Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PRAKTIKUM

FORMULASI DAN TEKNOLOGI SEDIAAN STERIL SALEP


KLORAMFENIKOL

Dosen Pengampu :

Apt. Arif Wijayanto, M.Farm


Apt. Juvita Herdianty, M.Farm

Disusun Oleh :

Ahmad Jupri (2061A0006)

Lucky Andriani (2061A0010)

Natalino Nunu Pote (2061A0011)

Nur Hidayatul Ilmiah (2061A0012)

Sherly Novicha A. (2061A0017)

FAKULTAS FAKAR
INSTITUT ILMU KESEHATAN STRADA
INDONESIA KEDIRI
2022
PRAKTIKUM
SALEP MATA KLORAMFENIKOL

A. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Mahasiswa dapat memahami preformulasi sediaan salep mata
kloramfenikol
2. Mahasiswa dapat merancang formula salep mata koramfenikol
3. Mahasiswa dapat membuat salep mata kloramfenikol dalam
skalalaboratorium sesuai dengan persyaratan sediaan steril
yang telah ditentukan.
4. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi sedian salep mata kloramfenikol
B. DASAR TEORI
Salep mata merupakan sediaan yang dapat digunakan untuk
menghantarakan obat ke mata dan jaringan di sekitarnya tanpa melalui
pencucian oleh air mata. Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam
formulasi salep mata antara lain:
a. Kekentalan dan rheologi salep mata harus optimal
b. Harus dapat melebur atau mencair pada suhu kira-kira 32,9 0C
c. Sifat basis salep mata harus bersifat hidrofil hingga dengan cepat
dapat bercampur atau tersuspensi dengan cairan lakrimal hanya
dengan beberapa kedipan kelopak mata
Dalam pembuatan salep mata, zat katif ditambahkan sebagai larutan
steril atau sebagai serbuk steril termikronisasi dalam basis salep mata
steril. Hasil akhir dimasukkan dalam tube steril secara aseptic. Sterilisasi
basis salep dikerjakan secara sterilisasi kering pada suhu 1200C
selama 2 jam atau 1500C selama 1 jam tergantung pada sifat fisik dari
basis salep yang digunakan. Sterilisasi tube dilakukan dalam autoklaf
pada suhu 115-116 0C tidak kurang dari 30 menit.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat:
1. Tube
2. Neraca
3. Autoclave
4. Oven
5. Alat-alat gelas
Bahan:
1. Kloramfenikol
2. Adeps Lanae
3. Vaselin Flavum
4. Setil Alkohol
5. Paraffin Cair
Nama Bahan Alasan Pemilihan Bahan

Chloramphenicolum Karena Chloramphenicol atau kloramfenikol


Digunakan sebagai zat aktif yang bertujuan
untuk mengatasi beragam infeksi bakteri serius.
Setil Alkohol Karena Setil Alkohol digunakan dalam
pembuatan skin lotion yang berfungsi sebagai
pengental, penstabil, dan pengemulsi

Lemak Bulu Domba (Adeps Lanae) Karena Adeps lanae digunakan sebagai zat
tambahanyang berfungsi untuk meningkatkan
sifat serap air.
Parafin Cair Karena digunakan sebagai komponen fase lemak
yang dapat mendispersikan zat yaitu
Kloramfenikol sehingga dapat larut. Merupakan
basis hidrokarbon.
Vaselin Flavum Sebagai zat tambahan Dan sebagai emolien
dalam basis salep.
Benzalkonium klorida Sebagai zat pengawet

6. Benzalkonium Klorida

D. CARA KERJA
1. Sterilisasi Alat Yang Digunakan
No Nama Alat Ukuran Jumlah Cara Sterilisasi Suhu Waktu
1. Pipet tetes Kecil 1 Autoclave 121°C 15’
2. Gelas ukur 50 ml 1 Autoclave 121°C 15’
3. Batang pengaduk - 1 Autoclave 121°C 15’
4. Beaker glass 100 ml 2 Autoclave 121°C 15’
5. Cawan porselen Sedang 1 Autoclave 121°C 15’
6. Tutup vial (karet) - 5 Autoclave 121°C 15’
7. Vial 10 ml 5 Autoclave 121°C 15’
8. Erlenmeyer 250 ml 1 Autoclave 121°C 15’
9. Sendok tanduk - 1 Autoclave 121°C 15’
10. Spatel - 1 Autoclave 121°C 15’
11. Kaca arloji 80 mm 1 Autoclave 121°C 15’

2. Sterilisasi Bahan Yang Digunakan

Bahan Cara Sterilisasi

Metode yang terpilih adalah pemanasan bersama bakterisida


Kloramfeninikol pada suhu 100 °C selama 30 menit, diikuti dengan
pendinginan cepat.

Adeps Lanae Autoclave 121°C, 15 menit

Vaselin Flavum Autoclave 121°C, 15 menit

Setil Alkohol Autoclave 121°C, 15 menit

Paraffin cair Autoclave 121°C, 15 menit

Benzalkonium Klorida Autoclave 121°C, 15 menit


3. Formulasi Yang Diajukan

Rentang Penimbang
No Bahan Penggunaan an Fungsi Kontrol +
(%) (+20%)
Chloramphenicolum 1 1%
1. 0,12 g Bahan Aktif
%
Penstabil
2. Setil Alkohol 2,5 % 2,5% 0,3 g
Salep
Erlamycetin
3. Adeps Lanae 6 % 6% 0,72 g Basis salep
(Salep Mata
4. Parafin Liquid 40 % 40% 4,8 g Basis salep
Chloramphenicol)
Benzalkonium
5. 0.02% 0,0024 g Pengawet
Klorida 0,02 %
Vaseline Flavum 10 – 5.9424
6. Ad 10 g Basis salep
ad 10 g = 4.0576 g

PENIMBANGAN:

(Belum ditambah 20%)


Dibuat 1 tube = 10 gram
Dilebihkan 20% = 10+ (20% X 10) = 12 gram
1
a. Chlorampenicol 1% = x 12 g = 0,12 g
100
2,5
b. Setil alkohol 2,5% = x 12 g = 0,3 g
100
6
c. Adeps lanae 6% = x 12 g = 0,72 g
100
40
d. Parafin liquidum 40% = x 12 g = 4,8 g
100
0,02
e. Benzalkonium Klorida 0,02 % = x 12 g = 0.0024 g
100
f. Vaselin flavum ad 10 gram = 10 g – (0,12 g + 0,3 g + 0,72 g + 4,8 g +
0,0024 g) = 10 g – 5,9424 g = 4,0576 g
PROSEDUR KERJA

a. Disterilisasi peralatan yang digunakan, kalibrasi beaker glass buat


aquadest
b. Ditimbang bahan yang sesuai bobot yang dibutuhkan
c. Disiapkan 2 cawan porselen, letakkan kain batis diatas 2 cawan porselen
d. Ditaruh masing-masing bahan pada cawan yang telah dilapisi kain batis
(cawan 1 berisi valesin flavum dan setil alcohol. Cawan 2 berisi paraffin
cair).
e. Dimasukkan ke dalam oven suhu 150 C selama 30 menit hingga meleleh
f. Gerus Kloramfenikol dalam mortar hingga homogen
g. Larutkan benzalkonium klorida dalam etanol
h. Setelah 30 menit angkat dan peras kain batis (pisahkan antara cawan yang
berisi vaselin flavum dan paraffin cair, campur basis kemudian gerus kuat)
i. Dimasukkan kloramfenikol dan benzalkonium klorida ke dalam basis lalu
aduk homogen
j. Dimasukkan ke dalam tube salep kemudian uji sediaan.
Prosedur Kerja Uji Sediaan Salep Mata
1. Uji Organoleptik (Anief, M., 1997)
- Dimasukkan larutan salep dalam beaker glass.
- Diuji organoleptik meliputi warna, bau dengan cara mengamati
sediaan secara kasat mata.
- Dicatat hasil uji yang diperoleh.
2. Uji Evaluasi Daya Sebar

Uji daya sebar sediaan salep mata kloramfenikol ditentukan dengan


cara berikut. Sebanyak 0,5 gram salep mata kloramfenikol diletakkan
dengan hati-hati di atas kertas grafik yang dilapisi plastik transparan,
dibiarkan sesaat (1 menit) dan luas daerah yang diberikan oleh sediaan
dihitung kemudian tutup lagi dengan plastik yang diberi beban tertentu
masing-masing 50 gram, 100 gram, dan 150 gram dan dibiarkan selama 60
detik. Pertambahan luas yang diberikan oleh sediaan dapat dihitung
(Voigt, 1994).
3. Uji pH
Uji pengukuran pH bertujuan untuk mengetahui pH salep apakah
bersifat asam, netral atau basa dan mengamati adanya perubahan pH yang
mungkin terjadi selama penyimpanan. Uji pengukuran pH dilakukan
dengan cara dari formula dengan menggunakan kertas pH universal, kertas
pH tersebut dicelupkan ke dalam sedíaan salep, setelah tercelup dengan
sempurna, diamkan sesaat dengan mengamati warna yang timbul sesuai
dengan warna pada alat, kemudian melihat apakah pH salep sesuai dengan
pH kulit (DepKes RI 1995: 1039) .
4. Evaluasi penentuan ukuran droplet
Untuk menentukan ukuran droplet sediaan salep dengan cara
menggunkaan mikroskop, dan sejumlah sediaan diletakkan diatas objek
glass, kemudian diperiksa adanya tetesan-tetesan fase dalam ukuran
penyebarannya
5. Keseragaman Bobot
Berat isi salep kurang dari bobot seharusnya yaitu 10 gram
kemungkinan karena banyak massa salep yang tertinggal pada kertas
perkamen dan mortir.
6. Homogenitas

Pengujian homogenitas sediaan salep mata kloramfenikol 1 %


dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan diuji pada sekeping kaca
atau bahan transparan lain yang cocok. Sediaan harus menunjukkan
susunan yang homogen (Depkes RI, 1995).

7. Uji Mikrobiologi (Nurul Fadilah.,(2019)

- Siapkan cawan petri yang sudah disterilkan.

- Masukan 0,1 ml suspense bakteri kedalam cawan petri, kemudian


ditambahkan media NA (nutrient agar) sebanyak 15-20 ml, aduk sampai
homogen dengan membentuk angka 8, biarkan memadat.
- Selanjutnya dibuat lubang sumuran menggunakan pecadang logam.

- Kemudian sumuran yang sudah dibuat dimasukan sediaan salep sebanyak


0,05 g

- lalu diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 35-37°C dalam
keadaan terbalik dan diukur diameter zona hambatan (zona jernih) yang
terbentuk

8. Uji Sterilisasi (Turco, S., et al., (1970),)

- Uji sterilitas dari salep mata dilakukan dengan uji steril atau membran
yang menahan bakteri dengan nilai porositas 0,45 atau 0,22 µm. untuk
salep yang larut dalam isopropil miristat (pelarut yang digunakan secara
resmi untuk uji sterilitas).

- Sampel salep dilarutkan dalam pelarut untuk tes steril.

- Untuk salep yang tidak larut dalam isopropil miristat, disuspensikan pada
pembawa berair yang cocok yang mengandung bahan pendispersi dalanm
prosedur umum yang konvensional.
HASIL DAN PEMBAHASAN

I. Hasil

KONTROL + PRODUK
Organoleptis Bau : Khas Bau : Khas
Warna : Putih keruh Warna : Putih sedikit encer
Homogenitas Homogen Homogen
pH 8,14 7,19
Daya Sebar 3 cm 2,8 cm
Daya Lekat 0,69 detik 0,2 detik
Kebocoran Tidak bocor Tidak bocor
Mikrobiologi

II. PEMBAHASAN

Pada praktikum Teknologi Sediaan Steril adalah membuat sediaan Salep


kloramfenikol. Langkah pertama yang dilakukan adalah melakukan preformulasi
yang bertujuan dapat merancang formula, meracik dan mengevaluasi, sehingga
didapatkan suatu sediaan obat yang optimal. Sedangkan Langkah kedua
melakukan formulasi, yaitu dengan melakukan perhitungan bahan yang akan
digunakan untuk membuat sediaan salep kloramfenikol. Tujuan dari formulasi ini
adalah untuk menyesusaikan bahan bahan yang saling bercampur supaya menjadi
suatu sediaan yang baik sesuai standar.
Pada uji mikrobiologi evaluasi sediaan yang dihasilkan belum memenuhi
evaluasi, karena adanya pertumbuhan mikroorganisme yang terlihat pada hasil
inkubasi yang telah dilakukan.
Setelah itu adalah melakukan evaluasi pada sediaan salep berupa uji
organoleptik dengan menggunakan panca indera yaitu penglihatan berupa warna,
penciuman berupa bau dan pecobaan berupa rasa dari sediaan tersebut. Dan hasil
evaluasi menunjukkan bahwa sediaan salep yang dibuat dan setelah dilakukan uji
organoleptik sediaan tersebut berwarna putih kekuningan, sedikit berbau vaselin
album karena vaselin album lebih dominan, dan pengukuran bobot jenis sediaan
salep didapat hasil gram.
Uji pH dilakukan dengan cara mengambil sampel salep 1 gr diencerkan
dengan aquades sebayak 100 ml, kemudian pH meter dicelupkan ke sampel yang
telah diencerkan. Pada praktikum yang telah dilaksanakan mendapatkan pH
dengan hasil pH pada kontrol positif 8,14 dan pada kontrol negatif pH 7,19.
Kemudian melakukan uji homogenitas yaitu dengan cara mengambil
sampel sebanyak 0,5 gr dan diletakkan pada cover glass lalu diberi pencahayaan
yang cukup sehingga terlihat ada atau tidaknya partikel atau butiran kasar. Dari
hasil yang didapat bahwa tingkat homogenitas dari sampel tersebut dikatakan
baik, yaitu sesuai dengan standar karena tidak terlihat adanya partikel atau butiran
kasar.
Kemudian melakukan uji daya sebar, bertujuan untuk melihat kemampuan
sediaan menyebar pada kulit dimana suatu basis salep sebaiknya memiliki daya
sebar yang baik untuk menjamin pemberian bahan obat yang baik. Pengujian
dilakukan dengan cara mengambil sampel sebanyak 0,5 gr kemudian letakkan di
tempat uji daya sebar salep dengan diberi penambahan beban mulai dari 0 gr, 5 gr,
dan 10 gr, lalu hitung diameter daya sebar sampel salep tersebut. Dari hasil yang
didapat bahwa kemampuan uji daya sebar salep ini dapat dikatakan baik, sesuai
Standarnya kurang lebih 252,67 gr masing-masing yaitu 4,79 cm – 4,81 cm.
Semakin besar gaya menyebar salep, maka ketersediaan obat untuk diabsorpsi
makin besar (Maulidaniar dkk, 2011). Pada praktikum yang telah dilaksanakan
didapatkan hasil dengan berat 0 g dengan daya sebar sebesar 2,5 cm, 5 g sebesar 3
cm dan 10 g sebesar 3,3 cm.
Kemudian melakukan uji daya lekat bertujuan untuk mengetahui salep
yang lebih lama melekat pada kulit. Semakin lama daya lekat salep melekat anatar
salep dengan kulit semakin baik sehingga absors obat oleh kulit akan semakin
baik. Pengujian dilakukan dengan cara mengambil sampel sebanyak 0,25 gr
tambahkan ke kaca slide, kemudian tutup dengan kaper glas kemudian diberi
beban 500 gr diatasnya selama 5 menit, kemudian kaper glas ditarik dengan alat
penguji dengan bobot 80 gram. Kemudian hitung hasil dari uji daya lekat
tersebut.dari hasil yang didapat bahwa kemapuan uji daya lekat pada sampel
dikatakan kurang baik dengan hasil 1 detik, karena tidak sesuai standar. Daya
lekat yang baik menurut literature yaitu lebih dari 4 detik (Nevi, 2006).
DAFTAR PUSTAKA

Anief, M. 2007. Farmasetika, Cetakan Keempat. Yogjakarta: Gadjah Mada

University Press. Hal.156-181.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995.Farmakope Indonesia Edisi

IV. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1978. Formularium Nasional,

edisi 2. Jakarta: (tp)

Departemen Kesehatan RI. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi 1V. Jakarta :

Depkes RI. Hal 1039, 1169

Voigt, R. 1994. Buku Pelajaran Tehknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah

Mada University Press. Hal. 370, 398-434

Turco, S., et al., (1970), Sterile Dosage Forms, Lea and

Febiger,Philadelphia.

Maulidaniar, R., Rahima, S. R., Rita, M., Hamidah, N. dan Yuda, A. W.

(2011). Gel Asam Salisilat. Universitas Lambung Mangkurat.

Banjar Baru.

Nevi S. 2006. Formulasi Sabun Transparan Minyak Nilam Sebagai Obat

Jerawat. Jakarta: UHAMKA

Nurul Fadilah.,(2019).Uji Efektivitas Formulasi Sediaan Salep Antibakteri

Staphylococcus aureus Dari Ekstrak Kulit Jeruk Purut (Citrus

Hystrix D.C).
Yosipovitch, G. H. J., 2003, the importance of skin pH, Skin And Aging,

(online), (www.cwimedical.corn, diakses 15 maret 2013).

LAMPIRAN

KEMASAN SALEP

Anda mungkin juga menyukai