FITRI WAHYUNI
220020301018
Puji syukur kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan inayah
sehingga makalah dengan judul “FILSAFAH, PRINSIP, KARAKTERISTIK DAN
ASUMSI PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN” dapat tersusun hingga
waktunya. Tidak lupa saya mengucapkan terimakasih Prof. Dr. Sapto Haryoko
M.Pd yang telah menyempatkan waktu di sela-sela kesibukan beliau untuk
memberikan sumbangan ilmu maupun pikiran beliau.
Peyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Filsafat Ilmu. Selain itu, makalah ini dibuat bertujuan untuk menambahkan
pengetahuan dan wawasan bagi pembaca.
(FITRI WAHYUNI)
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ...................................................................................................................i
BAB I ....................................................................................................................... 1
BAB II ...................................................................................................................... 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui bagaimaan filsafat Pendidikan Teknologi Kejuruan
2. Untuk Mengetahui apa saja prinsip PTK
3. Mengetahui karakteristik PTK
4. Mengetahui asumsi Pendidikan Teknologi Kejuruan
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
disiplin yang menunjang pelaksanaan pendidikan teknologi kejuruan dalam hal
praktek.
c. Aliran filosofi liberalisme ini menekankan kebebasan individu dalam
pemanfaatan dan pemberdayaan potensi diri dalam pendidikan teknologi dan
kejuruan. Biasanya terdapat kesadaran pribadi terhadap bakat dan potensi
yang dimiliki. Sehingga tanpa paksaan dan dorongan dari orang lain,
seseorang terjun dalam pendidikan teknologi kejuruan, dapat di lihat bahwa
ada upaya pembebasan diri dan peningkatan kualitas diri berdasarkan
kapabilitas dan kemampuan diri sendiri.
d. Aliran fiosofi pragmatism. Dalam proses perkembangan PTK di Indonesia,
terjadi berbagai perubahan filosofis, dimana dapat di lihat dari aliran filosofis
essensialisme, hingga indikasi pergeseran ke aliran filosofis pragmatism,
dalam aliran ini menekankan tentang bagaimana memecahkan suatu masalah
yang di hadapi, dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan pribadi, dalam
peranannya terhadap pendidikan teknologi kejuruan, juga menekankan pada
hal yang bersifat praktis sebagai aktualisasi.
B. Prinsip Pendidikan Teknologi Kejuruan
a. Miller
Dalam kaitan dengan prinsip pengajaran pendidikan kejuruan, Miller juga
memberikan 8 prinsip yaitu:
1. Kesadaran akan karir adalah bagian penting dalam pendidikan kejuruan
khususnya pada proses awal pendidikan itu sendiri.
2. Pendidikan kejuruan merupakan pendikan yang menyeluruh dan
merupakan bagian dari masyarakat (public system).
3. Kurikulum dalam pendidikan kejuruan berdasarkan atas kebutuhan dunia
kerja/ dunia industry.
4. Jabatan atu pekerjaaan dalam kelompok/ keluarga sebagai salah satu
pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan khususnya pada tingkat
menengah.
5. Inovasi merupakan bagian yang sangat ditekankan dalam pendidikan
kejuruan.
6. Seseorang dipersiapkan untuk dapat memasuki dunia kerja melalui
pendidikan kejuruan.
7. Keselamatan kerja merupakan unsure penting dalam pendidikan kejuruan.
4
8. Pengawasan dalam peningkatan pengalaman okupasi/ pekerjaan dapat
dilakukan melalui pendidikan kejuruan.
b. Melvin L. Barlow
Dalam sebuah artikelnya Foundation of Vocational Education dalam
American Vocational Journal (1967), mengemukakan pokok-pokok pikiran
tentang pendidikan vokasi atau kejuruan (Vocational Education). Ada 7
point penting yang dikemukakan, yaitu:
1. Vocational education is a national concern. Pendidikan vokasi adalah
hal penting yang merupakan concern atau kepedulian tingkat nasional.
2. Vocational education provides the common defense and promotes the
general welfare. Pendidikan vokasi yang efektif akan bermanfaat bagi
pertahanan negera (seperti dukungan pada saat kondisi perang), serta
mendukung peningkatan kesejahteraan ekonomi warga negara dan
keluarganya.
3. Vocational preparation of youth and adults is a public school
responsibility. Sekolah publik memainkan peranan penting dalam
menyiapkan generasi muda dan juga warga dewasa untuk
mempersiapkan pekerjaan mereka.
4. education requires a sound basic education. Pendidikan vokasi
memerlukan adanya fondasi dasar yang baik dan kuat dari jenjang
sekolah sebelumnya agar dapat sukses. Hal ini disebabkan makin
tingginya teknologi yang diapakai di berbagai bidang pekerjaan.
5. Vocational Education is planned and conducted in close cooperation
with business and industry. Hal ini adalah fondasi penting keberhasilan
pendidikan vokasi, umumnya melalui komite penasihat (advisory
committee) yang terdiri dari kalangan bisnis dan industri.
6. Vocational education provide the skills and knowledge valuable in the
labor market. Materi pembelajaran ditentukan berdasar analisis
kebutuhan pasar kerja, dibutuhkan juga studi penempatan dan tindak
lanjut terhadap para lulusan agar diketahui bagaimana hasil program
diterima, dimanfaatkan dan dimodifikasi di pasar kerja.
7. Vocational education provides continuing education for youth and
adults. Pendidikan vokasi tidak hanya ada di sekolah, tetapi juga harus
ada di industri dan berbagai program vokasi untuk orang dewasa, hal
5
ini berkontribusi nyata meningkatkan tingkat intelegensia (industrial
intelligence) tenaga kerja. Permasalahan dalam pelatihan ulang
(retraining) dan pembelajaran sepanjang hayat adalah elemen penting
yang membentuk pendidikan vokasi yang kuat.
c. Dr. Charles Allen Prosser
Dalam bukunya Vocational Education in a Democracy Dr. Charles Allen
Prosser (1871-1952), bahwasanya sekolah harus membantu para
siswanya untuk mendapatkan pekerjaan, mempertahankan pekerjaan
tersebut dan terus maju dalam karir. Dr. Charles Allen Prosser yakin bahwa
harus ada sekolah vokasional untuk publik sebagai alternatif terhadap
sekolah umum yang sudah ada. Sekolah vokasional yang dimaksud adalah
sekolah yang menyediakan pelajaran untuk berbagai jenis pekerjaan yang
ada di industri. Dr. Charles Allen Prosser percaya bahwa
pendidikan vokasional di jenjang sekolah menengah atas akan mampu
menjadikan para siswa lebih independen.
Prosser terkenal dengan prinsip-prinsipnya dalam pendidikan vokasional.
Adapun 16 prinsip tersebut terdapat dalam buku "Vocational Education in
a Democracy" (Prosser & Quigley, 1950).
1. The training environment is the working environment itself or a replica
of the working environment. (Pendidikan kejuruan akan efisien jika
lingkungan dimana siswa dilatih merupakan replika lingkungan dimana
nanti ia akan bekerja).
2. The training jobs are carried on in the same way as in the occupation
itself. (Pendidikan kejuruan yang efektif hanya dapat diberikan dimana
tugastugas latihan dilakukan dengan cara, alat dan mesin yang sama
seperti yang ditetapkan di tempat kerja).
3. The trainee is trained specifically in the manipulative habits and thinking
habits required in the occupation itself. (Pendidikan kejuruan akan
efektif jika melatih seseorang dalam kebiasaan berpikir dan bekerja
seperti yang diperlukan dalam pekerjaan itu sendiri).
4. The training helps the trainee to capitalize his interests and abilities to
the highest possible degree. (Pendidikan kejuruan akan efektif jika
dapat memampukan setiap individu memodali minatnya,
pengetahuannya dan keterampilannya pada tingkat yang paling tinggi).
6
5. The training is given to those who need it, want it, and are able to profit
by it. (Pendidikan kejuruan yang efektif untuk setiap profesi, jabatan
atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang
memerlukannya, yang menginginkannya dan yang mendapat untung
darinya).
6. Adequate repetitive training in experiences from the occupation fixes
right habits of doing and thinking to the degree necessary for
employment. (Pendidikan kejuruan akan efektif jika pengalaman latihan
untuk membentuk kebiasaan kerja dan kebiasaan berpikir yang benar
diulangulang sehingga sesuai seperti yang diperlukan dalam pekerjaan
nantinya).
7. The instructor is himself master of the skills and knowledge he teaches.
(Pendidikan kejuruan akan efektif jika gurunya telah mempunyai
pengalaman yang sukses dalam penerapan keterampilan dan
pengetahuan pada operasi dan proses kerja yang akan dilakukan).
8. Training is carried to the point where it gives the trainee a productive
ability with which he can secure employment or hold employment.
(Pada setiap jabatan ada kemampuan minimum yang harus dipunyai
oleh seseorang agar dia tetap dapat bekerja pada jabatan tersebut).
9. Training meets the market demands for labor whatever these may be
in any given occupation.( Pendidikan kejuruan harus memperhatikan
permintaan pasar).
10. Training is given on actual jobs and not in exercises or pseudo jobs
(Proses pembinaan kebiasaan yang efektif pada siswa akan tercapai
jika pelatihan diberikan pada pekerjaan yang nyata).
11. The content of the training which is taught is obtained from masters
from the occupation, not theorists. (Sumber yang dapat dipercaya untuk
mengetahui isi pelatihan pada suatu okupasi tertentu adalah dari
pengalaman para ahli okupasi tersebut).
12. This teaching contents applies so directly and specifically to the
occupation that it has functioning value for this occupation only. (Setiap
pekerjaan mempunyai ciri-ciri isi (body of content) yang berbeda-beda
antara satu dengan yang lain).
7
13. The training needs of any group are met at the time they most require
help and in the way that gives the most help. (Pendidikan kejuruan akan
merupakan layanan sosial yang efisien jika sesuai dengan kebutuhan
seseorang yang memang memerlukan dan memang paling efektif jika
dilakukan lewat pengajaran kejuruan).
14. The particular characteristics of those it serves are considered --both in
methods of instruction and in personal relations with learners.
(Pendidikan kejuruan akan efisien jika metode pengajaran yang
digunakan dan hubungan pribadi dengan peserta didik
mempertimbangkan sifat-sifat peserta didik tersebut).
15. The administration is elastic and fluid. (Administrasi pendidikan
kejuruan akan efisien jika luwes).
16. The funds expended on training are at least sufficient to permit good
training to be done (Pendidikan kejuruan memerlukan biaya tertentu
dan jika tidak terpenuhi maka pendidikan kejuruan tidak boleh
dipaksakan beroperasi).
Pendidikan Teknologi Kejuruan dikatakan efektifapabila lingkungan yang di
hadapi peserta didik berupa kenyataan bukan sekedar ilustrasi di lingkungan
kerja. Demi menciptakan suatu suasana belajar yang terbilang mirip dengan
dunia kerja dan dunia industri dengan menyediakan banyak perlengkapan,
sarana dan prasaran yang memadai. Ketersediaan alat teknologi yang lengkap
akan membrikan pengalaman belajar yang terbilang mirip dengan kondisi di
lapangan sehingga peserta didik bisa berinteraksi langsung dengan dunia
industry, yang telah memiliki kemandirian dan ekahlian kerja sesuai dengan
dunia industry. Sehingga, kerja sama dengan industry sangat diperlukan untuk
mengwujudkan hali tersebut. Misalnya menerima peserta didik untuk:
1. praktek industri yaitu peserta didik melakukan kegiatan belajar di industri
karena tidak tersedianya alat dan bahan di sekolah
2. PSG yaitu pendidikan dual system yaitu peserta didik belajar di industri dan
di sekolah, dan
3. Prakerin yaitu kegiatan belajar/praktek peserta didik yang murni dilakukan
sepenuhnya di industri.
8
Untuk memenuhi tersebut Sarana Prasarana belajar mengajar dan
praktikum di SMK harus berstandar dan selalu mengikuti perkembangan
teknologi sehingga bermafaat bagi peserta didik. Manajemen prasarana dan
sarana sangat diperlukan dalam menunjang tujuan pendidikan yang sekaligus
menunjang pembangunan nasional, oleh karena itu diperlukan pengetahuan
dan pemahaman konseptual yang jelas agar dalam implementasinya tidak
salah arah.
9
Namun proses ini pun diperkiran masih memerlukan waktu yang panjang
karena standar-standar pendidikan yang disusun oleh BSBN (PP No. 19 tahun
2005 pasal 2 ayat 1) belum menampakkan sebgai hasil yang optimal dalam
arti masih perlu diuji coba dan disempurkan.
Demi mengoperasionalkan kebijakan-kebijakan pemerintah dalam hal ini
adalah departemen pendidikan nasional (depdiknas), sehingga setiap satuan
pendidikan terlebih dahulu harus mengembangkan kurikulum dengan
mengacu pada pedoman-pedoman pengembangan KTSP dan kondisi daerah
dimana satuan pendidikan (sekolah) itu berada. Dalam hubungan ini terdapat
sepuluh karakteristik pendidikan teknologi dan kejuruan yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan kurikulum, yakni: 1. Orientasi, 2. Justifikasi,
3. Fokus, 4. Standar. 5. Keberhasilan disekolah, 6. Perindustrian dan
masyarakat, 7. Keterlibatan pemerintah, 8. Responsiveness 9. Logistik dan
pembiayaan.
Untuk memahami pendidikan kejuruan, terlebih dahulu harus memahami
karakteristik pendidkan kejuruan. Walaupun pendidikan kejuruan belum
terpisahkan dari system pendidikan secara keseluruhan, namun tentu
mempunyai kekhususan atau karakteristik tertentu yang membedakan dengan
pendidikan lain. Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi
dan tujuan pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain
yang erat kaitannya dengan perencanaan kurikulum, yaitu:
1. Orientasi pendidikan kejuruan Sebagai suatu sistem pendidikan yang
bertujuan mempersiapkan lulusannya memasuki lapangan kerja, maka
orientasi pendidikan kejuruan haruslah tertuju kepada keberhasilan belajar
berupa output atau lulusannya yang dapat dipasarkan di pasar tenaga
kerja.
2. Justifikasi untuk eksistensinya Untuk mengembangan program pendidikan
kejuruan perlu alasan atau jastifikasi khusus yang ini tidak begitu dirasakan
oleh pendidikan umum. Justifikasi khusus adalah adanya kebutuhan nyata
yang dirasakan tenaga kerja di lapangan kerja atu industri baik jasa
maupun barang.
3. Fokus kurikulumnya Pendidikan kejuruan bukan hanya menekankan pada
aspek skill material saja, tetapi juga menekankan kepada aspek belajar
yang lainnya. Rangsangan dan pengalaman belajar yang disajikan melalui
10
pendidikan kejuruan mencakup rangsangan dan pengalaman belajar yang
mengembangkan domain afektif, kognitif dan psikomotor berikut paduan
integralnya yang siap untuk dipadukan baik pada situasi kerja yang
tersimulasi lewat proses belajar maupun nanti dalam situasi kerja yang
sebenarnya. Ini termasuk sikap kerja dan orientasi nilai yang mendasari
aspirasi, motivasi dan kemampuan kerjanya.
4. Kriteria keberhasilannya Berlainan dengan pendidikan umum, kriteria
untuk menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan kejuruan pada
dasarnya menerapkan 2 kriteria yaitu keberhasilan di sekolah (in school
success) dan out of school succes. Kriteria pertama meliputi aspek
keberhasilan siswa dalam memenuhi persyaratan kurikuler yang sudah
diorientasikan ke persyaratan dunia kerja, sedang kriteria yang kedua
diindikasikan oleh keberhasilan atau penampilan lulusan setelah berada di
dunia kerja yang sebenarnya.
5. Kepekaannya terhadap perkembangan masyarakat Karena komitmen
yang tinggi untuk selalu berorientasi ke dunia kerja, pendidikan kejuruan
mempunya ciri lain berupa kepekaan atau daya suai yang tinggi terhadap
perkembangan masyarakat dan dunia kerja. Perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi pasang surutnya dunia suatu bidang
pekerjaan, inovasi dan penemuan-penemuan baru di bidang produksi
barang dan jasa, semuanya itu sangat besar pengaruhnya terhadap
kecenderungan perkembangan pendidikan kejuruan
6. Perbekalan logistiknya Ditinjau dari segi peralatan belajar, maka untuk
mewujudkan situasi atau pengalaman belajar yang dapat mencerminkan
situasi dunia kerja secara realistis dan edukatif diperlukan banyak
perlengkapan, sarana dan perbekalan logistik yang lain. Bengkel kerja dan
laboratorium adalah kelengkapan umum yang menyertai eksistensi suatu
sekolah kejuruan. Hal ini membuat membuat sekolah kejuruan
membutuhkan biaya yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan sekolah
umum.
7. Hubungannya dengan masyarakat dunia usaha/ dunia industri. Hubungan
lebih jauh dengan masyarakat yang mencakup daya dukung dan daya
serap lingkungan yang sangat penting perannya bagi hidup dan matinya
suatu lembaga pendidikan kejuruan. Perwujudan hubungan timbal balik
11
yang menunjang ini mencakup adanya dewan penasehat kurikulum
kejuruan (curriculum advisory commitee), kesediaan dunia usaha
menampung anak didik sekolah kejuruan dalam program kerjasama yang
memungkinkan kesempatan pengalaman belajar di lapangan.
Meskipun pendidikan kejuruan tidak terpisahkan dari sistim pendidikan secara
keseluruhan, namun sudah barang tentu mempunyai kekhususan atau
karakteristik tertentu yang membedakannya dengan pendidikan yang lain.
Perbedaan ini tidak hanya dalam definisi, struktur organisasi dan tujuan
pendidikannya saja, tetapi juga tercermin dalam aspek-aspek lain yang erat
kaitannya dengan perencanaan kurikulum seperti yang dijelaskan diatas.
D. Asumsi Pendidikan Teknologi Kejuruan
Dalam salah satu jurnal mengatakan bahwa ada 3 asumsi John Thompson
(1973) yang disampaikan dalam bukunya “Foundations of Vocational
Education” mengatakan
1. Pendidikan vokasi. katakan evisien apabila secara ekonomi mampu
mempersiapkan siswanya untuk suatu pekerjaan spesifik dalam
masyarakat berdasarkan kebutuhan tenaga kerja yang real, dimana
pendiidikan vokasi yang telah diprogramkan harus dirancang sesuai
kebutuhan pekerja spsifik yang ada di industry. Tapi di sayangkan masih
banyak sekolah vokasi yang ada di Indonesia tidak sejalan dengan apa
yang sebenarnya menjadi tujuan dibuatnya sekolah vokasi
2. Pendidikan Vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila mampu
menjamin adanya pasokan tenaga kerja untuk wilayah. Perencanaan
pendidikan vokasi haruslah didasarkan prediksi yang baik atas kebutuhan
tenaga kerja suatu daerah. Pendidikan vokasi harus mampu menjadi mitra
sejalan dari pertumbuhan ekonomi
3. Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila para
lulusannya mendapatkan pekerjaan sesuai apa yang dilatih.
Ketidakcocokan adalah hal yang harus dihindari semaksimal mungkin
karena menyalahi prinsip efisiensi ekonomi. Jadi apabila dunia pendidikan
menghasilkan lulusan yang bekerja di bidang yang berbeda dari bidang
yang dipilih saat sekolah, maka pendidikan dikatakan tidak berhasil dan
tidak efisien secara ekonomi.
12
Berdasarkan dari ketiga asumsi yang telah di kemukakan John Thompson
muncul beberapa pertanyaan mendasar terkait asumsi tersebut terhadap
implementasi pendidikan kejuruan yang saat ini diterapkan di Indonesia,
sebagai berikut :
1. Memperjelas asumsi yang dikemukakan John Thompson bahwa
pendidikan vokasi dikatakan efisien jika suatu institusi dapat menciptakan
lingkungan kerja sesuai dengan lingkungan tempat ia akan bekerja
nantinya dan menggunakan metode analisis pekerjaan, baik dari segi
kurikulum dan sarana prasarana struktur organisasi dan manajemen
industri sesuai dengan tempat siswa akan bekerja nantinya. Pendekatan
yang digunakan dalam asumsi ini adalah menggunakan pendekatan to fit.
2. Pendidikan vokasi akan efisien secara ekonomi apabila lulusannya mampu
menjamin tersedianya tenaga kerja bidang tertentu dalam satu wilayah.
Asumsi ini didukung oleh pemerintah dengan menetapkan desentralisasi
pendidikan dan kebijakan otonomi pendidikan. Pendidikan dikatakan
bermutu apabila produk atau hasil dari pendidikan yang diselenggarakan (
ilmu pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang dikuasai siswa) sudah
memenuhi standar yang ditetapkan dalam tujuan pendidikan dan hasil
tersebut sudah sesuai dengan kondisi masyarakat dan lingkungan serta
kebutuhan Sejalan dengan pandangan ini dinyatakan oleh Salmon ( 1987)
bahwa suatu program atau lembaga pendidikan disebut memiliki mutu
yang lebih tinggi apabila program atau lembaga tersebut memiliki dampak
positif yang lebih besar terhadap siswa dan masyarakat secara umum.
3. Pendidikan vokasi bisa dikatakan efisien secara ekonomi apabila para
lulusannya mendapatkan pekerjaan sesuai apa yang dilatih. Ketersesuaian
pendidikan SMK sangat sulit direalisasikan dikarenakan terdapat
kesalahan bahkan ketidaksesuaian filosofi pembentukan SMK dan
tujuannya.
4. Vokosi dapat mengembangkan tenaga kerja yang marketable
PTK yang merupakan salah satu institusi yang menyiapka tenaga kerja
dituntut mampu menghasilkan lulusan sebagaimana yang diharapkan oleh
sekolah, masyarakat dan dunia industri. Tenaga kerja yang dibutuhkan
adalah tenaga kerja yang memiliki kompetensi sesuai dengan bidangnya,
memiliki adaptasi dan daya saing yang tinggi. Untuk dapat
13
mengembangkan tenaga kerja yang dapat bersaing di pasar industri, maka
perlu pengembangan kurikulum yang disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan industri, yang didukung oleh sarana dan prasarana praktikum
yang memadai.
5. PTK didesain untuk menguasai keterampilan dasar yang essensial untuk
dapat berkompetensi di DUDI.
6. Tidak ada dualisme antara Pendidikan kejuruan dan pendidikan umum.
Dapat dikatakan Dualisme pendidikan kejuruan adalah mengarahkan
peserta didik dalam pencapaian kompetensi/ skill untuk menjadi tenaga
kerja siap pakai, dilain pihak menuntut peserta didik dapat menguasai
pelajaran umum untuk dapat melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Dualisme pendidikan akan memberikan kebebasan kepada peserta didik
dalam menentukan menentukan pilihan, apakah akan melanjutkan ke
pendidikan tinggi ataukah langsung terjun di dunia kerja. Konsekwensinya,
penataan pendidikan di sekolah kejuruan seimbang antara antara
pelajaran kejuruan dengan pelajaran umum. Dalam artian tujuan
pendidikan kejuruan tibdaklah focus, Bahkan jam pelajaran umum
cenderung lebih banyak dari jam pelajaran kejuruan. Hal ini dapat
membuat orang berasumsi bahwa apa bedanya SMK dengan SMU yang
dibekali dengan muatan local. Oleh karena itu, sebaiknya pendidikan
kejuruan lebih berfokus kepada pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya
adalah memproduksi peserta didik siswi yang siap bekerja yang memiliki
keahlian khusus di bidang tertentu. Dalam penyelenggaraan pendidikan
kejuruan, baik swasta maupun pemerintah semestinya pendidikan
kejuruan memiliki konsekuensi investasi lebih besar daripada pendidikan
umum. Di samping itu, hasil pendidikan kejuruan seharusnya memiliki
peluang tingkat balikan (rate of return) lebih cepat dibandingkan dengan
pendidikan umum. Kondisi tersebut dimungkinkan karena tujuan dan isi
pendidikan kejuruan dirancang sejalan dengan perkembangan
masyarakat, baik menyangkut tugas-tugas pekerjaan maupun
pengembangan karir peserta didik.
7. PTK didesain berbasis masafe konomi oleh kanena itu sangat berperan
dan pertumbuhan ekonomi nasional.
14
Lulusan SMK memiliki kemampuan pengetahuan dan keterampilan/ life
skill yang dapat membawanya ke kehidupan yang lebih baik yaitu
memperoleh pekerjaan pada industry atau mendirikan usaha mandiri untuk
menghasilkan uang. Tenaga terampil yang dicetak oleh SMK merupakan
investasi besar dalam mengembangkan perekonomian bangsa. PTK
seharusnya dievaluasi berdasarkan efisiensi ekonomi, relevansi dan
kecepatan mendapatkan pekerjaan.
8. PTK hendaknya diarahkan memenuhi tenaga kerja dilingkungannya
Saat ingin memenuhi tenaga kerja dilingkungan/ daerah sendiri,
Seharusnya pemerintah daerah dengan kekuasaan otonominya
mengetahui dengan pasti apa keunggulan daerahnya. Berdasarkan produk
keunggulan daerahnya, maka dibangun kompetensi sumber daya
manusianya. Di Papua yang kaya emas dan juga kayunya, dibangun
komptensi keahlian emas dan kayu. Dengan demikian terbentuk suatu
keahlian yang khusus, unik dan berbeda antara satu daerah dengan
daerah lainnya. Jika selama ini kita masih sibuk menghabiskan anggaran
untuk membangun infra struktur, misalnya gedung, sekolah dan
perlengkapannya atau mengundang investor membangun industri di
daerah. Maka sudah saatnya investasi kita arahkan untuk pembangunan
sumber daya manusianya dulu. Sudah saatnya kita bekerjasama
membangun kompetensi unggulan daerah. Untuk mencetak tenaga ahli
elektronik, berikan anggaran kepada Panasonic Gobel misalnya untuk
memperkuat lembaga pelatihan elektronik yang selama ini hanya untuk
melayani kebutuhan internal.
9. PTK di tingkat pendidikan menegah bertujuan untuk mempersiapkan
tenaga kerja pemula
Negara lain yang sudah maju masih terdapat juga masalah “link and Match”
antara keluaran dari pendidikan dengan kebutuhan dunia industri. Bedanya
setiap tahun besarnya “gap” itu semakin diperkecil dengan selalu
mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikannya. Jepang saja
sebagai negara industri yang sangat maju masih ada “mis-match” dalam
penempatan tenaga kerjanya.Hal ini diatasi dengan memberikan
kesempatan bagi pencari kerja angkatan muda untuk melaksanakan
program magang. Dengan magang di industri atau di UKM (Usaha Kecil
15
Menengah), dan mendapatkan uang saku yang memadai, maka
ketrampilan bekerja seseorang menjadi meningkat.
10. PTK adalah system pendidikan untuk menata system perekonomian
nasional.
Diketahui Pendidikan kejuruan merupakan upaya mewujudkan peserta
didik menjadi manusia produktif, untuk mengisi kebutuhan terhadap peran-
peran yang berkaitan dengan peningkatan nilai tambah ekonomi
masyarakat. Dalam kerangka ini, dapat dikatakan bahwa lulusan
pendidikan kejuruan seharusnya memiliki nilai ekonomi lebih cepat
dibandingkan pendidikan umum. Penyiapan manusia untuk bekerja bukan
berarti menganggap manusia semata mata sebagai factor produksi karena
pembangumnan ekonomi memerlukan kesadaran sebagai warga ne gara
yang baik dan bertanggung jawab serta produktif. Semakin tinggi kwalitas
pendidikan dan pelatihan seseorang, akan semakin produktif orang
tersebut, sehingga dapat meningkatkan produktivitas nasional dan
meningkatkan daya saing tenaga kerja di pasar global.
16
BAB IV
KESIMPULAN
17
DAFTAR PUSTAKA
Djatmika,Wahju.,Budi.,Putu.,Hamidah.,Widarto.(2013).Modul Pendidikan
Teknologi Kejuruan. Yogyakarta.
iii