Anda di halaman 1dari 6

LAMPIRAN PUISI PILIHAN

Puisi 1

WAHAI PEMUDA MANA TELURMU?


Karya: Sutardji Calzoum Bachri (Versi Asli)

Apa gunanya merdeka


Kalau tak bertelur?
Apa gunanya bebas
Kalau tak menetas?
Wahai bangsaku
Wahai Pemuda
Mana telurmu?

Burung
Jika tak bertelur
Tak menetas
Sia-sia saja terbang bebas

Kepompong menetaskan kupu-kupu


Kuntum membawa bunga
putik jadi buah
Buah menyimpan biji
menyimpan mimpi
menyimpan pohon
dan bunga-bunga

Uap terbang menetas awan


Mimpi jadi, sungai pun jadi
menetas jadi
Hakekat lautan

Setelah ku pikir-pikir
Manusia ternyata burung berpikir
Setelah ku renung-renung
Manusia adalah burung merenung
Setelah bertafakur
Tahulah aku
Manusia harus bertelur

Burung membuahkan telur


Telur menjadi burung
Ayah menciptakan anak
Anak melahirkan ayah

Wahai pemuda
Wahai Garuda
menetaslah
lahirkan lagi
Bapak bagi bangsa ini !

Menetaslah seperti dulu


Para pemuda bertelur emas
Menetas Kau
Dalam sumpah mereka

(7 Agustus 2010)
Puisi 2

SAJAK RAJAWALI
Karya W.S. Rendra

Sebuah sangkar besi


tak bisa mengubah seekor rajawali
menjadi seekor burung nuri.

Rajawali adalah pacar langit


dan di dalam sangkar besi
rajawali merasa pasti
bahwa langit akan selalu menanti.

Langit tanpa rajawali


adalah keluasan dan kebebasan
tanpa sukma
tujuh langit, tujuh rajawali.
Tujuh cakrawala, tujuh pengembara.

Rajawali terbang tinggi


memasuki sepi
memandang dunia.
Rajawali di sangkar besi
duduk bertapa
mengolah hidupnya.
Hidup adalah merjan-merjan kemungkinan
yang terjadi dari keringat matahari.
Tanpa kemantapan hati rajawali
mata kita hanya melihat fatamorgana.

Rajawali terbang tinggi


membela langit dengan setia.
Dan dia akan mematuk kedua matamu,
wahai, kamu, pencemar langit yang durhaka!
Puisi 3

SAJAK IBU
Karya: Wiji Thukul

ibu pernah mengusirku minggat dari rumah


tetapi menangis ketika aku susah
ibu tak bisa memejamkan mata
bila adikku tak bisa tidur karena lapar
ibu akan marah besar
bila kami merebut jatah makan
yang bukan hak kami
ibuku memberi pelajaran keadilan
dengan kasih sayang
ketabahan ibuku
mengubah rasa sayur murah
jadi sedap
ibu menangis ketika aku mendapat susah
ibu menangis ketika aku bahagia
ibu menangis ketika adikku mencuri sepeda
ibu menangis ketika adikku keluar penjara
ibu adalah hati yang rela menerima
selalu disakiti oleh anak-anaknya
penuh maaf dan ampun
kasih sayang ibu
adalah kilau sinar kegaiban Tuhan
membangkitkan haru insan
dengan kebajikan
ibu mengenalkan aku kepada Tuhan

solo, 1986
Puisi 4

BUNDA AIRMATA
Karya: Emha Ainun Nadjib

Kalau engkau menangis


Ibundamu yang meneteskan air mata
Dan Tuhan yang akan mengusapnya
Kalau engkau bersedih

Ibundamu yang kesakitan


Dan Tuhan yang menyiapkan hiburan-hiburan
Menangislah banyak-banyak untuk Ibundamu
Dan jangan bikin satu kalipun untuk membuat Tuhan naik pitam kepada hidupmu

Kalau Ibundamu menangis, para malaikat menjelma butiran-butiran air matanya


Dan cahaya yang memancar dari airmata ibunda membuat para malaikat itu silau dan
marah kepadamu

Dan kemarahan para malaikat adalah kemarahan suci sehingga Allah tidak melarang
mereka tatkala menutup pintu sorga bagimu.
Puisi 5

PAGAR JERUJI KUBURAN KIAI ASYARI


Karya: Binhad Nurrohmat

Kuning daun puring segar meruncing


dan kulit malam tertusuk sinar lampu.
Di balik pagar dua kuburan tersanding
bagai sepasang pengantin malu-malu.

Dari Demak menuju Diwek meniti jalan


untuk meraih lubuk isyarat tersembunyi.
Di antara bambu dan onak salak tajam
ada ruang batin bening tanpa terlukai.

Tak ada jeruji mengungkung kebebasan


sedari mengerti takdir keterbatasan diri.
Dan tiada pagar membatasi kepasrahan
melintasi tapal samar batas hati di bumi.

Halaman pekuburan tak seluas semesta


menyibak pintu-pintu lain rahasia firman.
Seterang pelita dan daun puring terbuka
hingga terbaca makna tanpa tertuliskan.

Anda mungkin juga menyukai