Hasil Wawancara
1. Kurangnya literasi
membaca buku pelajaran
disebabkan karena minat
baca siswa rendah atau
siswa kurang terbiasa
membaca. (VK Guru
PPKn SMPN 1 Benjeng,
27 tahun)
2. Penyebab siswa kurang
memiliki literasi yg baik:
kurang diberikan
pembiasaan membaca
sejak dini
kurangnya perhatian
ortu dalam memberikan
pendampingan belajar
anak sejak dini
kurangnya program
literasi dari sekolah
minimnya daya literasi
dari diri internal siswa
(siswa lebih suka ilmu
exact simpel)
(AZN Guru PPKn dan
BK SMPN 1 Surabaya,
28 tahun)
3. Kami kurang membaca
buku pelajaran karena
materinya banyak, malas
membaca lebih suka
langsung mendapat
jawaban di google. (siswa
SMPN 2 Kabuh)
4. Saat ini, berbagai upaya
yang dilakukan baik dari
pemerintah daerah ataupun
pihak sekolah tertentu
untuk dapat memunculkan
minat siswa dalam literasi,
diantaranya yaitu ada
perpustakaan keliling yang
ada di beberapa daerah.
Hal ini perlu juga di
imbangi dengan peraturan
masing-masing sekolah.
Sekolah-sekolah yg
terletak di pusat kota,
mereka terus
mengupayakan agar minat
berliterasi anak meningkat
dengan membuat aturan
wajib literasi 15 menit
setiap pagi sebelum
pembelajaran dimulai.
Selain itu, membuat
perpustakaan dengan
desain interior yang unik
sehingga siswa tertarik
untuk datang serta
melengkapi koleksi-
koleksi buku yang diminati
oleh siswa saat ini.
Disampaing itu, selain
peran pemerintah daerah,
ataupun sekolah, peran
orang tua juga sangat
penting. Orang tua perlu
mengontrol kegiatan anak-
anaknys dirumah,
kemudian mengurangi
bermain gadget, kalau
perlu bisa dibuatkan
perpustakaan mini di
dalam rumah. Hal ini perlu
adanya konsolidasi antara
pihak sekolah/komite
dengan orang tua, sehingga
tujuan yg diharapkan siswa
terbiasa untuk literasi itu
tercapai. Kemudian juga
perlu diadakan lomba-
lomba terkait literasi baik
tingkat lokal atau nasional
guna memotivasi siswa.
(Novita Maulida Ikmal
deosen FISIP Universitas
Wijaya Putra Surabaya,
29 tahun)
3 Kurangnya kemampuan siswa Kajian Literatur Kurangnya kemampuan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal dalam menyelesaikan soal-
HOTs 1. Menurut Tri Nuraini, dkk. soal HOTs berdasarkan hasil
(2022) faktor kesulitan kajian literatur dan hasil
yang dialami oleh peserta wawancara disebabkan oleh:
didik dalam menyelesaikan a. Siswa belum terbiasa
soal dikarenakan peserta dengan soal-soal HOTs
didik belum terbiasa
menyelesaikan soal
berbasis HOTs, kurangnya b. Siswa kurang memahami
pemahaman materi, serta materi dan memahami
kesulitan peserta didik kalimat pada soal.
dalam memahami kalimat c. Siswa tidak terbiasa
pada soal. Ketika guru berpikir kritis.
memberikan soal berbasis
HOTs pada peserta didik, Solusi
dalam menyelesaikan soal Siswa harus dibiasakan
tersebut peserta didik dengan memberikan konsep
masih memerlukan materi yang bersifat
bantuan guru, guru masih kontektual bukan konseptual,
perlu memberikan stimulus sehingga apa yang ada dibuku
pada peserta didik. tidak dihafalkan melainkan
dipahami. Selain itu, siswa
2. Kastri Fani (2021) juga harus dibiasakan
kesulitan yang dialami mengerjakan soal-soal HOTs
peserta didik dalam disetiap pembelajaran.
menyelesaikan soal HOTs
adalah peserta didik
mengerjakan soal dengan
terburu-buru, peserta didik
tidak mengetahui
bagaimana cara
menyelesaikan soal
dikarenakan peserta didik
cenderung mengalami
kesulitan saat memahami
soal, peserta didik tidak
terbiasa dalam
menyelesaikan latihan soal,
rendahnya tingkat
konsentrasi peserta didik
dalam proses
pembelajaran, rendahnya
minat dan pengetahuan
peserta didik dalam
menyelesaikan soal
berbasis HOTs, kondisi
kelas yang kurang kondusif
mempengaruhi konsentrasi
peserta didik, serta
rendahnya motivasi dari
orang tua dan kondisi
ekonomi keluarga yang
tidak mendukung.
Sumber Literatur
Nuraini, Tri., & Julianto.
(2022). Analisis Faktor
Penyebab Kesulitan Siswa
Sekolah Dasar Kelas IV dalam
Menyelesaikan Soal HOTs
(High Order Thinking Skills)
Pada Mata Pelajaran IPA.
PGSD FIP Universitas Negeri
Surabaya:Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar, Vol 10(1),
60-74.
Fani, Kasrti., Fauziana, &
Rahmiaty. (2021). Analisis
Kemampuan Siswa dalam
Menyelesaikan Soal HOTS
pada Pelajaran IPA Kelas V
MIN 25 Aceh Utara. Genderang
Asa : Journal Of Primary
Education, Vol 2(2), 66-75.
Hasil Wawancara
1. Siswa kurang mampu
menyelesaikan soal-soal
HOTs karena siswa tidak
terbiasa berpikir kritis, dan
pemberian soal yg terlalu
mudah. (VK Guru SMPN 1
Benjeng, 27 tahun)
2. Penyebab siswa kurang
memahami soal HOTS:
Siswa kurang diberikan
umpan berfikir tingkat
lanjut sejak dini
Siswa kurang diberikan
pembiasaa pembahasan
soal HOTS dari guru
mapel
kurangnya motivasi
dari dalam diri siswa
arti penting memahami
soal Hots
(AZN Guru PPKn dan
BK SMPN 1 Surabaya, 28
tahun)
3. Soalnya kadang terlalu
panjang, saya jadi bingung
akhirnya tidak mengerti
apa yang dimaksud dalam
soal. (siswa SMPN 2
Kabuh)
4. Kurangnya kemampuan
siswa dalam
menyelesaikan soal HOTs
dikarenakan kemampuan
berpikir siswa masih sangat
rendah. Hal ini disebabkan
karena siswa cenderung
belajar menghafalkan
tanpa memahami
konsepnya. Sehingga saat
diberikan soal-soal yang
bervariasi meskipun
dengan konsep yang sama
siswa cenderung bingung
menganggap soal tersebut
sulit. Untuk mengatasi hal
tersebut siswa harus
dibiasakan dengan
memberikan konsep materi
yang bersifat kontektual
bukan konseptual,
sehingga apa yang ada
dibuku tidak dihafalkan
melainkan dipahami.
Selain itu, siswa juga harus
dibiasakan mengerjakan
soal-soal HOTs disetiap
pembelajaran. (Novita
Maulida Ikmal deosen
FISIP Universitas Wijaya
Putra Surabaya, 29
tahun)
4 Kurangnya pemahaman siswa Kajian literatur Kurangnya pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran 1. Pemahaman adalah suatu terhadap materi pembelajaran
proses aktif yang terjadi pada berdasarkan hasil kajian
individu dalam literatur dan hasil wawancara
menghubungkan informasi disebabkan oleh:
yang baru dengan a. Cara guru menyampaikan
pengetahuan yang lama materi kurang baik atau
melalui koneksi fakta (Faye, terlalu cepat.
2014:38). b. Siswa tidak memiliki
2. Antara satu siswa dengan kemandirian dan
siswa lain bisa berbeda kedisiplinan dalam
faktor kesulitan belajar yang belajar.
dialamnya. Ada siswa yang c. Kurangnya kontrol orang
memiliki kesulitan belajar tua di rumah dalam
karena banyaknya pekerjaan mendampingi anaknya
di rumah yang menyita belajar.
banyak waktu, adapula siswa d. Adanya pengaruh
merasa kesulitan belajar teknologi yang semakin
karena cara guru mengajar canggih dan
yang kurang baik. Namun mempermudah siswa
yang jelas apapun kesulitan mencari jawaban atau
belajar yang dialami oleh informasi tanpa harus
siswa, guru harus berpikir.
mengetahui dengan baik agar
dapat mencari solusi atau Solusi
jalan keluar yang tepat Guru dalam menyampaikan
sehingga pada gilirannya materi lebih bervariatif lagi.
setiap siswa dapat Adanya kerjasama antara
melakukan kegiatan belajar guru dan orangtua dalam
dengan baik (Oemar hamalik membangun kedisiplinan dan
2005). kemandirian siswa dalam
belajar. Pengurangan bermain
Sumber Literatur HP atau game online.
Faye, Jan. 2014. The Nature of
Scientific Thinking The Nature
of Scientific Thinking: On
Interpretation, Explanation, and
Understanding Jan. New York:
Palgrave Macmillan.
Hasil Wawancara
1. Siswa kurang disiplin dan
tidak memiliki
kemandirian dalam belajar,
malas belajar karena sibuk
bermain hp. Kurangnya
kontrol orang tua di rumah.
Guru dalam menympaikan
materi sulit dipahami siswa
atau terkadang terlalu
cepat. (VK Guru SMPN 1
Benjeng, 27 tahun)
2. Masih banyak siswa yang
sebagian waktunya tersita
oleh pekerjaan rumah,
kurang perduli dengan
proses belajar yang di
akibatkan kurang
menariknya guru dalam
menyajikan materi. (AZN
Guru PPKn dan BK
SMPN 1 Surabaya, 28
tahun)
3. Materinya sulit dan
banyak, mau bertanya
bingung. Kadang juga
kurang konsentrasi. Terlalu
banyak PR dari mapel yang
lain. Jarang belajar.
(siswa SMPN 2
Kabuh)
4. Siswa kurang memahami
materi atau konsep
pelajaran dikarenakan
pembelajaran yang
cenderung didominasi oleh
guru, sehingga proses
pembelajaran hanya
berjalan satu arah saja.
Selain iu, tingkat keaktifan
siswa dalam pembelajaran
rendah ditandai dengan
siswa jarang mengajukan
pertanyaan, sehingga siswa
sulit memahami materi
yang mereka pelajari. Hal
ini bisa diatasi dengan guru
memberikan pembelajaran
yang menarik agar siswa
aktif dalam pembelajaran.
Selain itu, siswa juga harus
diberi pertanyaan pematik
untuk memancing rasa
ingin tahunya. Terakhir,
siswa dibiasakn
membentuk konsep
pengetahuan dengan
pemahaman dan bahasanya
sendiri sehingga siswa
mampu mengkaitkannya
dengan fakta-fakta di
lingkungan sekitar
((Novita Maulida
Ikmal deosen FISIP
Universitas Wijaya
Putra Surabaya, 29
tahun)