PEMBAHASAN
3.1 Ventilator
3.1.1 Spesifikasi Alat
22
Aliran inspiratory : ≤200 L/min
Tekanan inspiratory : 1 cmH2O sampai 20 cmH2O
Insp. Pressure limit (Pmax) : 2 cmH2O sampai 100 cmH2O
PEEP (intermittent PEEP) : 2 sampai 20 cmH2O
Tekanan bantuan : 0 sampai 50 cmH2O
Waktu kenaikan tekanan : 0 sampai 2 detik
Konsentrasi O2 : 21% sampai 100%
3.1.2 Bagian – Bagian Alat
23
1. Air and O2 supply
2. Power cable
3. User Interface
4. Patient Unit
5. Expiratory inlet
6. Servo guard, viral/bacterial filter
7. Inspiratory outlet
8. Patient system
9. Module compartment
3.1.3 Teori Dasar Alat
Ventilator merupakan sebuah alat bantu atau pendukung pernapasan yang
digunakan oleh seorang yang memiliki permasalahan pernapasan. Penggunaan
ventilator sebagian besar di rumah sakit. Mulai dari penggunaan oleh pasien
yang akan dioperasi atau dianastesi, perawatan dari penyakit paru-paru, dan
gangguan pernapasan lain.
Secara umum, alat ini memang menjadi salah satu alat untuk membantu
pernapasan seseorang. Alat ini juga sering digunakan oleh seorang pasien
ketika dirinya sedang operasi dan menggunakan anastesi. Meskipun seseorang
yang dioperasi tidak memiliki masalah pernapasan, tapi ventilator digunakan
untuk memantau pernapasannya.
Selain digunakan saat sedang operasi, ventilator tentu memiliki peran
penting untuk membantu pernapasan seseorang ketika memilki gangguan
penyakit pernapasan tertentu. Penyakit tersebut antara lain, Pneumonia, PPOK
(chronic obstructive pulmonary disease), cedera tulang belakang/folio, cedera
otak, dan overdosis obat.
Saat pernapasan terganggu, tentu seseorang akan merasa kurang nyaman
bahkan kesulitan saat bernapas. Alat ini memang tidak akan menyembuhkan
penyakit pernapasan, tapi setidaknya meringankan pernapasan seseorang. Alat
ini akan dilepas ketika seseorang sudah bisa kembali bernapas dengan normal.
Pada alat ventilator juga ada alat bantu lainnya seperti humidifier.
Humidifier adalah perangkat yang menambahkan molekul air ke gas. Mereka
24
diklasifikasikan sebagai aktif atau pasif berdasarkan pada kehadiran sumber
eksternal panas dan air (humidifier aktif), atau pemanfaatan suhu dan hidrasi
pasien sendiri untuk mencapai humidifikasi dalam napas berturut-turut (pasif
humidifier). Humidifier aktif. Humidifier aktif bertindak dengan
memungkinkan saluran udara di dalam reservoir air yang dipanaskan. Alat-alat
ini ditempatkan di cabang inspirasi dari sirkuit ventilator, proksimal dari
ventilator. Pengaturan suhu biasa untuk humidifier yang dipanaskan saat ini
adalah 37°C. Kinerja humidifier dapat dipengaruhi oleh suhu ruangan, serta
ventilasi menit pasien.
3.1.4 Mode Ventilation
3.1.4.1 Volume Control
Ventilator mengalirkan udara bila mendapat trigger dari mesin/pasien,
dengan target flow (volume), inspirasi berakhir bila volume tidal
tercapai. Klinisi mengatur bebrapa aspek yaitu frekuensi napas (RR),
volume tidal, Ti, FiO2, PEEP. Pada mode volume control pasien akan
bernapas minimal sesuai dengan RR yang diatur, setiap napas akan
memiliki Vt yang sama.
3.1.4.2 Pressure Control
Ventilator mengalirkan udara bila mendapat trigger dari mesin/pasien,
dengan target tekanan (pressure), inspirasi berakhir bila waktu
inspirasi (Ti) tercukupi. Klinisi mengatur beberapa aspek yaitu
frekuensi napas (RR), tekanan inspirasi (Pi), Ti, FiO2, PEEP. Pada
mode ini pasien akan bernapas minimal sesuai dengan RR yang diatur,
setiap napas akan memiliki Pi yang sama. Vt akan bervariasi
tergantung resistance dan compliance.
3.1.4.3 Pressure Support
Semua napas di-trigger oleh pasien. Aliran udara diberikan dengan
target tekanan. Setiap inspirasi di-akhiri dengan nilai flow inspirasi
(flow cycle-off).Untuk Vt, Ti, dan RR ditentukan oleh pasien. Pada
mode ini harus diyakinkan bahwa upaya napas cukup. Risiko
hipoventilasi atau apnea.
25
3.1.4.4 Synchronized Intermittent Mandatory Ventilation (SIMV)
Ventilator mengalirkan udara bila mendapat trigger dari mesin/pasien
seperti pada VC atau PC • Perbedaan dengan VC atau PC: – Selain
RR, harus ditetapkan pula breath cycle time – Pasien memiliki
kesempatan untuk bernapasan spontan (dengan atau tanpa PS) di
antara mandatory ventilation . Pasien: akan bernapas minimal sesuai
dengan RR yang diatur.
3.1.5 Parameter
3.1.5.1 Tidal volume (VT )
Jumlah udara yang diberikan pada pasien tiap napas (satuan: mL).
3.1.5.2 Respiratory rate/frequency (f)
jumlah napas (pasien/mesin/keduanya) dalam 1 menit (satuan:
napas/menit).
3.1.5.3 Minute ventilation (MVE)
jumlah udara yang diberikan pada pasien dalam 1 menit (satuan:
L/menit). Merupakan hasil perkalian tidal volume dan respiratory rate.
3.1.6 Prinsip Kerja Alat
Pada prinsipnya ventilator adalah suatu alat yang bisa menghembuskan gas
(dalam hal ini oksigen) ke dalam paru-paru pasien. Saat menghembuskan gas,
ventilator bisa tidak tergantung otot pernapasan (ventilator menggantikan
sepenuhnya kerja otot pernapasan), atau ventilator bersifat membantu otot
pernapasan sehingga kerja otot pernapasan diperkuat. Jumlah gas yang
tergantung dengan pengaturan yang kita kehendaki macam-macam ventilator.
26
3.2 Diagram Blok
27
3.2.2 Cara Pengoperasian
1. Hubungkan ventilator dengan sumber listrik
2. Hubungkan ventilator dengan sumber O2 dan udara tekan
3. Isi humidifier dengan air steril (lihat batas air)
4. Perhatikan “breathing circuit” apakah ada kebocoran
5. Perhatikan baik-baik konektor yang menghubungkan pasien dengan
sirkuit pernapasan atau “breathing circuit”
6. Sebelum dihubungkan ke pasien harus disetting terlebih dahulu
yaitu:
- M.V = Tidal Volume (T.V) X Respiratory rate (R.R)
- Normal T.V = 10-15 cc / kg BB
- Normal R.R = 10-12 X/mt (pada orang dewasa)
- Tentukan FiO (Fresentase Oksigen)
Pada permulaan di berikan 50% selanjutnya lihat analisa gas
darah pada pasien dengan pasca ‘’cardiac arrest’’ FiO2 harus
diberikan 100.
- Tentukan PEEP (Positive End Ekspiratory Pressure)
- Setting pengaturan alarm
3.2.3 Instalasi dan Penempatan Alat
1. Ruangan bersuhu 25°C sampai 29°C.
2. Kelembapan pada ruangan memiliki rentang 5% sampai 99% RH.
3. Terdapat air outlet.
4. Terdapat oxygen outlet.
5. Pastikan tegangan AC pada ruangan sebesar 220V ±10% dengan
grounding yang baik.
3.2.4 Cara Pemeliharaan Alat
Pemeliharaan harian
a. Bersihkan badan pesawat dari kotoran yang ada.
b. Periksa kondisi O2 dan Air pressure, jangan sampai kosong atau
habis.
c. Uji cobakan ventilator sebelum digunakan kepasien
28
Pemeliharaan mingguan
a. Ganti selang dari ventilator
b. Buang cairan dari water trap
Pemeliharaan bulanan
3.1 Bersihkan ekspirasi port
3.2 Bersihkan Expirasi valve
Pemeliharaan tahunan
Kalibarsi ventilator tersebut layak atau tidaknya dipakai
3.2.5 Troubleshooting
Didalam alat ventilator biasanya juga terdapat kerusakan karena
tidak adanya pemeliharaan atau pemantauan. Disini teknisi
elektromedik sangat berperan penting membuktikan keahlianya dalam
memperbaiki alat ventilator. Kerusakan yang sering didapat dalam alat
ventilator sebagai berikut:
1. O2 tidak keluar
Tindakan : periksa selang O2 apakah terhubung ke ventilator atau
tidak.
2. Ada penyumbatan di expirasi valve
Tindakan : bersihkan expirasi valve dengan menggunakan air bersih
atau alkohol.
3. Tidak ada dorongan O2 untuk inspirasi kepasien
Tindakan : terlebih dahulu periksa air pressure apakah masuk ke
ventilator, kemudian apabila O2 masih tidak keluar periksa di mixer
karena O2 dan air pressure itu bercampur.
4. Ventilator tidak nyala
Tindakan : periksa jala-jala sumber tegangan terhubung atau tidak,
periksa regulator pada ventilator.
29
BAB III
PEMBAHASAN
30
3.4 Defibrilasi
Ketika jantung berdetak tidak terkoordinasi atau terlalu cepat, jantung
tidak dapat lagi memompa darah secara efektif. Curah jantung dan tekanan
darah turun ke tingkat yang berbahaya. Situasi ini mengancam jiwa dan
tindakan segera harus diambil. Dalam beberapa menit, kematian atau
kerusakan otak ireversibel adalah hasilnya. Defibrilasi adalah pengobatan
yang dapat menghentikan irama jantung yang tidak normal dengan
memberikan kejutan listrik pendek yang kuat ke jantung. Kejutan
mengganggu aktivitas sel-sel jantung yang tidak terkendali, sel-sel menjadi
terdepolarisasi dan irama jantung yang tidak normal berhenti. Jantung
kemudian mampu mengontrol dirinya sendiri sehingga berdetak normal
kembali. Gerakan jantung yang terkoordinasi tetapi terlalu cepat disebut
takikardia ventrikel . Gerakan jantung yang tidak terkoordinasi disebut
fibrilasi ventrikel. Defibrilasi adalah bagian dari prosedur darurat resusitasi
jantung paru (RJP).
3.5 Bagian Defibrillator
Unit defibrillator mempunyai spesifikasi berbeda antara satu danyang
lainya. Akan tetapi sebuah unit defibrillator umumnya terdiri dari sebuah
monitor yang dilengkapi dengan tombol pengaturan energi tegangan dan dua
buah elektroda untuk memberikan kejutan stimulasi energi listrik.
31
2. Kontrol EVENT — Tekan untuk mengaktifkan aktivitas yang
ditentukan pengguna.
3. Kontrol LAYAR HOME — Tekan untuk kembali ke layar beranda
opsi atau fitur tertentu yang Anda konfigurasikan. Menekan tombol
ini tidak membawa Anda ke layar tertentu; sebagai gantinya, maka
kembali ke layar awal untuk mode awal yang Anda konfigurasikan.
4. Kontrol CODE SUMMARY — Tekan untuk mencetak CODE
SUMMARY catatan peristiwa kritis.
5. Kontrol CETAK — Tekan untuk memulai dan menghentikan printer.
6. LED Sumber Listrik AC — Saat daya ac (daya saluran) tersambung,
lampu listrik AC stabil.
7. LED indikator layanan — Menyala saat perangkat memasukkan kode
kesalahan layanan ke dalam Log Layanan (diakses melalui menu
SERVICE). Lihat Pemecahan Masalah untuk informasi tentang kode
kesalahan.
8. Konektor kabel EKG — Port sambungan untuk kabel pasien EKG
yang diisolasi secara elektrik.
9. Konektor kabel SpO2 — Port koneksi untuk oksimeter pulsa.
10. Konektor port IrDA — Port koneksi inframerah menyediakan
komunikasi nirkabel ke perangkat manajemen data (fitur ini tidak
tersedia dengan rilis ini).
11. Pemilih SPEED DIAL — Saat aktif (LED SPEED DIAL menyala),
putar (ke salah satu arah) untuk membuat pilihan dari menu atau
overlay yang ditampilkan di layar; tekan untuk mengkonfirmasi
pilihan Anda.
12. LED SPEED DIAL — Menyala saat SPEED DIAL aktif.
13. Kontrol ALARM — Tekan untuk mengaktifkan dan mengheningkan
alarm
14. Kontrol OPTIONS — Tekan untuk mengakses menu OPTIONS.
15. Konektor kabel terapi — Port koneksi untuk berikut ini:
– Elektroda QUICK-COMBO (standar)
32
– Elektroda FAST-PATCH (dengan kabel opsional)
– Elektroda REDI-PAK (opsional)
– Dayung standar dewasa dan anak-anak (opsional)
– Dayung eksternal yang dapat disterilkan (opsional)
– Dayung internal (opsional)
– Dayung posterior (opsional)
16. Speaker — Memberikan perintah suara audio dan nada peringatan.
17. Kontrol PAUSE — Tekan untuk memperlambat tempo tempo untuk
sementara.
18. Kontrol CURRENT — Tekan untuk mengatur arus mondar-mandir.
19. Kontrol RATE — Tekan untuk memilih kecepatan tempo.
20. Kontrol PACER — Tekan untuk mengaktifkan fungsi perintis.
21. Kontrol SYNC — Tekan untuk mengaktifkan mode sinkronisasi.
22. Kontrol SHOCK — Tekan untuk melepaskan perangkat.
23. Kontrol CHARGE — Tekan untuk mengisi daya perangkat.
24. Kontrol ENERGY SELECT — Tekan untuk memilih tingkat energi
dalam mode manual.
25. Kontrol HIDUP — Tekan untuk menghidupkan dan mematikan
perangkat. Menyala ketika perangkat dihidupkan.
26. Kontrol UKURAN — Tekan untuk mengubah ukuran EKG.
27. Kontrol LEAD — Tekan untuk mengubah lead EKG.
28. Kontrol ANALYZE — Tekan untuk mengaktifkan Shock Advisory
System (SAS).
29. LED indikator AED MODE — Menyala saat perangkat dalam mode
AED.
33
1. Printer — Mencetak bentuk gelombang EKG, laporan
RINGKASAN KODE, dan informasi terkait
2. Tombol printer — Membuka pintu printer (untuk pemasangan
kertas)
34
Gambar 3.6 Bagian Atas
35
Defibrillator) adalah jenis defibrillator yang bekerja secara
otomatis menganalisa aritma jantung saat terjadi fibrasi untuk
menentukan berapa besar energi yang dibutuhkan untuk proses
defibrillasi. AED juga mendiagnosis kondisi pasien dan secara
otomatis menyetel semua parameter yang diperlukan untuk syok
yang optimal.
3.6.1.2 Defibrillator Manual
36
Gambar 3.11 Biphasic
3.6.2.1 Monophasic
Gelombang melakukan kejutan dari satu elektroda ke elektroda
lainnya dalam satu kali proses. Tipe atau mode gelombang ini
berkebalikan dari mode biphasic karena memilikigelombang
sentakan yang hanya searah saja.
3.6.2.2 Biphasic
Gelombang berjalan dua kali. Pertama dari elektroda pertama
ke elektroda kedua (seperti mekanisme Monophasic). Kemudian
setelah itu, gelombang kembali lagi dari elektroda kedua menuju
ke elektroda yang pertama.
Tipe atau mode gelombang ini mempunyai 2 sentakan di mana
juga sering disebut dengan arus bolak-balik atau 1 siklus. Oleh
karena itu, pemberian energi kepada pasien pun menjadi
jauhlebih kecil sehingga kerusakan sel myocardial juga
berkurang ketika proses pemberian kejutan pada pasien
berlangsung.
3.7 Prinsip Dasar
Defibrillator memberikan pulsa listrik energi tinggi yang
terkontrol melalui dua paddle (elektroda) yang ditempatkan di dada pasien,
tergantung pada energi denyut nadi. Defibrillator melepaskan tegangan DC
yang tersimpan dari kapasitor melintasi resistansi tubuh. Untuk waktu yang
sangat singkat arus yang sangat tinggi mengalir. Karena resistansi bodi yang
rendah, kapasitor akan terkosong dengan sangat cepat. Dalam kasus yang
paling sederhana, kapasitor tegangan tinggi tunggal akan diisi dan
dikosongkan. Arus pelepasan kemudian mengalir dalam satu arah saja.
37
Energi dinyatakan dalam Joule (J) dan merupakan hasil kali tegangan V, arus
I dan waktu t. Energi tidak boleh disamakan dengan daya (V x I). Sengatan
listrik dapat mencapai 5.000 V pada arus sekitar 20 A. Nilai yang sangat
tinggi ini diperlukan karena panjang pulsa hanya beberapa milidetik dan
menurut definisi, defibrilator harus mampu menghasilkan 360 J. Tetapi
karena daya maksimum tidak selalu dibutuhkan nilai output yang dapat
diatur oleh operator ke nilai energi yang lebih kecil.
3.8 Blok Diagram Defibrillator
38
Kemudian diberikan pada elektroda yang sebelumnya diatur oleh
control waktu discharge tadi. Dan dari elektroda atau paddle akan di
exposure pada pasien, efek diberikan discharge kapasitor akan
memberikan impuls yang kuat ke jantung dengan harapan agar aktifitas
jantung yang semula lemas akan timbul aktivitas kembali dengan satuan
joule.
39
3.9 Pengoperasian Defibrillator
1. Nyalakan defibrillator dengan menekan tombol ON/OFF.
2. Tentukan energi yang diperlukan dengan cara memutar atau menggeser
tombol energi.
3. Paddle diberi jeli secukupnya.
4. Letakkan paddle dengan posisi paddle apex diletakkan pada apeks
jantung dan paddle sternum diletakkan pada garis sternal kanan di
bawah klavikula.
40
tekanan pada paddle kira-kira 10 kg).
8. Kaji ulang di layar monitor defibrillator apakah irama berubah atau
tetap sama seperti sebelum dilakukan defibrilasi, jika berubah cek nadi
untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan RJP, jika tidak berubah
lakukan RJP untuk selanjutnya lakukan survey kedua.
3.10 Pemeliharaan Defribrillator
1. Membersihkan alat dari debu dan kotoran.
2. Disimpan ditempat yang kering.
3. Pada saat selesai digunakan, isi kembali battery agar battery
defibrillator tidak rusak.
4. Pastikan paddle dalam keadaan bersih dari bekas gel yang telah
digunakan.
5. Melakukan pengecekkan battery setiap setahun sekali, apakah masih
layak digunakan atau tidak.
6. Lakukan pembersihan relay (contact relay) setiap enam bulan sekali.
3.11 Pembersihan Defribrillator
Pastikan alat dalam keadaan mati dan tidak terhubung dengan listrik.
Pembersihan dapat dilakukan dengan cara :
1. Usap penutup dengan menggunakan kain halus dan bersih, beri cairan
disinfektan (alcohol 70%). Pastikan tidak ada cairan yang masuk dalam
alat.
2. Segera buang aksesoris sekali pakai untuk mencegah penggunaan
kembali.
3. Untuk paddle dapat diusap dengan kain halus beserta cairan disinfektan
atau air sabun, pastikan sampai kering.
4. Spoon elektroda dapat dibersihkan dengan cara penguapan, radiasi dan
memakai ethylene oxide.
5. Untuk membersihkan lead sensor dapat menggunakan disifektan
juga,tapi pastikan telah terlepas dari alatnya.
3.12 Kalibrasi Defribrillator
1. Setelah battery defibrillator telah diisi muatan, lakukan pengecekan
41
dengan melakukan pengisian muatan kapasitor pada muatan tertentu.
2. Hubungkan defibrillator ke chargernya.
3. Apabila lampu indikator pembuangan menyala maka defibrillator
masih dapat bekerja.
4. Untuk lebih mengetahui lebih presisi besar muatan defibrillator
makadapat menggunakan defianalyzer dengan penunjukkan meter.
42
BAB III
PEMBAHASAN
43
kesehatan pasien. Seperti cairan di dalam paru – paru, lendir di
tenggorokan dan cairan yang ada di usus atau lambung. Suction Pump
juga digunakan saat proses operasi untuk menghisap cairan darah yang
keluar. Juga pasca operasi terkadang masih mengeluarkan darah..
3.4 Bagian Suction Pump
Dalam kegiatan medis, alat ini disebut juga dengan suction contoller,
vacuum regulator, dan alat hisap. Dalam bahasa Indonesia, alat ini disebut
dengan alat hisap sesuai dengan fungsinya. Alat yang digunakan dalam dunia
medis ini memiliki komponen yang membuatnya dapat menjalankan
fungsinya, adapun komponen penyusun alat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Motor sebagai penggerak
2. Selang
3. Botol sebagai penampung cairan
4. Manometer
5. Suction regulator
6. Pengaman sebagai tanda cairan berlebih atau over flow protection
7. Foot switch
3.5 Jenis Suction Pump
1. Suction Pump Manual
44
konsisten.
2. Wall Mounted Suction Pump
45
4. Mobile Suction Pump
46
3.6 Blok Diagram Suction Pump
47
3. Hubungkan tabung cairan ke cathere menggunakan pipa.
4. Lakukan percobaan menghisap dengan air bersih
5. Setelah proses suction telah selesai, cabut pipa penghubung antara mesin
dan cathere ke tabung cairan.
6. Tutup dengan rapat tabung cairan dan buang atau bersihkan tabung
sesuai dengan jenis tabungnya.
7. Lakukan sterilisasi pada cathere dan tabung serta charge ulang alat
suction untuk penggunaan selanjutnya
3.8 Pemeliharaan Suction Pump
1. Bersihkan dan cek seluruh bagian alat
2. Cek fungsi tombol indicator, perbaiki bila perlu
3. Cek fungsi oli, filter, klep/membrane
4. Cek putaran motor
5. Cek seal botol penampung
6. Cek fungsi pelampung
7. Cek daya hisap
8. Lakukan pengukuran arus bocor
9. Cek pengukuran tahanan kabel pembumian
10. Lakukan uji kinerja alat
48
BAB III
PEMBAHASAN
49
digital, berupa Pixel ( picture element ). Pixel adalah titik-titik kecil
gambaran, dimana hasil penggambarannya berupa Rekonstruksi. Pesawat CT
scan ditemukan pada tahun 1970 oleh Allan Carmack dan Geofrey
Hounsfield. Berdasarkan perkembangan teknologi, CT scan mengalami
beberapa perkembangan sesuai dengan kemajuan teknologi.
Citra CT Scan dapat menampilkan informasi tampang lintang obyek
yang diinspeksi. Oleh karena itu, CT Scan memiliki beberapa kelebihan
dibanding Xray konvensional. Citra yang diperoleh CT Scan beresolusi lebih
tinggi, sinar rontgen dalam CT Scan dapat difokuskan pada satu organ atau
objek saja, dan citra perolehan CT Scan menunjukkan posisi suatu objek
relatif terhadap objek-objek di sekitarnya sehingga dokter dapat mengetahui
posisi objek itu secara tepat dan akurat. Kelebihan-kelebihan tersebut telah
membuat CT Scan menjadi proses radiografis medis yang paling sering
direkomendasikan oleh dokter, dan dalam banyak kasus, telah menggantikan
proses pesawat sinar-X biasa (konvensional) secara total.
3.2.2 Prinsip Dasar CT Scan
Prinsip fisika dan teknologi pada CT Scan meliputi proses akuisisi
data, pengolahan data, tampilan gambar, penyimpanan dan dokumentasi.
Tahap pertama pada akuisisi data adalah scanning, Selama scanning tabung
sinar-X dan detektor berputar mengelilingi pasien untuk mendapatkan
gambaran, detektor menangkap radiasi yang diteruskan melalui pasien dari
beberapa lokasi. Sebagai hasil, nilai transmisi relatif atau pengukuran
atenuasi dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
Nilai transmisi relatif dikirim ke komputer dan disimpan sebagai raw
data/data mentah. Teknik scanning pada CT Scan ada dua cara
1) Teknik Scanning “Aksial Slice by Slice”
Teknik scanning “aksial slice by slice” sering disebut teknik konvensional
atau scanning sequence mempunyai keuntungan mudah untuk menentukan
slice. Teknik scanning “aksial slice by slice” terdiri atas 4 tahap yaitu
tahap start, gerakan tabung dan detektor berputar pada kecepatan konstan.
Tahap kedua energi dikeluarkan tabung sinar X dan data dikumpulkan
50
setelah berputar 360°. Tahap ketiga stop, yaitu tabung dan detektor
bergerak perlahan untuk berhenti dan tahap keempat meja dan index
pasien siap pada posisi scanning berikutnya. Teknik ini mempunyai
beberapa keterbatasan yaitu:
a) Waktu pemeriksaan lama.
b) Terdapat Inter Scan Delay (ISD) yaitu jeda antar slice yang satu
dengan slice yang lain sehingga menyebabkan terjadinya slice by
slice miss registration.
c) Reformat gambar dua dimensi atau tiga dimensi kurang akurat.
d) Bila kelainan terdapat pada area yang sangat kecil tidak dapat terlihat
karena faktor pernapasan yang tidak tepat.
2) Teknik volume scanning
Teknik volume scanning ini sering disebut teknik spiral atau helical
karena bentuk irisannya seperti spiral. Teknik ini mempunyai keuntungan
waktu pemeriksaan lebih cepat, volume coverage yang lebih besar dan
sangat bagus untuk aplikasi gambar tiga dimensi. Namun teknik ini juga
mempunyai keterbatasan yaitu :
Tidak ada slice yang pasti sehingga untuk melokalisir slice sangat
sulit dilakukan.
Secara prinsip, raw data diperoleh bukan dari bidang datar tetapi
diperoleh dari non planar geometri sehingga gambar yang dihasilkan
tetap lebih baik pada konvensional slice by slice.
Kemampuan tabung sinar X harus cukup tinggi untuk dapat
digunakan berputar secara kontinyu selama scanning volume
jaringan dan diimbangi dengan meningkatnya kapasitas sistem
pendingin.
Gerakan pada scanning spiral sangat berpengaruh terhadap
terjadinya artefak.
51
3.3 Prinsip Kerja CT Scan
52
masukan yang kemudian diolah menggunakan komputer untuk menghasilkan
citra dengan suatu metode yang disebut sebagai rekonstruksi.
3.4 Bagian – bagian CT Scan
3.4.1 Prosedur Pengoperasian
3.4.1 Meja Pemeriksaan
53
Keterangan :
1) Panel operator gantry
2) Penanda sinar laser
3) Panel tampilan atau panel sentuh
4) Tombol STOP (Berhenti)
Gantry merupakan komponen pesawat CT-Scan yang
didalamnya terdapat tabung sinar-X, filter, detektor, DAS ( Data
Acquisition System ). Serta lampu indikator untuk sentrasi. Pada
gantry ini juga dilengkapi dengan indikator data digital yang memberi
informasi tentang ketinggian meja pemeriksaan, posisi objek dan
kemiringan gantry. Pada pertengahan gantry,diletakkan pasien dimana
tabung sinar-X dan detektor letaknya selalu berhadapan. Didalam,
gantry akan berputar mengelilingi objek yang akan dilakukan
scanning.
3.4.3 Konektor gantry
Bagian depan gantry memiliki konektor untuk i-Kontrol, sakelar
kaki pemindaian, dan sistem gating pernapasan. Juga memiliki lubang
untuk kabel, termasuk kabel injektor bolus.
54
5) Lubang untuk kabel, termasuk kabel injektor bolus.
3.4.4 Tabung Sinar – X
55
3.4.6 Detektor dan DAS ( Data Acqusition system )
Setelah sinar-X menembus objek, maka akan diterima oleh
detektor yang selanjutnya akan dilakukan proses pengolahan data oleh
DAS. Adapun fungsi detektor dan DAS secara garis besar adalah:
untuk menangkap sinar-X yang telah menembus objek, mengubah
sinar-X dalam bentuk cahaya tampak, kemudian mengubah cahaya
tampak tersebut menjadi sinyal-sinyal elektron, lalu kemudian
menguatkan sinyal-sinyal electron tersebut dan mengubah sinyal
elektron tersebut kedalam bentuk data digital.
3.4.7 Komputer
56
Terdiri dari :
Layar TV Monitor
Berfungsi sebagai alat untuk menampilkan gambar dari objek
yang diperiksa serta menampilkan instruksi-instruksi atau
program yang diberikan.
Image Recording
Berfungsi untuk menyimpan program hasil kerja dari Komputer
ketika melakukan scanning, rekonstruksi dan display gambar.
Magnetik Disk
Digunakan untuk penyimpanan sementara dari data atau
gambaran, apabila gambaran akan ditampilkan dan diproses.
Magnetik disk dapat menyimpan dan mengirim data dengan
cepat, bentuknya berupa piringan yang dilapisi bahan
ferromagnetic, kapasitasnya sangat besar.
Operator Terminal
Merupakan pusat semua kegiatan scanning atau pengoperasian
system secara umum serta berfungsi untuk merekonstruksi hasil
gambaran sesuai dengan kebutuhan.
Multiformat Kamer
Digunakan untuk memperoleh gambaran permanen pada film.
Pada satu film dapat dihasilkan beberapa irisan gambar
tergantung jenis pesawat CT dan film yang digunakan.
3.5 Prosedur Pengoperasian
3.5.1 Perencanaan Pemeriksaan
1) Sebelum memeriksa pasien, Anda harus mendaftarkan pasien tersebut.
Pendaftaran pasien maksudnya adalah Anda memberikan informasi
pasien yang diperlukan untuk pemeriksaan pada sistem CT, seperti
nama pasien, ID pasien, tanggal lahir, dan jenis kelamin.
57
2) Protokol pemindaian menentukan langkah pemeriksaan terlebih dahulu.
Protokol pemindaian adalah blok bangunan untuk mengatur prosedur
pemeriksaan. Setelah Anda mengklik tombol Exam (Pemeriksaan)
dalam kotak dialog Patient Registration (Registrasi Pasien). Dialog
Model Pasien muncul secara otomatis untuk Anda pilih protokol
pemindaian.
3) Meletakkan pasien pada meja pasien dan posisikan pasien untuk
pemeriksaan
3.5.2 Pemoposisian Pasien
Posisikan pasien pada meja pasien untuk dipindai. Pasien harus
diposisikan senyaman mungkin pada posisi yang benar secara anatomis. Alat
bantu pemosisian dapat digunakan agar pasien dapat berbaring dengan tenang
dan aman selama pemeriksaan. Untuk mendapatkan kualitas citra terbaik,
bagian tubuh yang akan diperiksa harus berada sedekat mungkin dengan
isosenter gantry.
1) Meja pasien dapat diturunkan sehingga pasien akan mudah didudukkan
atau dibaringkan.
2) Mintalah pasien untuk berbaring dalam posisi yang tepat dan gunakan alat
bantu pemosisian bila perlu.
a) Telentang atau tengkurap
b) Kepala atau kaki dahulu
c) Menyamping kiri atau kanan
3) Posisikan bagian tubuh yang akan diperiksa di bagian tengah permukaan
meja.
4) Hidupkan penanda sinar laser untuk memvisualisasikan isosenter gantry
dan bidang paparan radiasi.
58
5) Sejajarkan bidang paparan radiasi pada posisi tubuh yang akan dipindai
lebih dulu, dengan menggerakkan meja pasien ke arah bukaan gantry.
59
Hindari terhimpitnya selang infus, tabung pernapasan, kateter, dan
kabel EKG saat menggerakkan meja.
3.5.3 Keamanan pemosisian pasien
Jika sistem dioperasikan secara tepat dan pasien diposisikan secara
benar, sangat kecil risiko untuk terjadinya cedera pada pasien atau petugas.
Pasien harus diposisikan sedemikian rupa sehingga pasien tidak dapat
terbentur atau terluka karena pergerakan bagian atas meja pasien atau gerakan
memiringkan gantry.
1. Buat agar lengan pasien tidak bergerak dengan tali pengekang yang
tersedia untuk menghindari benturan dan cedera pada tangan di bawah
bagian atas meja pasien.
2. Perhatian khusus diperlukan pada pasien yang bertubuh gemuk, tidak
sadar, apatis, tidak dapat merespon atau anak-anak. Pada pasien bertubuh
gemuk, pastikan tidak ada benturan yang bisa terjadi.
3.5.4 Instruksi pasien
Jika pasien harus menahan nafasnya selama akuisisi CT, harap
pastikan bahwa pasien diinstruksikan bagaimana menahan nafas sebelum
pemeriksaan. Tindakan ini digunakan khususnya pada pemeriksaan toraks
dan abdomen. Namun demikian, sedikit pergerakan akibat pernafasan, dapat
menyebabkan artefak pada daerah lainnya.
1. Menjelaskan ke pasien sebelum pemeriksaan tentang bagaimana ia harus
bernafas.
2. Menjelaskan kepada pasien bahwa ia harus menahan nafas untuk waktu
yang relatif lama.
3. Menggunakan sistem interkom untuk memberikan instruksi pernafasan
kepada pasien.
Pada Dialog Model Pasien, dapat dipilih protokol pemindaian untuk
pemeriksaan. Dapat juga mengatur posisi pasien, garis referensi otomatis, dan
bahasa API untuk pemeriksaan.
60
Gambar 3.12 Tampilan Dialog Model Pasien
Dialog Model Pasien muncul dalam situasi berikut:
◾ Pada permulaan pemeriksaan
Setelah mengklik tombol Exam (Pemeriksaan) dalam kotak dialog
Patient Registration (Registrasi Pasien). Dialog Model Pasien muncul
secara otomatis untuk dipilih protokol pemindaian.
◾ Sebelum pemeriksaan ditutup
Dapat membuka Dialog Model Pasien setiap saat dengan mengklik
ikon Select or change exam (Pilih atau ubah pemeriksaan) di sudut kiri
bawah dari kolom tugas Examination (Pemeriksaan).
3.5.5 Memilih Protokol Scan
1) Dalam Dialog Model Pasien, pastikan ukuran pasien yang tepat diklik:
Adult (Dewasa) atau Child (Anak).
2) Jika langkah pemeriksaan sudah ada dalam Riwayat, lakukan satu dari
yang berikut:
Untuk menambahkan sebuah protokol pemindaian setelah langkah
pemeriksaan terakhir, klik Append (Tambahkan). Klik Cut (Potong) jika
Anda ingin menghapus pemindaian topo (jika ada) dari protokol untuk
menambahkan; jika tidak, klik Keep (Simpan).
Untuk mengganti langkah pemeriksaan non-eksekusi dengan sebuah
protokol pemindaian, klik Replace (Ganti). Klik Cut (Potong) jika Anda
ingin menghapus pemindaian topo (jika ada) dari protokol untuk
penggantian; jika tidak, klik Keep (Simpan).
3) Melakukan salah satu langkah berikut:
61
Untuk memeriksa area tubuh, tunjuk ke area tubuh dan pilih protokol
pemindaian.
62
1) Sistem Pemindaian ( Scan System), yang terdiri dari unit distribusi daya listrik,
generator dan tabung sinar-X, detektor dan sistem pengukuran data, sistem
pengendali putaran gantri, system pengendali bagian gantri yang tidak
bergerak, sistem meja pasien, dan sistem pendinginan.
2) Sistem Pengolahan Gambar ( Imaging System) terdiri dari 3 buah unit
komputer yaitu: sistem komputer rekosntruksi gambar (IRS), sistem komputer
pengendali (ICS), dan sistem komputer untuk melakukan post-processing.
3) Sistem Kontrol/Kendali (Control System) yang terdiri dari beberapa sistem
pengendali mikro yang mengendalikan masing-masing komponen CT Scan dan
seluruh sistem ini bekerja dibawah koordinasi sistem komputer pengendali
(ICS) sebagai pengendali utama.
3.7 Teknik Keselamatan Umum
Sebagai operator, terdapat beberapa peraturan dasar yang harus Anda patuhi.
1. Registrasi pasien
Penempatan nama pasien yang salah pada citra dapat menyebabkan
diagnosis yang salah. Pastikan bahwa Anda memasukkan data pribadi pasien
secara benar. Hal ini berlaku khususnya pada posisi pasien, jenis kelamin dan
tanggal lahirnya.
2. Pemosisian pasien
Pasien harus selalu diposisikan pada meja pasien. Jangan sekali- kali
memosisikan pasien secara langsung dalam gantry. Dapat terjadi artefak
gerakan dan/atau cedera pada pasien apabila pasien bergerak tak terkendali
selama akuisisi. Hentikan pergerakan pasien, bila perlu.
3. Tali pengekang
Sabuk penahan tidak terpasang secara permanen pada meja. Oleh karena
itu tali tidak dapat mencegah pasien terjatuh dari meja. Pastikan pasien,
terutama pasien yang banyak bergerak, agar tidak terjatuh dari meja.
4. Perhatian khusus
Berhati-hatilah pada saat memeriksa bayi, anak-anak, pasien bertubuh
gemuk atau pasien yang tidak dapat tenang atau mengalami cedera karena
63
kecelakaan. Lakukan tindakan yang sama saat menggunakan aksesori
pengaturan posisi.
5. Gerakan system
Saat gantry atau meja pasien dipindahkan, pasien atau orang lain bisa
saja terluka.
Pastikan bahwa pasien dan orang lain tidak berada dalam keadaan bahaya
sebelum Anda menjalankan pergerakan system atau scan.
Pastikan bahwa tidak ada benda yang mengganggu pergerakan.
3.8 Teknik Pemeliharaan
1) Pemeriksaan fungsi system
Untuk memastikan sistem siap untuk pengoperasian dan seluruh fungsi yang
terkait dengan keselamatan bekerja dengan baik, harus melakukan pengujian
fungsi harian sebelum memulai dengan prosedur pemeriksaan aktual. Selama
pengujian, prosedur fungsi yang paling penting dan peralatan keamanan pada
sistem diperiksa.
2) Memeriksa lampu peringatan radiasi
Diharuskan memeriksa lampu peringatan radiasi pada kotak kontrol, pada
gantry, dan, jika ada, di samping pintu ruang pemeriksaan.
a) Periksa fungsi yang layak dari lampu peringatan radiasi pada saat
pengujian kualitas gambar harian. Lampu peringatan radiasi harus
menyala saat radiasi dikeluarkan.
64
b) Saat meja bergerak, tekan tombol STOP Pergerakan meja harus berhenti
dengan segera.
c) Pastikan dapat menggerakkan meja keluar dari gantry secara manual
setelah Anda menekan tombol STOP
4) Memeriksa bagian atas meja pasien
Diharuskan memeriksa memeriksa pergerakan dan kebersihan bagian atas
meja.
a) Pastikan bahwa Anda dapat menarik bagian atas meja secara manual dari
gantry.
b) Pastikan bahwa bidang scan bebas dari sisa media kontras, darah atau
kontaminasi lainnya.
5) Memeriksa penanda sinar laser
Nyalakan penanda sinar laser dan periksa proyeksi sinarnya pada selembar
kertas putih.
65
Gunakan tombol Hear Patient (Dengarkan Pasien) dan Call Patient
(Memanggil Pasien) pada kotak kontrol.
66
BAB III
PEMBAHASAN
67
teknik pendeteksian hasil interaksi itu sendiri untuk diproses dan
direkonstruksi menjadi suatu citra (image), menjadi dasar bekerjanya
peralatan MI
Kamus mendefinisikan Ultrasonografi (USG)sebagai energi yang
dih asilkan oleh gelombang suara 20.000 atau lebih getaran per detik. USG
menggunakan gelombang suara yang jauh di atas frekuensi yang dapat
didengar oleh telinga manusia. Operasi kerjanya didasarkan pada teknologi
dari transduser yang memancarkan gelombang suara yang menembus
tubuh manusia. Gelombang frekuensi tinggi ini kemudian dipantulkan
kembali dari organ-organ dan jaringan membentuk tubuh internal dalam
bentuk gambar pada layar monitor. Sifat refleksi memungkinkan dokter
untukmengidentifikasi jenis jaringan. Sumber lain juga menyatakan bahwa,
Ultrasonografi medis (sonografi) adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan
menggunakan suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal
dan otot, ukuran mereka, struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini
berguna untuk memeriksa organ. Sonografi obstetrik biasa digunakan
ketika masa kehamilan.
Diagnostik sonografi umumnya beroperasi pada frekuensi dari 2
sampai 13 Megahertz.Pilihan frekuensi diagnostik sonografi ini menentukan
resolusi 4 gambar dan penembusan ke dalam tubuh pasien. Sedangkan dalam
fisika istilah "suara ultra" termasuk ke seluruh energi akustik dengan
sebuah frekuensi di atas pendengaran manusia (20.000 Hertz),penggunaan
umumnya dalam penggambaran medis melibatkan sekelompok frekuensi
yang ratusan kali lebih tinggi
3.3 Peralatan Dasar pada Ultrasonografi
Berikut ini adalah komponen dasar yang diperlukan dalam pemanfaatan
ultrasonografi:
68
1.Transduser
69
2. Monitor USG
70
Mesin Ultrasonografi merupakan bagian yang berfungsi mengolah data
yang diterima dalam bentuk gelombang dan mengubah gelombang menjadi
gambar. Mesin USG merupakan pusat pengolah data seperti central processor
unit (CPU) pada komputer. Mesin USG sangat mempengaruhi hasil
pencitraan USG, semakin baik CPU yang digunakan pada mesin maka akan
semakin baik dan cepat pula hasil yang ditayangkandi layar monitor USG. Awal
penemuan mesin USG berbentuk sangat besar dan berat sehingga sulit untuk
dipindah-dipindahkan. Namun sekarang ukuran mesin USG sudah sangat kecil
akibat kemajuan teknologi yang akhirnya mempengaruhi perkembangan bentuk
mesin USG
3.4 Jenis Metode Ultrasonografi
Menurut Dicken (1976), Bartrum dan Crow (1977), Taylor (1978),
untuk memeriksa berbagai organ tubuh dipakai mode: A. B. T. M., dan
Ultrasonic Doppler Scan.
1. Alat A-mode (Amplitudo Modulation, A-scan)
Gambar yang diperoleh dari alat ini paling sederhana dengan satu
dimensional ultrasound, karena yang tercatat hanya permukaan yang
terletak sepanjang gelombang suara, atau gelombang aksis di osiloskop saja.
Metode ini terutama dipakai untuk mengukur jarak dari jarngan yang
diperiksa, misalnya pemeriksaan jaringan otak dan mata.
2. Alat B-mode (Brightness Modulation)
Gambar yang diperoleh adalah dua dimensional. Pada monitor tampak
gambaran sebagai titik-titik dengan terang yang berbeda-beda. Metode ini
lebih banyak untuk melihat kelenjar tiroid, payudara, hati, empedu, ginjal,
alat-alat kandungandan tumor.
3. Alat TM–mode (Time Motion Mode, time position scan)
Pada metode ini transduser diarahkan ke jaringan badan yang bergerak,
sehingga dapat dikenal dan dievaluasi besarnya gerakan tersebut.
Metode ini biasa digunakan untuk memeriksa jantung.
4. Ultrasonic Doppler Scan
71
Suatu gerakan dapat dikenal dengan menggunakan efek Doppler yaitu
dengan mengubah frekuensi ultrasoundyang disesuaikan dengan gerakan
yang diperiksa. Jadi efek Doppler menyebabkan penambahan atau
pengurangan frekuensi ultrasoundyang dikirimkan. Dengan alat ini dapat
ditentukan kecepatan dan arah aliran darah. Alat ini juga dapat menentukan
denyut jantung janin.
3.5 Prinsip Dasar Ultrasomografi
Ultrasonik merupakan gelombang suara dengan frekuensi lebih tinggi
daripada kemampuan pendengaran telinga manusia,sehingga kita tidak bisa
mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai
frekuensi antara 20 sampai 20.000 Cpd (Cicles perdetik atau Hertz).
Sedangkan dalam pemeriksaan USG ini menggunakan frekuensi 1 sampai 10 MHz
(1-10 juta Hz).
12 Gelombang suara frekuensi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal
yang terdapat pada transduser. Perubahan bentuk akibat gaya mekanis pada kristal,
akan menimbulkan tegangan listrik. Fenomena ini disebut efek Piezo-electric,yang
merupakan dasar perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal nantinya juga
akan berubah bila dipengaruhi oleh medan listrik.Kristal akan mengembang dan
mengkerutbergantung pada medan listrik, maka akan dihasilkan gelombang suara
frekuensi tinggi.Berdasarkan frekuensi gelombang suara dapat dibedakan dalam
beberapa bagian seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel Daerah Frekuensi Gelombang Suara
Nama Frekuensi
Infrasonik < 20 hz
Audiosonik 20-200000 hz
Ultrasonik >200000 hz
Diaknostik 1-20 mhz
3.6 Refleksi
Pada ultrasonik, citra yang dihasilkan melalui berkas suara yang
direfleksikan. Berkas gelombang yang dipancarkan tidak memperbesarataupun
72
memperkecilapapun pada formasi citra, tapi transmisi harus cukup kuat
menghasilkan gema-gema ditingkat yang lebih dalam. Presentase suara yang
direfleksikan di antara muka jaringan tergantung pada impedansi. Impedansi
adalah hasil kali kerapatan dan kecepatan suara dalam materi. Impedansi
akustik merupakan sifat dasar materi atau zat, dalam satuan cgs
didefinisikan sebagai gram/cm2.
Berkas ultrasosik yang dipantulkan ditentukan oleh sudut yang terjadi antara berkas
suara dan permukaan yang merefleksikan. Semakin tinggi sudut yang timbul (lebih dekat
tegak lurus) maka semakin kecil suara yang dipantulkan
73
Bila suatu energi gelombang ultrasonik menabrak dimensi-
dimensipermukaan yang lebih kecil dari panjang gelombang maka
gelombang datang akan tersebar ke segala arah. Hamburan ini dipengaruhi
oleh perubahan impedansi akustik pada sasaran atau partikel, ukuran
partikel dari medium dan panjang gelombang energi atang.Intensitas
gelombang yang terhambur meningkat dengan cepat bersama frekuensi dan
sebanding dengan kuadrat frekuensi, oleh karena itu frekuensi tinggi
terhambur dengan lebih mudah dari pada frekuensi rendah.
b) Penyerapan (Absorbsi)
Absorbsiatau penyerapan ultrasonik dalam cairan merupakan hasil
darigaya pergesekan yang berlawanan dengan gerakanpartikel-partikel dalam
media. Energi mekanik yang dipindah dari suara ultra menjadi panas.
Selama mengalami absorbsi gelombang ultrasonik, intensitasdengan ampli
tudonya berkurang secara eksponensial.
74
Gambar 3.9 Transduser USG
Transduser adalah adalah piranti yang dapat mengubah suatu bentuk
energi kedalam bentuk energi lain. Transduser ultrasonik berfungsi untuk
merubah suatu sinyal listrik kedalam energi suara ultra yang dapat dipancarkan
kedalam jaringan, mengubah energi ultrasonik yang dipantulkan kembali
dari jaringan/materi ke dalam sinyal listrik.
75
ukurannya yang normal jika aliran listrik berhenti mengalir. Perubahan
bentuk Kristal piezoelektrik akibat perubahan aliran listrik memicu
pembentukan gelombang suara
76
Gambar 3.12 Pola Radiasi Berbagai Jenis Transduser
Cara Kerja Ultrasonografi dalam Menghasilkan Gambar Salah satu cara
menentukan kelainan organ di dalam tubuh ialah Ultrasonografi (USG). Sarana
tersebut adalah salah satu cara diagnostik dengan menggunakan gelombang
suara frekuensi tinggi. Untuk diagnostik di bidang kedokteran, dipakai
frekuensi 1-5 Mega Hertz per detik. Alat ultrasonik yang sederhana pada
garis besarnya terdiri atas generator pulsa transduser, amplifier dan tabung
sinar katode. Generator pulsa setiap detiknya akan menghasilkan 200 kali
gelombang elektrik. Selanjutnya gelombang elektrik oleh transduser diubah
menjadi gelombang suara dan diteruskan kedalam tubuh yang diperiksa.
Bilamana gelombang suara ini membentur permukaan seberkas 18 jaringan
yang memiliki perbedaan kepadatan misalnya otot, lemak, maka gelombang
suara ini akan dipantulkan kembali sebagai gema.
Pantulan gelombang suara tersebut tergantung dasar perbedaan
kepadatan jaringan dan perbedaan kecepatan gelombang suara. Sebagian dari
gelombang suara ini tidak dipantulkan kembali, dan terus menembus sampai
membentuk permukaan seberkas jaringan untuk dipantulkan kembali. Di
samping itu juga tergantung pada elastisitas jaringan itu, misalnya tulang
memiliki elastisitas yang sangat sedikit dan sangat padat, maka dengan
cepat gelombang suara tersebut dapat dipantulkan kembali.
Pantulan gelombang suara atau gema akan kembali masuk kedalam
alat ultrasonik melalui transduser untuk diubah menjadi gelombang elektrik.
77
Gelombang ini diteruskan ke tabung sinar katode melalui amplifier dan dicatat
oleh layar. Dengan demikian diperoleh gambar mulai dari kulit, permukaan
suatu organ, jaringan parenkim, dan organ lain di sekitarnya. Gambar yang
diperoleh di layar alat ultrasonik bergantung pada bentuk, besar, dan struktur
organ yang diperiksa. Organ yang normal akan menghasilkan gambaran USG
normal pula sesuai dengan bentuk, ukuran dan struktur anatomi.
78
mempunyai impedance accoustictertentu. Dalam jaringan yang heterogen
akan ditimbulkan bermacam-macam echo, jaringan tersebut dikatakan
echogenic. Sedang jaringan yang homogen hanya sedikit atau sama sekali
tidak ada echo, disebut anecho atau echofree. Suatu rongga berisi cairan
bersifat anechoic, misalnya: kista, asites, pembuluh darah besar,pericardial dan
pleural efusion.
3.8 SOP
3.8.1 Pengoperasian
1. Tekan tombol Power pada pesawat USG, biarkan beberapa
waktu untuk ‘boot up’.
2. Untuk memulai penamaan data, tekan tombol ‘Pasien’, gunakan track
ball dan keyboard untuk mengisi data pada sheet pasien.
79
6. Tipe Konveks/Curve untuk pemeriksaan struktur yang lebih dalam
80
11. Jika sudah mendapatkan visualisasi hasil USG yang diinginkan kita
dapat menekan tombol Freeze. Gunakan tombol Store jika
ingin menimpan gambar.
12. Pada hasil Scan yang sudah di freeze, kita dapat memberi label pada
hasil scan dengan cara menekan tombol penamaan (ABC button),
lalu beri penamaan dengan keyboard
81
Probe atau transducer adalah salah satu bagian terpenting
dari mesin USG. Pastikan selalu merawat probe supaya mesin
USG tetap bekerja dalam kondisi optimal. Berikut ini beberapa tips untuk
merawat
probe/transducer :
1) Bersihkan probe dari sisa jelly ketika jadwal pemeriksaan telah
berakhir.
2) Ketika probe tidak dipakai, selalu tempatkan probe di tempat
gantungan probe yang biasa.
b) Pastikan gantungan probe kering dan bersih dari sisa jelly
c) Hindari menyimpan probe di suhu yang panas atau terkena paparan
sinar matahari langsung.
d) Simpan probe di tempat yang terpisah dengan instrument yang lain.
e) Ketika menyimpan probe, gunakan klip kabel probe untuk
mengamankan kabel probe.
2. Pemeliharaan Untuk Alat USG
1) Bersihkan secara berkala alat USG untuk menghindari adanya
debu- debu yang menempel.
2) Simpan alat USG pada tempat yang kering dan sejuk.
3) Tutup alat USG setelah digunakan untuk menghindari adanya
debu- debu yang menempel.
3.9 Troubleshooting
Kerusakan Penyebab Solusi
Probe tidak Sensor tranduser dan oGanti yang baru
menangkap receiver rusak oTambah GEL
sinyal Gel kurang oGanti yang Baru
Monitor Blank USG Pada blok storage ada Ganti yang baru
tidak yang rusak Ganti yang baru
82
menyala Kabel power putus Cek bagian pada
Power Supply rusak Power supply
83
BAB 3
PEMBAHASAN
84
Konsumsi Daya : 140 VA (max)
Grounding : Kelas rumah sakit
Temperatur : 10°C to 45°C
Kelembaban Relative : 10% sampai 90% non-kondensasi
Tabel 1 spesifikasi alat
NO Nama Deskripsi
Berkedip lampu merah atau oranye sesuai
1 indikator alarm dengan pengaturan alarm. Lampu hijau berkedip
dalam sinkronisasi dengan QRS pasien.
2 Menangani Untuk membawa monitor.
Kunci SILENCE
3 ALARMS Keheningan suara alarm.
Kunci NIBP Memilih modus pengukuran NIBP. Menekan
4 INTERVAL tombol ini mengubah mode.
Dimulai NIBP pengukuran dalam modus yang
NIBP START /
5 dipilih. Menekan tombol selama pengukuran
tombol STOP
berhenti.
6 kunci MENU Menampilkan jendela MENU.
Menutup setiap membuka jendela dan
7 Kunci rumah menampilkan layar monitoring.
Tekan dan tahan selama lebih dari satu detik
untuk menghidupkan daya monitor atau
8 Saklar daya mematikan.
9 lampu listrik Lampu ketika daya monitor dihidupkan.
Lampu ketika kabel listrik terhubung antara
10 Lampu listrik AC
SUMBER soket AC dan stopkontak AC.
Lampu daya
11 baterai Lampu ketika beroperasi pada daya baterai.
12 Pengisian lampu Lampu atau lambat berkedip saat pengisian.
85
baterai
Menampilkan data pemantauan. Menyentuh
13 Layar sentuh kunci atau data tentang perubahan layar layar
dan pengaturan tampilan.
14 kunci rekor Tekan untuk memulai atau berhenti merekam.
Dari lampu Berkedip ketika keluar dari kertas. Lampu ketika
15 kertas majalah kertas terbuka.
86
3.2 Teori Dasar Alat
Bedside Monitor adalah suatu alat yang digunakan untuk memonitor vital
sign pasien, berupa detak jantung, nadi, tekanan darah, temperatur bentuk pulsa
jantung secara terus menerus.
Patient Monitor adalah Sebuah alat berbentuk monitor untuk lepentingan
medis atau monitor fisiologis atau tampilan, adalah perangkat medis elektronik
yang digunakan dalam pemantauan medis yang menampilkan data dipantau, dan
mungkin atau mungkin tidak memiliki kemampuan untuk mengirimkan data pada
jaringan pemantauan. Data fisiologis ditampilkan terus menerus pada layar CRT
atau LCD sebagai saluran data sepanjang sumbu waktu. Bedside Monitor dapat
berdiri sendiri atau dapat dikelola dalam satu jaringan yang disebut central
monitor, sehingga perawat dapat memantau semua kondisi vital pasien dalam satu
layar. Hal ini hanya bermaksud untuk memudahkan user dalam pemantauan.
Parameter adala bagian - bagian fisiologis dari pasien yang diperiksa
melalui pasien monitor. Jika pada pasien monitor yang telah diketahui dengan 5
parameter , maka yang dimaksud dari lima parameter terssrbut adalah banyaknya
jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan oleh pasien monitor tersebut.
1. EKG adalah pemeriksaan aktivitas kelistrikan jantung, dalam pemeriksaan
ECG ini juga termasuk pemeriksaan "Heat Rate" atau detak jantung pasien
dalam satu menit.
2. Respirasi adalah pemeriksaan irama nafas pasien dalam satu menit
3. Saturasi darah/ SPO2 adalah kadar oksigen yang ada didalam darah.
4. Tensi / NIBP (Non invasive blood pressure) / Pemeriksaan tekanan darah.
5. Tempersture suhu tubuh pasien yang diperiksa.
3.3 Jenis - Jenis Pasien Monitor
1. Pasien Monitor Vital Sign , pasien monitor ini bersifat pemeriksaan standar,
yaitu pemeriksaan ECG, Respirasi, Tekanan darah atau NIBP, Kadar oksigen
dalam darah/saturasi darah/SPO2.
2. Pasien Monitor 5 parameter , pasien monitor ini bisa melakukan pemeriksaan
seperti:
1. ECG
87
2. Respirasi
3. Tekanan darah atau NIBP
4. kadar oksigen didalam darah/satursidarah/SPO2.
5. Temperature
3. Pasien Monitor 7 Parameter, pasien monitor ini biasanya dipakai diruangan
perasi, karena ada satu parameter tambahan yang biasa dipakai pada saat
operasi, yaitu :
1. ECG
2. Respirasi
3. Tekanan darah attau NIBP (Non Invasuve Blood Pressure)
4. kadar oksigen dalam darah/ saturasi darah/ SPO2
5. Temperature
6. Sebagai tambahan adalah ibp (Invasive Blood Pressure) pengukuran tekanan
darah melalui pembuluh darah langsung
7. ETCO2 (end tidal CO2) yaitu pengukuran kadar karbondioksida dari sistem
pernapasan pasien
3.4 Macam-Macam Parameter Pasien Monitor
3.4.1 NIBP ( Non Invasive Blood Pressure)
Tensi / NIBP (Non Invasive Blood Pressure) / Pemeriksaan tekanan darah.
Tekanan darah adalah kekuatan tekanan darah yang menekan pembuluh darah
secara vertikal pada saat darah dipompakan dari jantung keseluruh anggota
tubuh. Tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang dipompa
oleh jantung dan fleksibilitas dan ukuran dari nadi.
- SBP (Systole Blood Pressure)
Tekanan darah tertinggi pada setiap peredaran darah
- DBP (Diastole Blood Pressure)
Tekanan darah terrendah pada setiap peredaran darah
- MAP (Mean Arterial Pressure)
Nilai rata-rata tekanan darah
MAP = DBP+1/3 (SBP - DBP)
- PP (Pulse pressure)
88
- Jumlah pulsa didalam satu menit
PP = SBP – DBP
3.4.1.1 Metode Pengukuran
1. Auscultatory / metode korotkoff, Korotkoff ( 1905 ) menemukan bahwa
bunyi serasi yang diciptakan oleh nadi/jalan utama darah pada saat manset
terkembang dan menekan nadi pada lengan bisa dihubungkan dengan tekanan
systolic dan diastolic.
89
dengan menggunakan metode Oscillometric, tekanan udara yang berada dalam
manset tetap berubah-ubah sesuai dengan perubahan tekanan dari nadi yang
diukur.
90
3.4.2.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung
Jantung terdiri dari 4 bagian yaitu atrium (dextra & sinistra) & ventrikel
(dextra & sinistra). Jantung mempunyai aktifitas listrik meliputi: Sino Atrio
Nodus, Atrio Ventrikuler Nodus, Berkas His dan Serabut Purkinje, inilah point
penting dalam pembacaan EKG.
91
Gambar 3.7 Sinyal Jantung
Dalam satu gelombang EKG terdiri ada yang disebut titik (lihat
gambar), Interval dan Segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U
(kadang sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan Interval
terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari
PR segmen, dan ST segmen.
92
Gambar 3.9 Sinyal PQRST Jantung
Gambar 2.5 adalah gambar EKG dengan simbol I, II, aVR dan lain-lain
disebut dengan sadapan atau lead. Aktifitas listrik jantung hanya dapat direkam
dari luar jantung (yaitu tubuh), dimana nantinya untuk memperoleh sinyal dari
jantung tidak langsung menyadap dari jantung melainkan melalui titik-titik lead
pada tubuh manusia. Pada prinsipnya ada 3 jenis sadapan yaitu Prekordial
(dada), Bipolar (Kaki dan Tangan 2 elektroda) dan Unipolar (Kaki dan Tangan
3 elektroda).
3.4.2.3 Sadapan ECG
Untuk memperoleh rekaman EKG dipasang elektroda-elektroda di kulit
pada tempat-tempat tertentu. Lokasi penempatan elektroda sangat penting
diperhatikan, karena penempatan yang salah akan menghasilkan pencatatan yang
berbeda. Terdapat 3 jenis sandapan (lead) pada EKG, yaitu :
1. Sadapan Prekordial
Merupakan sadapan V1, V2, V3, V4, V5, dan V6 yang ditempatkan secara
langsung di dada.
Sadapan V1 ditempatkan di ruang intercostal IV di kanan sternum.
Sadapan V2 ditempatkan di ruang intercostal IV di kiri sternum.
Sadapan V3 ditempatkan di antara sadapan V2 dan V4.
Sadapan V4 ditempatkan di ruang intercostal V di linea (sekalipun detak
apeks berpindah).
93
Sadapan V5 ditempatkan secara mendatar dengan V4 di linea axillaris
anterior.
Sadapan V6 ditempatkan secara mendatar dengan V4 dan V5 di linea
midaxillaris.
.
Gambar 3.11 Sadapan Bipolar
94
3. Sandapan Unipolar
aVR : merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA) yang bermuatan
(+),dan elektroda (-) gabungan tangan kiri dan kaki kiri membentuk elektroda
indifiren.
aVL : merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA) yang bermuatan (+),
dan muatan (-) gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda
indifiren.
aVF : merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF) yang bermuatan (+) dan
elektroda (-) dari gabungan tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda
indifiren.
95
3.4.3 SpO2
Saturasi darah / SpO2, adalah kadar oksigen yang ada dalam darah.Spo2
adalah suatu metode non invasive untuk me-monitoring oksigen saturasi dari
hemoglobin. Sekarang ini, SpO2 banyak digunakan di tempat pelayanan
kesehatan yang mencakup perawatan intensif, ruang penyembuhan rehabilitasi,
monitoring pasien anesthesia.
SpO2 mengijinkan dua panjang gelombang cahaya yang berbada (merah,
biasanya 550 nm dan inframerah, biasanya 950 nm) untuk menembus sekeliling
bagian peripheral dari tubuh pasien, biasanya ujung jari atau daun telinga, dan
mengukur tiap panjang gelombang cahaya yang relatif berkurang (R-ratio).
Jaringan biologi yang sedang diukur terdiri dari banyak unsur-unsur, mencakup
kapiler, arteri dan vena, kulit dan jaringan yang lainnya. Kecuali untuk pembuluh
darah arteri, berkurangnya cahaya oleh unsur jaringan lainnya adalah relatif tetap.
Transmisi cahaya melalui arteri adalah denyutan yang diakibatkan pemompaan
darah oleh jantung.
96
normal. Misalnya, pada pasien dengan kasus anemia, kosentrasi hemoglobin darah
rendah, dan pasien monitor tidak memberikan suatu indikasi yang akurat tentang
jumlah oksigen dalam aliran darah.
97
Semakin relefan komponen pengurangan cahaya di dalam oksimeter
adalah sinyal AC yang ditimbulkan oleh aliran denyut dari darah arteri.
Penyerapan lebih dari spektrum cahaya inframerah relatif ke spektrum cahaya
merah adalah indikasi dari oksigen saturasi yang tinggi dan absorpsi lebih dari
spektrum cahaya merah relatif ke spektrum cahaya inframerah adalah indikasi
dari oksigen saturasi yang rendah.
98
3.4.4.2 Deteksi Respirai
Seperti sinyal ECG, perlu untuk pertama menentukan mana respirasi
telah diambil Tempat (memicu). Respirasi memicu dalam ARGUS LCM
didasarkan pada prnsip berikut .
99
bergantung pada aliran darah ke kulit dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan
luar.Karena fluktuasi suhu permukaan ini, suhu yang dapat diterima berkisar dari
36⁰C sampai 38⁰C.Fungsi jaringan dan sel tubuh paling baik dalam rentang suhu
yang relatif sempit (Hidayat, 2008).
Tempat pengukuran suhu (oral, rectal, aksila, membran timpani, esophagus,
arteri pulmoner, atau bahkan kandung kemih) merupakan salah satu faktor yang
menentukan suhu tubuh pada pasien dalam rentang sempit ini. Pengukuran suhu
tubuh ditunjukan untuk memperoleh suhu inti jaringan tubuh rata-rata yang
representatif. Suhu normal rata-rata bervariasi bergantung lokasi
pengukuran.Tempat pengukuran suhu inti merupakan indikator suhu tubuh yang
lebih dapat diandalkan daripada tempat yang menunjukan suhu permukaan.
Tabel 2. Hubungan Usia Dengan Suhu Tubuh Normal
Ada 2 jenis suhu tubuh, yaitu suhu inti dan suhu permukaan.Suhu inti
merupakan suhu jaringan tubuh bagian dalam seperti rongga abdomen dan rongga
pelvis, Suhu inti ini relatif konstan, Suhu tubuh inti yang normal berada dalam
satu rentang suhu.Suhu permukaan merupakan suhu pada kulit jaringan subkutan,
dan lemak.Suhu permukaan akan meningkat atau menurun sebagai respon
terhadap lingkungan.
Sensor Suhu atau Temperature Sensors adalah suatu komponen yang dapat
mengubah besaran panas menjadi besaran listrik sehingga dapat mendeteksi gejala
perubahan suhu pada obyek tertentu. Sensor suhu melakukan pengukuran
terhadap jumlah energi panas/dingin yang dihasilkan oleh suatu obyek sehingga
100
memungkinkan kita untuk mengetahui atau mendeteksi gejala perubahan-
perubahan suhu tersebut dalam bentuk output Analog maupun Digital. Sensor
Suhu juga merupakan dari keluarga Transduser.
Sensor suhu dibagi dalam 4 golongan utama, dari tiap jenis sensor suhu ini
memiliki beberapa tipe dan bentuk yang berbeda. Berikut adalah 4 jenis utama
sensor suhu.
Thermocouple (T/C)
Resistance Temperature Detector (RTD)
Thermistor
IC Sensor Suhu
3.6 Blok Diagram
101
antara sistem kelistrikan di dalam tubuh dan sistem kelistrikan di luar tubuh.
Keluaran dari elektrode sudah berupa tegangan listrik, tetapi levelnya masih relatif
kecil sehingga diperlukan rangkaian penguat instrumentasi karena penguatannya
dapat diatur tanpa mempengaruhi nilai CMRR nya, kemudian difilter guna
menghilangkan noise atau gangguan dari frekuensi lain, lalu dikuatkan
menggunakan penguatan non inverting yang kemudian langsung masuk ADC
pada main board.
Pada blok SpO2 diawali dengan sensor finger SpO2 menggunakan
Photodiode dan LED Infra Red, karena kedua LED ini memiliki panjang
gelombang yang sesuai kriteria. Kemudian masuk pada rangkaian filter untuk
meloloskan frekwensi rendah, lalu dikuatkan oleh penguatan non inverting yang
kemudian masuk ADC pada main board.
Pada blok pengukuran suhu hanya menggunakan sensor suhu yang
kemudian output dari sensor tersebut dimasukkan pada PSA diferensial agar
tegangan nya tidak dibawah 0 volt yang masuk ADC pada main board.
Pada blok pengukuran tekanan darah menggunakan manset dan
menggunakan sensor tekanan. Cara kerjanya yaitu manset berfungsi sebagai
menahan laju aliran tekanan darah, sedangkan sensor tekanan mengirim perintah
bahwa solenoid dalam keadaan tertutup dan motor berputar untuk memompa
sambil sensor tersebut membaca tekanan darah. Setelah sensor membaca nilai
tekanan darah, maka motor DC berhenti dan soleloid membuka. Data nilai systole
dan diastole dikirim ke mainboard kemudian diproses.
Kemudian LCD menghasilkan gambar bagi tampilan sinyal-sinyal hasil
pengukuran yang telah diolah dan didapatkan dari main prosessor board. Main
board berfungsi sebagai programed microcomputer, system timing, interface, pada
rangkaian lainnya seperti display monitor, spiker front-end dan keyboard.
Kemudian pada recorder board berisi rangkaian perekam hasil dari pengukuran 4
parameter pada alat.
3.4.7 SOP Bedside Monitor
1. Lepaskan penutup debu.
2. Siapkan aksesoris dan pasang sesuai kebutuhan.
102
3. Hubungkan alat ke terminal pembumian.
4. Hubungkan alat ke catu daya .
5. Hidupkan alat dengan menekan/mamutas tombol ON/OFF.
6. Set rentang nilai (range) untuk temperatur, pulse dan alarm.
7. Perhatikan protap pelayanan.
8. Beritahukan kepada pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan.
9. Hubungkan patient cable, stap dan chest electrode ke pasien dan pastikan
sudah terhubung dengan baik.
10. Lakukan monitoring.
11. Lakukan pemantauan display terhadap heart rate, ECG wave form, pulse,
temperatur, saturasi oksigen (SpO2), NiBP, tekanan hemodinamik.
12. Setelah pengoperasian selesai matikan alat dengan menekan tombol ON/OFF.
13. Lepaskan hubungan alat dari catu daya.
14. Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian.
15. Lepaskan patient cable, strap, chest electrode dan bersihkan.
16. Pastikan bahwa Bedside Monitor dalam kondisi baik dan siap difungsikan
lagi.
17. Pasang penutup debu.
18. Simpan alat dan aksesoris ke tempat semula.
3.4.8 Cara Pemeliharaan
Tabel 3 Pemeliharaan
NO URAIAN PERIODE
103
9 cek fungsi indikatro , ganti bila perlu 6 Bulan
10 cek fungsi-fungsi kontras gambar ,brightness, 6 Bulan
colour
11 lakukan pengukuran tahanan kebel pembumian alat 1 Tahun
12 lakukan pengukran arus bocor 1 Tahun
13 lakukan uji kinerja alat 6 Bulan
3.4.9 Troubleshooting
Tabel 4 Troubleshooting
Kerusakan Penyebab Solusi
Hasil ECG tidak Kabel ECG putus Cek kabel denga
keluar pada monitor avometer dan
sambung kabel
yang putus atau
mengganti dengan
yang baru
Hasil NIBP tidak Manset bocor Mengganti manset
keluar pada monitor dengan yang baru
Hasil Spo2 tidak Sensor rusak Cek sensor dan
keluar pada monitor ganti dengan yang
baru
104