Oleh :
Adat yang diadatkan adalah kebiasaan yang diadatkan oleh pemimpin maupun
penguasa pada suatu kurun waktu tertentu, dan terus berlaku sampai jika diubah
oleh penguasa berikutnya. Kalau boleh diibaratkan sebagai peraturan
pelaksanaan dari adat yang sebenarnya. Contoh sederhana dari adat yang
diadatkan adalah peringatan mauludan maupun kebiasaan-kebiasaan masyarakat
dalam bulan Ramadhan. Pola penyelenggaraannya boleh berbeda-beda sesuai
potensi masing-masing daerah, namun intinya tidak berubah.
3. Adat yang teradat
Adat yang teradat merupakan consensus bersama yang dirasakan cikup baik
sebagai pedoman bersikap menghadapi suatu masalah atau peristiwa.
Consensus itu dijadikan pegangan bersama, lalu menjadi kebiasaan yang turun
temurun. Kebiasaan-kebiasaan itu berkembang dan terus menemukan bentuknya
menurut tata nilai yang bergeser. Karena itu adat yang teradat ini mungkin saja
bisa berubah-rubah sesuai dengan nilai- nilai yang berkembang kemudian. Adat
yang teradat inilah yang popular kita kenal sebagai tradisi.
Selain itu, ada prinsip yang tidak boleh diganggu oleh orang lain tentang jati
diri tau samawa (orang sumbawa). Prinsip yang dipegang teguh masyakat Sumbawa
adalah
1. Jangan ganggu agama
2. Jangan ganggu keluarganya dalam hal ini wanita
3. Jangan ganggu hartanya
Majelis adat Sumbawa ini memiliki tujuan yang sangat penting karena
mengembalikan nilai-nilai adat istiadat dan hukum adat yang berkembang pada
masa kerajaan Sumbawa beberapa abad yang lalu. Terutama melestarikan dan
mempertahankan budaya local Sumbawa sebagai budaya asli yang berfungsi untuk
menopang ajaran globalisasi sehingga budaya local Sumbawa tetap di gunakan
sebagai pola hidup masyarakat Sumbawa di era globalisasi sekarang ini. Untuk
mengembangkan tujuan majelis adat tersebut memiliki fungsi yang terarah.
Fungsi majelis adat Sumbawa mampu menghimpun segala urusan masyarakat
Sumbawa. Adapun fungsi tersebut, yakni:
1. Menghimpun, merumuskan, menyampaikan dan mempertahankan aspirasi
Tau dan Tana Samawa
Majelis adat samawa dalam menghimpun segala kebutuhan masyarakat
Sumbawa baik kebutuhan ekonomi, sosial, dan budaya dilakukan dengan cara
musyakarah. Selanjutnya aspirasi tersebut akan dirumuskan sesuai dengan
kebutuhan dan efisiensi kinerja majelis adat tana samawa. Sementara dalam
menyampaikan aspirasi tersebut lembaga adat akan menyampaikan kepada
pemerintah daerah untuk ditindak lanjuti untuk menyelesaikan permasalahan
yang muncul, misalnya jika terjadi kasus pelanggaran pidana berat maka
akan dilimpahkan kepada pihak penegak hukum dan aparat kepolisian serta
pengadilan negeri setempat untuk menanganinya. Sementara kalau kasus social
dan asusila maka akan diselesaikan secara kekeluargaan, jika terbukti maka
akan diberikan sanksi adat berupa dikeluarkan dari kampung. Untuk
mempertahankan adat istidat samawa majelis adat berusaha melakukan
sosialisasi kepada masyarakat di tanah Sumbawa secara kontinu.
2. Mendidik, mencerdaskan dan menyadarkan rakyat tentang hak dan
kewajibannya sebagai Tau dan Tana Samawa
Majelis adat Sumbawa memiliki tugas untuk mendidik masyarakat Sumbawa
mulai di tingkat pendidikan dasar hingga pendidikan tertinggi untuk memberikan
pemahaman dan pelatihan tentang hukum adat Sumbawa, adat istiadat dan
budaya sumbawa secara berkala agar masyarakat Sumbawa mengetahui secara
lebih dini. Majelis adat juga membentuk kelompok social sebagai tempat
berkumpul dan menyampaikan aspirasi masyarakat baik masyarakat Sumbawa
yang beretnik bali, etnik sasak, etnik bima, etnik bugis dan lainnya untuk
diberikan pemahaman antara hak dan kewajiban sebagai masyarakat tana
samawa.
3. Sebagai filterisasi budaya asing
Adat istiadat samawa menjadi alat untuk menfilterisasi penguaruh budaya
asing yang masuk pada masyarakat Sumbawa terutama di bidang social, ekonomi,
budaya, dan teknologi informasi. Cara untuk mempertahankan budaya sendiri yaitu
melestarikan budaya, dan perilaku sesuai dengan budaya local dengan berpedoman
pada adat barenti ko syara’ syara’ barenti ko Kitabullah. Sebagai masyarakat
Sumbawa wajib memelihara (memegang teguh) agama, juga memelihara
(memegang teguh) adat, sebagai pedoman hidup dalam berilaku sesuai
perkembangan jawab.
Keberagaman yang dimiliki tau samawa menjadikan Sumbawa sebagai
salah satu daerah yang multicultural tinggi karena memiliki berbagai macam
etnis, budaya, suku, dan agama yang hidup saling berdampingan tanpa saling
bentrok. Untuk menjaga hubungan social antar etnis di tau Samawa, maka majelis
adat Samawa membentuk Paboat (badan pelaksana adat) hubungan antar etnik.
Paboat ini bertugas mengawasi dan menjaga kerukunan umat beragama. Ada 19
etnis yang tersebar diseluruh wilayah Sumbawa, adalah sebagai berikut:
1. Etnis Samawa
2. Etnis Sasak
3. Etnis Mbojo
4. Etnis Bali
5. Etnis minang
6. Etnis Jawa
7. Etnis Madura
8. Etnis Kalimantan
9. Etnis Tionghoa
10. Etnis Bugis
11. Etnis Makassar
12. Etnis Mandar
13. Etnis Papua
14. Etnis Toraja
15. Etnis Sumba
16. Etnis Ambon
17. Etnis Luwu
18. Etnis Bantar
19. Etnis Sunda
KESIMPULAN
Jadi, prinsip hidup masyarakat samawa mengacu pada lawas samawa
yaitu mana tau barang kayu, lamin to sanyaman ate, banan si sanak
parana (meskipun manusia dan benda lainnya, jika mampu memberi
rasa bahagia, itulah saudara kita). Kemudian yang menjadi dasar hukum
adat samawa adalah adat barenti ko syara` ke syara` barenti ko
kitabullah (adat Sumbawa berpedoman pada syariat, syariat yang
berpedoman kepada kitabullah yaitu al-qur`an dan sunnah rasul). Pola
hidup masyarakat Sumbawa sebagai daerah multikultural yaitu
1. toleransi selalu ada pada penduduk asli maupun pendatang;
2. masyarakat pendatang harus tahu diri tentang hukum adat
Sumbawa yang berpinsip pada mana tau barang kayu lamin to
sanyaman ate banan si sanak parana (dia datang dari suku
manapun, ras manapun, etnis manapun, agama manapun jika
mampu memberi rasa bahagia itulah saudara kita);
3. komunikasi harus dijaga antara penduduk asli dengan pendatang;
4. kalau sudah ada di tanah samawa harus meluluhkan dirinya menjadi
orang Sumbawa;
5. toleransi orang sumbawa tinggi dan egaliternya terbuka. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa peran hukum adat Samawa
dapat dijadikan sebagai pedoman hidup masyarakat Indonesia yang
multikultural.