Anda di halaman 1dari 5

Nama : Jeri

Prodi : Sistem Informasi

Nim : 202204010

Makul : Pengantar Filsafat dan Logika

Dosen : P. Pasalis Nores CP, Lic.Sac.Li


PEMIKIRAN ARISTOTELS

Pemikiran Aristoteles berkembang dalam tiga tahapan, pertama ketika ia masih


belajar di Akademi Plato ketika gagasannya masih dekat dengan gurunya tersebut,
kemudian ketika ia memimpin akademi Lyceum, dan yang terakhir pada waktu ia
mengungsi ke daerah Yunani utara, di tempat kelahirannya Selama memimpin Lyceum,
ia menerbitkan enam karya tulis yang membahas masalah logika, yang dianggap
sebagai karya-karyanya yang paling penting, selain kontribusinya di bidang metafisika,
fisika, etika, politik, ilmu kedokteran, ilmu alam dan karya seni. Memang ciri khas
kebudayaan Yunani, yang selalu ingin mengubah ketidakteraturan menjadi
keberaturan, menerapkan keberaturan buatan manusia ke dalam dunia alami yang
kacau. Aristoteles juga berusaha membuat keberaturan dalam sistem pemerintahan. Ia
menciptakan sistem klasifikasi monarki, oligarki, tirani, demokrasi dan republik, yang
masih dipakai hingga sekarang. Di bidang ilmu pengetahuan alam, ia merupakan orang
pertama yang mengelompokkan dan mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara
sistematis. Observasinya ini termasuk suatu bentuk dari keberaturan yang ia ciptakan
untuk menggambarkan hukum alam dan keseimbangan pada alam, yaitu metabolisme,
perubahan suhu, pemrosesan informasi, embriogenesis, dan pewarisan sifat. Hingga
kini, Metode Aristoteles digunakan oleh ahli biologi moderen ketika menjelajahi
wilayah baru, yaitu dengan mengumpulkan data secara sistematis, menemukan pola,
dan membuat kesimpulan dari penjelasan kausal yang mungkin saja terjadi.
Berlawanan dengan Plato, yang menyatakan teori tentang bentuk-bentuk ideal benda,
Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa bentuk karena ia ada
(eksis). Pemikiran lainnya adalah tentang gerak, ia selalu mengatakan bahwa semua
benda bergerak menuju satu tujuan. Karena benda tidak dapat bergerak dengan
sendirinya, maka harus ada penggerak. Penggerak itu harus mempunyai penggerak
lainnya, hingga tiba pada penggerak pertama yang tak bergerak, yang kemudian
disebut dengan theos, yaitu Tuhan dalam pengertian Bahasa Yunani.
Teori dan Pemikiran Aristoteles yang hingga saat ini masih menjadi persoalan hinga
Sepanjang sejarah, Pemikiran yang dipersoalkan adalah tentang biologi. para ahli
mengemukakan pendapat serta melakukan percobaan untuk membuktikan pendapatnya.
Perkembangan teori asal usul kehidupan dapat disimak sebagai berikut.

A. Teori Abiogenesis

Teori ini menyatakan bahwa makhluk hidup berasal dari komponen abiotik (benda mati)
atau dengan kata lain makhluk hidup ada dengan sendirinya. Teori ini disebut juga
dengan “Generatio Spontanea” dan dicetuskan oleh Aristoteles pada 384 – 322 SM. Ia
melakukan percobaan dengan tanah yang direndam, kemudian muncul cacing dari tanah
tersebut.

Teori abiogenesis diyakini hingga abad ke 17. Beberapa ahli yang mendukung teori
Aristoteles adalah Needham dan Antonie van Leeuwenhoek. Needham melakukan
percobaan menggunakan kaldu yang telah direbus dan kemudian dimasukkan ke dalam
wadah dan di tutup dengan gabus, setelah didiamkan beberapa hari terdapat bakteri
dalam kaldu. Antonie van Leeuwenhoek melakukan percobaan dengan menggunakan air
rendaman jerami, Ia menemukan mikroorganisme pada air tersebut.

B. Teori Biogenesis

Teori biogenesis merupakan lawan dari teori abiogenesis. Teori ini menyatakan bahwa
makhluk hidup berasal dari makhluk hidup. Kemunculan teori biogenesis disebabkan
karena para ahli yang memiliki pandangan yang berbeda dengan teori abiogenesis.
Beberapa ahli yang mendukung teori ini adalah Francesco Redi, Lazzaro Spalanzani, dan
Louis Pasteur.

Francesco Redi adalah orang pertama yang menyangkal teori abiogenesis. Ia melakukan


percobaan dengan menggunakan 2 toples yang masing-masing berisi sepotong daging.
Satu toples dibiarkan terbuka sedangkan yang lain tertutup, hasilnya toples yang tidak
tertutup mempunyai larva sedangkan yang tidak tertutup tidak ada larva. Ia
menyimpulkan larva tersebut berasal dari lalat yang hinggap ke daging dalam toples
yang terbuka. Ia pun memodifikasi percobaannya dengan menggunakan kain kasa
sebagai ganti tutup toples setelah mendapat komentar dari pendukung teori abiogenesis
yang beranggapan makhluk hidup tidak dapat tumbuh dalam toples tertutup karena tidak
ada udara. Hasilnya daging tersebut membusuk namun tidak ada larva.
Lazzaro Spalanzani mengulangi percobaan Needham. Ia merebus kaldu lalu
memasukkannya ke dua wadah. Wadah yang satu di tutup sedangkan yang lain tidak.
Hasilnya kaldu yang dibiarkan terbuka berubah menjadi keruh dan berbau busuk yang
menandakan adanya mikroorganisme, sedangkan kaldu yang ditutup tetap bening. Dari
percobaan ini, ia menyimpulkan makhluk hidup berasal dari makhluk hidup, bukan
benda mati.

Louis Pasteur menyempurnakan percobaan Lazzaro Spalanzani. Ia mengganti wadah


yang digunakan Lazzara Spalanzani dengan tabung labu berleher panjang. Tabung labu
berleher panjang tersebut memungkinkan udara tetap masuk namun mikroorganisme
tidak dapat masuk karena terhalang uap air pada pipa leher. Setelah beberapa hari, air
kaldu tetap bening, namun jika dimiringkan hingga mencapai pipa, kaldu terkontaminasi
mikroorganisme lalu membusuk. Percobaan ini pun mematahkan teori abiogenesis.

Biologi Aristoteles adalah teori biologi, didasarkan pada pengamatan dan


pengumpulan data sistematis, yang terutama zoologis, yang diwujudkan dalam buku-
buku Aristoteles tentang sains. Banyak pengamatannya dilakukan selama ia tinggal di
pulau Lesbos, termasuk terutama uraiannya tentang biologi kelautan di laguna Pyrrha,
sekarang Teluk Kalloni. Teorinya didasarkan pada konsep bentuknya, yang berasal dari
tetapi tidak seperti teori Plato tentang Bentuk.

Teori ini menjelaskan lima proses biologis utama, yaitu metabolisme, pengaturan


suhu, pemrosesan informasi, embriogenesis, dan pewarisan. Masing-masing
didefinisikan secara rinci, dalam beberapa kasus cukup untuk memungkinkan ahli
biologi modern untuk membuat model matematika dari mekanisme yang dijelaskan.
Metode Aristoteles juga mirip dengan gaya sains yang digunakan oleh ahli biologi
modern ketika menjelajahi area baru, dengan pengumpulan data yang sistematis,
penemuan pola, dan kesimpulan dari penjelasan kausal yang mungkin dari ini. Dia
tidak melakukan eksperimen dalam pengertian modern, tetapi melakukan pengamatan
terhadap hewan hidup dan melakukan pembedahan. Dia menyebutkan sekitar 500
spesies burung, mamalia, dan ikan; dan dia membedakan lusinan serangga dan
invertebrata lainnya. Dia menjelaskan anatomi internal lebih dari seratus hewan, dan
membedah sekitar 35 dari hewan ini.

Tulisan-tulisan Aristoteles tentang biologi, yang pertama dalam sejarah sains, tersebar


di beberapa buku, membentuk sekitar seperempat tulisannya yang bertahan. Teks
biologinya yang utama adalah Sejarah Hewan, Generasi Hewan, Pergerakan
Hewan, Perkembangan Hewan, Bagian-Bagian Hewan, dan Mengenai Jiwa, serta
gambar dari Anatomi yang hilang yang menyertai Sejarah.

Terlepas dari muridnya, Theophrastus, yang menulis Penyelidikan ke dalam


Tumbuhan, tidak ada penelitian dengan lingkup yang sebanding yang dilakukan
di Yunani kuno, meskipun kedokteran Helenistik di Mesir melanjutkan penyelidikan
Aristoteles ke dalam mekanisme tubuh manusia. Biologi Aristoteles berpengaruh di
dunia Islam abad pertengahan. Terjemahan versi bahasa Arab dan komentar-komentar
ke bahasa Latin membawa pengetahuan tentang Aristoteles kembali ke Eropa, tetapi
satu-satunya karya biologis yang diajarkan secara luas di universitas-universitas abad
pertengahan adalah Mengenai Jiwa. Asosiasi karyanya dengan skolastikisme abad
pertengahan, serta kesalahan dalam teorinya, menyebabkan para ilmuwan Modern
Awal seperti Galileo dan William Harvey menolak Aristoteles. Kritik atas
kesalahannya dan laporan-laporan tangan-keduanya terus berlanjut selama berabad-
abad. Dia telah diterima dengan lebih baik di kalangan ahli zoologi, dan beberapa
pengamatannya yang lama diejek dalam biologi kelautan telah ditemukan di zaman
modern untuk menjadi kenyataan.

  Aristoteles mengajarkan bahwa manusia mempunyai kebebasan pilihan, tetapi ia


tidak membuat suatu perbedaan tajam (jelas) antara kebebasan dan kerelaan. Dalam
etikanya tujuan hidup manusia dilukiskan sebagai kebahagiaan yang dapat dicapai
dalam kontemplasi (perenungan) tentang kebenaran

Anda mungkin juga menyukai