Anda di halaman 1dari 15

Mata kuliah : Farmakologi Keperawatan

Dosen : Syaifuddin, SKM.,S.Kep.,NS.,M.Kes

OBAT-OBATAN ANTI PERDARAHAN

Oleh :
Kelompok VI
Kelas A2/2019

Nur Amraini (NH0119045)


Agustina Sofia Akofamai (NH0119047)
Sri wahyuningsih (NH0119075)
Stomi Jevisa Marota (NH0119)

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

NANI HASANUDDIN

MAKASSAR

2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Dengan mengucap syukur


atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, akhirnya makalah dengan judul “Obat-
obatan anti perdarahan” ini dapat diselesaikan. Pembuatan makalah ini dimaksud
sebagai tugas dari mata kuliah Farmakologi Keperawatan.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini jauh
dari kata sempurna baik dalam bentuk penyajian, kelengkapan isi dan lain-
lainnya. Untuk itu dengan senang hati kami akan menerima segala saran, kritik
dari para pembaca guna memperbaiki makalah ini dikemudian hari. Pembuatan
makalah ini diharapkan dapat berguna bagi para siswa yang ingin mempelajari
tentang imunitas lebih dalam. Kami mengharapkan partisipasi dari para pembaca.
Semoga makalah ini bermanfaat dan berguna bagi setiap orang yang
membacanya.

Makassar, 04 Oktober 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................2

DAFTAR ISI................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN............................................................................4

A. Latar Belakang..................................................................................4

B. Rumusan Masalah.............................................................................4

C. Tujuan...............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................6

A. Pengertian Obat................................................................................6

B. Pengetian Obat Anti Perdarahan......................................................6

C. Jenis – jenis Obat- obatan anti perdarahan.......................................7

BAB III PENUTUP....................................................................................14

A. Kesimpulan.....................................................................................14

B. Saran...............................................................................................14

DAFTAR ISI..............................................................................................15
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Sejarah perkembangan Farmakologi
Dalam mempelajari ilmu farmakologi perlu mengetahui terlebih
dahulu sejarah perkembangan ilmu tersebut. Farmakologi me rupakan
ilmu yang mempelajari hubungan antara obat dengan makhluk hidup.
Dalam tubuh, antara obat dengan sistem biologis pasti mempunyai
interaksi. Farmakologi berasal dari bahasa Yunani yaitu pharmakon yang
berarti senyawa bioaktif dan logos yang ber arti ilmu. Secara umum,
farmakologi merupakan ilmu yang pelajari tentang efek dan nasib obat
dalam tubuh.
Perkembangan obat dahulu didasarkan oleh pengalaman empirik
masyarakat (daun digitalis untuk penyakit gagal jantung) dan observasi
ilmiah (penemuan penisilin dari fungi dari genus Penicil lium). Era
sekarang, obat baru dikembangkan oleh pakar kimia or ganik (organic
chemistry) atau kimia medisinal (medicinal chemis try) yang berkolaborasi
dengan pakar farmakologi (pharmacologist) mulai dari pengetahuan dasar
obat tersebut, efek dan mekanisme aksi, hingga target molekulnya. (Agung
Endro Nugroho, 2018)
Obat adalah zat kimia yang mengubah proses dasar dalam sel-sel
tubuh.obat dapat menstimulasi atau menghambat fungsi normal dan
aktivitas seluler; obat dapat menambah fungsi dan aktivitas seluler. Untuk
bekerja pada sel-sel tubuh, maka obat yang diberikan untuk memberikan
efek sistemik harus mencapai konsentrasi yang adekuat dalam darah dan
cairan jaringan lain di sekitar sel-sel. Dengan demikian, obat harus
memasuki tubuh dan bersirkulasi pada site of action (sel-sel target). Untuk
mencapai tempat kerja suatu obat harus melewati berbagai membran sel
tubuh.
Dalam prakteknya sangat sulit untuk mengukur kadar obat pada
tempat kerja dan akan lebih mudah mengukur kadar obat dalam plasma
darah, dan menghubungkan kadar obat dalam plasma dengan respon yang
diperoleh. Jadi, dapat dikatakan bahwa tujuan terapi dengan pemberian
obat adalah untuk mempertahankan kadar obat yang cukup dalam darah
yang akan memberikan hasil pengobatan yang diinginkan. Jika suatu obat
digunakan secara profilaksis, misalnya untuk pengobatan epilepsi, atau
pemakaian obat yang responnya sukar diukur (misalnya efek anti
inflamasi), maka kadar obat dalam darah merupakan parameter yang dapat
digunakan secara efektif untuk memonitor terapi. Setiap individu
mempunyai gambaran farmakokinetik obat yang berbeda-beda (Ayu Putri
Ariani, 2017).

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian obat?
2. Apakah yang dimaksud dengan obat anti perdarahan?
3. Bagaimana jenis jenis obat anti perdarahan?

C. Tujuan
1. Untuk memahami pengertian dari obat
2. Untuk memahami obat anti perdarahan
3. Untuk mengetahui jenis jenis obat anti perdarahan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Anti perdarahan
1. Definisi Obat
Obat adalah suatu zat kimia atau bahan-bahan yang dalam dosis
tertentu dapat memengaruhi biokimia dan fungsi tubuh yang dapat
digunakan untuk mendiagnosis, mengurangi, menghilangkan,
mengobati, mencegah serta menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan fisik dan rohani pada manusia (Nuryati,
2017).
Sementara itu, kata obat bermakna senyawa yang memiliki aktivitas
biologik yang sering dikonsumsi guna menghasilkan satu perubahan
bagi tubuh termasuk ke dalamnya:
a. Bahan yang familier contohnya kafein, nikotin, dan alkohol.
b. Bahan kimia lain yang sering disalahgunakan contohnya: kanabis
(ganja), heroin dan kokain (M. Djamaludin, 2017).
2. Definsi obat anti perdarahan
Obat Anti Perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis
merupakan proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang
cedera. Jadi, Obat haemostatik (Koagulansia) adalah obat yang
digunakan untuk menghentikan pendarahan. Obat ini diperlukan untuk
mengatasi perdarahan meliputi daerah yang luas (Selvianti &
Dominicha, 2017).
Pemilihan obat hemostatik harus dilakukan secara tepat sesuai
dengan pathogenesis perdarahan. Dalam proses hemostatik berperan
factor-faktor pembuluh darah (vasokonstriksi), trombosit (agregasi), dan
faktor pembekuan darah (Zainal & Yusuf, 2022).
Berdasarkan proses berlangsungnya, obat anti perdarahan
(hemostasis) dibagi atas 2 proses:
1. Hemostasis primer (penghentian perdarahan)
Luka pada trombosit melekat pada serabut jaringan ikat kolagen pada
tepi luka (tidak terlalu besar) sehingga akan membentuk tutup yang
berupa sumbat, waktu perdarahan terjadi dari terlukanya pembuluh
sampai terbentuknya sumbat primer yang belum stabil pada daerah
luka (2-3 menit)
2. Hemostasis sekunder (pembekuan darah)
Pada proses ini cacat yang tertutup secara labil oleh hemostatis
primer di reparasi secara tuntas dengan pembentukan parut hingga
tertutup secara mekanis dengan stabil.
B. Jenis jenis obat anti perdarahan
(Menurut Durchim & dewi, 2018) dalam buku (Zainal & Yusuf,
2022) bahwa obat hemostatic atau anti perdarahan terbagi dalam 2
kelompok yaitu :
1. Obat hemostatic local
Golongan ini dapat dibagi menjadi beberapa kelompok
berdasarkan mekanisme hemostatiknya yaitu:
a. Hemostatik serap (absorbable hemostatik)
1) Mekanisme kerja obat
Menghentikan perdarahan dengan pembentukan suatu bekuan
buatan atau memberikan jalan serat-serat yang mempermudah
bila diletakkan langsung pada permukaan yang berdarah.
2) Indikasi
Hemostatik golongan ini berguna untuk mengatasi perdarahan
yang berasal dari pemubuluh darah kecil saja misalnya kapiler
dan tidak efektif untuk menghentikan perdarahan arteri atau
vena yang tekanan intra vaskularnya cukup besar.
3) Contoh obat
Spon, gelatin, oksi sel (selulosa oksida) dan busa fibrin insani
(kuman fibrin local foam). Spon, gelatin, oksi sel dapat
digunakan sebagai penutup luka yang akhirnya akan diabsorpsi.
Hal ini menguntungkan karena tidak memerlukan penyingkiran
yang memungkinkan perdarahan ulang seperti yang terjadi
pada penggunaaan kain kasa . Untuk absorpsi yang sempurna
pada kedua zat diperlukan waktu 1- 6 jam. Selulosa oksida
dapat mempengaruhi regenerasi tulang dan dapat
mengakibatkan pembentukan kista bila digunakan jangka
panjang pada patah tulang. Selain itu karena dapat menghambat
epitelisasi, selulosa oksida tidak dianjurkan untuk digunakan
dalam jangka panjang.
Busa fibrin insani yang berbentuk spon setelah dibasahi
dengan tekanan sedikit dapat menutupi dengan baik permukaan
yang berdarah.
b. Astringen
1) Mekanisme kerja
Mekanisme kerja obat yaitu Zat ini bekerja local dengan
mengendapkan protein darah sehingga perdarahan dapat
dihentikan, sehubungan dengan cara penggunaannya, zat ini
dinamakan juga stypic.
2) Indikasi
Kelompok ini digunakan untuk menghentikan perdarahan
kapiler tetapi kurang efektif bila dibandingkan dengan
vasokontriktor yang digunakan local.
3) Contoh obat
Antara lain feri kloida, nitrasargenti, asam tanat.
c. Koagulan
1) Mekanisme kerja
Obat kelompok ini pada penggunaan lokal menimbulkan
hemostatis dengan 2 cara yaitu dengan mempercepat perubahan
protrombin menjadi trombin dan secara langsung
menggumpalkan fibrinogen. Aktifitor protrombin, ekstrak yang
mengandung aktifator protrombin dapat dibuat antara lain dari
jaringan ortak yang diolah secara kering dengan asetat.
Beberapa racun ular memiliki pula aktifitas tromboplastin yang
dapat menimbul kan pembekuan darah. Salah satu contoh
adalah russell's vipervenomnyang sangat efektif sebagai
hemostatik lokal dan dapat digunakan umpamanya untuk
alveolkus gigi yang berdarah pada pasien hemofilia.
2) Cara pemakaian
Untuk tujuan ini kapas dibasahi larutan segar 0,1 % dan
ditekankan pada alveolus sehabis ekstrasi gigi. Thrombin zat
ini tersedia dalam bentuk bubuk atau larutan untuk
penggunaaan lokal. Sediaan ini tidak boleh disuntikkan IV,
sebab segara menimbulkan bahaya emboli.
d. Vasokonstriktor
1) Mekanisme kerja
Epinetrin dan norepinetrin berefek vasokontriksi, dapat
digunakan untuk menghentikan perdarahan kapiler suatu
permukaan.
2) Cara penggunaanya ialah dengan mengoleskan kapas yang
telah dibasahi dengan larutan 1: 1000 tersebut pada permukaan
yang berdarah. Vasopresin, yang dihasilkn oleh hipofisis, per
nah digunakan untuk mengatasi perdarahan pasca bedah
perslinan. Perkembangan terahir menunjukkan kemungkinan
kegunaanya kembali bila disuntikkan langsung ke dalam
korpus uteri untuk mencegah perdarahan yang berlebihan
selama operasi korektif ginekologi.
2. Obat hemostatik iskemik
Dengan memberikan transfuse darah, seringkali perdarahan dapat
dihentikan dengan segera. Hasil ini terjadi karena penderita
mendapatkan semua faktor pembekuan darah yang terdapat dalam
darah transfusi. Keuntungan dari transfusi ialah perbaikan volume
sirkulasi. Perdarahan yang disebabkan defisiensi faktor pembekuan
darah tertentu dapat diatasi dengan mengganti/ memberikan faktor
pembekuan yang kurang) (Zainal & Yusuf, 2022).
Golongan ini dapat dibagi menjadi beberapa kelompok berdasrkan
mekanisme hemostatiknya :
a. Faktor anti hemoflik (faktor IIIV) dan cryoprecipitated anti
Hemophilic factor
1) Indikasi
Kedua zat ini bermanfaat untuk mencegah atau mengatasi
perdarahan pada penderita hemophilia A (defisienxi faktor
IIIV) yang sifatnya herediter dan pada penderita yang darahnya
mengandung faktor di dapat dari plasma donor tunggal dan
kaya akan faktor IIIV dalam jumlah baku. Selain itu penderita
hemofilia A crypoprecipitates anti hemofilik faktor juga dapat
digunakan untuk pasien dengan penyakit von Willebrand.
Penyakit heriditer yang selain terdapat defisinesi faktor IIIV
juga terdapat gangguan suatu faktor plasma yaitu kofaktor
ristisein yang penting untuk adhesi trombosit dan stabilitas
kapiler. Kofaktor ristosetin hilang selama proses pembuatan
sediaan konsentrat faktor anti hemfilik.
2) Efek samping
cryoprecipitated anti Hemophilic factor mengandung
fibrinogen dan protein plasma lain dalam jumlah yang lebih
banyak dari sediaaan konsentrat faktor IIIV, sehingga
kemungkinan terjadi reaksi hipersensitivitas lebih besar pula.
Efek samping lain yang dapat timbul pada penggunaan kedua
jenis sediaan ini adalah hepatitis virus, anemi hemolitik,
hiperfibrinogenemia,menggigil dan demam.
3) Cara pemakaian
Kadar faktor hemofilik 20-30% dari normal yang diberikan
IV biasanya digunakan untuk mengatasi perdarahan pada
penderita hemofilia. Biasanya hemostatik dicapai dengan dosis
tunggal 15-20 unit/kg BB. Untuk perdarahan ringan pada otot
dan jaringan lunak, diberikan dosis tunggal 10 unit/kg BB.
Pada penderita hemofilia sebelum operasi diperlukan kadar anti
hemofilik sekurang-kurangnya 50% dari normal, dan pasca
bedah diperlukan kadar 20-25 % dari normal untuk 7-10 hari.
b. Komplek faktor IX
1) Indikasi
Sediaan ini mengandung faktor II,VII,IX, X serta sejumlah
kecil protein plasma lain dan digunakan untuk pengobatan
hemofilia B atau bila diperlukan faktor-faktor yang terdapat
dalam sediaan tersebut untuk mencegah perdarahan. Akan
tetapi, karena ada kemungkinan timbulnya hepatitis
2) Kontrak indikasi
preparat ini sebaiknya tidak diberikan pada pencerita non-
himofilia.
3) Efek samping
Trombosit, demam, menggigil, sakit kepala,flushing dan
reaksi hipersensitivitas berat (shock anafilaksis).
4) Dosis
Kebutuhan tergantung dari keadaan penderita. Perlu
dilakukan pemeriksaan pembekuan sebelum dan selama
pengobatan sebagai petunjuk untuk menentukan dosis. 1
unit/kgBB meningkatkan aktivitas faktor sebanyak 1,5%
selama fase penyembuhan setelah operasi diperlukan kadar
faktor IX 25-30% dari normal.
c. Desmopresin
1) Desmopresin merupakan vasipresin sintetik yang dapat
meningkatkan faktor VIII untuk sementara. Peningkatan kadar
faktor pembekuan tersebut paling besar terjadi pada 1-2 jam.
Dan menetap sampai dengan 6 jam. Pemberian lebih sering dari
tiap 2 atau3 hari dapat menu runkan respons terapeutik
2) Indikasi
Hemostatik jangka pendek pada pasien dengan defisiensi
faktor VIII yang ringan sanpai sedang dan pada pasien penyakit
von willebrand tipe 1.
3) Efek samping
Sakit kepala, mual, sakit dan pembengkakan pada tempat
suntikan, juga dilaporkan terjadinya peningkatan tekanan darah
yang ringan dan harus hati-hati penggunaanya pada pasien
hipertensi dan penyakit ateri koronarian.
4) Cara Pakai
Obat ini sering digunakan IV denagn dosis 0,3 mikrogram
secara infuse dalam waktu 15-30 menit.
d. Vitamin K
1) Mekanisme kerja
Pada orang normal vitamin K tidak mempunyai aktivitas
farmakodinamik, tetapi pada penderita defisiensi vitamin K,
vitamin ini berguna untuk meningkatkan biosintesis beberapa
faktor pembekuan darah yang berlangsung di hati. Sebagai
hemostatik, vitamin K memerlukan waktu untuk dapat
menimbulkan efek, sebab vitamin K harus merangsang
pembentukan faktor- faktor pembekuan darah lebih dahulu.
2) Indikasi
Digunakan untuk mencegah atau mengatasi perdarahan akibat
defisiensi vitamin K
3) Efek samping
Pemberian parenteral pada bayi premature kurang dari 2,5 kg
resiko terkena ikterus meningkat. Pemberian filokuinon secara
intravena yang terlalu cepat dapat menyebab kan kemerahan
pada muka, berkeringat, bronkospase, sianosis, sakit pada dada
dan kadang menyababkan kematian. Menadion bersifat iritatif
pada kulit dan saluran nafas. Larutan menadion dapat
menyebabkan kulit melepuh. Pada bayi terutama bayi
prematur, menadion dan derivatnya dapat menyebabkan
anemia he molitik, hiperbilirubinemia dan icterus
4) Kontra Indikasi
Neonates, bayi, ibu hamil tua
5) Cara Pakai
Diberikan melalui oral, injeksi intra muscular atau IV.
6) Contoh Obat: nama generic: Phytominadion nama dagang:
kaywan, phytomenadion, phyto menadion injeksi.
e. Asam aminokaproat
1) Mekaniseme kerja
Asam aminokaproat merupakan penghambat bersaing dari
activator plasminogen dan penghambat plasmin. Plasmin
sendiri berperan menghancurkan fibrinogen atau fibrin dan
faktor pembekuan darah lain. Oleh karena itu, asam amikaproat
dapat mengatasi perdarahan berat akibat fibrinolysis yang
berlebihan. Dugaan akan adanya fibrinolisis yng berlebihan
dapat didasarkan atas hasil tes laboratorium berupa waktu
trombin dan protimbin yang memanjang, hipofibrinogenemia
atau kadar plasminogen yang menurun. Akan tetapi beberapa
dari hasil laboratorium di atas biasanya didapatkan pula pada
penderita DIC.
2) Indikasi
- Asam aminokaprot digunakan untuk mengatasi hematuria
yang berasal dari kandung kemih.
- Asam aminokaproat dilaporkan bermanfaat untuk pasien
homofilia sebelum dan sesudah ekstraksi gigi dan
perdarahan lain karena troma didalam mulut.
- Asam aminokaproat juga dapat digunakan sebagai
antidotum untuk melawan efek trombolitik streptokinase
dan urokinase yang merupakan activator plasminogen.
3) Kontra indikasi
Pemberian asam aminokaproat, karena dapat menyebabkan
pembentukan thrombus yang mungkin bersifat fatal. Oleh ka
rena itu asam aminokaproat hanya digunakan untuk mengatasi
perdarahan fibrinolisis ber lebihan yang bukan disebabkan oleh
DIC. Bila terdapat keraguan, criteria untuk membedakan kedua
keadaan tersebut adalah dengan meng hitung trombosit, tes
parakoagulasi protamin dan lisis bekuan euglobulin. Pada DIC
hitung trombosit menurun, tes parakoagulasi prota min positif
dan lisis bekuan euglobin normal. Pada fibrinolisis primer
hitung trombosit nor mal, tes parakoagulasi protamin negatif
dan lisis bekuan euglobulin berkurang. Tetapi fibri nolisis
jarang terjadi tersendiri, biasanya terja di sekunder akibat DIC.
4) Dosis
Dosis dewasa dimulai dengan 5-6 per oral atau infuse IV,
secara lambat, lalu 1 gran tiap garn atau 6 gram tiap 6 jam bila
fungsi gin jal normal, dengan dosis tersebut dihasilakn kadar
terapi efektif 13 mg/dl plasma. Pada pa sien penyakit ginjal
atau oliguri diperlukan do sis lebih kecil. Anak-anak 100 mg/kg
BB tiap 6 jam untuk 6 hari. Bila digunakan IV asam amino
kaproat harus dilarutkan ringer. Namun masih diperlukan bukti
lebih lanjut mengenai keamanan penggunaan obat ini untuk
jangka panjang dengan dosis diatas.
5) Cara Pakai
Dapat diberikan secara peroral dan IV (Intravena)
6) Efek Samping
Asam aminokaproat dapat menyebabkan prutius.eriterna
konjungtiva, dan hidung tersumbat. Efek samping yang paling
berbahaya ialah trombosis umum, karena itu penderita yang
mendapat obat ini harus dipe riksa mekanisme hemostatik.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil diskudi kelompok kami maka dapat disimpulkan
Bahwa Obat adalah zat kimia yang dalam dosis tertentu dapat
memengaruhi biokimia dan fungsi tubuh yang dapat digunakan untuk
mendiagnosis, mengobati dan mencegah penyakit.
Obat Anti Perdarahan disebut juga hemostatik. Hemostatis
merupakan proses penghentian perdarahan pada pembuluh darah yang
cedera. Jadi, Obat haemostatik (Koagulansia) adalah obat yang digunakan
untuk menghentikan pendarahan.
B. Saran
Diharapkan kepada pembaca agar bisa memberikan kritik dan
saran yang membangun untuk penyusunan makalah ini, kami sadar bahwa
daalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan masih jauh
dari kata sempurna, dengan kedepannya kami bisa menyusun makalah
yang lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Agung Endro Nugroho. (2018). FARMAKOLOGI Obat-obat Penting dalam


Pembelajaran Ilmu Farmasi dan Dunia Kesehatan. Yogyakarta:
PUSTAKA PELAJAR.

Ayu Putri Ariani. (2017). Dasar-dasar Farmakologi.bYogyakarta: NUHA


MEDIKA.

M. Djamaludin. (2017). Pengantar Farmakologi. Depok: PT RAJAGRAFINDO


PERSADA.

Selvianti, D., & Dominicha, D. (2017). MODUL FARMAKOLOGI.

Nuryati. (2017). Bahan ajar rekam medis dan informasi kesehatan (RMIK)
Farmakologi.
Zainal, S., & Yusuf, Z. (2022). FARMKOLOGI KEPERAWATAN. Yogyakarta :
CV. Nas Media Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai