Makalah Sayang
Makalah Sayang
Oleh
Kelompok 11:
Almunandar (4032019059)
Dosen Pengampu
Zulfa Eliza., M. Si
Dalam menyelesaikan makalah ini, kami mendapatkan begitu banyak bimbingan dari
berbagai pihak, untuk itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada siapa saja yang
membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat
memberikan manfaat dalam segala bentuk belajar mengajar,sehingga dapat mempermudah
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Namun makalah ini masih belum sempurna, oleh
karena itu kami mengharap kritik dan sarannya yang akan menjadikan makalah ini lebih baik.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................1
A.Latar Belakang................................................................................................................................1
B.Rumusan Masalah...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................................................2
A. Konsep Harga Abu Yusuf..............................................................................................................2
B. Proses evolusi pasar menurut Al-Ghazali.....................................................................................5
C. Konsep permintaan,penawaran, harga dan laba menurut Al-Ghazali......................................6
D. Mekanisme pasar menurut Ibnu Tamiyah...................................................................................7
E. Pandangan Ibnu Khaldum tentang pasar dan harga...................................................................9
BAB III PENUTUP...........................................................................................................................12
A. Kesimpulan............................................................................................................................12
B. Saran.......................................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Laba merupakan suatu konsep yang memiliki berbagai sudut pandang, tergantung dari
siapa yang menilai dan bagaimana tujuan penilaiannya terhadap hal tersebut. Laba merupakan
selisih lebih antara pendapatan danbeban yang timbul dalam kegiatan utama diperusahaan
atau perdagangan selama suatu periode tertentu. Dan diantara tujuan dagang yang terpenting
dalam dunia perdagangan ialah mencari laba, yang merupakan cermin dari pertumbuhan
harta. Sementara laba didapat dari selisih antara pendapatan dan biaya. Untuk hal tersebut,
maka pengertian pendapatan dan biaya sangat perlu difahami oleh pengambil keputusan
Suatu perdagangan dapat dikatakan memperoleh laba apabila pedagang dapat menjual
barang dagangannya dengan nilai yang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan untuk
memperoleh barang dagangan yang bersangkutan. Laba merupakan elemen yang menjadi
perhatian serius karena angka laba diharapkan mampu untuk merepresentasikan kinerja dari
perdagangan atau perusahaan secara keseluruhan.
B.Rumusan Masalah
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Harga Abu Yusuf
Abu Yusuf merupakan salah satu ulama yang menentang penetapan harga yang di
lakukan oleh pemmerintah. Ini berdarsarkan hadist Nabi yang menjelaskan bahwa tinggi-
rendahnya hatga merupakan ketentuan Allah yang tidak boleh di campuri.
Selain itu Abu yusuf tercatat sebagai salah satu ulama yang paling awal menyinggung
mekanisme pasar. Beliau memperhatikan peningkatan dan penurunan produksi dalam
kaitannya dengan perubahan harga.beliau mengatakan dalan kitab al-Kharaj: ”tidak ada
batasan tertentu tentang murah dan mahal yang tidak dapat di pastikan .Hal tersebut ada
yang mengatur nya prinsipnya tidak dapat di ketahui.Murah bukan karena melimpahnya
makanan,demikian juga mahal tidak disebabkan kelangkaan makanan.Murah dan mahal
adalah ketentuan Allah.Kadang-kadang makanan berlimpah tetapi mahal dan kadang-
kadang makanan sangat sedikit tetapi murah.
Dari pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa Abu yusuf membantah pendapat
umum tentang hubungan terbalik antara penawaran dan harga.Pada kenyataan nya,
penawaran tidak tergantung pada pada penawaran saja, tetapi juga pada kekuatan penawaran
atau daya beli .oleh kareanitu,peningkatan dan penurunan harga tidak selalu sehubungan
dengan penurunan atau peningkatan produksi .Abu yusuf menegaskan bahwa ada variabel
lain yang mempengaruhi,tetapi variabel tersebut tidak dijelaskan secara rinci.Bisa jadi
variabel tersebut adalah pergeseran dalam permintaan atau jumlah uang yang beredar dalam
suatu negara,atau peninbunan dan penadahan barang,atau semua hal tersebut.
Fonemena yang terjadi pada masa itu adalah pada saat terjadi kelangkaan barang
maka harga akan cenderung tinggi,sedangkan jika ketika persediaan barang melimpah maka
harga akan cenderung lebih rendah. Kenaikan dan penurunan harga yang berbanding terbalik
dengan jumlah persediaan barang selanjutnya dapat dijelaskan dalam grafik sebagai berikut :
2
PI dan P2 menunjukkan tinggi rendahnya harga (price), sedangkan Q1 dan Q2
menunjukkan jumlah persediaan barang atau komoditas ekonomi (qwantity). Sesuai dengan
teori permintaan, jika P naik maka Q turun, begitu pula sebaliknya, jika P turun maka Q naik.
Dari skema tersebut dapat disimpulkan bahwa jika harga komoditas naik maka akan direspon
dengan penurunan jumlah komoditas yang dibeli. Begitu pula sebaliknya jika harga
komoditas turun, maka akan direspon oleh konsumen dengan meningkatkan jumlah komoditi
tersebut.
Hal inilah yang kemudian dikritis oleh Abu Yusuf yang menyatakan bahwa jika
kadang-kadang makanan berlimpah tetapi harga tetap tinggi, dan kadang-kadang jumlah
makanan sedikit tetapi harganya tetap murah. Abu Yusuf menyangkal pendapat umum
tentang hubungan terbalik antara persediaan barang dengan harga karena pada kenyataannya
harga tidak tergantung pada permintaan saja, tetapi juga tergantung pada kekuatan
penawaran. Jika jumlah barang banyak dengan daya beli masyrakat yang tinggi pula maka
harga juga akan mengalami kenaikan. Begitu juga sebaliknya, jika persediaan sedikit tetapi
daya beli masyarakat rendah maka harga juga akan mengalami penurunan.
3
Dalam hukum penawaran, dikatakan bahwa hubungan antara harga dengan banyaknya
komunitas yang ditawarkan mempunyai kemiripan positif. Bila harga komunitas naik maka
pasar akan merespon dengan menambah jumlah komunitas yang ditawarkan tersebut. Begitu
juga sebaliknya jika harga komoditas turun, maka akan direspon dengan pengurangan jumlah
komoditas yang ditawarkan. Pendapat Yusuf tentang hubungan harga dengan jumlah
permintaan dapat diformulasikan sebagai berikut :
D = Q = f (p)
Abu Yusuf memang dia secara rinci menyebutkan sebab sebab naik atau turunnya
suatu harga komoditas. Beliau hanya membantah bahwa harga barang tidak selalu
dipengaruhi oleh ketersediaan barang di pasar. Karya karya beliau juga tidak pernah
menyinggung masalah ini, sehingga tidak dapat disimpulkan secara pasti apa alasan beliau
mengemukakan pendapatnya tersebut.
Berkaitan dengan kenaikan atau penurunan harga komoditas di pasaran, bahwa tidak
hanya dipengaruhi oleh jumlah permintaan saja, dapat digunakan teori penawaran. Dalam hal
ini kenaikan dan penurunan harga komunitas, tidak hanya dipengaruhi oleh ketersediaan
barang tetapi juga dipengaruhi oleh kekuatan penawaran. Ini dapat diformulasikan secara
sederhana dalam rumus sebagai berikut :
S = Q = f (p)
Dalam hal ini, pengaruh harga terhadap jumlah permintaan suatu komoditi adalah
positif. Jika harga suatu komoditi mengalami kenaikan maka permintaan juga akan
mengalami kenaikan begitu pula sebaliknya jika harga turun, maka permintaan juga
mengalami penurunan. Dengan demikian maka hukum Penawaran adalah jika harga naik
maka akan direspon dengan penambahan jumlah komoditi yang ditawarkan, sebaliknya juga
4
jika harga komuniti turun maka akan direspon dengan penurunan jumlah komoditi yang akan
ditawarkan1(Muhammad Achid Nurseha 2018).
Al Ghazali dikenal sebagai seorang ahli Tasawuf Kenamaan dengan segala pemikiran
pemikiran yang tajam dan cerdas. Namun, selain berbicara tentang Tasawuf, Algazali pun
juga mulai memikirkan tentang suatu konsep pasar yang terjadi dalam kegiatan ekonomi
masyarakat.
Salah satu teori Algazali mengenai pasar yang cukup populer adalah teori proses
evolusi pasar Algazali. Pandangan Algazali mengenai pasar ini ditulis secara rinci. Ia
mengungkapkan tentang peranan aktivitas perdagangan serta timbulnya pasar ini, harganya
bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran.
Al Ghazali memandang bahwa pasar merupakan bagian dan keteraturan alami atau
natural order. Pandangan bahwa pasar sebagai keteraturan alami inilah yang membuatnya
memiliki apresiasi mendalam terkait pasar.
Dari bukunya ihya' Ulum alDin,Al Ghazali menyatakan tentang teori pasar ini sebagai
berikut
“Dapat saja bertahan hidup di mana mana alat alat pertanian tidak tersedia. Sebaiknya
pandai besi dan tukang kayu hidup di mana lahan pertanian tidak ada. Namun secara alami
mereka akan saling memenuhi kebutuhan masing masing. Dapat pula terjadi tukang kayu
membutuhkan makanan, tetapi petani tidak membutuhkan alat alat tersebut atau sebaliknya.
Keadaan ini menimbulkan masalah. Oleh karena itu, secara alami pulang orang akan
terdorong untuk menyediakan tempat penyimpanan alat alat di satu pihak dan tempat
penyimpanan hasil pertanian di pihak lain.
Tempat inilah yang kemudian didatangi pembeli sesuai kebutuhan nya masing masing
sehingga terbentuk lah pasar. Petani, tukang kayu, dan pandai besi yang tidak dapat
langsung melakukan barter, juga terdorong pergi ke pasar ini. Bila di pasar juga tidak
ditemukan orang yang mau melakukan barter, ia akan menjual kepada pedagang dengan
harga yang relatif murah untuk kemudian disimpan sebagai persedian. Pedagang kemudian
menjual nya dengan suatu tingkat keuntungan. Hal ini berlaku untuk setiap jenis barang.”
1
Muhammad Achid Nur, “Abu Yusuf (Suatu Pemikiran Ekonomi)”, Jurnal Ilmu Ekonomi Islam, Vol. 1
No. 2, (2018),hlm 11-15
5
Imam Al Ghazali juga secara eksplisit Menjelaskan perdagangan regional. Kata Al
Ghazali, selanjutnya praktek praktek ini terjadi di berbagai kota dan negara. Orang orang
melakukan perjalanan ke berbagai tempat untuk mendapatkan alat alat makanan dan
membawanya ke tempat lain. Urusan ekonomi orang akhirnya diorganisasikan ke kota-kota
di mana tidak seluruh makanan dibutuhkan. Keadaan inilah yang pada Gilirannya
menimbulkan kebutuhan alat transportasi. Terciptalah kelas perdagangan regional dalam
masyarakat. Motif nya tentu saja mencari keuntungan. Para pedagang ini bekerja keras
memenuhi kebutuhan orang lain dan mendapat keuntungan dan makan oleh orang lain juga.
Jelaslah Imam Al Ghazali menyadari kesulitan sistem barter, perlunya spesialisasi dan
pembagian kerja menurut regional dan sumber daya setempat. Ia juga menyadari pentingnya
perdagangan untuk memberikan nilai tambah dengan menyediakannya pada waktu dan
tempat di mana dibutuhkan.2
Al Ghazali merupakan sosok ilmuwan dan penulis yang sangat produktif. Berbagai
tulisannya telah banyak menarik perhatian dunia, baik dari kalangan muslim maupun non
muslim. Para pemikir barat abad pertengahan, seperti Raymond Lim .Pemikiran sosio
ekonomi Al-Ghazali berakar dari sebuah konsep yang ia sebut “fungsi kesejahteraan social
islami”. Tema yang menjadi pengkal tolak seluruh karyanya adalah konsep maslahat atau
kesejahteraan social atau utilitas (kebaikan bersama), yakni sebuah konsep yang mencakup
semua aktivitas manusia dan membuat kaitan yang erat antara individu dengan masyarakat .
2
Dwi Cahyono Kuntoro, “Evolusi Pasar Menurut Pemikiran Imam Al Ghazali”, Jurnal Kajian Islam dan
Masyarakat, Vol.30 No.2. 2019, hlm 216-218.
6
Pemahamannya tentang kekuatan pasar terlihat jelas ketika membicarakan harga
makanan yang tinggi, ia menyatakan bahwa harga tersebut harus didorong ke bawah dengan
menurunkan permintaan yang berarti menggeser kurva permintaan ke kiri.
Al Ghazali menyatakan bahwa karena laba merupakan ‘kelebihan’, laba tersebut pada
umumnya harus dicari melalui barang-barang yang bukan merupakan kebutuhan dasar.
Sebagaimana para ilmuwan lain di zamannya, Al Ghazali membahas permasalahan harga dan
laba secara bersamaan tanpa membedakan antara biaya dan pendapatan. Seraya
mengemukakan kecaman terhadap para pencari laba, ia mengakui motivasi mencari laba dan
sumber- sumbernya. Ia menganggap laba sebagai imbalan atas risiko dan ketidakpastian,
karena mereka (pedagang dan pelaku bisnis) menanggung banyak kesulitan dalam mencari
laba dan mengambil risiko, serta membahayakan kehidupan mereka dalam kafilah-kafilah
dagang.
Seperti yang telah disinggung, Al Ghazali bersikap sangat kritis terhadap laba yang
berlebihan. Menurutnya, jika seorang pembeli menawarkan harga “yang lebih tinggi”
daripada “harga yang berlaku”, penjual harus menolaknya, karena laba akan menjadi
berlebihan – walaupun hal itu bukanlah suatu kezaliman jika tidak ada penipuan di dalamnya.
Berkaitan dengan hal ini, ia menyatakan bahwa laba normal seharusnya berkisar antara 5
sampai 10 persen dari harga barang. Lebih jauh, ia menekankan bahwa penjual seharusnya
didorong oleh “laba” yang akan diperoleh dari pasar yang “hakiki”, yakni “akhirat”.
Secara umum, pasar diartikan sebagai interaksi atau pertemuan antara permintaan dan
penawaran, sedangkan mekanisme pasar merupakan proses penentuan harga berdasarkan
kekuatan permintaan (demand) dan penawaran (supply). Adapun pertemuan antara
permintaan dan penawaran tersebut akan membentuk harga keseimbangan (equilibrium
7
price). Ibnu Taimiyah menjelaskan bagaimana proses penentuan harga berdasarkan kekuatan
permintaan dan penawaran dalam pasar bebas. Berikut pendapat Ibnu Taimiyah sebagaimana
dikutip oleh Islahi (1997):
“Naik turunnya harga tidak selalu diakibatkan oleh kezaliman orangorang tertentu.
Terkadang, hal tersebut disebabkan oleh kekurangan produksi atau penurunan impor
barang-barang yang diminta. Oleh karena itu, apabila permintaan naik dan penawaran
turun, harga-harga naik. Di sisi lain, apabila persediaan barang meningkat dan permintaan
terhadapnya menurun, harga pun turun. Kelangkaan atau kelimpahan ini bukan disebabkan
oleh tindakan orang-orang tertentu. Ia bisa jadi disebabkan oleh sesuatu yang tidak
mengandung kezaliman, atau terkadang, ia juga bisa disebabkan oleh kezaliman. Hal ini
adalah kemahakuasaan Allah yang telah menciptakan keinginan di hati manusia”
Dari pernyataan tersebut, dapat dipahami bahwa harga naik bisa disebabkan oleh
tindakan zalim atau ketidakadilan yang dilakukan oleh penjual. Sehingga perbuatan ini
mengakibatkan terjadinya ketidaksempurnaan pasar. Namun, hal ini juga tidak bisa
disamakan untuk semua kondisi, karena naik turunnya harga bisa juga disebabkan karena
kekuatan pasar.
a. Adanya keinginan masyarakat (raghbah) terhadap barang dengan jenis yang berbeda.
8
d. Kualitas para pembeli, seperti pembeli terpercaya dalam melunasi utang mendapatkan
harga yang lebih rendah daripada pembeli yang suka mengulur-ulur pembayaran utang.
g. Besar kecilnya biaya atau modal yang dikeluarkan produsen atau penjual.
3
Jurnia Farma, “Mekanisme Pasar dan Regulasi Harga: Telaah Atas Pemikiran Ibnu Taimiyah “, Junal Studi
Islam, Vol. 13 No. 2,(2018), hlm 187-189.
9
relatif kecil, karena itu orang-orang khawatir kehabisan makanan, sehingga harganya relatif
mahal. Naiknya disposable income dapat meningkatkan marginal propensity to consume
tehadap barang-barang mewah dari setiap penduduk kota tersebut. Hal ini menciptakan
permintaan baru atau peningkatan permintaan terhadap barang-barang mewah, akibatnya
harga barang mewah akan meningkat pula. Pada bagian lain dari bukunya, khaldun
menjelaskan pengaruh naik dan turunnya penawaran terhadap harga, ia mengatakan: “Ketika
barang-barang yang tersedia sedikit, harga-harga akan naik. Namun, bila jarak antar kota
dekat dan aman untuk melakukan perjalanan, akan banyak barang yang diimpor sehingga
ketersediaan barang akan melimpah, dan harga-harga akan turun”. Dengan demikian, maka
sebagaimana Ibnu Taimiyah Ibnu Kahaldun juga sudah mengidentifikasikan kekuatan
permintaan dan penawaran sebagai penentu keseimbangan harga.
Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas prinsip-prinsip sebagai berikut:
1. Ar-Ridha, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar kerelaan antara
masing-masing pihak (freedom contract). Hal ini sesuai dengan al-Qur‟an Surat an- Nisa‟
ayat 29.
Terjemahnya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan
suka sama suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu; Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu.”(QS: al-Nisa‟/ 4:29).
2. Berdasarkan persaingan sehat (fair competition). Mekanisme pasar akan terhambat bekerja
jika terjadi penimbunan (ihtikar) atau monopoli. Monopoli setiap barang yang penahanannya
akan membahayakan konsumen atau orang banyak.
3. Kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam, sebab
kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam melarang tegas melakukan
kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan berdampak
langsung kepada para pihak yang melakukan transaksi dalam perdagangan dan masyarakat
secara luas.
10
11
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abu Yusuf merupakan salah satu ulama yang menentang penetapan harga yang di
lakukan oleh pemmerintah. Selain itu Abu yusuf tercatat sebagai salah satu ulama yang
paling awal menyinggung mekanisme pasar. Beliau memperhatikan peningkatan dan
penurunan produksi dalam kaitannya dengan perubahan harga.
Proses evolusi pasar menurut Al-Ghazali. Al Ghazali dikenal sebagai seorang ahli
Tasawuf Kenamaan dengan segala pemikiran pemikiran yang tajam dan cerdas. Salah satu
teori Algazali mengenai pasar yang cukup populer adalah teori proses evolusi pasar Algazali.
Al Ghazali memandang bahwa pasar merupakan bagian dan keteraturan alami atau natural
order. Pandangan bahwa pasar sebagai keteraturan alami inilah yang membuatnya memiliki
apresiasi mendalam terkait pasar. Imam Al Ghazali menyadari kesulitan sistem barter,
perlunya spesialisasi dan pembagian kerja menurut regional dan sumber daya setempat. Ia
juga menyadari pentingnya perdagangan untuk memberikan nilai tambah dengan
menyediakannya pada waktu dan tempat di mana dibutuhkan.
pemikiran Al-Ghazali tentang teori permintaan dan penawaran. Al Ghazali juga
menyadari permintaan “harga inelastis”. Dalam hal ini, ia menjelaskan bahwa karena
makanan merupakan kebutuhan pokok, maka motivasi laba harus seminimal mungkin
mendorong perdagangan makanan, karena dapat terjadi eksploitasi melalui penerapan tingkat
harga dan laba yang berlebihan. Al Ghazali menyatakan bahwa karena laba merupakan
‘kelebihan’, laba tersebut pada umumnya harus dicari melalui barang-barang yang bukan
merupakan kebutuhan dasar Mekanisme pasar menurut Ibnu Tamiyah. Adapun pertemuan
antara permintaan dan penawaran tersebut akan membentuk harga keseimbangan
(equilibrium price).
B. Saran
Penulis sadar makalah ini belum sempurna dan memerlukan berbagai perbaikan, oleh
karena itu saran yang membangun sangat dibutuhkan.
12
DAFTAR PUSTAKA
Faizal, M. F. (2015). Studi Pemikiran Imam Al-Ghazali Tentang Ekonomi Islam. Islamic Banking:
Jurnal Pemikiran dan Pengembangan Perbankan Syariah, 1(1), 49-58.
Farma, J. (2018). Mekanisme Pasar dan Regulasi Harga: Telaah Atas Pemikiran Ibnu
Taimiyah. Cakrawala: Jurnal Studi Islam, 13(2), 182-193.
Kuntoro, D. C. (2019). Evolusi Pasar Menurut Pemikiran Imam Al Ghazali. Misykat Al-Anwar, 2(2), 66-
79.
Muslimin, S., Zainab, Z., & Jafar, W. (2020). Konsep Penetapan Harga Dalam Perspektif Islam. Al-
Azhar Journal of Islamic Economics, 2(1), 1-11.
Nurseha, M. A. (2018). Abu Yusuf (Suatu Pemikiran Ekonomi). LABATILA: Jurnal Ilmu Ekonomi
Islam, 1(02), 1-16.
13