Anda di halaman 1dari 28

Nama : Sri Winanda Blongkod

Nim : 311419030

Kelas :3/A Bahasa Indonesia

Tugas : kurikulum dan pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia

Materi 1 : Landasan-landasan/Azaz-azaz Pengembangan Kurikulum

- Landasan filosofis

Landasan filosofis (Widyastono, 2014:23: Idi, 2007:68: Mulyasa, 2013:64, Sajaya,2009:4248)

Secara harfiah filosofis (filsafat) berarti “cinta akan kebijakan” (love of wisdom). Widyastono
2014 mengatakan kurikulum 2013 dikembangkan dengan landasan filosofis yang memberikan
dasar bagi pengembangan seluruh potensi peserta didik menjadi manusia Indonesia berkualitas
yan tercantum dalam pendidikan nasional. Widyastono juga mengatakan kurikulum 2013
menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik
secara holistic atau seimbang.

- Landasan psikologis

Landasan Psikologis (Widyastono, 2014:27: Idi, 2007: 79-91: Sanjaya, 2009:48-55)

Landasan psikologi berkaitan dengan psikologi perkembangan peserta didik dan psikolog
belajar. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku siswa sedangakan kurikulum
adalah suatu rencana program yang dapat menentukan program pendidikan untuk mengubah
perilaku individu.

- Landasan sosial budaya


Landasan sosial budaya adalah pentingnya aspek-aspek sosial dan budaya yang berkemabng di
masyarakat dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum, hal ini berangkat dari satu premis
bahwa pendidikan lahir dari lahir, untuk masyarakat dan budaya. Disini ada hubungan timbal
balik yang harmonis antara pendidikan, masyrakat dan budaya.

- Landasan perkembangan ilmu pengetahuan

Landasan sosial budaya adalah pentingnya aspek-aspek sosial dan budaya yang berkemabng di
masyarakat dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum, hal ini berangkat dari satu premis
bahwa pendidikan lahir dari lahir, untuk masyarakat dan budaya. Disini ada hubungan timbal
balik yang harmonis antara pendidikan, masyrakat dan budaya.

- Landasan perkembangan sosiologis-teknologi

Landasan sosial budaya adalah pentingnya aspek-aspek sosial dan budaya yang berkemabng di
masyarakat dijadikan acuan dalam pengembangan kurikulum, hal ini berangkat dari satu premis
bahwa pendidikan lahir dari lahir, untuk masyarakat dan budaya. Disini ada hubungan timbal
balik yang harmonis antara pendidikan, masyrakat dan budaya.

- Landasan Empiris

Pada saat ini perekonomian indonesia terus tumbuh di tengah bayang-bayang resesi dunia.
Pertumbuhan ekonomi indonesia ASEAN sebesar 6,5-6,9% Agus D.W. Martowardojo, dalam
rapat paripurna DPR, momentum pertumbuhan ekonomi ini harus terus di jaga dan di ingatkan.
Generasi muda berjiwa wirausaha yang tangguh, kreatif, ulet, jujur, dan mandiri sangat
diperlukan untuk memantapkan pertumbuhan ekonomi indonesia di masa depan.

- Landasan Yuridis

Setiap pendidikan normal sudah di pastikan akan dikelola oleh badan hukum sesuai dengan
peraturan yang ditetapkan, termasuk kurikulum yang dilakukan harus mengacu pada landasan
yuridis yang telah ditetapkan. Landasan pengembangan kurikulum di landasi oleh kebijakan–
kebijakan yang dituangkan dalam peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

a.Perubahan keempay UUD 1945 pasal 31 tentang pendidikan

b.Tap MPR no IV MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004

c.UUD No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional

d.UUD No.22 tahun1999 tentang otonomi daerah

- landasan organistoris
Dasar ini berhubungan dengan masalah pengorganisasian kurikulum, yakni tentang bentuk
penyajian mata pelajaran yang harus disampaikan kepada para peserta didik. Pengoraganisasian
kurikulum dari struktur horizontal dipengaruhi atau didasarkan pada pandangan ilmu jiwa.
Misalnya ilmu jiwa asosiasi menghendaki penyajian mata pelajaran secara terpisah (separate
subject curriculum), ilmu jiwa gestalt menganjurkan penyajian mata pelajaran dalam bentuk unit
(integrated curriculum). Sedangkan dilihat dari struktur vertikal, organisasi kurikulum
berhubungan dengan masalah pelaksanaan pengajaran dan pengaturan kegiatan secara
keseluruhan disekolah.

- Landasan konseptual

Dasar ini berhubungan dengan masalah pengorganisasian kurikulum, yakni tentang bentuk
penyajian mata pelajaran yang harus disampaikan kepada para peserta didik. Pengoraganisasian
kurikulum dari struktur horizontal dipengaruhi atau didasarkan pada pandangan ilmu jiwa.
Misalnya ilmu jiwa asosiasi menghendaki penyajian mata pelajaran secara terpisah (separate
subject curriculum), ilmu jiwa gestalt menganjurkan penyajian mata pelajaran dalam bentuk unit
(integrated curriculum). Sedangkan dilihat dari struktur vertikal, organisasi kurikulum
berhubungan dengan masalah pelaksanaan pengajaran dan pengaturan kegiatan secara
keseluruhan disekolah.

Materi 2 : PENGEMBANGAN KURIKULUM DI SEKOLAH DAN PERGURUAN


TINGGI.

Peran pengembangan kurikulum sekolah

- Peran kepala sekolah

a.    Peran sebagai manajer

b. Peran sebagai inovator 

c.  Peran guru sebagai fasilitator 

d. Kepala sekolah sebagai administrator

e. Kepala Sekolah sebagai supervisor

f.  Kepala sekolah sebagai leader


- peran guru

a.  Guru sebagai pemberi pertimbangan.

b. Guru sebagai pelaksana pengembangan kurikulum sekolah

- peran guru

a.  Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentralisasi 

b. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Desentralisas

c. Peranan Guru dalam Pengembangan Kurikulum yang Bersifat Sentral Desentral

Peran Siswa

 Siswa di sini memiliki peran diantaranya turut terlibat dalam perncanaan suatu kegiatan
pembelajaran. Di sekolah progresif kepada murid diberikan peranan yang lebih besar lagi tentang
apa yang mereka harapkan dari pelajaran.

- Strategi pengembangan kurikulum

a. Peningkatan keimnanan, budi pekerti dan penghayatan nilai-nilai budaya. 

b. Keseimbangan etika, logika dan kinestika.

c. Penguatan integritas nasional

d. Perkembnagan pengetahuan dan technologi informasi.

e. Pengeambngan kecakapan hidup 

f. Pilar pendidikan

g. Komprehensif dan berkesinambungan

h. Belajar sepanjang hayat 

i. Diversifikasi pengembnagn kurikulum

- langkah-langkah dalam pengembangan kurikulum sekolah

·  Mengidentifikasi masalah serta merumuskannya. 


·  Mengajukan saran perbaikan 
·  Menyiapkan desain perencanaan yang mencakup tujuan, cara mengevaluasi, menentukan
bahan pelajaran, metode penyampaian, percobaan, penilaian, balikan, perbaikan dan pelaksnaan. 
·  Memilih anggota panitia 
·  Mengawasi pekerjaan panitia 
·  Melaksanakan hasil kerja panitia oleh guru dalam kelas

- Berangkat dari prinsip pengembanagan kurikulum maka pijakan untuk menetapkan strategi
pengeambangan kurikulum dalm proses mengubah dan mengembnagkan kurikulum
mencakup hal-hal sebagai berikut: 

a)      Mengubah sistem pendidikan

b)      Mengubah kurikulum tingkat lokal

c)   Memberikan pendidikan in-service dan pengembangan staf 

d)  Supervisi 

e) Reorganisasi sekolah

f)    Eksprimentasi dan penelitian

Apa Peran Kurikulum di dalam Sistem Pendidikan Tinggi ??

 Menurut Kurikulum memiliki makna yang beragam baik antara negara maupun antar institusi
penyelenggara pendidikan.

Menurut kemendiknas No. 232/U/2000, didefinisikan sebagai berikut: “Kurikulum pendidikan


tinggi adalah rencana dan pengaturan mengenai isi maupun bahan kajian dan pelajaran serta
cara penyampaian dan penilaiaan yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
belajar mengajar diperguruan tinggi.”

Kurikulum adalah sebuah program yang disusun dan dilaksanakan untuk mencapai suatu tujuan
pendidikan. Sehingga kurikulum dapat diartikan sebagai sebuah program yang berupa dokumen
dan pelaksanaan program.

dengan cara pandang yang luas kurikulum bisa berperan sebagai (Kunaefi, Tresno
Dermawan at al, 2008: 4-5).

a. manajemen pendidikan tinggi untuk menentukan arah pendidikannya.

b. filosofis yang akan mewarnai terbentuknya masyarakat dan iklim akademik

c. Patron atau pola pembelajaran


Konsep kurikulum yang tercantum dalam Kepmendiknas No. 232/U/2000 dan No.
045/U/2000 banyak didorong oleh permasalahan Global ataupun eksternal. menurut
UNESCO (dalam Leo Agung, 2010)  hal-hal tersebut menimbulkan keadaan seperti:

1.      Persaingan di dunia Global, yang mana berakibat juga terhadap persaingan perguruan
tinggi didalam negeri maupun diluar negeri, sehingga perguruan tinggi dituntut untuk
menghasilkan lulusan yang dapat bersaing dalam dunia global.

2.      Adanya perubahan oerintasi pendidikan tinggi yang tidak lagi hanya menghasilkan
manusia cerdas berilmu akan tetapi juga mampu menerapkan keilmuaannnya  dalam
kehidupan dimasyarakatnya (kompeten dan relevan), yang lebih berbudaya.

3.      Adanya perubahan kebutuhan didunia kerja yang terwujud dalam perubahan persyaratan
dalam menerima tenaga kerja, yaitu dengan adanya persyaratan softskills yang dominan
disamping hardskillnya. Sehingga kurikulum yang dikonsepkan lebih didasarkan pada rumusan
kompetensi yang harus dicapai / dimiliki oleh lulusan perguruan tinggi yang sesuai atau
mendekati kompetensi yang dibutuhkan oleh masyarakat pemangku kepentingan/ stakeholders
(competense based curiculum).

Bentuk perubahan Pembahasan konsep kurikulum pendidikan tinggi yang dituangkan dalam
kemendiknas No. 232/2000 dan  No. 045/2000, mengacu kepada konsep pendidikan tinggi abad
XXI UNESCO (1998), Leo Agung (2010) terdapat perubahan mendasar yaitu:

a.   Out Put hasil pendidikan yang semula berupa kemampuan minimal penguasaan pengetahuan
ketrampilan, dan sikap sesuai dengan sasaran kurikulum program studi, diganti dengan kopetensi
seseorang untuk dapat melakukakn seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab sebagai syarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas dalam bidang pekerjaan
tertentu.

b.      Kurikulum program studi yang semula disusun dan ditetapkan oleh pemerintahan lewat sebuah
konsersium (kurikulum nasional), diubah  dimana kurikulum inti disusun oleh pergurua tinggi bersama-
sama.

c.       Berdasarkan kemendikbud N0. 056/1994 kompenen kurikulum tersusun atas kurikulum nasional
( Kurnas) dan kurikulum Lokal  (Kurlok) disusun dengan tujuan untuk menguasai isi ilmu pengetahuan
dan penerapannya (conten Based), sedangkan dalam Kemendiknas No. 232/U/2000 kurikulum terdiri
atas kurikulum inti dan kurikulum institusional.
d.      Dalam  Kemendiknas No. 232/U/2000, kurikulum terdiri dari kelompok-kelompok Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian (MPK), Mata Kuliah Keilmuan dan Ketrampilan (MKK), Mata Kuliah Keahlian
Berkarya (MKB), Mata Kuliah Perilaku Berkarya (MPB), dan Mata Kuliah Berkehidupan Bersama (MBB).

:e.       Perubahan kurikulum juga berarti perubahan pembelajaran, sehingga denga konsep


pembelajaran yang dilakukan di pendidikan tinggi tidak hanya sekedar suatu proses transfer of
knowledge, namun benar-benar merupakan suatu proses pembekalan berupa method of inquiry
seseorang yang berkopenten dalam berkarya di masyarakat.

alternatif penyusunan kurikulum berbasis kompetensi dapata dimulai dengan langkah langkah
berikut :

1.      Penyusunan profil lulusan, yaitu berupas peran dan fungsi yang diharapkan dapat dijalankan oleh
lulusan nantinya dimasyarakat.

2.      Penetapan kompetensi berdasarkan profil lulusan yang telah dirancangkan.

3.      Penentuan bahan kajian yang terkait dengan bidang IPTEK program studi.

4.      Penetapan kedalam dan keluasan kajian (sks) yang dilakukan dengan menganalisis hubungan
antara kompetensi dan bahan kajian yang diperlukan.

Materi 3 : Prinsip Pengembangan Kurikulum

- Pengertian pengembangan kuriulum

Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang merencana kan, menghasilkan suatu alat yang lebih
baik dengan didasarkan pada hasil penilaian terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat
memberikan kondisi belajar mengajar yang baik.

Macam-macam prinsif dalam kurikulum

1. Prinsip berorientasi pada tujuan, dimaksudkan agar perumusan

unsur-unsur kurikulum lainnya serta semua kegiatan pembelajaran di

dasarkan dan mengacu pada tujuan yang akan dicapai.

2. Proses relevansi (kesesuaian), dalam pengembangan kurikulum prinsip relevansi yang dimaksudkan
adalah adanya hubungan, kaitan, kesesuaian atau keserasian antar unsur-unsur kulikurum sendiri.

3. Prinsip efektivilitas dalam kurikulim harus dipertimbangkan kemampuan yang ada. Suatu perencanaan
yang tidak didasarkan kemampuan yang ada,maka akan berakibat suatu perencaan tidak efektif..
4. Prinsip efisien adalah hubungan dengan perbandingan antara hasil yang dicapai dengan usaha yang
dijalankan,atau biaya yang dikeluarkan.

Hakikat pengembangan kurikulum

Pengembangan kurikulum pada hakekatnya adalah proses penyusunan rencana tentang isi dan bahan
pelajaran yang harus dipelajari serta bagaimana cara mempelajarinya. Namun demikian, persoalan
mengembangkan kurikulum bukan merupakan hal yang sederhana dan mudah. Menentukan isi atau
muatan kurikulum harus berangkat dari visi, misi, serta tujuan yang ingin dicapai, sedangkan menentukan
tujuan yang ingin dicapai erat kaitannya dengan persoalan sistem nilai dan kebutuhan masyarakat.

David Pratt (1980) mengemukakan bahwa istilah lebih mengena di bandingkan dengan pengembangan
yang mengandung konotasi bersifat gradual. Desain adalah proses yang disengaja tentang suatu
pemikiran, perencanaan dan penyeleksian bagian-bagian, tehnik dan prosedur yang mengatur suatu tujuan
atau usaha .

Tujuan pengembangan kurikulum

Tujuan pengembangan kurikulum juga harus memperhati kan tujuan institusional (tujuan lembaga/satuan
pendidikan), tujuan kurikuler (tujuan bidang studi), dan tujuan instruksional (tujuan pembelajaran).
Semuanya perlu dipertimbangkan da lam mengembangkan kurikulum. Di sisi lain dapat ditegaskan
bahwa tujuan pengembangan kurikulum tidak dapat lepas dari tujuan pendidikan itu sendiri, sebab
kurikulum merupakan ujung tombak ideal dari visi, misi dan tujan pendidikan sebuah bangsa.

Pengembangan isi kurikulum

Isi kurikulum merupakan komponen yang berhubungan dengan pengalaman belajar yang harus
dimiliki siswa. Isi kurikulum itu menyangkut semua aspek baik yang berhubungan dengan pengetahuan
atau materi pelajaran yang biasanya tergambarkan pada isi setiap mata pelajaran yang diberikan maupun
kreativitas dan kegiatan siswa. Baik materi maupun aktivitas itu seluruhnya diarahkan untuk menca pai
tujuan yang ditentukan(Sukiyadi, Nurhasanah, & Al Rasjid, 2006).

Menurut Hamalik (2011) isi kurikulum merupakan susunan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional, yang meliputi bahan kajian dan mata pelajaran. Isi kurikulum adalah mata
pelajaran pada proses belajar mengajar, seperti pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai yang
diasosiasikan dengan mata pelajaran. Pemili han isi menekankan pada pendekatan mata pelajaran
(pengetahuan) atau pendekatan proses (keterampilan).

Materi 4 : Pendekatan Pengembangan Kurikulum

- Pengertian pendekatan pengembangan kurikulum


Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang sesorang terhadap suatu proses
tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya
masih sangat umum.

Menurut Sukmadinata (2001:1) pengembangan kurikulum bisa berarti penyusunan kurikulum yang sama
sekali baru (curriculum constrution), bisa juga menyempurnakan kurukulum yang telah ada (curriculum
improvement).

1 .Pendekatan top down

Pendekatan ini dikembangkan oleh Robert S. Zais (1978). Di katakan pendekatan Top Down, disebabkan
pengembangan kurikulum muncul atas inisiatif para pejabat pendidikan atau para administrator atau
dari pemegang kebijakan pendidikan seperti dirjen atau kepala kantor wilayah.

Secara praktis pengembangan kurikulum dengan pendekatan Top Down dilakukan sebagai berikut:

1) Dimulai dengan pembentukan tim pengarah oleh pejabat pendidikan.

2) Menyusun tim atau kelompok kerja untuk menjabarkan kebijakan atau rumusan-rumusan yang
telah disusun oleh tim pengarah.

2. Pendekatan grass roots

Pendekatan Grass Roots dikembangkan oleh Smith, Stanley, dan Shores pada tahun 1957. Model
pengembangan kurikulum ini merupakan kebalikan dari pendekatan Top Down, dilihat dari sumber
inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum. Model ini mendasarkan diri pada anggapan bahwa
penerapan suatu kurikulum akan lebih efektif jika para pelaksananya sudah efektif sudah diikut sertakan
sejak mula pada kegiatan pengembangan kurikulum itu

Pendekatan Grass Roots dikembangkan oleh Smith, Stanley, dan Shores pada tahun 1957. Model
pengembangan kurikulum ini merupakan kebalikan dari pendekatan Top Down, dilihat dari sumber
inisiatif dan upaya pengembangan kurikulum. Model ini mendasarkan diri pada anggapan bahwa
penerapan suatu kurikulum akan lebih efektif jika para pelaksananya sudah efektif sudah diikut sertakan
sejak mula pada kegiatan pengembangan kurikulum itus yang sangat mungkin dilakukan dilapangan.

1. Mengimplementasikan perencanaan dan mengevaluasinya secara terus menerus hingga terpecahnya


masalah.

2. Membuat dan menyusun hasil laporan pelaksanaan pengembangan melaui Grass Roots .

3. Pendekatan Bidang Studi Pendekatan subjek atau disiplin ilmu

Pendekatan ini menggunakan bidang studi atau mata pelajaran sebagai dasar organisasi kurukulum.
Yang diutamakan dalam pendekatan ini adalah penguasaan bahan dan proses dalam disiplin ilmu
tertentu. Dari pendekatan bidang studi ini diharapkan agar peserta didik dapat menguasai semua
pengetahuan yang ada dikurikulum tersebut.
4. Pendekatan Berorientasi pada Tujuan

Pendekatan ini menempatkan rumusan atau penetapan tujuan yang hendak dicapai dalam posisi
sentral, sebab tujuannya adalah pemberi arah dalam pelaksanaan proses belajar mengajar.

5. Pendekatan dengan Organisasi Bahan

Pendektan berorientasi pada bahan dapat dilihat dari pola pendekatan:

1. Subject matter curriculumPendekatan ini penekannya pada mata pelajaran secara terpisah-pisah.

2. Correlated curriculum

pendekatan dengan pola ini adalah pendektan dengan pola mengelompokkan beberapa mata pelajaran
atau bahan yang seiring, yang bisa secara dekat berhubungan. Pendekatan ini dapat di tinjau dari
beberapa aspek, yaitu:

a) Pendekatan sruktural

b) Pendekatan fungsional

c) Pendekatan tempat/daerah

6. Pendekatan Integrated Curriculum

Pendekatan ini didasarkan pada keseluruhan hal yang mempunyai arti tertentu. Keseluruhan ini tidak
sekedar merupakan kumpulan dari bagian-bagiannya, tetapi mempunyai arti tertentu sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional negara kita, yang mengarah pada pembentukan pribadi manusia seutuhnya,
maka didalam pemberian bahan pendekatan ini menekankan pada keutuhan kebutuhan, yang dalam hal
ini tidak hanya melaui mata pelajaran terpisah-pisah.

7. Pendekatan Rekonstruksionalisme

Pendekatan ini memfokuskan kurikulum pada masalah penting yang diahadapi masyarakat seperti folusi,
ledakan, penduduk, malapetaka akibat tujuan teknologi. Dalam gerakan ini terdapat dua kelompok yang
sanagat berbeda pandangan terhadap kurikulum, yaitu:

1) Rekonstruksionalisme konservatif

2) Rekonstruksionalisme radikal

8. Pendekatan Humanistik

Pendekatan humanistik berpusat pada siswa dan mengutamakan perkembangan efektif siswa sebagai
prasyarat dan sebagai bahan integral dari proses belajar. Para pendidik humanistik yakin bahwa
kesejahteraan mental dan emosional siswa harus dipandang sentral dalam kurikulum, agar belajar itu
memberi hasil yang maksimal.
9. Pendekatan Akuntabilitas

Pendekatan akuntabilitas berpusat pada tugas-tugas yang dilaksanakan oleh lembaga pendidikan. Suatu
sistem yang akun tabel, menentukan standar dan tujuan spesifik yang jelas serta mengatur efektifitasnya
bedasrkan taraf keberhasilan siswa untuk mencapai standar itu.

Materi 5 : Model-model pengembangan kurikulum

- Model Ralp tyler

Model Tyler adalah model yang paling dikenal bagi perkembangan kurikulum dengan perhatian khusus
pada fase perencanaan. Dalam Basic Principles of Curiculum and Instructions. The Tyler Rationale, suatu
proses pemilihan tujuan pendidikan, dikenal luas dan dipraktekan dalam lingkungan kurikulum.
Walaupun tyler mengajukan suatu model yang komprehensif bagi perkembangan krikulum, bagian
pertama dari model Tyler, pemilihan tujuan, mendapat banyak perhatian dari pendidik lain.Tyler
menyarankan perencanaan kurikulum:Mengidentifikasi tujuan umur dengan mengumpulka data dari
tiga sumber, yaitu pelajar, kehidupan diluar sekolah dan masa pelajaran.setelah mengidentifikasi
beberapa tujuan umum perencana.Memperbaiki tujuan-tujuan ini dengan menyaring melalui dua
saringan, yaitu filsafat pendidikan dan filsafat sosial di sekolah, dan pembelajaran psikologis.Tujuan
umum yang lolos saringan menjadi tujuan-tujuan pengajaran.Sumber data yang dimaksud Tyler
adalah:Kebutuhan dan minat siswa, dengan meneliti kebutuhan dan minat siswa, pengembang
kurikulum mengidentifikasi serangkaian tujuan yang potensial.Analisa kehidupan kontomporer di
lingkungan lokal dan masyarakat pda skala besar.

- Model Taba

Taba menggunakan pendekatan akar rumput (grass-roots approach) bagi perkembangan kurikulum.
Taba percaya kurikulum harus dirancang oleh guru dan bukan diberikan oleh pihak berwenang. Menurut
Taba guru harus memulai proses dengan menciptakan suatu unit belajarmengajar khusus bagi murid-
murid mereka disekolah dan bukan terlibat dalam rancangan suatu kurikulum umum. Karena itu Taba
menganut pendekatan induktif yang dimulai dengan hal khusus dan dibangun menjadi suatu rancangan
umum.

- Model Olivia

Model pengembangan kurikulum Olivia merupakan model pengembangan kurikulum deduktif, yang
menawarkan sebuah proses pengembangan kurikulum secara lengkap, Olivia menyuun suatu kurikum
yang memenuhi tiga kriteria: sederhana, komprehensif, dan sistematik. Pada mulanya model
pengembangan kurikulum Olivia.
- Mode Beauchamp

George A. Beauchampmen definisikan kurikulum sebagai dokumen tertulis yang memuat rencana untuk
pendidikan peserta didik selama belajar di sekolah. Pengembangan kurikulum merupakan bagian
penting dalam program pendidikan. Kurikulumdan silabus perlu dijabarkan lebih lanjut agar dapat
dipresentasikan di sekolah dan kelas.

- Model Miller Seller

Model pengembangan Miller Seller merupaka pengembangan kurikulm kombinasi dari model tranmisi
dan model transaksi dengan tahapan sebagai berikut:

• Klarifikasi orientasi kurikulum

• Pengembangan tujuan

• Identifikasi model mengajar

• Implementasi.

- Model D.K Wheleer

Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran yang
terjadi secara terus menerus. Dimana ada lima fase. Setiap tahap merupakan pekerjaan yang
berlangsung secara sistematis atau berturut-turut. Artinya kita tidak mungkin dapat menyelesaikan
tahapan kedua manakala tahapan pertama belum terselesaikan. Namun demikian, manakala setiap
tahap sudah selesai dikerjakan kita akan kembali lagi pada tahap awal. Demikian proses pengembangan
sebuah kurikulum berlangsung tanpa ujung.

Wheeler berpendapat, pengembangan kurikulum terdiri atas lima tahap, yaitu:

1. Menentukan tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang
besifat normative yang mengandung tujuan filosofis (aim) atau tujuan pembelajaran umum yang
bersifat praktis (goals). Sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable
(objective) yakni tujuan mudah diukur ketercapaiannya.

2. Menentukan pengalaman belajar yang mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai
tujuan yang dirumuskan dalam langkah pertama.

3. Menentukan isi atau materi pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar.

4. Mengorganisasi atau menyatukan pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar

5. Melakukan evaluasi setiap fase pengembangan dan pencapaian tujuan.

- Model Audrey dan Howard Nicholis


Dalam bukunya, developing curriculum A: participial Guide (1978). Audrey dan Howard Nicholis
mengembangkan suatu pendekatan yang cukup tegas mencakup elemen-elemen kurikulum dengan jelas
dan ringkas. Nicholas menitikberatkan pada pendekatan pengembangan kurikulum yang rasional,
khususnya kebutuhan untuk kurikulum yang munculnya dari adanya perubahan situasi.

Audrey dan Nicholis mendefinisikan kembali metodenya Tyler, Taba, Wheeler dengan menekan
pada kurikulum proses yang bersiklus atau bentuk lingkara, dan ini dilakukan langkah demi langkah
awal, yaitu analisis situasi.

- Menurut Dinamic Skillbeck

Menurut Skillbeck, model pengembangan kurikulum yang ia namakan model dynamic, adalah model
pengembangan kurikulum pada level sekolah. Skillbeck menjelaskan model ini diperuntukkan untuk
setiap guru yang ingin mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Agar proses
pengembangan berjalan dengan baik, maka setiap pengembang termasuk guru perlu memahami lima
elemen pokok yang dimulai dari menganalisis situasi sampai pada melakukan penilaian.

Sekillbeck menganjurkan model pengembangan kurikulum yang ia susun dapat dijadikan


alternative dalam pengembangan kurikulum tingkat sekolah. Menurut Skillbeck langkah-langkah
pengembangan kurikulum adala sebagai berikut:

• Menganalisis sesuatu

• Menformolasikan tujuan

• Menyusun program

• Interpretasi dan implementasi

• Monitoring, feedback, penilaian, dan rekontruksi

- Model Decker Walker

Walker (1971) berpendapat bahwa para pengembang kurikulum tidak mengikuti pendekatan yang telah
ditentukan dari urutan yang rasional dari elemen-elemen kurikulum ketika mereka mengembangkan
kurikulum.

Langkah pertama, Walker mempunyai argument bahwa platform diorganisasikan oleh para
pengembang kurikulum dan pernyataan tersebut berisi serangkaian ide, preferensi, atau pilihan,
pendapat, keyakinan, dan nilai-nilai yang dimilki kurikulum.

Langkah kedua yakni, individu mempertahankan pernyataan platform mereka sendiri dan
menekankan ide-ide yang ada. Langkah terakhir model ini adalah menggunakan bentuk design dimana
para pengembang kurikulum membuat keputusan tentang berbagai komponen proses atau elemen-
elemen kurikulum.
Manajemer pengembanagan kurikulum

- Manajemen pengembangan kurikulum sentralistik

Negara yang bersifat kesatuan seperti Indonesia. Sentralisasi ini berada pada tingkat pemerintah pusat,
sedangkan pada Negara federal sentralisasi dapat pada tingkat pemerintah federal (pusat) atau tingkat
Negara bagian. Dalam manajemen pengembangan kurikulum yang terpusat atau sentralistik, tugas,
wewenang, dan tanggung jawab pengembangan kurikulum dipegang oleh pejabat pusat. Manajemen
kurikulum sentralistik menghasilkan kurikulum nasional, satu kurikulum yang berlaku disluruh wilayah
Negara.

- Manajemen pengembaganan kurikulum Desentralistik

Dalam manajemen kurikulum desentralistik, penyusunan desai, pelaksaan, dan pengendalian kurikulum
(evaluasi dan penyempurnaan), dilakukan secara lokal oleh satuan pendidikan. Penyusunan desain
kurikulum dilakukan ole guru-guru, melibatkan ahli, komite sekolah atau madrasah dan pihak-pihak lain
di masyarakat, yang memiliki perhatian dan kepedulian terhadap kurikulum. Pengembangan kurikulum
demikian tersebut pengembangan kurikulum demikian disebut pengembangan kurikulum berbasis
sekolah yang dalam peraturan menteri pendidikan nasional No. 22 Tahun 2006 tentang standar Isi untuk
Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah disebut kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan atau KTSP.

KTSP merupakan pengembangan kurikulum yang berbeda bahkan berlawanan dari


pengembangan kurikulum birokratis atau sentralistik. Dalam manajemen pengembangan kurikulum
sentralistik, pengembangan kurikulum dipegang oleh pejabat (birokrat) pusat, termasuk inisiatif. Gagasa,
bahkan model kurikulum yang akan dikembangkan beraal dari pemegang kekuasaan pusat.

Materi 6 : Perkembangan Kurikulum dari masa ke masa (Sebelum Otonomi Daerah).

- Pegertian kurikulum

Secara Umum kurikulum diartikan sebagai mata pelajaran yang di ajarkan disekolah. Kurikulum
juga diartikan sebagai suatu rencana yang sengaja dirancang untuk mencapai sejumlah tujuan
pendidikan.

Pengertian kurikulum menurut para pakar pendidikan sebagai berikut :

1. Franklin Bobbt (1918)

Kurikulum adalah susunan pengalaman belajar terarah yang digunakan oleh sekolah untuk
membentangkan individual anak didik
2. Hollins Caswell (1935)

Kurikulum adalah susunan pengalaman yang digunakan guru sebagai proses dan prosedur untuk
membimbing anak didik menuju kedewasaan

3. Ralph Tyler (1857)

Kurikulum adalah susunan pengalaman belajar yang direncanakan dan diarahkan oleh sekolah
untuk mencapai tujuan pendidikan

4. Robert Gagne (1967)

Kurikulum adalah suatu rangkaian unit materi belajar yang disusun sedemikian rupa sehingga
anak didik dapat mempelajarinya berdasarkan kemampuan yang dimilikinya

5. Michael Schiro (1978)

Kurikulum adalah sebagai proses pengembangan anak didik yang diharapkan terjadi dan
digunakan dalam perencanaan. Jadi Kurikulum merupakan suatu rencana pendidikan,
memberikan pedoman dan pegangan tentang urutan isi, serta proses pendidikan.

- Kurikulum 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam bahasa
Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular ketimbang curriculum (bahasa Inggris).
Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional.

Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950. Sejumlah kalangan
menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum 1950. Bentuknya memuat
dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya, plus garis-garis besar pengajaran

- Kurikulum 1964

Rencana Pendidikan 1964 melahirkan Kurikulum 1964 yang menitik beratkan pada
pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral, yang kemudian dikenal dengan
istilah Pancawardhana. Disebut Pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu:

1. Kelompok perkembangan moral

2. Kecerdasan

3. Emosional/artisitk

4. Keprigelan (keterampilan), dan

5. Jasmaniah. 
Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia pancasialis yang sosialis
Indonesia, dengan sifat-sifat seperti pada ketetapan MPRS No II tahun 1960, yaitu:

1. Pendidikan sebagai pembina Manusia Indonesia Baru yang berakhlak tinggi.

2. Pendidikan sebagai produsen tenaga kerja dalam semua bidang dan tingkatan.

3. Pendidikan sebagai lembaga pengembang Kebudayaan Nasional.

4. Pendidikan sebagai lembaga pengembang ilmu pengetahuan, teknik dan fisik/mental.

5. Pendidikan sebagai lembaga penggerak seluruh kekuatan rakyat.

- Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan tonggak awal pendidikan masa orde baru. Kelahiran Kurikulum
1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde
Lama. Dengan suatu pertimbangan untuk tujuan pada pembentukan manusia Pancasila sejati.

Dasar pendidikan masa ini adalah Falsafah Negara Pancasila sesuai dengan Ketetapan MPRS
No. XXVI/MPRS/1966. Sedang Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia
pancasila sejati berdasarkan ketentuan ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 dan isi Undang-Undang Dasar 1945 ( Tap. MPRS No.
XXVII/MPRS/1966).

Sementara isi pendidikan nasionalnya adalah; memperingati mental budi pekerti dan
memperkuat keyakinan agama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, membina dan
mempertimbangkan fisik yang kuat dan sehat ( Tap. MPRS No. XXVII/MPRS/1966).

- Kurikulum 1973

Kurikulum 1968 merupakan tonggak awal pendidikan masa orde baru. Kelahiran Kurikulum
1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai produk Orde
Lama. Dengan suatu pertimbangan untuk tujuan pada pembentukan manusia Pancasila sejati.

Dasar pendidikan masa ini adalah Falsafah Negara Pancasila sesuai dengan Ketetapan MPRS
No. XXVI/MPRS/1966. Sedang Tujuan pendidikan nasional adalah membentuk manusia
pancasila sejati berdasarkan ketentuan ketentuan seperti yang dikehendaki oleh pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945 dan isi Undang-Undang Dasar 1945 ( Tap. MPRS No.
XXVII/MPRS/1966).

Sementara isi pendidikan nasionalnya adalah; memperingati mental budi pekerti dan
memperkuat keyakinan agama, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, membina dan
mempertimbangkan fisik yang kuat dan sehat ( Tap. MPRS No. XXVII/MPRS/1966).

- Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 sebagai pengganti Kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip, sebagai
berikut:

1. Berorientasi pada tujuan. Pada hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang harus
dikuasai siswa yang lebih dikenal dengan hierarki tujuan pendidikan, yang meliputi: tujuan
pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan kurikuler, tujuan instruksional umum, dan tujuan
instruksional khusus.

2. Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan peranan
yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.

3. Menekankan kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.

4. Menganut pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan


Sistem Instruksional (PSSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang
spesifik, dapat diukur, dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.

5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-
jawab) dan latihan (drill). Pembelajaran lebih banyak menggunakan teori behaviorisme, yakni
memandang keberhasilan dalam ditentukan oleh lingkungan dengan stimulus dari luas, dalam hal
ini sekolah dan guru.

- Kurikilum 1984

Sidang Umum Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) tahun 1983 menghasilkan produk yang
tertuang dalam Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1983 yang mengisyaratkan keputusan
politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984.
Secara umum dasar perubahan Kurikulum 1975 ke Kurikulum 1984, sebagai berikut:

1. Terdapat sejumlah unsur dalam GBHN 1983 yang belum tertampung ke dalam kurikulum
pendidikan dasar dan menengah.

2. Terdapat ketidakserasian antara materi kurikulum berbagai bidang studi dengan kemampuan
peserta didik.

3. Terdapat kesenjangan antara program kurikulum dan pelaksanaannya di sekolah.

4. Terlalu padatnya isi kurikulum yang harus diajarkan hampir di setiap jenjang.

5. Pelaksanaan Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa (PSPB) sebagai bidang pendidikan yang
berdiri sendiri mulai dari Tingkat Kanak-kanak (TK) sampai Sekolah Lanjutan Tingkat Atas
(SLTA atau SMA pada masa sekarang) termasuk Pendidikan Luar Sekolah (PLS).

6. Pengadaan program studi baru untuk memenuhi kebutuhan perkembangan lapangan kerja.
Kurikulum 1984 banyak dipengaruhi oleh aliran psikologi humanistik, yang memandang peserta
didik sebagai individu yang dapat dan mau aktif mencari sendiri, menjelajah, dan meneliti
lingkungannya.

Adapun secara umum Kurikulum 1984 memiliki ciri-ciri, sebagai berikut:

 1. Berorientasi pada tujuan instruksional..

2. Pendekatan pengajaran berpusat pada peserta didik melalui Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).

3. Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral. Spiral adalah pendekatan
yang digunakan dalam pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman dan keluasan materi
pelajaran.

Kurikulum 1984 memuat kebijakan, sebagai berikut:

1. Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti. Kurikulum 1984 memiliki 16 mata
pelajaran inti,

2. Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan masing-masing.

3. Perubahan program jurusan. Jika semula pada Kurikulum 1975 terdapat 3 Jurusan di SMA,
yaitu IPA, IPS, dan Bahasa, maka dalam Kurikulum 1984 jurusan dinyatakan dalam program A
dan B.

Di sisi lain pada tahun 1984 pemerintah merencanakan gerakan wajib belajar enam tahun, yang
berarti bahwa semua anak usia sekolah harus menyelesaikan pendidikan minimal sampai dengan
tingkat Sekolah Dasar (SD). Untuk menuntaskan hal tersebut, berbagai langkah telah ditempuh,
misalnya pendirian sekolah-sekolah baru, gerakan Kejar Paket A, sekolah kecil, dan sekolah
terbuka.

-  Kurikulum 1994

Pada tahun 1994, kurikulum 1984 disempurnakan menjadi kurikulum 1994. Rasionalnya,
meyesuaikan ketentuan Undang-Undang Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (UU tentang SPN No.2 tahun 1989). Salah satu amanah dalam UU tentang SPN No.2
Tahun 1989, yaitu perubahan pembagian waktu pelajaran, dari sistem semester ke sistem catur
wulan, yang pembagian waktunya dalam waktu 1 tahun menjadi periode, hasil belajar (rapor)
anak didik dapat lebih cepat diketahui oleh orag tuanya, sehingga diharapkan orang tuanya dapat
memberikan perhatian lebih dini dan lebih intensif kepada anak-anaknya. Dan kurikulum 1994
juga menekankan pada pemahaman konsep dan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan
masalah(Depdikbud, 1994 dalam Hery Widyastono,2013:58).

Menganalisis kekurangan kurikulum 1984 di atas, maka dapat ditetapkan bahwa ide pokok
kurikulum tahun 1994 adalah : pembelajaran active learning (pembelajaran aktif) yang
menekankan pada pendekatan konsep dan keterampilan proses. Pendekatan pembelajaran yang
diharapkan pada kurikulum 1994 adalah : 1) pendekatan lingkungan, 2), pendekatan
penemuan/inkuiri, 3), pendekatan konsep, 4), pendekatan keterampilan proses, 5), pendekatan
pemecahan masalah, 6), pendekatan induktif-deduktif, 7), pendekatan sejarah, 8), pendekatan
nilai, 9) pendekatan komunikatif, 10), pendekatan tematik.

Dari data di atas, dapat dianalisa kurikulum 1994 adalah sebagai berikut :

• Model konsep yang digunakan adalah perpaduan antara model konsep kurikulum subjek
akademis dan humanistic. Hal ini mengingat pemisahan isi kurikulum yang masih tampak
jelas, tetapi pendekatan, metode, dan penilaian yang digunakan sudah memperhatikan
kepentingan individu.

• Kurikulum ini berorientasi pada tujuan yang tercantum secara umum pada tujuan
pendidikan dan secara khusus pada tujuan pembelajaran. Hasil belajar merupakan aspek
pengetahuan, keterampilan fisik, mental, dan sosial, serta sikap dan nilai yang dapat
dikembangkan melalui bahan pelajaran dalam GBPP.

• Prinsip pengembangan kurikulum yang menonjol adalah prinsip keluwesan atau


fleksibelitas. Hal ini dibuktikan adanya keleluasaan guru dalam menentukan waktu,
pendekatan, metode, sarana dan media pembelajaran, urutan bahan yang disampaikan.

- Kurikulum l SMK (Kurikulum 1994 yang di sempurnakan )

Pada tahun pelajaran 1999/2000 terjadi perubahan kurikulum sekolah menengah


kejuruan. Kurikulum 1994 disempurnakan menjadi kurikulum edisi 1999. Perbedaan
kurikulum yang mulai berlaku dikelas I dari kurikulum sebelumnya, antar lain:

• Pada kurikulum 1994, penjurusan mulai di kelas I, sedangkan pada kurikulum 1999 mulai
kelas II (Seperti di SMA).

• Kurikulum 1994,menggunakan sistem catur wulan, kurikulum 1999 menggunakan sistem


semester.

Kurikulum yang dikembangkan pada SMK pada dasarnya menekankan pada beberapa
pendekatan pembelajaran, diantaranya pendekatan pembelajaran berbasis kompetensi,
berbasis produksi dan pembelajaran tuntas (mastery learning). Ketiga pendekatan
pembelajaran tersebut diarahkan merujuk pada upaya pencapaian standar kompetensi
keahlian siswa untuk setiap program keahlian. Tolok ukur keberhasilan siswa SMK
dalam pencapaian setiap kompetensi dan sub kompetensi keahlian pada proses
pembelajaran sebagai bagian dari implementasi kurikulum.

Model evaluasi yang digunakan lebih ditekankan pada mata program diklat produktif sesuai
dengan bidang keahlian dengan penilaian menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan
(PAP), yakni kriteria standar kompetensi keahlian dengan Kebutuhan Industri Standar
Kompetensi Keahlian (Nasional/Lokal) Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Berbasis
Kompetensi Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi (Diklat/Pembelajaran) Pengujian
(Uji Kompetensi Keahlian) Sertifikasi Kompetensi Individu Kompetensi Industri Kebutuhan
Individu Instrumen Uji Kompetensi menitikberatkan pada penguasaan kinerja, sehingga proporsi
evaluasinya lebih banyak pada uji tindakan (performance test), dibanding pada keterampilan
kognitif dan afektif. Tes tindakan ini dilakukan untuk menjamin ketuntasan penguasaan standar
kompetensi minimal yang harus dikuasai oleh siswa secara individual. Pada model evaluasi ini
dikembangkan pengujian pada tahap perencanaan kerja, proses kerja dan pada produk akhir dari
hasil pekerjaan. Merujuk pada model kurikulum yang digunakan (kurikulum berbasis
kompetensi), maka model ini pun penekanannya lebih pada kompetensi kerja, sehingga model
penilaiannya juga berbasis kurikulum.

Materi 7 : Pengembangan kurikulum setelah otonomi daerah & kurikulum merdeka


belajar

- Pengembangan kurikulum setelah otonomi daerah.

Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi)

Kurikulum berbasis kompetensi merupakan seperangkat rencana dan pengatuan tentang kompetensi
yang dibakukan dan cara pencapaiannya disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan daerah
(Depdiknas, 2003). Pada kurikulum ini, pemerintah menyusun ketentuan umum, standar kompetensi
bahan kajian, standar kompetensi mata pelajaran, dan pedoman pelaksanaan kurikulum. Pemerintah
daerah dan satuan pendidikan menyusun petunujuk teknis, silabus, dan persiapan mengajara
(Depdiknas, 2003b).

Rasional dikembangkannya kurikulum 2004 antara lain diberlakukannya UU Nomor 22 Tahun


1999 tentang Otonomi Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang kewenangan
Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom. Acuan pengembangan kurikulum 2004
adalah sistem pendidikan Nasional, era globalisasi, wajib belajar 9 tahun, standar pelayanan minimal,
dan teori kurikulum. (Depdiknas, 2003).

Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi berlandasakan pada fungsi dan tujuan


pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalm UU No. 20 Tahun 2003 tentang SNP. Pendidikan
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak, serta peradaban, bangsa yang
bermatabat dalam rabgka mencerdaskan kehidupan bangsa dan bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berlmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis,
serta bertanggung jawab.
Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi mempertimbangkan prinsip-prinsip berikut
(Depdiknas, 2003)

• Keimanan, budi pekerti luhur, dan nilai-nilai budaya

• Kesamaan memperoleh kesempatan

• Belajar sepanjang hayat

• Penguatan integritas nasional

• Perkembangan pengetahuan dan teknologi informasi

• Berpusat pada anak

• Keseimbangan etika, logika, estetika, dan kinestetika

• Pengembangan kecakapan

• Pendekatan menyeluruh dan kemitraan

Implikasinya bahwa sekolah diberi kesempatan untuk mengembangkan komponen-komponen


kurikulum yang sesuai dengan kondisi sekolah dan kebutuhan peserta didiknya. Selain itu,
perubahan lain yang sangat signifikan adalah pengembangan kurikulum yang semula lebih
berbasis materi menjadi kurikulum berbasis kompetensi (Depdiknas, 2003)

Kurikulum ini berlaku tidak lama karena harus disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan yang baru, yaitu UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, yang kemudian dijabarkan dalam ketentuan lebih lanjut dalam Perturan Pemerintah
No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa, Kurikulum 2004 yang juga disebut sebagai Kurikulum
Berbasis Kompetensi merupakan kurikulum pertama di era otonomi daerah, era desentralisasi
pendidikan. Pada era sebelumnya, pendidikan bersifat sentralistik sesuai dengan pengelolaan
pemerintah pada saat itu yang artinya adalah semua urusan pendidikan merupakan
kewenangan Pemerintah, dikembangkan dan ditetapkan oleh Pemerintah. Pada era otonomi
daerah, sebagian kewenangan Pemerintah dilimpahkan kepada pemerintah daerah dan satuan
pendidikan. Manajemen pengembangan kurikulumnya bersifat sentralistik-desenrtalistik.

- Kurikulum 2006 (kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)

Kurikulum KTSP adalah kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing
satuan pendidikan. KTSP Sendiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan, struktur,
muatan KTSP, kalender pendidikan, dan silabus. Pada kurikulum ini, pemerintah menetapkan
Standar Nasional Pendidikan , Badan Standar Nasional Pendidikan menyusun Panduan
Penyusunan KTSP, sedangkan setiap satuan pendidikan menyusun KTSP mengacu pada Standar
Nasional Pendidikan dan Panduan Penyusunan KTSP.

Pengembangan KTSP yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk
menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. SNP terdiri atas standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan
penilaian pendidikan. Dua dari delapan SNP tersebut yaitu standar isi (SI) dan Standar
Kompetensi Lulusan (SKL) yang merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum tingkat satuan pendidikan.

Rasional dikembangkannya Kurikulum 2006, yang juga disebut sebagai Kurikulum


Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Antara lain diberlakukannya UU No 20 Tahun 2003 yang
kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam PP No 19 Tahun 2003. Dalam PP No 19 Tahun 2005 tidak
disebut-sebut lagi tentang Kurikulum Nasional, yang ada KTSP yaitu kurikulum operasional yang
disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan. (Depdiknas, 2005).

- Kurikulum 2013
(Kurikulum yang Menekankan Pengembangan Pengetahuan, Keterampilan, dan Sikap secara
Holistik).

Rasional dikembangkannya kurikulum 2013 antara lain diberlakukannya PP No 5 Tahun 2010 tentag
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014 (Perpres No 5 Tahun
2010ntentang RPJMN 2010-2014) yang ada pada sektor pendidikan yang harus disempurnakan, dua
diantarannya adalah Metodologi dan Kurikulum.

Pada kurikulum 2013, pemerintah menetapkan Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar,
dan Struktur Kurikulum, Silabus, dan Pedoman Implementasi Kurikulum, sedangkan setiap satuan
pendidikan seperti halnya pada Kurikulum 2006, juga menyususn KTSP, kecuali Dokumen 2 yang
berupa silabus setiap mata pelajaran sudah disusun oleh pemerintah, guru tinggal mengopi dan
menyusunnya menjadi satu kesatuan KTSP yang utuh. Silabus dipakai acuan guru untuk menyusun
RPP.

Kurikulum 2013 menekankan pengembangan kompetensi pengetahuan, keteranpilan, dan sikap


peserta didik secara holistik. Kompetensi itu ditagih dalam rapot dan merupakan penentu kenaikan
kelas dan kelulusan peserta didik. Kompetensi pengetahuan peserta didik dikembangkan meliputi
mengetahui, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasiagar menjadi pribadi yang
menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dan berwawasan kemanusiaan, kebangsaan,
kenegaraan, dan peradaban. Kompetensi keterampilan peserta didik yang dikembangkan meliputi
menamati, menanya, mencoba, mengolah, menyaji, menalar, dan mencipta agar memjadi pribadi
yang berkemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranak konkret dan abstrak.

- Kurikulum 2013 dikembangkan dengan karakteristik diantaranya sebagaiberikut (Kemdikbud, 2013)


• Mengembangkan sikap spiritual dan sosial, rasa ingin tahu, kreatifitas, kerja sama denngan
kemampuan intelektual dan psikomotorik secara seimbang

• Mengembangkan sikap, pengetahuan, dan keterampilan serta menerapkannya dalam berbagai


situasi di sekolah dan masyarakat

• Kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi kompetensi dasar, dimana semua
kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang
dinyatakan dalam kompetensi inti

- Kurikulum merdeka belajar di perguruan tinggi

Dasar pemikiran penyusunan panduan kurikulum merdeka belajar

Peraturan mentri pendidikan dan kebudayaan republik Indonesia nomor 3 tahun 2020. tentang standar
nasional pendidikan tinggi dan undang – undang nomor 12 tahun 2012 tentang pendidikan tinggi yang
menyatakan bahwa penyusunan kurikulum adalah hak perguruan tinggi tetapi selanjutnya di nyatakan
harus mengacu pada standar nasional. (pasal 35 ayat 1).

-Atutan yang di gunakan sebagai acuan dalam penyusunan kurikulum merdeka belajar pendidikan tinggi

• Undang-undang No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi

• Permendikbud.No. 3 Tahun 2020 Tentang SN-Dikti

• Perpres No. 8 Tahun 2020 Tentang Kerangka Kualitatif Nasional Indonesia

• Penjenjangan Penyetaraan ,Deskripsi Calon Peserta

Pendidikan Tinggi

Prodi - kurikulum- Perumusan Pencapaian Pembelajaran-Pembentukan Mata Kuliah -Penyusunan


Dokumen Kurikulum- Proses Penilaian Pembelajaran

1. Standar nasional pendidikan.

Standar kompetensi lulusan

Standar isi pembelajaran

Standar proses pembelajaran

Standar penilaian pembelajaran

Standar dosen dan tenaga kependidikan

Standar sarana dan prasarana pembelajaran

Standar pengelolaan pembelajaran


Standar pembiyaan pendidikan

2. Standar nasional penelitian

3. Standar pengabdian kepada masyarrakat

- Kebijakan kampus merdeka

Pembukaan Program Studi Baru

- Permendikbud No. 7 Tahun 2020 Tentang Pendirian, Perubahan,pembubaran, Perguruan Tinggi


Negeri Dan Pendirian, Perubahan, Pencabutan Izin Perguruan Tinggi Suasta

Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum.

- Permendikbud No..4 Tahun 2020 Tentang Perubahan Perguruan Tinggi Negeri Menjadi
Perguruan Tinngi Negeri Badan Hukum.

- Permendikbud No.. 6 Tahun 2020 Tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana Pada
Perguruan Tinggi Negeri.

- Sistem akreditas perguruan tinggi

- -Permendikbud No. 5 Tahun 2020 Tentang Akreditas Program Studi Dan Perguruan Tinggi

Hak Belajar Tiga Semester Di Luar Program Studi.

- Permendikbud No. 3 Tahun 2020 Tentang Standar Nasional Pendidikan

- Pengertian Yang Di Gunakan Dalam Panduan

 Kurikulum adalah seperangkat rencana dan peraturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pembelajaran serta cara yang di gunakan sebagai pedoman, penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tinggi.

 Merdeka belajar/kemerdekaan belajar-kampus merdeka adalah upaya memberi kebebasan dan


otonomi kepada lembaga pendidikan dan merdeka dari birokratisasi. Dosen di bebaskan dari
birokrasi yang berbelit serta mahasiswa di berikan kebebasan untuk memilih bidang yang
mereka sukai.

 Program studi adalah kesatuan kegiatan pendidikan dan pembelajaran yang memiliki kurikulum
dan metode pembelajaran tertentu dalam suatu jenis pendidikan profesi , atau pendidikan
vokasi.

 Mata kuliah atau modul adalah bungkus dari bahan kajian/materi ajar yang di bangun
berdasarkan beberapa pertimbangan kemandirian materi sebagai cabang/rating/bahan kajian
bidang keilmuan tertentu atau unit keahlian tertentu (parsial), atau pertimbangan pembelajaran
terintergrasi dari kelompok bahan kajian atau sejumlah keahlian (sistem blok) dalam rangka
pemenuhan capaian pembelajaran lulusan yang di rumuskan dalam kurikulum.

 Pembelajaran adalah proses interaksi mahasiswa dengan dosen dan sumber belajar lainnya
pada suatu lingkungan belajar.

 Rencana pembelajaran semester (RPS) suatu mata kuliah adalah rencana proses pembelajaran
yang di susun untuk kegiatan pembelajaran selama satu semester guna memenuhi capaian
pembelajaran yang di bedakan pada mata kuliah/modul. Rencana pembelajaran semester atau
istilah lai, di tetapkan dan di kembangkan oleh dosen secara mandiri atau bersama dalam
kelompok keahlian suatu bidang ilmu pengetahuan dan atau teknologi dalam program studi

 Standar penilaina pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang penilainan proses dan hasil
belajar mahasiswa dalam rangka pemenuhan capaian belajar lulusan.

- Pertukaran pelajar

Beberapa bentuk kegiatan belajar yang di lakukan dalam kerangka pembelajaran.

1. Pertukaran pelajar antar program studi pada perguruan tinggi yang sama bentuk pembelajaran
yang dapat di ambil mahasiswa untuk menunjang terpenuhinya capaian pembelajaran baik yang
sudah tertuang dalam struktur kurikulum program studi maupun pengembangan kurikulum
untuk memperkaya capaian pembelajaran lulusan yang dapat berbentuk mata kuliah pilihan.

2. Pertukaran pelajar dalam program studi yang berbeda, bentuk pembelajaran yang dapat diambil
mahasiswa untuk memperkaya pengalaman dan konteks keilmuan yang di dapat di perguruan
tinggi lain yang mempunyai kekhasan atau wahana penunjang pembelajaran untuk
mengoptimalkan CPL.

3. Pertukaran pelajar antar program studi pada perguruan tinggi yang berbeda bentuk
pembelajaran yang dapat di ambil mahasiswa pada perguruan tinggi yang berbeda untuk
menunjang terpenuhinya capaian pembelajaran baik yang sudah tertuang dalam struktur
kurikulum program studi, maupun pengembangan kurikulum untuk memperkaya capaian
pembelajaran lulusan.

Hak belajar 3 semester diluar prodi

Tujuan : meningkatkan kompetensi lulusan, baik soft skills maupun hard skills agar lebih siap dan
relevan dengan kebutuhan zaman, menyiapkan lulusan sebagai pemimpin masa depan bangsa
yang unggul dan berkepribadian .

Perguruan tinggi wajib : memberikan hak bagi mahasiswa untuk secara sukarela (dapat di ambil
atau tidak)

- Dapat mengambil sks di luar perguruan tinggi paling banyak 2 semester (setara dengan 40 sks)
-Di tambah lagi dapat mengambil sks di prodi yang berbeda PT yang sama sebanyak 1 semester
(setara dengan 20 sks)

perubahan definisi sks : -Setiap sks di artikan sebagai “jam kegiatan” bukan “jam belajar”

-Defenisi kegiatan belajar di kelas praktik kerja (magang) perukaran pelajar, proyek di desa,
wirausaha, riset, studi, independen, dan kegiatan mengajar di daerah terpencil. Semua jenis
kegiatan terpilih harus di bimbing seorang dosen (dosen di tentukan oleh PT)

- Daftar “kegiatan” yang dapat di ambil oleh mahasiswa ( dala 3 semester) di atas dapat di pilih
dari :

(a). Program yang di tentukan pemerintah

(b). Program yang di setujui oleh rektor.

- Untuk Mewujudkan Merdeka Belajar, perlu Penyesuaian Kebijakan Pengelolaan Penddikan (makro dan
mikro), antara lain:

• Sistem pengelolaan guru nasional yang kondusif untuk memacu profesionalisasi jabatan guru;

• Perlu mulai difikirkan sebuah sistem pengelolaan guru yang profesional; salah satunya dengan
mengkonsepkan guru profesional sebagai pegawai sekolah berdasarkan kontrak kerja dengan kepala
sekolah;

• Memperbaiki sistem sertifikasi guru dengan promosi jabatan dan penggajian berbasis merit dengan
memperkuat sistem pembinaan profesi berkelanjutan (CPD) sebagai bagian integral dari sertifikasi guru;

• Salah satu bagian dari CPD adalah sistem pelatihan guru (secara nasional dan daerah) yang multi-
simultan dan terkoneksi secara digital di seluruh wilayah nusantara;

• Kepala sekolah adalah jabatan atau pemimpin profesional yang tidak dikonsepkan sebagai guru yang
diberi tugas tambahan, tetapi harus dilengkapi dengan sistem pendidikan, CPD, dan rekrutmen melalui
bursa nasional, dan

• Pembagian urusan pendidikan antar jenjang pemerintahan yang tidak berbasis pada jenjang
pendidikan, tetapi berbasis fungsi pengelolaan pendidikan .

-Merdeka Belajar Memerlukan Transformasi Kurikulum Sekolah kearah Kurikulum Sekolah yang
Terdiversifikasi

1. Standar Nasional disusun oleh pusat untuk dijabarkan lebih lanjut menjadi standar provinsi dan
standar Kabupaten/kota; standar pendidikan perlu diukur dan diremajakan secara teratur;

2. Program pendidikan beragam tujuannya, maka pendidikan yang berbasis kepentingan nasional
melalui PPKN, Pend. Agama, Bhs Indionesia, Matematik dan Pendidikan Global akan memjadi
alat pemersatu bangsa.
3. Pendidikan dan pelatihan literasi dan numerasi dasar adalah inti dari kurikulum sekolah menuju
berkembangka kemampuan belajar sepanjang hayat

4. Beban pendidikan pengetahuan dasar (mata pelajaran) harus dikurangi sebatas yang diperlukan
untuk praktek, dan dilaksanakan melalui pembelajaran tematik

5. Sebagian besar konten kurikulum sekolah adalah aplikasi literasi dalam bentuk kecakapan hidup
(life skills) sesuai dengan kebutuhan wilayah; pemda perlu diberikan wewenang dan
kemampuan untuk menyusun kurikulum tersebut;

6. Sekolah diberikan kewenangan untuk membuat menu Pendidikan life skills pilihan perorangan
dan sekolah harus dapat menjamin penyelenggaraannya .

Anda mungkin juga menyukai