Anda di halaman 1dari 8

1.

Pastikan sumber yang kamu baca punya reputasi yang baik

Saat menerima sebuah berita, cari tahu siapa sumbernya, apakah dari institusi
resmi atau bukan. Jika hanya narasi saja, Anda patut curiga.

-who

-Kementrian kesehatan

-jurnal yg sdh berdasarkan penelitian

2. mengecek penulisnya

Lalu apa tidak boleh percaya dengan tulisan kesehatan seorang yang tidak mempunyai
latar belakang kesehatan? Boleh, asalkan kamu harus lihat 'masa lalunya', apakah selama
ini memang ia sering menulis kesehatan dan mengambil sumber atau hasil studi yang
jelas alias tidak mengada-ada?

. Apakah memang latarbelakang penulis atau narasumber adalah dari kesehatan?

. Hati-hati dengan judul provokatif

Cara paling sederhana untuk mengetahui benar tidaknya berita hoax adalah dengan
melihat judulnya. Judul yang provokatif dan bombastis biasanya bertujuan untuk
menarik perhatian, membangkitkan emosi pembaca, hingga tanpa membaca hingga
selesai orang sudah “gatal” untuk menyebarkan pada orang lain. Beberapa contoh judul
provokatif adalah: 

• Dari Ratusan Ribu Tahanan Tidak Ada Satupun Aktivits Islam yang Dibebaskan di
Tengah Wabah COVID-19

• Setya Novanto Dibebaskan Karena COVID-19

• Corona Jihad: Seorang Pedagang Sengaja Meludahi Bungkus Makanan

Mirip dengan judul provokatif, terdapat pula judul yang sifatnya bombastis seperti:

• Virus Corona Dapat Menular Melalui Tatapan Mata

• Obat COVID-19 Telah Ditemukan dan Siap Disebarkan ke Seluruh Indonesia

Pada broadcast message di WhatsApp, berita yang disebarluaskan umumnya biasanya


tidak mencantumkan link atau tautan sumber berita. Selain judul provokatif, salah satu
cara mengidentifikasi berita hoax adalah format penulisan. Banyak berita hoax yang
menggunakan huruf kapital berlebih (tidak sesuai kaidah penulisan berita), begitu juga
dengan kalimat cetak tebal. 

Terakhir adalah melakukan konfirmasi dan pengecekan terhadap fakta;


pastikan bahwa kita sudah melakukan pengecekan ulang berkaitan
dengan fakta yang akan kita bagikan,

Banyaknya sumber bacaan di internet sekarang ini justru bukan membuatmu


berbahagia, sebaliknya membuatmu harus pintar untuk memilih sumber mana yang
memang punya 'nilai rapor' yang baik. 

Pastikan kamu membaca sumber yang sudah terpercaya seperti website Kementerian
Kesehatan Indonesia, website milik WHO (organisasi kesehatan dunia) atau jika sumber
dari portal berita lain pilihlah yang memang sudah terkenal bukan abal-abal seperti
kompas.com atau kompasiana.com. Jangan mudah membagi infromasi dari website
yang namanya saja sudah terlihat mencurigakan, misal dijaminsembuhsetelahbaca.xyz.

2. Cek siapa penulisnya atau narasumber

Informasi hoaks biasanya tidak menyebutkan siapa nama penulisnya. Jadi saran saya
jangan malas untuk cek ricek nama dan profil penulis/narasumber. Apakah memang
latarbelakang penulis atau narasumber adalah dari kesehatan? Selain itu informasi hoaks
juga jarang sekali memberikanmu sumber/tautan lain untuk menguatkan informasi yang
ditulisnya. Cek ricek deh!

Soalnya saya sendiri pernah mengalami lho, menemukan sebuah informasi berita yang
menyebutkan nama penulis adalah seorang tenaga medis, dalam hal ini seorang dokter.
Namun setelah saya cek , tidak ada profil yang bisa saja peroleh.

Lalu apa tidak boleh percaya dengan tulisan kesehatan seorang yang tidak mempunyai
latar belakang kesehatan? Boleh, asalkan kamu harus lihat 'masa lalunya', apakah selama
ini memang ia sering menulis kesehatan dan mengambil sumber atau hasil studi yang
jelas alias tidak mengada-ada?

3. Apa didukung dengan studi dan jurnal terpercaya?

Rata-rata yang saya temui, informasi kesehatan yang hoaks jarang mempunyai


dukungan studi/penelitian sebelumnya, apalagi dimuat jurnal internasional. Untuk itu,
saran saya kalau kamu menemukan informasi kesehatan yang setelah kamu baca kamu
jadi curiga atau dari judulnya saja "mengerikan" serta tidak didukung jurnal atau
minimal studi/penelitian, kamu harus cek benar-benar dulu atau jangan mudah menge-
share-kannya ke teman-teman,tahan.

Untuk dijadikan catatan :

Setiap studi/penelitian pasti mempunyai metodologi tertentu. Maka tolong jangan


heran jika kemudian hasil penelitian bisa memiliki kesimpulan yang berbeda-beda pula.
Misalnya, penelitian yang sama namun sampelnya berbeda, satu menggunakan sampel
hewan uji coba seperti tikus sedangkan penelitian yang lainnya sampel sudah langsung
pada manusia.

Biasanya jika penelitian masih menggunakan hewan dan atau masih dalam lingkup yang
sempit, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan lagi.

4. Yang Mudah Sekali dilakukan: Gunakan Mesin Pencarianmu dong!

Jika kamu ingin mengecek informasi "hoaks atau tidak" dengan cara yang simple,
gunakanlah mesin pencarian seperti google. Triknya gunakanlah kata-kata penting dan
tulis hoaks diakhirnya seperti ketika kamu membaca informasi yang mengatakan
"kanker bukan penyakit tapi bisnis", ketik: kanker bisnis hoaks atau saat kamu
membaca informasi "air putih menyebabkan kanker", ketik: air putih kanker hoaks.
Selamat mencobanya!

“Pertama, bisa dilakukan dengan selalu mengecek sumber informasi terkait fakta peristiwa
yang disampaikan media,
Kedua, jangan mudah percaya hoaks apalagi sampai ikut memproduksi dan menyebarkan
hoaks.
1. Hati-hati dengan judul provokatif

Cara paling sederhana untuk mengetahui benar tidaknya berita hoax adalah dengan
melihat judulnya. Judul yang provokatif dan bombastis biasanya bertujuan untuk
menarik perhatian, membangkitkan emosi pembaca, hingga tanpa membaca hingga
selesai orang sudah “gatal” untuk menyebarkan pada orang lain. Beberapa contoh judul
provokatif adalah: 

• Dari Ratusan Ribu Tahanan Tidak Ada Satupun Aktivits Islam yang Dibebaskan di
Tengah Wabah COVID-19
• Setya Novanto Dibebaskan Karena COVID-19

• Corona Jihad: Seorang Pedagang Sengaja Meludahi Bungkus Makanan

Mirip dengan judul provokatif, terdapat pula judul yang sifatnya bombastis seperti:

• Virus Corona Dapat Menular Melalui Tatapan Mata

• Obat COVID-19 Telah Ditemukan dan Siap Disebarkan ke Seluruh Indonesia

Pada broadcast message di WhatsApp, berita yang disebarluaskan umumnya biasanya


tidak mencantumkan link atau tautan sumber berita. Selain judul provokatif, salah satu
cara mengidentifikasi berita hoax adalah format penulisan. Banyak berita hoax yang
menggunakan huruf kapital berlebih (tidak sesuai kaidah penulisan berita), begitu juga
dengan kalimat cetak tebal. 

2. Cermati alamat situs

Bagi sebagian orang, judul demikian sangat mudah diidentifikasi sebagai berita hoax.
Namun, bagi mereka yang jarang mengakses berita, judul provokatif tidak terlihat
berbeda dengan judul berita pada umumnya. Karena itu, selain judul, indikator lain yang
dapat digunakan adalah alamat situs berupa tautan aktif  yang dicantumkan di akhir
berita atau di dalam berita hoax tersebut.

Jika tautan yang dituju tidak dapat dibuka, berarti berita tersebut adalah berita hoax.
Jangan terkecoh dengan tautan yang mencantumkan situs berita internasional atau
nasional yang kredibel. Pastikan URL atau alamat situsnya memang benar, mengingat
ada yang menggunakan nama situs berita namun masih menggunakan domain blog
(bukan .com).

3. Periksa fakta

Saat menerima sebuah berita, cari tahu siapa sumbernya, apakah dari institusi resmi
atau bukan. Jika hanya narasi saja, Anda patut curiga. Pada kasus pseudoscience,
dimana berita yang tersebar mengutip pendapat ilmuwan atau menggunakan
penjelasan ilmiah yang meyakinkan, Anda mungkin kesulitan menduga kebenarannya.
Solusinya, periksa fakta dengan mengetikkan judul berita tersebut di Google ataupun
menggunakan kata kuncinya. Misal, Anda bisa mencari “virus corona menular melalui
udara”. Saat daftar berita bertopik sama muncul, pilih situs yang kredibel. Memeriksa
fakta di mesin pencari juga bisa diterapkan pada berita hoax non-medis.

4. Rujuk beritanya di website covid19.go.id

Salah satu situs resmi pemerintah yang bisa dijadikan rujukan berita seputar COVID-19
adalah covid19.go.id. Selain memuat kebijakan pemerintah seputar COVID-19 dan
perkembangan jumlah kasusnya, covid19.go.id juga memiliki menu HOAKS BUSTER di
bagian kanan atas. Anda bisa mengecek kebenaran berita-berita yang beredar di
bagian ini. 

5. Cek informasi terpercaya dari Kementrian Kesehatan

Selain covid19.go.id, Kementerian Kesehatan juga bisa Anda jadikan rujukan untuk


memeriksa kebenaran berita hoax, baik informasi medis maupun sosial. Dalam situs ini,
Anda bisa mengunduh materi edukasi berbentuk PDF yang bisa Anda sebarluaskan
kepada khalayak luas sebagai modal informasi untuk mencegah hoax. Agar tidak
tertinggal informasi terbaru, Anda bisa mengikuti akun Direktorat Promosi Kesehatan
dan Pemberdayaan Masyarakat Kementerian Kesehatan di Instagram, Facebook,
Twitter, maupun YouTube.

6. Cek keaslian foto

Selain berdasarkan narasi, banyak pula berita hoax yang berbentuk berita foto. Untuk
mengecek keasliannya, gunakan Google Images/Google Gambar. Caranya, unduh foto
lalu simpan. Kemudian, masuk ke Google, pilih “Gambar” di bagian kanan atas. Setelah
masuk ke Google Gambar, klik gambar kamera di kolom pencarian, pilih Upload
gambar. Setelah anda mengunggah gambar dari komputer atau ponsel yang telah Anda
simpan sebelumnya, klik Telusuri gambar.  Google akan menampilkan hasil pencarian
berupa foto yang sama dan situs mana saja yang telah memuat foto tersebut. Cara
seperti ini bisa membantu mengidentifikasi foto yang telah diedit atau disalahgunakan
untuk berita yang salah.

Pertama, informasi berupa fakta atau berdasarkan kenyataan di lapangan, yakni 


kejadian nyata; kedua, informasi disampaikan atau pendapat (opini) narasumber
yang dapat dipercaya dengan data yang jelas; ketiga, informasi yang obyektif
atau sesuai dengan keadaan sebenarnya, tidak dibumbui sehingga merugikan
pihak yang diberitakan;  

Artikel ini telah tayang di Jubi.CO.ID -LINK Sumber- https://jubi.co.id/masyarakat-


harus-cerdas-memilih-informasi-yang-benar/

Terakhir adalah melakukan konfirmasi dan pengecekan terhadap fakta;


pastikan bahwa kita sudah melakukan pengecekan ulang berkaitan
dengan fakta yang akan kita bagikan,

DAMPAK HOAX KESEHATAN BAGI MASYARAKAT

Hoax sudah menyebar dan menimbulkan keresahan di masyarakat. Menimbulkan opini


negative bahwa vaksin tidak baik untuk tubuh. Membuat masyarakat takut, Misalya ada
hoax yang bilang kalau vaksin mengandung pengawet yang beracun, padahal faktanya
tidak bgtu, akhirnya masyarakat takut utk divaksin dan akan lebih berisiko utk terknea covid
Sejumlah orang, misalnya,
19 dan akan mengancam kesehatan masyarakat.
menolak divaksin karena diberi tahu vaksin COVID-19 menyebabkan
penerimanya wafat dalam tiga tahun sejak vaksin diberikan. 
Hoax ini akan menimbulkan perpecahan juga diantara masyarakat dimana adanya tim pro
kontra yg akan berselisih paham tentang vaksin
Tidak lagi percaya fakta, karena terlalu banyak berita bohong yang berdedar sehingga
masyarakat jadi suit membedakan mana inforasi palsu dan fakta, jadi masyarakat justru
tidak lagi percaya dengan fakta yg sebenarnya karena terlanjr keiru

Mnghambat kerja dot

risikonya jauh lebih besar apabila tidak divaksinasi,

Baca artikel detikHealth, "Awas! Bahaya Hoaks Bisa Rugikan Program Vaksinasi COVID-19"
selengkapnya https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-5615718/awas-bahaya-hoaks-bisa-rugikan-program-
vaksinasi-covid-19.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Menghadapi Hoaks dengan Literasi Informasi dan Media


Upaya mengatasi hoaks agar terhindar dari informasi yang menyesatkan adalah
dengan mengembangkan kemampuan memilah informasi yang benar. Masyarakat dan
semua tenaga kesehatan harus memiliki kemampuan ini untuk menghadapi hoaks
kesehatan.[10,11]

UNESCO memperkenalkan literasi informasi dan media (information and media


literacy / IML) untuk mengatasi hoaks.  IML adalah kemampuan untuk mengakses
informasi dan media, memahami dan mengevaluasi informasi, serta kritis dalam
menggunakan dan mengkomunikasikan informasi. Di bidang kesehatan, IML
merupakan unsur penting dalam pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan.
[10,11]
Beberapa kegiatan pokok dalam rangka mengembangkan IML dijelaskan di bawah ini.

Memeriksa Fakta
Pemeriksaan fakta dapat mendeteksi informasi yang benar dan yang hoaks atau
disinformasi. Cara pemeriksaan fakta antara lain dengan membandingkan informasi
dengan sumber-sumber valid lainnya, seperti media yang kredibel, sumber pertama,
pihak otoritas, atau dari pihak lain yang dapat diandalkan.[10,11]

Beberapa media massa telah menyediakan layanan bagi masyarakat yang ingin
melakukan pengecekan suatu informasi. Terdapat pula berbagai peranti/aplikasi yang
dapat digunakan untuk pengecekan informasi, termasuk informasi di bidang kesehatan.
[11]

Saat ini, beberapa peranti di Indonesia untuk memverifikasi fakta, seperti stophoax.id
milik Kementerian Komunikasi dan Informatika, serta turnbackhoax.id dan cekfakta.com
yang merupakan kolaborasi antara MAFINDO, Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI),
dan 25 media massa terpercaya. Pada tingkat internasional, terdapat International Fact
Checking Network (IFCN).[11,21,22]
Menggunakan Media yang Kredibel

Hanya menggunakan media yang kredibel atau dapat dipercaya sebagai sumber
informasi merupakan cara yang efektif agar terhindar dari hoaks. Terdapat berbagai
media umum dan khusus tentang kesehatan yang telah diakui reputasinya, sehingga
dapat dijadikan acuan sebagai media yang dapat dipercaya.[10,11,23,24]

Media yang kredibel umumnya menjalankan prinsip kehati-hatian dalam memeriksa


kebenaran informasi yang akan disampaikannya. Informasi yang disajikan selalu akurat
dan proporsional sehingga masyarakat tidak salah dalam menafsirkannya.[23,24]

Lebih jauh lagi, kadang perlu membandingkan informasi dari beberapa media yang
kredibel. Bahkan dapat dilakukan penelusuran hingga ke sumber informasi pertama.
[10,11,23,24]

Menganalisis Informasi dan Media

Makna dari IML adalah mampu secara kritis dan cerdas menganalisis informasi yang
didapat. Tahapan dalam menelaah informasi secara kritis dan cerdas adalah:

 Evaluasi reputasi sumber informasi

 Argumentasikan maksud dan latar belakang yang mendasari informasi


 Pahami informasi dalam konteks yang lebih luas, yaitu membandingkannya dengan
informasi lain terutama bila terjadi pro dan kontra

 Verifikasi dengan seksama dan ambil sikap yang tepat terhadap informasi yang diterima

 Sebelum meneruskan/menyebarkan informasi, pertimbangkan dampak baik manfaat


yang akan muncul [10,11,23,24]

Anda mungkin juga menyukai