0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
8 tayangan4 halaman
Hukum acara perdata mengatur cara pengajuan tuntutan hak, pemeriksaan, dan pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara perdata. Mencakup asas-asas seperti hakim bersifat menunggu dan mendengar kedua belah pihak, serta persyaratan isi gugatan seperti identitas pihak, dasar hukum, dan permintaan. Gugatan class action diajukan oleh perwakilan kelompok untuk mewakili anggota kelomp
Hukum acara perdata mengatur cara pengajuan tuntutan hak, pemeriksaan, dan pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara perdata. Mencakup asas-asas seperti hakim bersifat menunggu dan mendengar kedua belah pihak, serta persyaratan isi gugatan seperti identitas pihak, dasar hukum, dan permintaan. Gugatan class action diajukan oleh perwakilan kelompok untuk mewakili anggota kelomp
Hukum acara perdata mengatur cara pengajuan tuntutan hak, pemeriksaan, dan pelaksanaan putusan pengadilan dalam perkara perdata. Mencakup asas-asas seperti hakim bersifat menunggu dan mendengar kedua belah pihak, serta persyaratan isi gugatan seperti identitas pihak, dasar hukum, dan permintaan. Gugatan class action diajukan oleh perwakilan kelompok untuk mewakili anggota kelomp
HUKUM ACARA PERDATA = Peraturan hukum yang mengatur bagaimana
caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materil dengan perantaraan hakim.
Dengan perkataan lain Hukum Acara Perdata adalah peraturan hukum yang menentukan bagaimana caranya menjamin pelaksanaan Hukum Perdata Materil: Hukum Acara Perdata mengatur tentang bagaimana caranya: mengajukan tuntutan Hak memeriksa serta memutuskan dan melaksanakan isi putusan Tuntutan hak (pasal 118 ayat 1 HIR/142 ayat 1 RBG) adalah tuntutan Perdata yang mengandung sengketa yang lazim disebut "Gugatan" gugatan dapat diajukan baik secara tertulis maupun secara lisan baik penggugat In Person yang mengajukan gugatan maupun menggunakan kuasa. Asas2 hukum acara perdata : 1)Hakim bersifat menunggu(hakim bersikap menunggu datangnya tuntutan hak diajukan kepadanya); 2)Hakim pasif(ruang lingkup sengketa yg diajukan kpd hakim utk diperiksa pd asasnya ditentukan oleh para pihak yg berperkara dan bukan oleh hakim); 3)Sifat terbukanya persidangan(persidangan terbuka utk umum dlm rangka menjamin objektivitas peradilan dgn pemeriksaan yg adil dan tidak memihak); 4)Mendengar kedua belah pihak; 5)Putusan harus disertai alasan2; 6)Beracara dikenakan biaya; 7)Tidak ada keharusan mewakilkan Kuasa menurut Pasal 1792 KUHPerdata berbunyi : “Pemberian kuasa adalah suatu persetujuan dengan nana seorang memberikan kekuasaan kepada seorang lain yang menerimanya untuk dan atas namanya menyelenggarakan suatu urusan.” Jika dicermati secara mendalam maka dalam Pasal 1792 tersebut terdapat kata "persetujuan” yang dapat dimaknai sebagai "perjanjian” oleh karena itu pemberian kuasa adalah perjanjian kuasa. Dengan demikian dalam surat kuasa dapat diperjanjikan hal-hal yang berkaitan dengan hak dan kewapban antara pemberi kuasa dengan peneruna kuasa. Misalnya mengenai Hak, Retensi - Kuasa Substitusi dan pencabutan surat kuasa. Itu sebabnya Pasal 1792 maupun Pasal 1793 ayat (1) KUH Perdata menyatakan, pemberian Kuasa selain didasarkan atas persetujuan kedua belah pihak, dapat dituangkan dalam bentuk akta otentik atau di bawah tangan maupun dengan lisan. Namun demikian, tanpa mengurangi penjelasan diatas, berdasarkan Pasal 1793 ayat (2) KUH Perdata, penerimaan kuasa dapat terjadi secara diam-diam. Akan tetap, cara diam diam ini, tidak dapat diterapkan dalam pemberian kuasa khusus, Kuasa khusus harus disepakati secara tegas dan harus dituangkan dalam bentuk akta atau sirat kuasa khusus. Sifat Perjanjian Kuasa : a)Penerima kuasa langsung berkapasitas sbg wakil pemberi kuasa (pemberian kuasa tdk hanya bersifat mengatur hubungan pemberi kuasa dgn penerima kuasa, melainkan hubungan hukum itu lgsg memberi kedudukan serta kapasitas kepada kuasa menjadi wakil penuh (full power)); b)Pemberian kuasa bersifat konsensual (perjanjian berdasarkan kesepakatan); c)Berkarakter garansi-kontrak Berakhirnya kuasa (pasal 1813 KUHPer) karena : a)Pemberi kuasa menarik kembali secara sepihak; b)Salah satu pihak meninggal; c)Penerima Kuasa melepas kuasa; Jenis2 kuasa : 1)Kuasa umum (bertujuan memberi kuasa kpd seseorang utk mengurus kepentingan pemberi kuasa); 2)Kuasa khusus (hanya mengenai satu kepentingan atau lebih); 3)Kuasa istimewa (bersifat limitatif hanya terbatas utk tindakan tertentu dan harus berbentuk akta otentik); 4)Kuasa perantara (pemberi kuasa memberi perintah kpd pihak kedua dlm kedudukannya sbg agen/perwakilan); Bentuk kuasa di depan pengadilan : a)Kuasa secara lisan; b)Kuasa yg ditunjuk dlm surat gugatan; c)Surat kuasa khusus Permasalahan penerapan surat kuasa khusus : 1)Surat kuasa khusus dgn cap jempol; 2)Tdk menyebut subjek & objek; 3)Surat kuasa khusus diterbitkan berdasarkan kuasa umum; 4)Surat kuasa yg dibuat oleh org yg tdk berwenang; 5)Surat kuasa khusus dianggap sah apabila penggugat didampingi kuasa; 6)Surat kuasa khusus yg menunjuk nomor register perkara, sah menurut hukum; 7)Surat kuasa tdk menyebut kompetensi relatif; 8)Kuasa substitusi yg tdk sah; 9)cacatnya surat kuasa konvensi, meliputi gugatan rekonvensi; 10)Surat kuasa yg dibuat di luar negeri Tentang Gugatan : Dalam mengajukan gugatan HIR dan RBG hanya mengatur tentang cara mengajukan gugatan, sedangkan persyaratan mengenai format gugatan, isi gugatan HIR dan RBG tidak ada mengatur. Persyaratan standar isi gugatan (pasal 8 angka 3 RV) yang mengisyaratkan agar sebuah gugatan memuat: a) Identitas para pihak; b) Dalil-dalil konkrit tentang adanya hubungan hukum dimana dalam perjalanan hubungan hukum tersebut terjadi "peristiwa hukum” baik peristiwa hukum karena perbuatan melawan hukum maupun peristiwa hukum karena wanprestasi; c) Petitum atau tuntutan (Syarat formulasi/isi gugatan harus memenuhi Pasal 8 angka 5 RV, akan tetapi perkembangan praktek isi gugatan menjadi : a)Ditujukan kepada PN sesuai dengan Kompetensi Relatif (Secara formil surat gugatan ditujukan dan di alamatkan kepada PN sesuai dengan kompetensi relatif. Apabila surat gugatan salah alamat atau tidak sesuai dengan kompetensi relatif mengakibatkan cacat formil yang pada akhirnya menjadikan gugatan tidak dapat diterima; b)Identitas Para Pihak (Keabsahan surat gugatan ditandai penyebutan identitas, tidak menyebutkan identitas para pihak apalagi tidak menyebutkan identitas tergugat mengakibatkan gugatan tidak sah. Identitas para pihak isinya: Nama Lengkap, Alamat, Pekerjaan); c)Posita Gugatan (Yang disampaikan dalam posita gugatan adalah hubungan hukum antara penggugat dan tergugat yang memuat dasar hukum, namun dalam hubungan hukum tersebut terjadi peristiwa hukum yang dapat berbentuk peristiwa hukum karena perbuatan melawan hukum (hubungan hukum terjadi dikarenakan oleh UU) atau peristiwa hukum karena wanprestasi (hubungan terjadi karena diperjanjikan) d) Petitum atau tuntutan : berisi permintaan kepada pengadilan melalui hakim untuk dinyatakan atau ditetapkan sebagai hak penggugat atau hukuman kepada tergugat. Petitum berisi deskripsi yang jelas menyebut satu persatu tuntutan penggugat yang harus dinyatakan dan dibebankan kepada tergugat. Isi petitum harus didukung oleh posita. Gugatan Perwakilan Kelompok Class Action Gugatan Class Action secara umum dapat diartikan sebagai gugatan yang berisi tuntutan melalui proses pengadilan yang diajukan oleh satu atau beberapa orang yang bertindak sebagai wakil kelompok. Perwakilan kelompok tersebut bertindak mengajukan gugatan tidak hanya untuk dan atas nama mereka tetapi sekaligus untuk dan atas nama kelompok yang mereka wakili, tanpa memerlukan surat kuasa dan anggota kelompok. Ketika mengajukan gugatan, tidak perlu menyebutkan secara individual satu persatu indentitas anggota kelompok yang diwakili, namun yang penting asal kelompok yang diwakili dapat di definisikan identifikasi anggota kelompok secara spesifikasi. Tujuan Gugatan Class Action (Konsedrans Perma No. 1 Tahun 2002 dalam huruf A&H) : a) Mengembangkan Penyederhanaan Akses Masyarakat memperoleh keadilan. Dengan mengajukan satu gugatan, diberikan hak prosedural terhadap satu atau beberapa orang bertindak sebagai penggugat untuk memperjuangkan kepentingan penggugat dan sekaligus kepentingan anggota kelompok. b) Mengefektifkan Efisiensi Penyelesaian Pelanggaran Hukum Yang Merugikan Orang Banyak. Untuk kepentingan efektifitas dan efisiensi sgt dibutuhkan system gugatan class action karena dgn cara ini satu orang dari pihak yg dirugikan yg bertindak sbg wakil kelompok mengajukan gugatan untuk diri sendiri dan sekaligus mewakili kelompok yang jumlahnya banyak, secara formal gugatan dianggap syah untuk penyelesaian kepentingan seluruh kelompok. Unsur2 gugatan Class Action : a) Gugatan secara perdata (bentuk tuntutan hak yg mengandung sengketa dan bertujuan utk memperoleh perlindungan hak yg diberikan oleh pengadilan utk menghindari adanya upaya main hakim sendiri. Class action dlm aturan Hukum Indonesia (Haper Materil) : 1)UU No.32 thn 2009 ttg Pengelolaan lingkungan hidup (masyarakat dpt mengajukan gugatan perwakilan kelompok apabila mengalami kerugian akibat pencemaran lingkungan hidup); 2)UU No.8 thn 1999 ttg Perlindungan konsumen (gugatan atas pelanggaran pelaku usaha dpt dilakukan oleh kelompok konsumen yg mempunyai kepentingan yg sama); 3)UU No.18 thn 1999 ttg jasa konstruksi (masyarakat yg dirugikan akibat pekerjaan konstruksi berhak mengajukan gugutan ke pengadilan secara orang- perorangan, kelompok orang dgn pemberi kuasa, dan kelompok org dgn tdk dgn kuasa melalui gugatan perwakilan); 4)UU No.41 thn 1999 ttg Kehutanan (masyarakat berhak mengajukan gugatan perwakilan ke pengadilan dan atau melaporkan ke penegak hukum, terhadap kerusakan hutan yg merugikan kehidupan masyarakat b) Gugatan legal standing : gugatan yg dilakukan oleh LSM berdasarkan pemberian hak oleh UU (dlm konteks class action). LSM bertindak mengajukan gugatan bukan sbg pihak yg mengalami kerugian nyata. LSM bertindak mengajukan gugatan mewakili kepentingan tertentu berdasarkan sistem pemberian hak gugatan kpd organisasi tertentu oleh UU. Agar LSM mempunyai hal legal standing, LSM harus memenuhi syarat yaitu : a)Berbentuk bdn hukum/yayasan; b)Dalam anggaran dasar organisasi tsb disebut dgn tegas tujuan didirikannya utk kepentingan tertentu; c)Telah melakukan kegiatan sesuai anggaran dasar c) Gugatan citizen law suit : gugatan warga negara kpd pemerintah karena kebijakan pemrintah dlm konteks gugatan class action (Cth : kenaikan tarif toll,dll)