Anda di halaman 1dari 9

PERAN GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DALAM PENERAPAN

SISTEM PEMBELAJARAN AKHLAK PADA


PENDIDIKAN INKLUSI DI SLB

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
pada Program Studi Pendidikan Agama Islam (PAI) Jurusan Tarbiyah Dan
Keguruan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Majene

Oleh

NUR ATIKA
NIM : 10156119245

JURUSAN TARBIYAH DAN KEGURUAN


STAIN MAJENE
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat

dan pemerintah, melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan latihan, yang berlangsung

di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar

dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang

akan datang.1 Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003,

tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan Islam ialah segala usaha untuk memelihara dan mengembangkan

fitrah manusia serta sumber daya manusia yang ada padanya menuju terbentuknya

manusia seutuhnya (insan kamil) sesuai dengan norma Islam, tugas guru selain

menyalurkan pengetahuan tapi juga harus dapat mendidik akhlak peserta didik sehingga

selain mecerdaskan tapi juga dapat memunculkan orang-orang yang berbudi luhur

terutama guru pendidikan Agama Islam yang memiliki peranan yang sangat penting

terutama dalam kecerdasan spiritual (Hidayat, 2015).

1
Edi Kuswanto. 2014, PERANAN GURU PAI DALAM PENDIDIKAN AKHLAK DI SEKOLAH, jurnal
kajian pendidikan islam vol.06, No.02
Untuk menjauhkan peserta didik pada hal-hal yang negatif pada dirinya

dibutuhkan seseorang untuk menanamkan akhlak yang baik. Untuk hal ini, orang

pertama yang harus berperan penting dalam menanamkan akhlak adalah keluarga atau

orang tua. Setelah orang tua mampu menanamkan akhlak yang baik pada anak-anaknya,

hendaklah setiap orang tua dan seorang tenaga pendidik mengawasi bagaimana

pergaulan dengan teman-temannya, lingkungan di sekitarnya apakah mendukung untuk

merubah anak mempunyai akhlakul karimah.2

Akhlak merupakan salah satu khazanah intelektual muslim yang kehadirannya

hingga saat ini semakin dirasakan. Secara historis dan teologis akhlak tampil mengawal

dan memandu perjalanan hidup manusia agar selamat dunia dan akhirat. Tidaklah

berlebihan jika misi utama kerasulan Muhammad SAW adalah untuk menyempurnakan

akhlak mulia dan sejarah mencatat bahwa faktor pendukung keberhasilan dakwah beliau

antara lain karena dukungan akhlaknya yang prima.3 sebagaimana firman Allah dalam

surat Al-Ahzab : 21

‫سنَةٌ لِّ َمنْ َكانَ يَ ْر ُجوا هّٰللا َ َوا ْليَ ْو َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْي ًر ۗا‬
َ ‫س َوةٌ َح‬
‫هّٰللا‬
ُ ‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َر‬
ْ ُ‫س ْو ِل ِ ا‬

Artinya : Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik

bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari

Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.

Dalam dunia pendidikan, pendidikan tidak hanya diperoleh bagi mereka dengan

kondisi normal saja, akan tetapi juga bisa diperoleh bagi mereka dengan kondisi-kondisi

2
Nur Ahid, Pendidikan Keluarga Islam Perspektif Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), h. 19.
3
Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. Ke-2, h. 149.
tertentu. Kita mengenalnya sebagai pendidikan inklusif, yakni dimana peserta didik

dengan kebutuhan khusus memperoleh pendidikan yang sama dengan peserta didik

dengan kondisi normal yang ditempatkan dalam satu kelas tanpa adanya perbedaan.4

Amanat hak atas pendidikan bagi penyandang kelainan yang ditetapkan dalam

Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 32

disebutkan bahwa “Pendidikan khusus merupakan penyelenggarakan pendidikan untuk

siswa yang berkebutuhan khusus atau siswa yang memiliki kecerdasan luar biasa yang

diselenggarakan secara inklusif (bergabung dengan sekolah biasa) atau berupa satuan

pendidikan khusus pada tingkat pendidikan dasar dan menengah (dalam bentuk sekolah

luas biasa/SLB)”.

Kondisi kejiwaan anak berkelainan semakin tidak menguntungkan,

ketika lingkungan anak penyandang kelainan, baik lingkungan keluarga dan

masyarakat sekitarnya tidak memberikan respon yang positif dalam menyikapi

kelainan yang dialami oleh anak seringkali menimbulkan masalah bagi

lingkungannya. Kehadirannya secara langsung dan tidak langsung mengundang

berbagai dimensi sikap dan tanggapan lingkungan terhadap anak kondisi berkelainan.

Dalam suatu lembaga pendidikan, sekolah perlu adanya penanaman sikap sosial

terhadap siswanya yang meliputi interaksi sosial, rasa saling memahami,

menghormati, menghargai dan menerima perbedaan di setiap individu. terlebih

4
Lia Utari. 2020, peran guru pendidikan agama islam dalam membina akhlak peserta didik autis, JOEAI
(Journal of Education and Instruction) vol. 03, No. 01
dalam rasa saling menerima perbedaan antara anak yang normal dengan anak yang

berkebutuhan khusus. 5

Berdasarkan uraian di atas, sebagai seorang tenaga pendidik harus mampu

menerapkan sebuah pembelajaran akhlak kepada peserta didik terkhusus dalam

pendidikan inklusif agar tercipta suasana yang harmonis di lingkungan sekolah. Sekolah

inklusi juga memberi manfaat bukan hanya untuk anak yang berkebutuhan khusus,

tetapi juga bagi anak normal untuk lebih memahami, menghargai dan menerima

perbedaan diantara keduanya.

B. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

1. Fokus Penelitian

Dengan beberapa masalah yang telah diuraikan dari latar belakang diatas,

oleh karena iru fokus penelitian ini yaitu penerapan sistem pembelajaran

Akhlak pada pendidikan Inklusi.

2. Deskripsi Fokus

Untuk mengetahui penerapan sistem pembelajaran akhlak pada pendidikan

inklusi, maka dengan ini peneliti ingin mencari tahu bagaimana penerapan

sistem pembelajaran Akhlak pada Pendidikan Inklusi di SLB.

5
Aziz Muzayin. 2021, Peranan Guru Melalui Pendidikan Inklusi Dalam Menanamkan Sikap Sosial
Siswa di SD Negeri 14 Mulyoharjo Pemalang, Jurnal Bashrah, Vol. 01 No. 02
C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka dapat

dirumuskan masalah yang hendak dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

1. Bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam menerapkan sistem

pembelajaran Akhlak pada Pendidikan Inklusi di SLB?

2. Bagaimana penerapan pembelajaran Akhlak pada Pendidikan Inklusi di

SLB?

3. Apa faktor penghambat seorang guru dalam menerapkan sistem

pembelajaran Akhlak pada Pendidikan Inklusi di SLB?

D. Kajian Pustaka

Beberapa penelitian yang relevan dengan judul “peran guru pendidikan agama

islam dalam penerapan sistem pembelajaran akhlak pada Pendidikan inklusi di

SLB” adalah sebagai berikut :

1. Aziz Muzayin dan Farizka Ayu (2021), Peranan guru melalui pendidikan

inklusi dalam menanamkan sikap sosial siswa di sd negeri 14 Mulyoharjo

Pemalang, Jurnal Bashrah, Volume 01 Nomor 02. Dalam jurnal ini

dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui Peranan Guru

Melalui Pendidikan Inklusi dalam Menanamkan Sikap Sosial antara Siswa

yang Berkebutuhan Khusus dengan Siswa yang Normal. Perbedaannya

penelitian kami bertujuan untuk mengetahui Peranan guru dalam penerapan

sistem pembelajaran akhlak pada pendidikan Inklusi.


2. Lia Utari, Kurniawan, Irwan Fathurrochman (2020), Peran guru pendidikan

agama islam dalam membina akhlak peserta didik autis, JOEAI (Journal of

Education and Instruction) Volume 3, Nomor 1. Dalam jurnal ini tujuan

penelitiannya adalah untuk mengetahui peranan penting dari guru pendidikan

Agama Islam dalam mengarahkan dan membimbing akhlak anak autis.

Adapun perbedaanya penelitian kami bertujuan untuk mengetahui

bagaimana penerapan pembelajaran akhlak pada pendidikan inklusi.

3. Rahma Hayati (2022), Sistem pembelajaran dalam membentuk akhlak

santriwati di pondok pesantren ibnu mas’ud putri kecamatan sungai raya

kabupaten hulu sungai selatan. Dalam skripsi ini tujuan penelitiannya adalah

untuk mengetahui pentingnya akhlak dalam membentuk kepribadian

santriwati di pondok pesantren. Adapun perbedaanya penelitian kami

bertujuan untuk mengetahui peranan pentik sistem pembelajaran akhlak yang

diterapkan pada pendidikan inklusi.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bagaimana peran guru Pendidikan Agama Islam dalam

menerapkan sistem pembelajaran Akhlak pada Pendidikan Inklusi di SLB.

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan pembelajaran Akhlak pada

Pendidikan Inklusi di SLB

3. Untuk mengetahui apa faktor penghambat seorang guru dalam menerapkan

sistem pembelajaran Akhlak pada Pendidikan Inklusi di SLB


F. Kegunaan Penelitian

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsi pemikiran bagi

penerapan pembelajaran akhlah terkhusus pada pendidikan inklusi.

2. Secara Praktis

a) Bagi Guru

Hasil Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kemampuan

mengimpelemtasikan Pembelajaran Akhlak terutama dalam

pendidikan Inklusi.

b) Bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dengan adanya Penerapan sistem

pembelajaran Akhlak mampu membentuk sikap menghargai dan

dapat memahami perbedaan dan bisa saling menerima satu sama lain.

c) Bagi peneliti

Hasil penelitian ini dimanfaatkan untuk penambahan pengetahuan,

serta menambah informasi untuk menyusun rancangan penelitian dan

sebagai sarana penerapan teori ke dalam praktik pembelajaran yang

sebenarnya. Selain itu dapat dijadikan sebagai dasar pertimbangan

terkait dengan peran guru Pendidikan Agama Islam dalam penerapan

Sistem pembelajaran Akhlak pada Pendidikan Inklusi di SLB.

Anda mungkin juga menyukai