dan penanggulangan sumber kenaikan rata-rata sebesar 1,8 mm per tahun.
dan jenis pencemaran melalui kebijakan Dan hingga tahun 2080, diperkirakan kenaikan
penanganan limbah industri, rumah tangga, permukaan air laut akan meningkat menjadi
ataupun dari kegiatan pemanfaatan laut sekitar 4,2 mm per tahun.
lainnya. Keberadaan Peraturan Pemerintah Salah satu masalah utama yang timbul
Nomor 21 Tahun 2010 Tentang Perlindungan karena peningkatan temperatur global ini
Lingkungan Maritim menjadi pedoman dalam adalah naiknya permukaan air laut, dimana
upaya untuk mencegah dan menaggulangi masalah ini menjadi ancaman yang nyata bagi
terjadinya pencemaran atau perusakan daratan yang ada di bumi, terutama di daerah
lingkungan laut akibat dari penyelenggaraan pesisir dan pantai. Kenaikan permukaan air
transportasi, serta keselamatan dan laut terhadap daerah pantai diantaranya akan
keamanan di laut. Perlindungan lingkungan menyebabkan adanya daratan yang hilang,
laut dilakukan melalui kegiatan; 1) pencegahan kerusakan ekosistem di pantai, kerusakan
dan penanggulangan pencemaran dari infrastruktur dan bangunan di pantai,
pengoperasian kapal, 2) pencegahan dan ancaman terhadap populasi penduduk di
penanggulangan dari kegiatan kepelabuhan daerah pantai, yang semuanya tentu akan
23
Lihat laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), ”Climate Change 2007 : Impacts, Adaption,
and Vulnerability”, 2007.
menimbulkan kerugian materi yang sangat mereparasi semua jenis kapal dari ukuran
besar. kecil sampai ukuran besar.
Meningkatnya pemanasan global di
seluruh dunia sebagai akibat dari semakin g. Pertambangan dan Energi
tingginya emisi gas rumah kaca berdampak Indonesia merupakan salah satu negara
pada perubahan iklim di dunia. Usaha untuk dengan sumber daya alam terbesar, baik
menghadapi pemanasan global salah satunya sumber daya terbarukan maupun yang tidak
adalah dengan melestarikan penyerap terbarukan. Sistem energi Indonesia saat ini
karbon. Selain hutan tropis yang mampu masih didominasi penggunaan bahan bakar
menyerap karbon, penelitian menunjukkan fosil yang ketersediaannya semakin lama
bahwa ekosistem laut dan pesisir, yang berupa semakin menipis. Sementara itu kebutuhan
mangrove, padang lamun, dan rawa pasang energi nasional kian hari terus meningkat.
surut, memiliki kemampuan menyerap dan Disisi lain Indonesia memiliki kekayaan
menyimpan emisi karbon jauh lebih baik sumber daya dari energi terbarukan yang
daripada ekosistem hutan tropis di daratan. bersumber dari bawah laut. Akan tetapi
Sehingga langkah kebijakan yang dapat sumber daya dari energi terbarukan belum
dikembangkan untuk mengatasi pemanasan dikelola dan dimanfaatkan secara maksimal.
global dan perubahan iklim adalah menyusun Energi laut (ocean energy) sebagai sumber
kebijakan karbon biru (blue carbon). Karbon energi alternatif dapat dimanfaatkan untuk
biru memanfaatkan keberadaan hutan menunjang kebutuhan masyarakat. Sumber
mangrove, padang lamun (ekosistem khas laut energi laut diantaranya: energi pasang surut
dangkal), rawa pasang surut dan ekosistem (tidal energy), energi panas laut (ocean
pesisir. thermal energy conversion), energi gelombang
laut (wave energy), energi ganggang laut.
f. Industri Kelautan
Industri laut merupakan industri padat D. Penutup
karya dan padat modal yang memiliki daya Indonesia merupakan negara kepulauan
saing tinggi. Pengembangan industri kelautan terbesar di dunia yang memiliki 17.504 pulau
tidak lepas dari peran industri galangan kapal dan luas perairan ± 5.87 juta km2 menjadikan
sebagai salah satu kunci keberhasilan.24 laut bermakna strategis sebagai pilar
Kementerian Perindustrian telah menyiapkan pembangunan nasional. Di masa lalu sejarah
road map pembangunan industri perkapalan mencatat bahwa Indonesia pernah menjadi
tahun 2012-2025. Sektor industri kelautan negara kelautan seperti pada kejayaan
diharapkan mampu memproduksi dan Kerajaan Sriwijaya dan Kerajaan Majapahit
yang menjelajah sampai jauh ke Afrika Timur
(Madagaskar) dan ke Pasifik Selatan. Saat ini
Indonesia berusaha untuk membangkitkan
24
Didit Herdiawan, “Kedaulatan Pangan Kelautan: Dinamika dan Problematika”, (Jakarta: Lembaga Ketahanan
Nasional RI, 2016), hlm. 27.
Integrasi Tata Kelola Kebijakan Pembangunan Kelautan Berkelanjutan (Diah Apriani Atika Sari) 163
Volume 8, Nomor 2, Agustus 2019
kembali kejayaan kelautan Nusantara melalui 4) Pertahanan dan keamanan laut, 5) budaya
pembangunan kelautan Indonesia menuju bahari.
Indonesia sebagai poros kelautan dunia.
Oleh karenanya dibutuhkan kebijakan yang Daftar Pustaka
mendukung arah pembangunan kelautan Buku
Indonesia untuk mewujudkan kesejahteraan
Herdiawan, Didit, Kedaulatan Pangan Kelautan:
bagi rakyat Indonesia. Dinamika dan Problematika, (Jakarta: Lembaga
Pembangunan kelautan Indonesia Ketahanan Nasional RI, 2016)
membutuhkan tata kelola kebijakan yang Kurnia, Aan, Facing Global Kelautane Fulcrum:
Between Threats and Opportunities, (Jakarta:
baik dan berkelanjutan melalui pendekatan Petro Energy, 2017)
sosial budaya, ekonomi, serta politik, Marsetio, Mengembalikan Kejayaan Kelautan
pertahanan dan keamanan. Penyelenggaraan Indonesia, (Bogor: Penerbit Universitas
Pertahanan, 2018)
pembangunan kelautan juga membutuhkan Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum (Edisi
peran serta dan dukungan berbagai pihak Revisi, Jakarta: Kencana Prenada Media, 2014)
sehingga dapat dilakukan secara holistik dan Numberi, Freddy, Kembalikan Kejayaan Negeri
Bahari, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer,
integral dengan memperhatikan kepentingan
2015)
stakeholder. Visi kelautan Indonesia adalah Prasetia, Ade, Ekonomi Kelautan Indonesia,
mewujudkan Indonesia menjadi Poros (Yogyakarta: Diandra Kreatif, 2016)
Kelautan Dunia, yaitu menjadi sebuah negara Sulistyaningtyas,Tri, Susanto dan Dicky R. Munaf,
Sinergitas Paradigma Lintas Sektor di Bidang
kelautan yang maju, berdaulat, mandiri, kuat, Keamanan dan Keselamatan Laut, (Jakarta:
serta mampu memberikan kontribusi positif PT. Gramedia Pustaka Utama, 2015)
bagi keamanan dan perdamaian kawasan dan Supandi, Ade, Fondasi Negara Kelautan, (Jakarta:
Yayasan Pustaka Nasution, 2018)
dunia sesuai dengan kepentingan nasional.
Witjaksono, Reborn Kelautan Indonesia, (Jakarta:
Kebijakan Kelautan Indonesia dibangun PT. Adhi Kreasi Pratama Komunikasi, 2017)
berdasarkan 7 (tujuh) pilar, yaitu: 1)
Pengelolaan sumber daya kelautan dan Makalah/Artikel/Prosiding/Laporan/Hasil
pengembangan sumber daya manusia; 2) Penelitian
Pertahanan, Keamanan, Penegakan Hukum, Dahuri, Rokhmin, “Road Map Pembangunan
dan Keselamatan di Laut; 3) Tata kelola Kelautan Untuk Mengembangkan Daya Saing
dan Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas
dan kelembagaan laut; 4) Ekonomi dan Menuju Indonesia Yang Maju, Adil-Makmur,
infrastruktur kelautan dan peningkatan dan Berdaulat” (makalah disampaikan pada
kesejahteraan; 5) Pengelolaan ruang laut acara Simposium Nasional Jalan Kemandirian
Bangsa, 2014)
dan perlindungan lingkungan laut; 6) Budaya
Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
bahari; dan 7) Diplomasi kelautan. Sementara ”Climate Change 2007 : Impacts, Adaption,
itu, rencana aksi kebijakan kelautan and Vulnerability”, (2007)
dijabarkan ke dalam 5 (lima) kluster prioritas, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik
Indonesia “Laporan Kinerja Kementerian
yaitu:1) batas kelautan, ruang laut, diplomasi Kelautan dan Perikanan”, (2016)
kelautan, 2) Industri kelautan dan konektivitas Sulistiyono, Singgih Tri, “Paradigma Maritim
laut, 3) Industri sumber daya alam dan jasa Dalam Membangun Indonesia: Belajar dari
Sejarah”, Lembaran Sejarah, Volume 12
kelautan serta pengelolaan lingkungan laut, Nomor 2 Oktober (2016)
Integrasi Tata Kelola Kebijakan Pembangunan Kelautan Berkelanjutan (Diah Apriani Atika Sari) 165