Anda di halaman 1dari 9

LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama : Ilisya P. Indrasari


Instansi : MTs Daarul Uluum PUI Majalengka
Kelas : PPG Biologi 002

Masalah yang
Analisis eksplorasi
No. telah Hasil eksplorasi penyebab masalah
penyebab masalah
diidentifikasi
1 Pedagogik, Hasil kajian literatur a) Guru kurang
literasi, dan Guru kurang menguasai metode pengelolaan kelas menguasai metode
numerasi: 1) Mahmudah, M. (2018). Pengelolaan kelas: Upaya mengukur pengelolaan kelas
- Pembelajara keberhasilan proses pembelajaran. Jurnal b) Guru mengetahui
n Kependidikan, 6(1), 53-70. tentang model-
monoton/tid Proses pembelajaran yang hanya didominasi oleh guru model
ak menarik akan menciptakan situasi yang kurang menarik bagi siswa. pembelajaran
Terlebih lagi, jika materi yang disampaikan guru memiliki inovatif dan kreatif,
konsep-konsep yang bersifat abstrak sehingga akan tetapi cederung
mempersulit siswa dalam memahami konsep tersebut. malas untuk
2) Al-Tabany, T. I. B. (2017). Mendesain model pembelajaran menerapkannya,
inovatif, progresif, dan konteksual. Prenada Media. Tersedia karena
di: membutuhkan
https://books.google.co.id/books?hl=id&lr=&id=S_rJDwAA energi lebih dalam
QBAJ&oi=fnd&pg=PR4&dq=1pemahaman/+pemanfaatan+ mempersiapkannya.
model- c) Guru kurang
model+pembelajaran+inovatif+berdasarkan+karakteristik+ memiliki kemauan
materi+dan+siswa.&ots=Zjz9UGnHGF&sig=d0ZDM9ZY5s untuk belajar,
XdaWCypiIVTIx44JI&redir_esc=y#v=onepage&q&f=true sudah merasa aman
Banyak kritik yang ditujukan pada cara guru mengajar yang di zona nyaman.
terlalu menekankan pada penguasaan sejumlah d) Guru mengajar
informasi/konsep belaka. Penumpukan infromasi/konsep dengan cara
pada siswa dapat kurang bermanfaat atau bahkan tidak konvensional.
bermanfaat sama sekali jika hanya dikomunikasikan oleh e) Guru kurang
guru kepada siswa melalui satu arah. Dengan cara menguasai materi
pengajaran tersebut, akan menghasilkan siswa yang kurang yang diajarkan.
mampu menghubungkan anaara paa yang mereka pelajari f) Guru merasa
dan bagaimana pengetahuan itu akan dirinya paling tau.
dimanfaatkan/diapliasikan pda situasi tertentu. g) Guru menggunakan
metode mengajar
Hasil Wawancara yang tidak sesuai
Kepala Sekolah: dengan
Pembelajaran dikelas menjadi monoton dikarenakan kualiatas karakteristik
guru yang kurang baik. materi.
h) Guru kurang
Guru/teman sejawat: mengenali
Pembelajaran di kelas tidak menarik disebabkan karena: karakteristik
1. Guru tidak menguasai materi yang sedang diajarkan siswanya.
2. Guru merasa dirinya paling tau
3. Guru menggunakan metode mengajar yang tidak sesuai
dengan materi (misalny, materi yang seharusnya praktek,
disampaikan hanya dengan ceramah)
4. Guru tidak melakukan inovasi cara mengajar
5. Guru tidak mengenali karakteristik siswanya

2 kesulitan belajar 1) Tidur atau mengantuk saat pembelajaran/Peserta didik a) Aktivitas santri
siswa termasuk memiliki motivasi belajar yang rendah yang kurang
siswa Kajian Literatur: terkontrol setelah
berkebutuhan pembelajaran
Menurut Sardiman (2017:89) dibedakan menjadi dua bentuk :
khusus dan pondok, shingga
masalah a. Motivasi Intrinsik : motif-motif yg menjadi aktif atau santri tidur larut
pembelajaran berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena malam dan
(berdiferensiasi) sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu contohnya : mengantuk ketika
di kelas - Keinginan untuk mengetahui sesuatu, mendapatkan proses KBM
berdasarkan keterampilan atau pengetahuan tertentu b) Aktivitas siswa
pengalaman b. Motivasi Ekstrinsik : Motif2 yang aktif dan berfungsinya tidak terkontrol
mahasiswa saat oleh orang tua,
karena adanya perangsang dari luar
menjadi guru: sehingga siswa
Adanya Contohnya : bermain gadget
permasalahan di - Seseorang belajar karena tahu besok mau ujian sampai larut malam
internal/eksternal dengan harapan mendapat kan nilai baik dan mengantuk
murid saat proses KBM
Menurut Sururuddin dan Prihatini (2018:56) memperoleh c) Siswa merasa
hasil bahwa rendahnya motivasi belajar siswa dipengaruhi nyaman dan enjoy
oleh faktor: dengan aktivitas
organisasi dan
- Keluarga ekstrakulikuler,
- Lingkungan karena dirinya
merasa diakui di
- Guru
tempat tersebut.
a) Dalam proses pembelajaran, guru tidak d) Murid merasa tidak
menggunakan media yang dapat menunjang terakui di kelas.
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang e) Adanya
disampaikan sehingga siswa terkesan bosan dan permasalahan
pelajaran menjadi kurang menarik bagi siswa. keluarga (orang tua
bercerai, atau
b) Metode yang digunakan guru dalam mengajar
meninggal),
menjadi monoton karenahanya mengunakan metode mengakibatkan
ceramah yang pada dasarnya hal itu dapat semangat belajar
menurunkan minat dan motivasi belajar siswa sebab murid menurun.
tidak terjadinya interaksi yang aktif antar siswa f) Adanya bullying
dengan guru teman sekelas atau
2) Siswa aktif tapi pemahaman terhadap materi kurang/lambat diluar kelas dapat
menurunkan
Kajian Literatur:
semangat belajar
Menurut Yusria ningsih, 2019 menyatakan bahwa anak
murid.
lambat belajar adalah anak yang mempunyai IQ di bawah
g) Guru belum
rata-rata yaitu mencapai rata-rata70-90, dimana ketika belajar
memfasilitasi gaya
mereka akan mengalami kesulitan dalam memahami pelajaran
belajar siswa.
khususnya dalam hal sesuatu yang dilambangkan dengan
dengan benda atau gambar-gambar, benda-benda yang tidak
diwujudkan atau hal-hal yang memerlukan imajinasi dalam
pikirannya, ataupun terkait dengan suatu proses. Sehingga
menyebabkan mereka tidak dapat mengerjakan suatu tugas
yang seharusnya sudah mampu untuk mereka kerjakan.
Dengan demikian menyebabkan berdampak pada prestasinya
yang menjadi rendah. Sehingga ketika mereka sedang
mempelajari sesuatu, mereka akan membutuhkan waktu yang
lebih lama dibandingkan dengan anak normal yang seusianya.

3) Guru belum memfasilitasi sesuai dengan gaya belajar siswa


Kajian Literatur:
1. Menurut Hafizha (2022:25) et all Kendala yang dialami
guru dalam memfasilitasi gaya belajar siswa yaitu :
- jarang menggunakan proyektor
- kesulitan memfasilitasi siswa bergaya belajar
auditori
- kesulitan mengelola waktu
- dan siswa belum tentu memahami materi pelajaran.

2. Menurut Izzun Himmah dan Nugraheni (2023:31) gaya


belajar siswa disebabkan karena perbedaan keunikan
antara masing-masing siswa. Perbedaan itu dipengaruhi
faktor lingkungan dan dominasi otak sehingga
membentuk gaya belajar yang cenderung mengarah ke
penglihatan, pendengaran, atau gerak tubuh. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas VI memiliki
gaya belajar yang beragam. Terbukti bahwa gaya belajar
siswa menunjukkan 47% visual, 31% auditori, dan 21%
kinestetik. Perbedaan inilah yang menjadi tantangan guru
untuk menerapkan strategi pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi bertujuan untuk
memfasilitasi siswa agar terpenuhi kebutuhan belajarnya.

Hasil wawancara
Kepala Sekolah:
Kesulitan belajarn siswa dapat berasal dari faktor internal maupun
eksternal siswa.
Faktor internal diantaranya karena motivasi diri yang kurang.
Faktor eksternal:
- Siswa cukup aktif di ekstraskulikuler dan organisasi,
sehingga terkadang kurang fokus dalam belajar.
- Jadwal siswa sebagai santri yang cukup padat, sehingga
ketika di kelas mengantuk.
- Keluarga tidak harmonis.
- Siswa merasa tidak nyaman di kelas, karena terjadi bulying
atau siswa sendiri kurang bersosialisasi.

3 Relasi guru, Kajian literatur: Kurangnya relasi guru-


siswa dan atau Relasi guru dan siswa tidak terjalin dengan baik: siswa, guru-orangtua-
orang tua, 1) Muspiroh, N. (2016). Peran kompetensi sosial guru dalam orangtua-siswa, siswa-
kurang baik. menciptakan efektifitas pembelajaran. Edueksos Jurnal siswa, dan guru-guru,
Pendidikan Sosial & Ekonomi, 4(2). Tersedia dalam: berdasarkan hasil
https://www.jurnal.syekhnurjati.ac.id/index.php/edueksos/artic literatur, wawancara,
le/view/655 dan obeservasi
Menurut N. Muspiroh (2016). Relasi antara guru dengan lapangan:
siswa tidak terjalin dengan baik diantaranya dikarenakan Guru-siswa:
kompetensi sosial guru kurang baik. Kompetensi sosial guru 1. Kompetensi sosial
didalam lingkungan kelas atau hubungannya dengan siswa guru kurang baik.
dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu aspek bertindak dan 2. Perilaku guru
bersikap obyektif terhadap terhadap siswa; aspek dalam proses
berkomunikasi efektif, santun dan empati dengan siswa; serta pembelajaran.
beradaptasi dengan lingkungan kelas. 3. Guru mengajar
terlalu banyak
2) Rezki, C. Y., & Mukhaiyar, R. (2020). Studi Hubungan kelas
Perilaku Guru SMK Teknik Listrik Dalam Pembelajaran 4. Guru fokus pada
Dengan Motivasi Belajar Siswa (Studi Kasus di SMKN 5 penyelesaian
Padang). JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan Vokasional), 6(1), materi.
153-157. TErsedia dalam: Guru-orangtua:
https://ejournal.unp.ac.id/index.php/jtev/article/view/107860/1 1. Orangtua kurang
03054 perhatian terhadap
Menurut Cindy Yulia Rezki, dkk (2020), terdapat hubungan perkembangan
yang signifikan anatara perilaku guru dalam pembelajaran pendidikan anak.
dan motivasi belajar siswa. 2. Guru mapel
terbatas
Relasi orang tua dan siswa kurang baik: hubungannya
1) Aini, N. A. (2023). Efektivitas Layanan Konseling Individu dengan orang tua.
dalam Menghadapi Anak Broken Home di SMA N 1 Tebing Orang tua-siswa:
Tinggi. Al-Mursyid: Jurnal Ikatan Alumni Bimbingan dan 1. Kelaurga broken
Konseling Islam (IKABKI), 4(2). home
http://jurnaltarbiyah.uinsu.ac.id/index.php/almursyid/article/ 2. Rendahnya
view/1353 pendidikan orang
Istilah broken home biasanya digunakan untuk tua.
menggambarkan keluarga yang berantakan akibat orang 3. Pola asuh orang
tua tidak lagi peduli dengan situasi dan keadaan keluarga di tua.
rumah. Orang tua tidak lagi perhatian terhadap anak- 4. Orangtua
anaknya, baik masalah anak di rumah, sekolah, sampai cenderung
pada perkembangan pergaulan anak-anaknya di membela dan
masyarakat tempat tinggalnya (Aini, 2023). melindungi
2) Wiwin. (2015). Peranan Guru Dalam Mengatasi Siswa anaknya.
Broken Home Di Sma Negeri 1 Cigugur Kabupaten 5. Orang tua
Kuningan. Skripsi. Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan bersikap acuh
Institut Agama Islam Negeri (Iain) Syekh Nurjati Cirebon. terhadap
Tersedia di: https://core.ac.uk/download/pdf/147421015.pdf perkembangan
Campbell dan Parcel (2002:175) mengemukakan, bahwa pendidikan anak,
pendidikan orang tua, tingkat pengetahuan dan investasi untuk tingkat
dalam pendidikan dan aspirasi pendidikan yang tinggi aliyah.
berhubungan dengan semakin baiknya lingkungan keluarga 6. Rendahnya
anak anak. Semakin tinggi pendidikan orang tua maka perekonomian
menunjukkan adanya kecenderungan mempunyai harapan keluarga.
tingkat pendidikan anak yang lebih tinggi, memberi Guru-guru:
dukungan kepada anak untuk melakukan yang terbaik di 1. Adanya
sekolahan, dan pengharapan yang tinggi terhadap prestasi kesenjangan
akademik anak (Davis-Kean & Schnabel, 2002 diacu dalam honorarium
Davis-Kean dan Sexton, tanpa tahun). 2. Kurangnya rasa
3) Taib, B., Ummah, D. M., & Bun, Y. (2020). Analisis Pola saling memahami.
Asuh Otoriter Orang Tua Terhadap Perkembangan Moral 3. Terjadinya
Anak. Jurnal Ilmiah Cahaya Paud, 2(2), 128-137. Tersedia persaingan antara
di: guru.
http://ejournal.unkhair.ac.id/index.php/cahayapd/article/vie 4. Belum adanya
w/2090 kerjasama antar
Pola asuh orang tua yang otoriter atau terlalu menekan guru dalam
anak akan berpengaruh terhadap sikap moral anak. menyelesaikan
Berdasarkan hasil penelitian, dampat negatif pola asuh permasalahan
otoriter yaitu anak akan cenderung sulit diatur, keras pembelajaran.
kepala, tidak taat, dan akan melampiaskan perasaannya 5. Belum adanya
sessuai dengan keinginannya. kerjasama antar
4) Sari, C. W. P. (2020). Pengaruh pola asuh otoriter orang tua guru dalam
bagi kehidupan sosial anak. Jurnal Pendidikan dan penyelesaian
Konseling (JPDK), 2(1), 76-80. Tersedia di: masalah murid.
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/arti
cle/view/597
Pola asuh otoriter dapat berpengaruh pada sikap sosial
anak. Berdasarkan hasil penelitian, dampak negatif pola
asuh otoriter terhadap sikap sosial anak adalah menjadikan
anak takut melakukan kesalahan, takut mencoba hal-hal
baru, dan tidak percaya diri.

Hasil Wawancara:
Kepala Sekolah
Relasi guru dengan siswa kurang baik
1) Guru mengajar terlalu banyak kelas dan siswa sehingga
tidak mengenali siswanya dengan baik.
2) Guru terlalu focus pada penyelesain materi, sehingga
tidak terlalu memperhatikan perkembanan dan
kebutuhan siswa
Relasi guru dengan guru kurang baik
1) Terjadi persaingan antar guru.
2) Belum adanya budaya saling bekerjasama dalam
menyelsaikan permasalah pembelajaran di kelas, baik
antar guru satu mapel maupun berbeda mapel.
3) Belum adanya Kerjasama dalam menyelesaikan
permasalahan murid, antar guru mapel, wali kelas dan
guru BK.
Relasi guru dengan orang tua kurang baik:
1) Orang tua tidak perhatian terhadap perkembangan
pendidikan anaknya, sehingga sulit diajak Kerjasama
2) Orangtua terlalu percaya dan membela anaknya.
3) Guru mapel cenderung terbatas dalam menjalin
komunkasi dengan orangtua. Jika ada hal yang
mebutuhkan hubungan dengan orang tua, biasanya
disampaikan ke wali kelas.
Relasi orang tua dengan siswa kurang baik:
1) Orang tua tidak perhatian terhadap perkembangan
pendidikan anaknya, sehingga sulit diajak Kerjasama
2) Keluarga yang broken home.
3) Pendidikan dan perekonomian keluarga yang kurang,
sehingga perhatian orang tua terhadap perkembangan
Pendidikan anak kurang.

Teman Sejawat/guru:
Relasi guru dengan siswa kurang:
1) Guru tidak bisa beradaptasi dengan perkembangan
zaman
2) Guru tidak bisa mengenali karakteristik siswa
3) Guru sering bertindak otoriter
Relasi guru dengan guru kurang:
1) Biasanya terjadi karena kesenjangan honorarium
2) Terjadi karena tidak adanya saling memahami satu sama
lain
Relasi guru dengan orang tua:
Biasanya jarang terjadi relasi antara guru dengan orang tua.
Jikapun terjadi karena muridnya melakukan kesalahan sehingga
guru berkordinasi dengan orang tua untuk menyelesaikan masalah
tersebut.

4 pemahaman/ Kajian Literatur Kurangnya


pemanfaatan 1) Yusrina, F., Bain, B., & Suryadi, A. (2019). Hambatan Guru pemahaman/
model-model Dalam Menerapkan Model Pembelajaran Inovatif Pada Mata pemanfaatan model-
pembelajaran Pelajaran Sejarah di SMP Negeri 3 Magelang. Historia model pembelajaran
inovatif Pedagogia, 8(1), 51-57. Tersedia di: inovatif berdasarkan
berdasarkan https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/hp/article/view/345 karakteristik materi dan
karakteristik 97 siswa, berdasarkan
materi dan Pembelajaran kurang menarik bagi peserta didik kajian literatur, hasil
siswa. dikarenakan penggunaan model pembelajaran yang wawancara, dan
monoton, penerapan model pembeljaaran yang inovatif obserasi lapangan:
hanya terbatas pada metode ceramah bervariasi dan diskusi 1. Penerapan
saja. Adanya hambatan bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran
pembelajaran inovatif yang bervariasi karena kurang inovatif hanya
menguasai karakteristik model pembelajran inovatif. terbatas pada
Disamping itu, pemanfaatan media, alat, dan bahan metode ceramah
pembelajaran kurang diperhatikan. bervariasi dan
2) Utiarahman, T. B. (2020). Meningkatkan Kompetensi diskusi saja.
Pedagogik Guru Melalui Pelatihan Berjenjang. Aksara: 2. Guru kurang
Jurnal Ilmu Pendidikan Nonformal, 5(3), 215-222. Tersdia menguasai
di: karakteristik
https://ejurnal.pps.ung.ac.id/index.php/Aksara/article/view/2 model
27 pembelajaran
Suasana pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah inovatif.
selama ini membuat siswa menjadi pasif, tidak kreatif, 3. Pemanfaatan
bahkan menimbulkan kebosanan, karena konsep-konsep media, alat, dan
yang disampaikan sulit dipahami. Akibatnya, cara yang bahan
ditempuh siswa dalam upaya memahami suatu konsep pembelajaran
adalah dengan cara sekedar menghafal tanpa berpikir kurang
tentang bagaimana kebenaran konsep itu dan apa manfaat diperhatikan.
konsep itu dipelajari. 4. Guru lebih
nyaman
Hasil Wawancara: menggunakan
Kepala Sekolah: model
1) Guru lebih nyaman menggunakan model pembelajaran pembelajaran
konvensional dikarenakan lebih mudah, tidak memerlukan konvensional.
persiapan. 5. Guru hanya
2) Dengan zona nyaman tersebut, guru cenderung malas untuk terfokus pada
mempelajari model-model pembelajaran inovatif sesuai penyampaian
dengan karakteristik materi dan siswa. materi.
3) Dalam mengajar, guru hanya terfokus pada penyampaian 6. Kurangnya jam
materi dan tidak memperhatikan karakteristik dan potensi pelajaran.
siswa. 7. Guru kurang
4) Jam pelajaran yang dikurangi, karena adanya prioritas memahami
madrasah pada mata pelajaran yang lain, sehingga maple karakteristik
tertentu ditambah JP nya dan berimbas pada pengurangan JP materi.
maple lain. Ini menjadi alasan guru tidak sempat mengenali
karakteristik siswa dan belum menerapkan model-model
pembelajaran inovatif.
5) Permasalahan no.2 dapat terjadi karena guru masih
menggunakan model pembelajaran konvensional.
6) Guru baru mengenal asesmen diagnosis, dan belum ada
pelatihan lebih lanjut.
7) Guru kurang mengeksplor mengenai karakteristik materi,
sehingga model pembelajaran yang digunakan dalam setiap
materi hampir sama.
8) Pembahasan mengenai karakteristik materi di MGMP baik
internal maupun eksternal belum dilakukan.

Teman sejawat/guru:
1) Sebagian besar guru belum menerapkan model-model
pembelajaran inovatif dan kreatif, dikarenakan waktu yang
tidak mencukupi, dan pengetahuan guru terhadap model-
model pembelajaran masih kurang.
2) Guru tidak sepenuhnya memahami karakteristik materi,
karena kurangnya literasi.
3) Guru tidak sepenuhnya memahami karakteristik siswa,
karena terfokus kepada penyampaian materi.

5 Materi terkait Kajian Literatur: Kurangnya penerapan


Literasi 1) Terjadinya miskonsepsi pada guru literasi numerasi,
numerasi, Chaniarosi, L. F. (2014). Identifikasi miskonsepsi guru HOTS, pembahasan
Advanced biologi SMA kelas XI IPA pada konsep sistem reproduksi advance material, dan
material, manusia. Jurnal EduBio Tropika, 2(2). Tersedia di: miskonsepsi materi
miskonsepsi, https://jurnal.usk.ac.id/JET/article/view/5257 berdasarkan kajian
HOTS. Faktor utama penyebab terjadinya miskonsepsi guru dalam literatur, hasil
penelitian ini, bersumber dari pemikiran guru itu sendiri. wawancara, dan
Artinya, pemikiran tersebut dapat diperoleh dari observasi lapangan:
interpretasi yang dibuat sendiri pada saat membaca buku Miskonsepsi:
teks. Makna dari suatu konsep yang dipahami guru bisa saja 1. Interpretasi guru
memiliki ketidaksesuaian terhadap pendapat dari para ahli terhadap materi
di bidangnya, sehingga akan melahirkan miskonsepsi pada tidak sesuai
konsep tersebut. Hal ini sangat mengkhawatirkan, sebab dengan pendapat
jika seorang guru memiliki kesalahpahaman terhadap suatu para ahli.
konsep, maka besar peluang bagi siswa mendapatkan 2. Kurangnya
penjelasan konsep yang salah dari guru tersebut. Sesuai pengetahuan guru
per- nyataan Woolfolk dan Nicolich (1984) dalam terhadap materi.
Hewindati dan Suryanto (2004), yang menyatakan bahwa 3. Buku teks yang
terdapat hubungan yang erat antara kualitas penjelasan dan digunakan hanya
pengetahuan guru dengan pencapaian belajar murid. satu.
Kurangnya pengetahuan guru akan menyebabkan tidak 4. Kemampuan
jelasnya penyajian pelajaran yang dapat menimbulkan berfikir,
miskonsepsi. pengalaman, dan
Selain itu, faktor penyebab miskonsepsi pada guru dalam proses belajar
penelitian ini juga bersumber dari buku teks. Guru siswa itu sendiri.
cenderung menggunakan beberapa macam buku teks tingkat 5. Penjelasan dari
SMA sebagai sumber informasi terhadap konsep yang guru ataupun
diajarkan kepada siswa. (Odom, 1993 dalam Kustiyah, buku mapel yg
2007) menyatakan bahwa, buku teks yang dijadikan satu- kurang tepat.
satunya sumber informasi bagi guru akan mendorong terja- 6. Kurangnya literasi
dinya miskonsepsi pada guru. guru terhadap
2) Terjadinya miskonsepsi pada siswa materi pelajaran.
Ardiyanti, Y., & Utami, M. R. (2017). Identifikasi
miskonsepsi siswa pada materi sistem reproduksi. Biosfer: Literasi numerasi:
Jurnal Biologi dan Pendidikan Biologi, 2(2), 18-23. 1. Guru belum
Tersedia di: beradaptasi dan
https://www.journal.unpas.ac.id/index.php/biosfer/article/vie membiasakan
w/574/530 siswa dengan
Faktor-faktor penyebab miskonsepsi dapat berasal dari soal-soal berbasis
siswa, guru, buku teks, konteks dan metode mengajar literasi.
(Suparno, 2005). hal itu sejalan dengan yang 2. Guru belum
diungkapkan oleh Ibrahim (2012) bahwa miskonsepsi mampu membuat
bersumber dari kemampuan berfikir siswa itu sendiri, soal-soal berbasis
pengalaman siswa, proses pembelajaran, penjelasan dari literasi dan
guru dan buku pelajaran. Namun Chaniarosi (2014) pemahamannya
mengungkapkan bahwa guru juga memiliki andil yang asih sangat
cukup besar terhadap miskonsepsi siswa, hal ini kurang.
disebabkan karena salah satu terjadinya miskonsepsi pada 3. Guru cenderung
siswa adalah guru yang memiliki miskonsepsi terhadap menggunakan
mata pelajaran itu sendiri. Berdasarkan pernyataan soal yang tertutup
tersebut dapat kita katakan bahwa jika guru salah dalam dan cenderung
memahami dan memberi penjelasan mengenai konsep dapat langsung
pem belajaran, maka siswa juga akan menerima konsep diselesaikan oleh
yang salah. siswa.
3) Pemahaman materi dan soal-soal HOTS kurang. 4. Kurangnya literasi
Hastuti, W. S., Pujiastuti, P., Tiarani, V. A., Nugroho, I. A., numerasi guru
& Herwin, H. (2021). Pelatihan pengembangan berdampak pada
pembelajaran berorientasi Higher-Order Thinking Skills kurangnya literasi
(HOTS) bagi guru sekolah dasar. FOUNDASIA, 12(1). numerasi siswa.
Tersedia di: 5. Guru belum
http://ejournal.inaifas.ac.id/index.php/auladuna/article/view/ terbiasa dengan
410/312 literasi dan
Beberapa persoalan yang ditemukan di lapangan adalah numerasi.
peserta didik mendapatkan pembelajaran yang belum dalam Pembelajaran HOTS:
kategori HOTS dalam pembelajaran di kelas 1. Siswa
(sindonews.com, 2018). Hal ini dipastikan menjadi salah mendapatkan
satu penyebab kegagalan peserta didik dalam menghadapi pembelajaran di
ujian nasional. kelas yang belum
Pada prakteknya pembelajaran HOTS tidak mudah dalam kategori
dilakukan oleh guru. Perlu adanya persiapan khusus HOTS.
selain penguasaan materi, metode, media, dan evaluasi 2. Guru memerlukan
pembelajaran. Persiapan tersebut jarang dilakukan oleh persiapan khusus,
guru sebelum mengajar. Rata-rata guru hanya berbekal selain penguasaan
metode penugasan dan ceramah. Media pembelajaran yang materi, metode,
diterapkan juga seadanya, belum ada pembaharuan. Guru media, dan
merasa ada yang kurang meskipun ada guru yang sudah evaluasi
mulai menerapkan pembelajaran sesuai prosedural. pembelajaran.
3. Rata-rata guru
4) Pemahaman materi literasi dan numerasi kurang hanya berbekal
Zuhra, F., Nurhayati, N., Safarati, N., Rahma, R., & metode penugasan
Jasmaniah, J. (2021). Pelatihan Implementasi Literasi Dan dan ceramah.
Numerasi Dalam Proses Pembelajaran untuk Guru Advance Material:
MTsS. JMM (Jurnal Masyarakat Mandiri), 5(6), 3434-3441. 1. Guru belum
Tersedia di: menyampaikan
https://journal.ummat.ac.id/index.php/jmm/article/view/507 advance material
3 karena kurangnya
Salah satu alasan yang menjadikan siswa masih belum waktu
mampu menyelesaikan permasalahan yang berbasis literasi pembelajaran.
yaitu guru yang belum beradaptasi serta belum
membiasakan siswa dalam memahami soal-soal yang
berbasis literasi. Hal ini disebabkan masih ada guru yang
belum mampu menyusun soal literasi dan pemahamannya
masih sangat kurang (Fiangga et al., 2019). Salah satu hal
yang sering terjadi dilapangan yaitu guru cenderung
membuat soal yang tertutup serta dapat langsung
diselesaikan oleh siswa dengan menggunakan suatu rumus
yang sudah diberikan (Zuhra et al., 2021).

Hasil Wawancara:
Kepala Madrasah
1. Kurangnya literasi numerasi guru berdampak pada
kurangnya literasi numerasi murid.
2. Biasanya Guru tidak menyampaikan atau membahas
advance material dalam proses pembelajaran, karena tidak
cukupnya waktu pembelajaran. Oleh karenanya, ada klub-
klub mata pelajaran, yang disana dapat disampaikan advance
materials sesuai dengan minat murid.
3. Miskonsepsi guru dapat terjadi karena kurangnya literasi
membaca guru. Madrasah menghimbau guru untuk
mengikuti seminar-seminar atau workhshop pendalam
materi maple masing-masing.
4. Dalam proses pembelajaran, guru belum melakukan proses
pembelajaran HOTS. Tetapi dalam soal, diminta untuk 30%
soal-soal sumatif mengandung soal HOTS. Dalam
penerapannya, 30% soal yang dikatakan soal HOTS oleh
guru, belum tentu soal HOTS, masih soal LOTS atau
MOTS.

Teman sejawat/guru:
1. Guru belum terbiasa dengan literasi membaca dan numerasi.
2. Sebagian besar guru masih menerapkan pembelajaran LOTS
dan MOTS, hanya sebagain kecil yang sesekali
menggunakan pembelajaran berbasis HOTS. Hal ini
dikarenakan pemahaman guru terhadap pembelajaran
berbasis HOTS masih kurang dan juga waktu yang tidak
mencukupi.
3. Advance material tidak tersampaikan, penyampaian di club
mapel juga belum optimal.

6 pemanfaatan Ceha, R., Prasetyaningsih, E., & Bachtiar, I. (2016). Peningkatan Kurangnya
teknologi/inovasi kemampuan guru dalam pemanfaatan teknologi informasi pada pemanfaatan
dalam kegiatan pembelajaran. ETHOS: Jurnal Penelitian dan teknologi/inovasi
pembelajaran. Pengabdian kepada masyarakat, 131-138. Tersedia di: dalam pembelajaran
https://ejournal.unisba.ac.id/index.php/ethos/article/view/1693/pd berdasarkan kajian
f literatur, wawancara
Pengimplementasian Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK) dan observasi
mencakup sumber daya manusia, infrastruktur, hardware, dan lapangan:
software. Hambatan dalam pengimplementasian di sekolah 1. Kurangnya
antara lain: jumlah tenaga pengelola yang memiliki kompetensi motivasi belajar
di bidang teknologi informasi belum mencukupi, belum semua dan berubah dari
sekolah memiliki infrastruktur yang mendukung, belum semua seorang guru
sekolah memiliki hardware lengkap baik secara kualitas maupun 2. Kurangnya
kuantitas, dan software original mahal (Herman Dwi Surjono dan pengetahuan guru
Abdul Gafur, 2010). Pembelajaran yang konvensional dan kurang terhadap IT/tidak
bervariasi akan membuat siswa bosan belajar serta kurang melek IT.
termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran di sekolah yang 3. Murid tidak
akhirnya akan berpengaruh pada kualitas pembelajaran dan diperbolehkan
prestasi siswa. Untuk itu, perlu dilakukan upaya-upaya yang membawa gadget
dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala tersebut sehingga ke madrasah
pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi di sekolah 4. Belum semua
menjadi lebih optimal sekolah memiliki
infrasturktur yang
Huda, I. A. (2020). Perkembangan teknologi informasi dan mendukung
komunikasi (TIK) terhadap kualitas pembelajaran di sekolah penerapan IT.
dasar. Jurnal Pendidikan Dan Konseling (JPDK), 2(1), 121-125.
Tersedia di:
https://journal.universitaspahlawan.ac.id/index.php/jpdk/article/vi
ew/622
Perkembangan TIK sudah merambah di bidang pendidikan.
Dimulai dari data peserta didik yang harus diinput melalui
website sampai saat ini yaitu adanya e-rapot. Guru sebagai
pendidik dituntut untuk melek terhadap perkembangan TIK.
Karena penggunaan TIK dapat membantu guru dalam
administrasi dan meningkatkan kualitas pembelajarannya.
Penggunaan TIK dalam proses pembelajaran sangat
diperlukan agar pembelajaran dapat berjalan efektif, efisien,
dan menarik perhatian peserta didik saat ini yang sudah
disebut Generasi Z.

Hasil Wawancara
Kepala Sekolah:
Kompetensi abad 21 menuntut guru untuk menguasai literasi
digital. Sudah sepatutnya guru memiliki kemauan untuk dapat
mengembangkan diri meningkatkan literasi digital.
Sekolah sudah memfasilitasi dengan perangkat IT yaitu computer
dan laptop yang dapat digunakan siswa dalam proses
pembelajaran. Di setiap kelas dilengkapi dengan TV, untuk
memudahkan guru dalam presentasi menggunakan media digital.
Jaringan WIFI disediakan, walaupun tidak di seluruh area
memiliki sinyal yamg baik, tetapi minimal di area lab computer
dan perpustakaan, sudah sangat memadai. Sehingga diharapkan,
walaupun murid tidak diperbolekan membawa gadget ke
madrasah, pembelajaran dengan pemanfaatan teknologi
informasi/inovasi, tetap dapat dilakukan.
Madrasah sudah memfasilitasi pelatihan/pembinaan guru terkait
pemandaatan teknologi informasi, bahkan setiap guru diminta
untuk membuat video pembelajaran masing-masing. Pada
prakteknya, tidak semua guru melaksanakan hal tersebut.
Dikarenakan dari dalam diri guru tersebut, yaitu kemauan untuk
belajar dan kemauan untuk berubah.
Dalam kurikulum, madrasah memasukkan mata pelajaran Literasi
Digital, karena menyadari pentingnya kiterasi digital sebagai
kompetensi murid di abad 21.

Teman sejawat/guru:
1. Tidak diperbolehkannya siswa membawa gadget ke
madarasah.
2. Kurangnya pengetahuan guru mengenai pemanfaatan
teknologi/inovasi dalam pembelajaran.

Anda mungkin juga menyukai