Anda di halaman 1dari 2

Untukmu, Anak HMI

Anak HMI, belajarlah dengan baik. Rajin membaca dan perbanyaklah diskusi. Sesekali tuangkan
pikiranmu dalam sebuah konsep yang utuh, buatlah artikel dan masukan ke media massa. Agar
pikiran liarmu tersalurkan dalam wadah yang tepat. Bukan hanya di medsos yg kebenaranya hanya
10% menurut para Ahli.

Anak HMI, janganlah suka marah-marah, apalagi marah yg tidak Ilmiah. Sebab senang marah adalah
perilaku ketidakmatangan dalam berpengetahuan, ciri-ciri orang lemah akal. Miskin sudut pandang.
Janganlah marahmu hanya kau tampakan di dunia maya, tapi takut di ruang nyata. Kemarahanmu
harus di uji publik.

Anak HMI, jika engkau berbeda bacaan dan pandangan dengan orang lain, sampaikanlah itu secara
jagoan. Kritik dia, dan tujukan langsung pada orangnya. Ajaklah dia berdiskusi dalam kolomnya.
Jangan sembunyi, seakan-akan lagi marah. Padahal marahnya seakan-akan. Namun, jika engkau
takut berargumentasi, simpanlah kembali marah-marahmu itu, perbanyak lagi membaca. Sebab Ilmu
dan Pengetahuan tak sesempit apa yang kamu fikirkan. Marahmu akan semakin ilmiah, jika otakmu
berbobot.

Anak HMI, belajarlah utk terbuka, jangan tertutup dan merasa paling benar. Jika engkau sudah
menyumbat pikiranmu dengan frasa dia salah dan saya paling benar, maka sama saja engkau tidak
pernah meresapi doktrin KeHMIan "Bebas, Merdeka dan Terbuka" atau mungkin, teks NDP tak
pernah engkau baca sama sekali. Sehingga dikau seperti hewan yg kehilangan habitatnya. Terasing
dari kerumunan. Tertutup dan cepat puas diri.

Anak HMI, jika engkau baru belajar berdialektika, maka perbanyaklah bertanya dan mencari, bukan
mencukupi dirimu dengan bacaan yg bisa saja engkau sendiri tidak memahaminya. Engkau
menisbatkan diri sebagai paling benar, tapi tak pandai menunjukan bangunan teoritik yang baik.
Terlihat, engkau masih miskin bacaan, namun merasa sudah sangat pandai.

Anak HMI, jika dirimu masih panas-panasnya belajar di kampus, jangan dulu mencari "musuh",
apalagi musuh intelektual yang tak pernah engkau kenal. Lihatlah dirimu yg masih sangat rapuh.
Emosimu juga belum bisa engkau atur. Jangan melompat terlalu jauh, sebab sangat sakit jika jatuh
tanpa pegangan.
Anak HMI, belajarlah menjadi bijak, sebab orang yang pandai tak akan gampang berkata kasar.
Orang yang mapan ilmunya tak mudah mengeluarkan makian. Sementara engkau, menurutku sangat
tidak pandai. Kepandaianmu hanya mengutip dan mengutuk orang-orang yang berbeda. Engkau
mudah termakan provokasi arus global. Tanpa paham susunan strategi politik global. Engkau suka
berbicara tentang "The War of Blood", jihad, darah dan surga. Namun lupa, bahwa perang era ini
telah menjadi "The War Without Blood", perang teknologi, pemikiran dan asimetris. Sekali lagi,
kemarahan tanpa nalar intelektualmu itu memperlihatkan engkau jarang membaca. Pengetahuanmu
sangat lemah.

Anak HMI, perbedaan itu rahmat Tuhan dan Sunnahnya Nabi. Jangan takut dengan perbedaan.
Sebab... Tuhan tidak "ndeso" untuk melemparkan orang ke neraka hanya karena berbeda pikiran.
Namun juga, Tuhan tak mungkin gampang memasukanmu ke Surga, jika kegemaranmu adalah
mengkafirkan kelompok lain.

Anak HMI, proses berHMImu masih panjang. Engkau masih sangat "unyu-unyu" pada level
pengkaderan. Jangan dulu mati seperti Santoso, sebab tidak mungkin Tuhan akan berpihak kepada
golongan yang banyak menyusahkan manusia, menyebar teror dan ketakutan. Surga tidak mungkin
akan terbuka untuk para peminum darah manusia. Tapi jika engkau ingin mati seperti Santoso,
silahkan. Jadilah Teroris, "berjihadlah" di Suriah atau di Palestina, agar libido "Syahidmu" cepat
klimaks. Agar engkau cepat bertemu "tuhanmu".

Anak HMI, hanya Allah yg tahu, mana yg haq dan bathil. Bukan manusia yang baru belajar membaca.
Terlampau lucu jadinya. Bukalah pikiranmu, agar kebenaran tidak tunggal dalam otakmu. Atau jika
engkau ingin terbuka, bacalah buku Cak Nur; Islam, doktrin dan peradaban atau Catatan Ahmad
Wahib; Pergolakan Pemikiran Islam, agar nalarmu yg eksklusif itu bisa diinklusifkan. Sehingga dirimu
tau apa arti pluralitas berAgama serta esensi ajaran Islam yg Rahmatann lil Alamiin. Disitulah posisi
kita, Anak HMI. Wallahualam.

#HanyauntukKaderHMI

#DilarangPuasDiri

#TeruslahBelajar

#YakiniUsahakanSampai

Anda mungkin juga menyukai