Anda di halaman 1dari 2

Penugasan (TM-6)

PENUGASAN (TM-6) : PENGANTAR STUDI HADIST


Tema Bahasan : Eksistensi Hadist Dhaif di Kalangan Masyarakat
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Nama : Ahmad adyla
Prodi/Semester/Kelas : Sastra Inggris/1/1A
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pendahuluan/Pengantar:
- Perbedaan zaman yang sangat jauh dengan zaman Nabi Muhammad shalallahu
alaihi wa salam menjadi sebab mudahnya hadist dhaif yang tersebar di kalangan
masyarakat. Para tokoh yang menyebarkan hadist tidak di kaji dengan betul
keaslian sebuah hadist yang ia sebarkan. Ini menjadikan para pengikutnya
mengikuti apa yang ia sampaikan dan tersebarlah ke kalangan masyarakat.
- Hadist dhaif yang tersebar memang tidak ada yang mengajarkan keburukan di
kalangan masyarakat. Namun, masyarakat harus mengetahui bahwa hadist yang
mereka ketahui selama ini ialah hadist dhaif bahkan palsu.

Pembahasan:
- Tersebarnya hadist palsu tidak lepas dari peran seorang tokoh agama yang
mendakwahkan hadistnya. Hadist dhaif menjadikan amalan kita tidak terjamin
kebenarannya, karena amalan yang kita lakukan bukan perintah dari Nabi
Muhammad shalallahu alaihi wa salam. Seperti yang kita ketahui, pedoman
ibadah dan amalan kita bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist yang terjamin
kebenarannya untuk kita lakukan.
- Hadist dhaif saat ini banyak tersebar melalui sosial media seperti whatsapp,
facebook, telegram, dan Instagram. Postingan yang menyebarkan bahwa carilah
ilmu sampai ke negeri china, fadhila dan shalat malam nishfu sya’ban, dan
bekerjalah seakan-akan kamu akan hidup selamanya. Hal demikian memang
terdengar tidak ada masalah, bahkan mengajak kita untuk kebaikan. Namun, hal
itu akan merusak sebuah pengertian hadist itu sendiri. Karena, hadist merupakan
sebuah ucapan, perbuatan, dan pengakuan yang berasal dari Nabi Muhammad
shalallahu alaihi wa salam.
- Mengerjakan perintah yang terdapat pada hadist yang shohih akan mendapatkan
pahala, dan mengerjakan perintah hadist dhaif atau palsu tidak menjamin kita
untuk mendapatkan pahala. Maka, perlu kita pastikan keaslian sebuah hadist
melalui 3 hal yaitu sanad, matan, dan rawi.
- Peran penting seorang tokoh agama juga sangat diperlukan untuk mengedukasi
masyakarat agar mengetahui mana hadist dhaif dan mana hadist yang shohih.
Namun, sangat disayangkan banyak tokoh agama yang menyebarkan hadist-
hadist palsu dan masyarakat langsung mengikutinya tanpa crosscheck
keasliannya
- Dalam beragama kita harus mempunyai landasan yang kuat tentang
menjalankan sebuah ibadah dan amalan kita. Kita harus mengetahui apakah
perintah ini benar berasal dari nabi, sahabat, dan juga para ulama pendahulu.

Page | 1
Penugasan (TM-6)

Atau hanya sebuah karangan para tokoh agama yang tidak mempunyai latar
belakang yang menjamin sebuah agamanya.
- Kesimpulan:
- Dalam menjalankan sebuah ibadah dan amalan, harus sesuai dengan apa yang
diperintahkan nabi, para sahabat, dan para ulama pendahulu. Kita juga harus
mengetahui sebuah hadist shohih atau dhaif dilihat dari sanad, matan, dan rawi.
- Para tokoh agama juga memiliki peran penting dalam mengedukasi masyarakat
untuk terhindar dari hadist-hadist dhaif yang tersebar. Hadist dhaif akan merusak
pengertian hadist itu sendiri, yang mana hadist adalah sebuah perkataan,
perbuatan, dan pengakuan yang berasal dari Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi
Wa Salam.
- Mengerjakan perintah yang berasal dari hadist dhaif tidak menjamin kita untuk
mendapatkan pahala, sedangkan mengerjakan perintah yang berasal dari hadist
shohih menjamin kita untuk mendapatkan pahala.
- Daftar referensi:
- https://mui.or.id/hikmah/31267/hati-hati-hadis-palsu-begini-cara-
identifikasinya/ (tanggal akses: 13 Oktober 2022)
- https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-
hadits.html (tanggal akses: 13 Oktober 2022).

Page | 2

Anda mungkin juga menyukai